Int J. Nanosci, Nanotechnol, Vol. 8, No. 3, Sep. 2012, pp. 181-184
Short Communication
Protein Bands Detection by Nanoparticles after Paper
Chromatography
F. Ramezani
- Nanotechnology group of Shahid Beheshti Medical University, Tehran, I. R. Iran
- Young Research Club, Pharmacy Faculty, Islamic Azad University of Medical Science,
Tehran, LR. Iran
(*) Corresponding author: Fr_750@yahoo.com
(Received:03 Jun, 2012 and Accepted: 19 Sep. 2012)
Abstract:
Paper chromatography is an analytical technique for separating and identifving mixtures of materials. It is
a useful technique since it is relatively quick, and requires small quantities of the material. By emergence of
nanotechnology, paper chromatography has found many applications in biology and biotechnology: In ths stud,
we employed gold and silver nanoparticles to detect protein bands after the paper chromatography method. We
Jirst performed paper chromatography on a solution containing Bovine Serum Albumin (BSA) protein. Then, the
‘old and silver nanoparticles were exploited for paper coloration. Asa result, it was noticed that location ofthe
protein bands was clearly distinct and detectable with this technique.
Keywords: chromatography, detection, nanoparticle, protein
1, INTRODUCTION
An analytical method for mixture separation and
identification is paper chromatography. Paper
chromatography is @ useful technique since it is
relatively quick and requires small quantities of
the material. In paper chromatography method,
substances are distributed between a stationa
phase and a mobile phase. The stationary phase
is usually a piece of high quality filter paper. On
the other hand, the mobile phase is a developing
solution that ‘avels up the stationary phase,
carrying the samples with it (1, 2}
The use of nanomaterials in biotechnology
‘merges the fields of material science and biology.
Nanoparticles provide a particularly
platform, demonstrating unique properties
‘with potentially wide-ranging applications [3].
usefil
Nanotechnology in biology and biotechnology
has also found many applications [4]. Some
applications of nanomaterials in biology or
medicine include fluorescent biological labels
[5,6], detection of pathogens [7], drug and gene
delivery {8,9,10], detection of proteins [11,12],
hyperthermia [13,14], tissue engineering [15,16],
imaging contrast enhancement [17], separation
and purification of biological molecules and cells
us}
Tn this study we introduce a new approach for
detecting proteins after paper chromatography.
MATERIALS AND METHODS
2.1, Nanoparticles synthesis
Gold nanoparticles were synthesized according
181ANALISIS KUALITATIF FENILALANIN SECARA
CHROMATOGRAPHY KERTAS DAN CHROMATOGRAPHY LAPIS.
TIPIS
(Studi Awal Pengembangan Metode Deteksi Penyakit Phenylketonuria)
Begum Fauziyah
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
ABSTRAK
The qualitative analysis of fenilalanin as paper chromatography and thin
layer chromatography is developed as the beginning study of detection
phenylketonuria disease. The result of identification qualitatively
fenilalanin solution with concentration variation using paper
chromatography media shows that the clearest spot is gotten by
concentration minimal 50 ppm. The result of identification qualitatively
fenilalanin solution with variation concentration 1, 3, 5, 10, 25 and 50
(ppm) using thin layer chromatography shows that from the smallest
concentration that is I ppm, has already give the clear qualitative
experiment result, that is purple. Fenilalanin analysis with thin layer
chromatography gives more sensitive result than with paper
chromatography. memberikan hasil yang lebih sensitif daripada dengan
chromatography kertas.
Keywords : fenilalanin, paper chromatography, thin layer chromatography
A, PENDAHULUAN berfungsi merubah asam amino
Phenylketonuria atau PKU ialah fenilalanin menjadi asam amino
suatu penyakit yang disebabkan tirosin, Fenilalanin yang bersumber
Karena seseorang tidak mampu dari protein = makanan akan
merubah asam amino fenilalanin terakumulasi dan menyebabkan
menjadi tirosin. Ketidakmampuan Kekurangan tirosin. Fenilalanin yang
merubah asam amino fenilalanin berlebihan dapat_—_dimetabolisme
menjadi tirosin disebabkan Karena menjadi phenylketones _—_(Suryo,
penderita tidak memiliki enzim 2005).
fenilalanin hidroksilase (PAH) yang
PAH
5
Chromosome 12,
Gambar 1. Kromosom 12, pengode enzim PAH
1014
Analisis Kualitatif Fenilalanin Seeara ...
analisis konsentrasi__terkecil
fenilalanin_ menggunakan_ kromato-
grafi lapis tipis,
1. Anali Fenilala Meng-
gunakan Kromatografi Kertas
Penelitian ini _menggunakan
kertas saring ukuran 20em x 25em
sebagai media, fasa gerak campuran
larutan butanoVasam asetatakuades
dengan komposisi 60:15:25. Pe
laksanaan pemisahan dengan metode
kromatografi kertasterbagi dalam
tiga tahap yaitu tahap penotolan
cuplikan, tahap pengembangan dan
tahap identifikasi atau penampakan
noda. Pada tahap penotolan cuplikan,
mula — mula siapkan — kertas
kromatografi dengan ukuran 20cm x
2Sem. Gans awal dibuat dengan
jarak 3 cm dengan salah satu ujung
kertas. Sampel yang digunakan
adalah larutan fenilalanin dengan
konsentrasi | ppm, 3 ppm, 5 ppm, 10
ppm, 25 ppm dan 50 ppm. Masing
‘masing sampel dipipet menggunakan
mikropipet sebanyak 200 mikroliter
don ditotolkan atau pipa kapiler pada
garis awal tadi kemudian keringkan,
Identifikasi senyawa asam amino
dalam kromatografi kertas dilakukan
menggunakan pereaksi _ninhidrin,
Ninhidrin merupakan hidrat dari
wiketon siklik, dan bila bereaksi
dengan asam amino menghasilkan
zat berwarna_ungu, Ninhidrin
merupakan suatu oksidator sangat
kuat yang dapat menyebabkan
terjadinya’ dekarboksilasi__oksi-
datif asam = a-amino untuk
menghasilkan CO-72.NH3 dan
suatu aldehid dengan satu atom
karbon kurang daripada asam
amino induknya. Reaksi gugus
amino dengan ninhidrin
menghasilkan senyawa jingga sesuai
dengan gambar :
Gambar 3. Reaksi asam amnino dan ninhidrin
Noda berwarna jingga ditentukan
harga Rf-nya. Besamya Rf ini
menyatakan derajat retensi suatu
Komponen dalam fasa diam, Harga
RE dibitung sebagai jarak yang
ditempuh oleh Komponen dibagi
dengan jarak yang ditempuh oleh
eluen (fasa gerak).
‘Rf=jarak yang ditompuh oleh senvawa
jarak yang ditempuh oleh pelarut
SAINSTIS. VOLUME 1, NOMOR 2, JANUARI JUNI 2012 ISSN:15
Analisis Kualitatif Fenilalanin Secara ..
Hasil analisis fenilalanin dengan menggunakan metode kromatografi
kertas ditunjukkan pada gambar 4 dan tabel | berikut ini :
‘Gambar 4. Analisis fenilalanin menggunakan kromatografi kertas
‘Tabel 1. Hasil analisis fenilalanin menggunakan kromatografi kertas
| ulangan 1 wlangan 2
konsentrasi (ppm) Spot i ‘Spot 2 Spot Spot?
tt t 030"
> wt t 0.30" 0.40"
t t 0.30" 0.60"
io it t 0.30" 0.60"
7 t w 0.30" 0.50"
50 030 ro) 026 0.50
Koleragan 1 tidak tampak
* = warna sangat lemah dan samar
Dari gambar 4 dan tabel 1
diketahui bahwa hasil identifikasi
larutan fenilalanin pada berbagai
konsentrasi_menggunakan media
kromatografi kertas hanya tampak
jelas teramati secara jelas pada
konsentrasi minimal 50 ppm. Larutan
dengan Konsentrasi dibawah 50 ppm
tidak dapat teramati secara jelas
bahkan tidak tampak sama_sekali
Hal ini disebabkan kapasitas fasa
diam yaitu. molekul IO yang
teradsorbsi_ pada selulosa _/kertas
hanya mampu menahan_ sejumlah
kecil molekul asam amino
fenilalanin dari sampel. Apabila
jumlah dari fenilalanin hanya sedikit
maka ketika direaksikan dengan
ninhidrin tidak cukup untuk mem
berikan perubahan secara visual.
Nilai Rf adalah rasio jarak yang
ditempuh oleh suatu zat terlarut
terhadap jarak yang dipindahkan
oleh garis depan pelarut selama
waktu sama, Nilai Rf yang identik
untuk suatu senyawa yang diketahui
dan yang tidak diketahui dengan
menggunakan beberapa sistem
pelarut yang berbeda_memberikan
bukti yang kuat bahwa nilai untuk
kedua senyawa tersebut adalah
identik, terutama _jika _ senyawa
tersebut —dijalankan——secara
berdampingan di sepanjang pita
kertas yang sama Pada kasus yang
sukses zat terlarut dari campuran
SAINSTIS. VOLUME 1, NOMOR 2, JANUARI JUNI 2012. ISSN: 2089-069916
Analisis Kualitatif Fenilalanin Secara .
yang asli akan bergerak di sepanjang
kertas dengan kecepatan yang
berbeda-beda, membentuk sederetan
noda yang terpisah, Pada tabel 4.1
diketahui pula bahwa nilai Rf yang
teramati ada 2 yaitu 0.28 dan 0,495.
Nilai Rf yang cukup konsisten dari
beberapa ulangan adalah antara 0,25-
0,30 sehingga identifikasi senyawa
fenilalanin dengan fasa __gerak
campuran larutan —butanol/asam
asetaVakuades dengan komposisi
65:15:25 adalah pada Rf 0,28,
Pelebaran spot yang terjadi dapat
disebabkan oleh proses clusi_ yang
menyebabkan media kertas sangat
basah sehingga kertas tidak dapat
tegak secara konsisten. Hal ini
membuat proses distribusi senyawa
fenilalanin pada fasa diam dan fasa
gerak menjadi tidak stabil yang
menyebabkan pelebaran area Khas
dari fenilalanin iti senditi
Kekurangan kromatografi_kertas
selama ini adalah menjaga
Konsistensi dari media kertas. Ter
bentuknya spot kedua diduga
disebabkan oleh senyawa lain yang
berbeda kepolaran dengan
fenilalanin. Bentuk dari asam amino
yang terhidrolisis menjadi kation
menyebabkan spesies asam amino
dapat satu senyawa lebih dari satu
yaitu. molekul fenilalanin, kation
fenilalanin bahkan dimer fenilalanin.
2. Analisis Fenilalanin = Meng-
gunakan Kromatografi Lapis
Tipis (Kit)
Dalam penelitian ini digunakan
kromatografi lapis tipis dengan fasa
diam silica. Plat KLT dipotong
dengan ukuran 10 x 10 cm dan
dibagi 6 dengan jarak masing-masing
1,6 cm. Jarak masing-masing sampel
tidak boleh terlalu dekat karena dapat
saling mengkontaminasi akibat dari
pergerakan molekul sampel yang
didorong oleh fasa gerak campuran
butanol: asam asetat : air ( 60: 15 :
25), Jarak titik sampel dengan tepi
bawah 1 cm dan dijaga agar fasa
gerak tidak berinteraksi_langsung
dengan sampel. Apabila jarak tepi
bawah terlalu kecil atau jumlah fasa
gerak cukup banyak maka sampel
akan bersentuhan dengan fasa gerak
dan ada sebagian molekul sampel
akan terlarut dalam fasa gerak. Hal
ini menyebabkan hasil elusi pada
kromatografi lapis tipis tidak valid
Sampel larutan fenilalanin dengan
konsentasi 1 ppm, 3 ppm, 5 ppm, 10
ppm, 25 ppm, dan 50 ppm dalam
pelarut air ditotolkan di masing
masing titik sampel pada lempeng
kromatografi lapis tipis sebanyak
200 mikroliter (ul). Noda sampel
dibuat sekecil mungkin agar tidak
terjadi pelebaran area dari senyawa
fenilalanin. Cara membuat noda yang
kecil adalah dengan menotolkan
menggunakan pipa kapiler kemudian
dikeringkan dan seterusnya. Sisi
Iempengan tersebut — divelupkan
kedalam fasa bergerak yang sesuai.
Pelarut bergerak naik di sepanjang
lapisan tipis zat padat diatas
lempengan, dan bersamaan dengan
pergerakan pelarut tersebut, zat
terlarut sampel dibawa dengan laju
yang tergantung pada kelarutan zat
terlarut tersebut data fase bergerak
dan interaksinya dengan zat padat.
Setelah garis depan pelarut bergerak
hampir mendekati batas —akhir,
lempengan dikeringkan kemudian
lempeng kromatografi lapis tipis
disemprot dengan larutan ninhidrin 2
%. Ketika menyemprotkan larutan
ninhidrin pada lempeng KLT harus
dilakukan dengan hati hati pada
posisi mendatar. _ Penyemprotan
reagen dengan debit besar akan
membuat pelebaran spot senyawa
akibat tekanan zat cair reagen,
demikian pula jika posisi dari plat
SAINSTIS. VOLUME 1, NOMOR 2, JANUARI JUNI 2012. ISSN: 2089-0699(Wahyu Widyaningsih, dkk) 1
a
Penghambatan Aktivitas Xanthine Oxidase
PENGHAMBATAN AKTIVITAS XANTHINE OXIDASE
OLEH EKSTRAK ETANOL AKAR SAMBILOTO
(Andrographis paniculata,Ness) SECARA IN VITRO
XANTHINE OXIDASE INHIBITORY OF ETHANOLIC
EXTRACT OF SAMBILOTO ROOT
Ulfah Septianingsih, Hari Susanti, Wahyu Widyaningsih
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
II Prof Dr Soepomo Yogyakarta, Telp. (0274) 379418
Abstrak
Tanaman Sambiloto merupakan salah satu tanaman yang mengandung
flavonoid yang digunakan masyarakat untuk pengobatan tradisional. Dari penelitian
terdahulu dilaporkan bahwa senyawa flavonoid dapat berpotensi menurunkan kadar
asam urat darah dengan cara menghambat aktivitas xanthine oxidase. Oleh karena
adanya flavonoid yang terkandung dalam akar Sambiloto maka dilakukan penelitian
apakah ekstrak etanol akar Sambiloto dapat menghambat aktivitas xanthine oxidase.
Sebagai pembanding digunakan Allopurinol. Ekstrak etanol dibuat dari serbuk akar
Sambiloto diekstraksi dengan etanol menggunakan metode penyarian dengan alat
Soxhlet, sebelum penyarian dilakukan pengawalemakan menggunakan petroleum eter.
Penghambatan aktivitas xanthine oxidase oleh ekstrak etanol akar Sambiloto
ditentukan melalui penurunan produksi asam urat yang dimonitor dengan
spektrofotometer pada 295 nm dengan xanthine sebagai substrat. Nilai kecepatan yang
diperoleh selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai aktivitas, Kemudian
ditentukan konsentrasi ekstrak etanol yang mampu menghambat aktivitas xanthine
oxidase sebesar 50% (ICs0). Hasil dianalisis secara kuantitatif, dengan menggunakan
uji Kruskal Wallis dengan taraf kepercayaan 95%, kemudian dilanjutkan dengan uji
Mann Withney. Flavonoid dalam ekstrak etanol dipisah dengan cara kromatografi
kertas dan perubahan bercak ditentukan dengan UV 366 dengan dan tanpa pemberian
uap amoniak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol akar Sambiloto
menghambat aktivitas Xanthine Oxidase dengan ICs 16,82 ug/ml sedangkan ICs
Allopurinol adalah 4,29 ug/ml. Ekstrak etanol akar Sambiloto diduga mengandung
flavonoid golongan flavon atau flavonol.
Kata Kunci : akar Sambiloto, xanthine oxidase, asam urat.Penghambatan Aktivitas Xanthine Oxidase .... (Wahyu Widyaningsih, dkk) 157
xanthine oxidase oleh 200 pl allopurinol
menggunakan konsentrasi 2,5 jig/ml, 5
ug/ml, 7,5 ug/ml dan 10 pg/ml.
h. Identifikasi flavonoid dalam ekstrak
etanol akar Sambiloto
Identifikasi adanya _ fvonoid
dalam ekstrak etanol akar Sambiloto
dilakukan dengan uji pendahuluan dan
pemeriksaan kromatografi_ kertas. Uji
pendahuluan dilakukan dengan cara
memberi uap amonia pada tetesan kering
larutan ekstrak etanol dalam etanol pada
kertas Whatman. Bercak berwarna
kuning menunjukkan adanya flavonoid.
Pemeriksaan kromatografi kertas untuk
mengetahui bercak warna dan pemisahan
flavonoid yang terdapat pada larutan
ekstrak etanol dalam etanol dengan cara
kromatografi kertas dengan fase gerak
n-butanol-asam_asetat-air (4:1:5) fase
atas, Warna dan perubahan warna bercak
dengan dan tanpa amoniak diperiksa
menggunakan lampu UV 366.
Analisis Data
Data yang diperoleh berupa hasil
pengukuran terapan secara
spektrofotometri UV yaitu A A2o5/menit
dan besarnya aktivitas enzim dihitung
dengan rumus:
Aktivitas (unit/ml enzim) = 1,024
adalah volume total campuran (ml), 12,2
adalah koefisien ekstingsi asam_urat
(mM), 0,1 adalah volume enzim yang
digunakan (ml).
Aktivitas enzim dapat dinyatakan
dalam satuan yang lain dan dihitung
dengan rumus =
unit / ml en;
Unitimg solid - SM enim _
mg solid / ml enzim
Hasil — digunakan untuk
menghitung persentase penghambatan
xanthine oxidase dengan rumus:
sivas anpa ban j= aitas aan
iva apa baba
2% inhibi 100%
Nilai Cs) (konsentrasi inhibitor
yang menghasilkan _ penghambatan
aktivitas xanthine oxidase sebesar 50%)
dapat ditentukan dengan analisis regresi
linier antara konsentrasi senyawa uji
terhadap —persentase _ penghambatan
aktivitas xanthine oxidase.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan aktivitas xanthine oxidase
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan sediaan uji
yaitu. ekstrak etanol akar Sambiloto
dibandingkan —Allupurinol dalam
menghambat aktivitas enzim xanthine
oxidase secara in vitro.
Aktivitas xanthine oxidase di-
tentukan secara spektrofotometri dengan
mengamati kecepatan _pembentukan
asam urat pada % 295 nm. xanthine
mempunyai serapan disekitar 4 260 nm
(Nagao dkk, 1999). Menurut Van Hoorn
dkk (2002) selama 6 menit kinetika
reaksi adalah linier. Kecepatan pem-
bentukan asam urat pada penelitian ini
linier sampai menit ke-3. Kurva mulai
landai pada menit ke-4, sehingga untuk
penelitian selanjutnya hanya dilakukan
pada menit ke-0 sampai_ke-3.
Edmondson dkk (1972) mengusulkan
mekanisme reaksi katalisis oleh xanthine