Professional Documents
Culture Documents
Disusun:
Sharfina Nur Amalina
041211331060
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................1
DAFTAR 2
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
1.1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................4
1.3
Tujuan................................................................................................4
LANDASAN TEORI
2.1
Siklus Transaksi................................................................................5
2.2
Pengendalian Internal......................................................................6
2.3
2.4
2.5
Bendahara.........................................................................................9
2.6
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan........................................................................................24
4.2
Saran..................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................25
BAB I
Pendahuluan
1.1
Latar belakang
Semakin maraknya isu mengenai white-collar crime menunjukkan rendahnya
pengendalian internal dalam suatu perusahaan. Dewasa ini kasus tersebut tidak hanya
terjadi pada bisnis komersial, pada organisasi pemerintahan juga terdapat banyak
peluang untuk melakukannya. Hal ini merupakan proyeksi dari pengimplementasian
sistem yang tidak berjalan sebagaimana semestinya. Oknum-oknum tertentu dari
pihak internal organisasi, yakni karyawan yang memiliki jabatan dan wewenang
tertentu melakukan tindakan menyimpang sehingga menghambat tercapainya tujuan
sistem pengendalian internal.
Dalam paper ini saya mengangkat topik tentang evaluasi sistem pembayaran
dalam siklus pengeluaran organisasi nirlaba BLUD Rumah Sakit Nganjuk. Beberapa
waktu belakangan telah terjadi penyelewengan dana untuk pembayaran kepada
supplier farmasi yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran. Kasus ini terkuak
setelah timbul permasalahan penunggakan pembayaran kepada para supplier karena
tidak tersedianya kas yang cukup untuk kewajiban pelunasan.
Pengadaan obat bagi rumah sakit merupakan proses yang penting dan utama
bagi kegiatan operasional rumah sakit. Oleh karena itu menjaga kesinambungan
pengadaan obat dan menjalin hubungan baik dengan supplier farmasi merupakan
aktivitas yang harus selalu dijaga. Pemenuhan kewajiban pembayaran yang tepat
waktu merupakan fondasi untuk membangun kepercayaan supplier kepada pihak
rumah sakit. Apabila kepercayaan supplier hilang tentunya akan merugikan pihak
rumah sakit, terjadi kekurangan stok obat yang berimbas pada terganggunya aktivitas
rumah sakit sebagai badan layanan kesehatan masyarakat.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu, dengan
upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan. Guna melaksanakan
tugasnya, rumah sakit mempunyai berbagai fungsi (Siregar), yaitu (1)
Menyelenggarakan pelayanan medik, (2) Pelayanan penunjang medik dan nonmedik,
(3) Pelayanan dan asuhan keperawatan, (4) Pelayanan rujukan, (5) Pendidikan dan
pelatihan, (6) Penelitian dan pengembangan, serta (7) Administrasi umum dan
keuangan. Menurut Waters, yang dikutip Tambunan dalam tesisnya, stok mencakup
semua barang dan material yang disimpan oleh suatu organisasi, untuk dipakai di
masa depan.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem informasi akuntansi yang berjalan di Rumah Sakit Nganjuk dan
bagaimana hubungannya dengan internal control?
2. Bagaimana alternatif sistem yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya
penyimpangan?
3. Bagaimana kinerja Satuan Pengawas Internal di Rumah Sakit Nganjuk?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem informasi akuntansi yang berjalan di Rumah Sakit
Nganjuk dan hubungannya dengan internal control.
2. Untuk memberikan pilihan alternatif sistem yang dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya penyimpangan.
3. Untuk mengetahui kinerja Satuan Pengawas Internal di Rumah Sakit Nganjuk.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Landasan Teori
2.1
Siklus transaksi
Menurut Bodnar(2004), transaksi dapat dikelompokkan sesuai dengaan empat siklus
aktivitas bisnis, yaitu:
1. Siklus pendapatan : kejadian yang terkait dengan distribusi barang dan jasa ke
intitas lain dan penagihan atas pembayaran yang terkait dengan distribusi barang
dan jasa tersebut.
2. Siklus pengeluaran: kejadian yang terkait dengan akuisisi barang dan jasa dari
entitas lain dan pelunasan kewajiban terkait dengan akuisisi tersebut.
3. Siklus produksi : kejadian yang terkait dengan transformasi bahan baku
menjadi barang dan jasa.
4. Siklus keuangan : kejadian yang terkait dengan akuisisi dan pengelolaan dana
dan modal, termasuk kas.
Siklus pengeluaran
barang dan jasa. Dalam SIA siklus pengeluaran, paling tidak terdapat empat sub
sistem yang harus dirancang, yaitu: sistem pembelian, sistem penerimaan barang,
sistem voucher, dan sistem pengeluaran kas.
Tiga aktivitas bisnis dasar dalam siklus pengeluaran:
1.
2.
3.
2.2
Pengendalian Internal
Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal memiliki arti sempit dan luas. Sistem
pengendalian internal dalam arti sempit diartikan sama dengan Internal Check yaitu
suatu kebijakan dan prosedur yang secara otomatis dapat saling memeriksa, dalam arti
bahwa data akuntansi yang dihasilkan bagian atau fungsi otomatis dapat diperiksa
oleh bagian atau fungsi lain dalam suatu organisasi. Dalam arti luas sistem
pengendalian internal meliputi struktur organisasi dan semua cara dan alat-alat yang
dikoordinasikan perusahaan dengan tujuan untuk menjaga kekayaan harta milik
perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi
dalam operasi dan menjaga dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan.
Pengendalian internal menurut AICPA adalah Sistem pengendalian internal itu
meliputi kebijakan-kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk memberikan
keyakinan yang memadai bahwa tujuan perusahaan dapat dicapai.
2.
3.
4.
Struktur organisasi
5.
Perhatian dan pengarahan yang diberikan oleh dewan direksi dan komitenya
6.
7.
c. Aktivitas Pengendalian
Tujuan pengendalian :
1.
2.
3.
4.
5.
juga
e. Pengawasan
2.3
Menurut Dony Kleden Rohaniwan (2011), kejahatan kerah putih adalah istilah
temuan Hazel Croal untuk menyebut berbagai tindak kejahatan di lembaga
pemerintahan yang terjadi, baik secara struktural yang melibatkan sekelompok orang
maupun secara individu. Hazel Croal mendefinisikan kejahatan kerah putih sebagai
penyalahgunaan jabatan legitim sebagaimana telah ditetapkan oleh hukum.
Umumnya, skandal kerah putih sulit dilacak karena dilakukan pejabat yang punya
kuasa untuk memproduksi hukum dan membuat berbagai keputusan vital. Kejahatan
kerah putih terjadi dalam lingkungan tertutup, yang memungkinkan terjadinya sistem
patronase.
Menurut Gunadi (2009) dalam kejahatan kerah putih yang juga disebut
kejahatan keuangan berlaku beberapa aksioma yaitu:
menandatangani)
Pelaku tidak berada di tempat kejadian perkara (TKP)
Pelaku ingin menikmati hasil kejahatannya
Oleh karena itu harus dilakukan investigasi yang tepat untuk merekam jejak
transaksi finansial (follow the money) untuk menghasilkan temuan yang berkualitas
dan sulit untuk dipungkiri.
2.5
Bendahara
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
bendahara didefinisikan sebagai setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan
atas nama negara/daerah, menerima, menyimpan, dan membayar/menyerahkan uang
atau surat berharga atau barang-barang negara/daerah. Secara umum bendahara terdiri
dari bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran.
Pejabat perbendaharaan, sebagai penanggungjawab kegiatan dan pengelola
keuangan, haruslah pegawai yang kompeten dan berkualitas. Dan salah satu pejabat
2.6
b. Fungsi SPI
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, SPI mempunyai fungsi:
1. Pemeriksaan
Pelaksanaan kegiatan opersional, termasuk kegiatan pelayanan, namun
BAB III
Hasil dan Pembahasan
3.1
Gambaran Umum
Rumah Sakit Daerah Nganjuk merupakan Badan Layanan Umum Daerah yang
bergerak dalam bidang layanan kesehatan masyarakat. Dalam melaksanakan kegiatan
operasionalnya dibutuhkan sarana dan prasarana yang menunjang. Oleh karena itu,
Rumah Sakit menyelenggarakan kegiatan pembelian/pengadaan barang dan jasa.
Dalam pelaksanaannya dibentuk suatu panitia pengadaan.
PPKom
PPKom menanggapi pengajuan
permintaan user dengan melihat DPA
Tidak ada
DPA
Pejabat Pengadaan
Panitia Pengadaan
Proses Pengadaan
Proses Pengadaan
Paper ini menyoroti sistem dalam siklus pengeluaran terutama pada prosedur
5. Jika terjadi kerugian negara yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran maka
pengenaan ganti kerugiannya langsung ditangani oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK). Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara ditetapkan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan, demikian disebutkan dalam Pasal 62 ayat (1)
UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Berikut ini adalah narasi Sistem Akuntansi Pembelian di Rumah Sakit Nganjuk:
1. Bagian pembelian (Pejabat Pengadaan, PPTK, atau PPKom) membuat surat
permintaan penawaran yang kemudian dikirimkan ke supplier.
2. Supplier menerima surat permintaan penawaran, kemudian membuat Surat
Penawaran Harga Barang.
3. Supplier mengirimkan Surat Penawaran Harga ke bagian pembelian.
4. Bagian pembelian melakukan negosiasi harga dengan supplier.
5. Proses negosiasi berhasil mencapai kesepakatan, bagian pembelian membuat Surat
Order Pembelian(SOP) kemudian dikirim ke supplier.
6. Supplier memproses SOP dengan faktur penjualan(rangkap 5) dan kuitansi(rangkap
3) .
7. Supplier mengirimkan barang beserta faktur dan kuitansi.
8. Barang diterima oleh Panitia Pemeriksa dan Penerima Barang, kemudian dilakukan
pengecekan kesesuaian barang dengan dokumen (faktur lembar ke-4).
9. Panitian Pemeriksa dan Penerima Barang membuat Berita Acara Pemeriksa Hasil
Pekerjaan(BAPHP) rangkap 5.
10. Bagian pembelian memproses dokumen-dokumen( faktur, kuitansi, pajak standar,
dsb) untuk membuat Surat Perintah Pembayaran.
11. Surat Perintah Pembayaran disampaikan kepada Bendahara Rutin (bagian
keuangan) untuk diverifikasi.
12. Surat Perintah Pembayaran yang telah diverifikasi kemudian disahkan oleh Kepala
Keuangan menjadi Surat Perintah Membayar.
13. Surat Perintah Membayar diverifikasi oleh staf keuangan dan ditandatangani oleh
direktur.
14. Surat Perintah Membayar diserahkan kepada Bendahara Rutin, kemudian
Bendahara Rutin membuat cek.
15. Cek dicairkan di bank dan kas yang diterima diserahkan kepada bendahara
pengeluaran.
16. Bendahara pengeluaran secara manual membayar tagihan pada masing-masing
supplier sesuai dengan jumlah yang tertera pada faktur.
3.2
3.3
Flowchart Usulan
3.5
3.6
4. Akuntabilitas aktiva yang tercatat dibandingkan dengan aktiva yang saat ini ada
pada rentang yang cukup rasional, dan tindakan yang tepat perlu diambil terkait
dengan perbedaan nilai yang ditemukan.
Lingkungan pengendalian merupakan komponen pertama dalam komponen
pengendalian internal. Lingkungan pengendaian menentukan iklim organisasi dan
memengaruhi kesadaran karyawan terhadap pengendalian. Berikut ini adalah beberapa
faktor yang tercakup dalam lingkungan pengendalian:
1. Integritas dan nilai-nilai etika
Pelanggaran etika dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar dalam suatu
organisasi. Contoh dari kasus yang diangkat dalam paper ini adalah orang yang
menduduki posisi sebagai bendahara pengeluaran seharusnya bertanggung jawab
sepenuhnya atas penggunaan kas Rumah Sakit untuk pembayaran pada supplier.
Dalam mengemban tugas, kode etik yang telah ditetapkan seharusnya diperhatikan
dan dilaksanakan.
2. Komitmen terhadap kompetensi
Kompetensi karyawan merupakan hal penting untuk memungkinkan proses
pengendalian internal dapat berfungsi dengan baik.
3.7
Kinerja SPI di Rumah Sakit Nganjuk dinilai kurang optimal, monitoring yang
merupakan tugas utama mereka tidak berjalan, menurut sumber yang diwawancarai
oleh penulis menyebutkan bahwa kesenjangan pekerjaanlah yang menjadi salah satu
faktor penyebab.
BAB IV
Penutup
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Sistem dalam siklus pengeluaran yang berlangsung di Rumah Sakit Nganjuk
kurang memadai. Sistem pembayaran secara manual memberi peluang untuk
melakukan tindak kecurangan oleh pegawai yang bersangkutan, pegawai yang
dimaksud disini adalah bendahara pengeluaran. Kecurangan yang dilakukan oleh
pihak internal organisasi yang menyebabkan sejumlah kerugian ini biasa disebut
4.2
Pasal 10 ayat (3); Pasal 10 ayat (5); Pasal 21 ayat (4); Pasal 21 ayat (5); Pasal 62
Daftar Pustaka
Romney, Marshal B. And Paul John Steinbart. 2009. Accounting Information Systems. 11th
Edition. New Jersey: Pearson education.
Bodnar, George H. And William S. Hopwood. 2010. Accounting Information Systems. 10 th
Edition. New Jersey: Pearson Education.
Gellinas, Ulric J. And Richard B. Dull. 2008. Accounting Infomation Systems. 7 th Edition.
USA: Thomson South- Western.
http://bdkambon.kemenag.go.id/berita-159-mewujudkan-bendahara-pengeluaranprofesional-melalui-pemahaman-tugas-dan-fungsi-bendahara-pengeluara.html.
http://anissa-k.blogspot.com/2012/05/sia-dalam-proses-transaksi-dan-struktur.html.
http://dwipw.wordpress.com/2010/10/24/sistem-pengendalian-internal-sia/.
http://rindaaninditya.blogspot.com/2012/01/struktur-pengendalian-dalam-sistem.html.