Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
ZAINAL ABIDIN (C11104183)
Pembimbing :
Dr. SRI ASRIYANI, Sp.Rad
A. PENELITIAN SURVEI
Dalam survei, penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh objek yang diteliti atau
populasi, tetapi hanya mengambi sebagian dari populasi tersebut (sampel). Sampel
adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili populasinya. Dalam penelitian
survei, hasil dari penelitian tersebut merupakan hasil dari penelitian keseluruhan.
Penelitian survei, digolongkan menjadi 2 yaitu penelitian survei yang bersifat deskriptif
dan analitik.
A.1. Penelitian Survei Deskriptif
A.1.1. Definisi
Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
keadaan
secara
objektif.
Metode
penelitian
deskriptif
digunakan
untuk
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menempuh
langkah-langkah
Bentuk pelaksanaan penelitian deskriptif ini ada berbagai jenis, antara lain
sebagai berikut :
1. Survei (Survey)
Survei adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu.
Pada umumnya survei bertujuan untuk membuat penilaian terhadap suatu
kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian
hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut.
Jadi, survei bukan semata-mata dilaksanakan untuk membuat deskripsi tentang
suatu keadaan, melainkan juga untuk menjelaskan tentang hubungan antara
berbagai variabel yang diteliti, dari objek yang mempunyai unit atau individu
yang cukup banyak. Oleh sebab itu dalam melaksanakan survei biasanya
hasilnya dibuat suatu analisis secara kuantitatif terhadap data yang telah
dikumpulkan.
Di dalam penelitian kesehatan, jenis masalah survei dapat digolongkan ke
dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Survei rumah tangga (household survei)
Adalah suatu survei deskriptif yang ditujukan kepada rumah tangga.
Biasanya pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepad kepala
keluarga. Informasi yang diperoleh dari kepala keluarga ini bukan saja
informasi mengenai diri kepala keluarga tersebut, tetapi juga informasi
tentang diri atau keadaan anggota-anggota keluarga yang lain, dan bahkan
informasi tentang rumah dan lingkungannya.
b. Survei morbiditas (morbidity survey)
Adalah suatu survei deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
kejadian dan distribusi penyakit di dalam masyarakat atau populasi.
Survei ini dapat sekaligus digunakan untuk mengetahui incidence suatu
penyakit maupun prevalensi (prevalence)
c. Survei analisis jabatan ( funcional analysis survei)
Survei ini bertujuan terutama untuk mengetahui tentang tugas dan
tanggung jawab para petugas kesehatan serta kegiatan-kegiatan para
petugas tersebut sehubungan dengan pekerjaan mereka. Di samping itu
survei ini juga dapat mengetahui status dan hubungan antara satu dengan
lainnya, atau hubungan antara atasan dengan bawahan, kondisi kerja, serta
fasilitas yang ada untuk melaksanakan tugas.
d. Survei pendapat umum (public opinion survey)
pula variabel lain yang ada pada objek yang sama dan dilihat apakah ada
hubungan antara keduanya.
Dalam uji statistik biasanya menggunakan analisis korelasi. Secara
sederhana dapat dilakukan dengan cara melihat skor atau nilai rata-rata dari
variabel yang lain. Koefisien korelasi yang diperoleh selanjutnya dapat
dijadikan dasar untuk menguji hipotetis penelitian yang dikemukakan terhadap
masalh tersebut, dengan membuktikan apakah ada hubungan kedua variabel
tersebut, dan sejauh mana hubungan antara keduanya. Misalnya penelitian
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara berat badan bayi waktu lahir
dengan jumlah paritas dari ibu, hubungan antara pendidikan ibu dengan status
gizi anak balita, hubungan antara angka kematian anak balita dengan
kelengkapan imunisasi, dan sebagainya.
5. Studi Prediksi (Prediction Study)
Studi ini digunakan untuk memperkirakan tentang kemungkinan
munculnya suatu gejala lain yang sudah muncul dan diketahui sebelumnya.
Misalnya memperkirakan kemungkinan keberhasilan menurunkan angka
kematian bayi berdasarkan pada besarnya cakupan imunisasi. Dalam bidang
kesehatan, studi prediksi ini digunakan terutama :
a. Untuk membuat perkiraan terhadap suatu atribut dari atribut lain.
Misalnya memperkirakan penurunan angka kematian akibat kecelakaan
dari berlakunya aturan penggunaan helm bagi pengendara motor.
b. Untuk membuat perkiraan terhadap suatu atribut dari hasil pengukuran.
Misalnya memperkirakan kemungkinan wabah muntaber dari hasil
pemeriksaan air minum penduduk.
c. Untuk membuat perkiraan terhadap suatu pengukuran dari suatu atribut.
Misalnya memperkirakan status gizi anak balita dari status sosial ekonomi
orang tua mereka.
d. Untuk membuat perkiraan terhadap pengukuran dari pengukuran lain.
Misalnya memperkirakan skor inteligensi anak dari pengukuran berat
badan per umur pada anak.
Dalam melakukan uji statistik biasanya menggunakan analisis regresi.
Sebagaimana dengan teknik korelasi, maka dalam prediksi penafsiran analisis
statistika didasarkan pada koefisien yang diperoleh. Untuk melihat apakah
munculnya suatu gejala itu ada hubungannya dengan gejala lain, dan sampai
berapa besar derajat hubunga tersebut.
6. Penelitian Evaluasi (Evaluation Study)
sectional, dan juga untuk jenis penelitian analitik yang lain, di antaranya
adalah :
Penyakit, atau efek
Faktor risiko untuk terjadinya penyakit tersebut
Agen penyakit (penyebab penyakit)
Langkah-langkah penelitian cross sectional adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor
risiko dan faktor efek
2. Menetapkan subjek penelitian
3. Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan
faktor risiko dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada
saat itu (pengumpulan data)
4. Melakukan analisis korelasi dengan caara membandingkan proporsi antar
kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran).
Manfaat :
Contoh:
STD di RSCM
Untuk mengetahui adanya hubungan antara penggunaan pil KB (faktor
risiko) dengan infeksi klamidia (faktor efek)
negative
Memilih subyek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol
Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan
Mengidentifikasi timbul atau tidaknya efek pada kedua kelompok
Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat
efek positif dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada
B. PENELITIAN EKSPERIMEN
Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif, dan memiliki ciri
khas tersendiri terutama dengan adanya kelompok kontrol. Dalam bidang sains,
penelitian-penelitian dapat menggunakan desain eksperimen karena variabel-variabel
dapat dipilih dan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen itu
dapat dikontrol secara ketat. Sehingga dalam metode ini, peneliti memanipulasi paling
sedikit satu variabel, mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengobservasi
pengaruhnya terhadap variabel terikat. Manipulasi variabel bebas inilah yang merupakan
salah satu karakteristik yang membedakan penelitian eksperimental dari penelitianpenelitian lain.
Wiersma (1991) dalam Emzir (2009) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu
situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai
variabel
eksperimental,
sengaja
dimanipulasi
oleh
peneliti.
Arikunto
(2006)
mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat
(hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan
mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
B.1. Karakteristik Penelitian
Ada tiga hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental:
1. Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel bebas
untuk menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga
variabel lain dipakai sebagai pembanding yang bisa membedakan antara yang
memperoleh perlakuan dengan yang tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.
2. Pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu
mengalami kesamaan sesuai dengan keinginan peneliti dengan menambahkan
faktor lain ke dalam variabel atau membuang faktor lain yang tidak diinginkan
peneliti dari variabel.
3. Pengamatan, dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk
mengetahui apakah ada pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah
dilakukannya terhadap variabel lain (terikat) dalam penelitian eksperimental
yang dilakukannya.
Suatu eksperimen dikatakan valid jika hasil yang diperoleh hanya disebabkan oleh
variabel bebas yang dimanipulasi, dan jika hasil tersebut dapat digeneralisasikan pada
situasi di luar setting eksperimental (Emzir:2009) Sehingga ada dua kondisi yang harus
diterima yakni faktor internal dan eksternal.
1. Validitas Internal
Validitas ini mengacu pada kondisi bahwa perbedaan yang diamati pada
variabel bebas adalah suatu hasil langsung dari variabel beas yang
dimanipulasi dan bukan dari variabel lain. Campbel dan Stanley (dalam
Gay:1981) sebagaimana dikutip Emzir (2009) mengidentifikasi delapan
ancaman utama terhadap validitas internal, antara lain:
Historis, dimana munculnya suatu kejadian yang bukan bagian dari
perlakuan dalam eksperimen yang dilakukan, tetapi mempengaruhi model,
cukup panjang, dan terkadang nilai pra test dan post test yang sama.
Instrumentasi, instrumentasi sering muncul karena kurang konsistensinya
instrumen pengukuran yang mungkin menghasilkan penilaian performansi
yang tidak valid. Dimana jika dua test berbeda digunakan untuk pratest dan
postest, dan test-test tersebut tidak sama tingkat kesulitannya, maka
berbeda
pada
setiap
perlakuan
karena
mengikuti
prates.
dilibatkan.
Interferensi Perlakuan Jamak, biasanya sering muncul bila subjek yang
eksperimen)
Dasar untuk perbandingan dalam menentukan apakah terdapat pengaruh atau tidak
Informasi yang memadai dari data yang akan diambil untuk memutuskan hipotesis
Data yang diambil tidak terkontaminasi dan memadai dan mencerminkan pengaruh
Tidak mencampurkan variabel yang relevan agar variabel lain tidak mempengaruhi
Keterwakilan dengan menggunakan randomisasi aspek-aspek yang akan diukur
Kecermatan terhadap karakteristik desain yang akan dilakukan
Dengan demikian maka suatu desain eksperimental yang dipilih oleh peneliti
membutuhkan perluasan terutama pada prosedur dari setiap penelitian yang akan
dilakukan. Emzir (2009) mengklasifikasikan desain eksperimental dalam dua kategori
yakni:
1. Desain Variabel Tunggal, yang melibatkan satu variabel bebas (yang dimanipulasi)
A.
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi
dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan)
dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
B.
C.
Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk
mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka
dikembangkan desain Quasi Experimental.
Desain eksperimen model ini diantarnya sebagai berikut:
1. Time Series Design
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih
secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai
empat kali dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan
kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali
ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil,
tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay
diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian
ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan
kelompok kontrol.
2. Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya
pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih
secara random.
Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol
dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui
random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan,
dan terakhir diberikan postes.
3. Conterbalanced Design
Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan
perlakuan yang berbeda-beda, dan dilakukan secara random.
2. Desain Faktorial, yang melibatkan dua atau lebih variabel bebas (sekurangkurangnya satu yang dimanipulasi).
Desain faktorial secara mendasar menghasilkan ketelitian desain true-eksperimental
dan membolehkan penyelidikan terhadap dua atau lebih variabel, secara individual
dan dalam interaksi satu sama lain.
Tujuan dari desain ini adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel
eksperimental dapat digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel kontrol
atau apakah efek suatu variabel eksperimen tersebut khusus untuk level khusus dari
variabel kontrol, selain itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan yang
tidak dapat dilakukan oleh desain eksperimental variabel tunggal.
d.
Unsur penyebab fisika yakni semua unsur yang dapat menimbulkan penyakit
melalui proses fisika umpamanya panas (luka bakar), irisan, tikaman, pukulan
(rudapaksa), radiasi dan lain-lain. Proses kejadian penyakit dalam hal ini terutama
e.
melalui proses fisika yang dapat menimbulkan kelainan dan gangguan kesehatan.
Unsur penyebab psikis yakni semua unsur yang pertalian dengan kejadian
penyakit gangguan jiwa serta gangguan tingkah laku sosial. Unsur penyebab ini
belum jelas proses dan mekanisme kejadian dalam timbulnya penyakit, bahkan
sekelompok ahli lebih menitik beratkan kejadian penyakit pada unsur penyebab
genetika. Dalam hal ini kita harus berhati-0hati terhadap faktor kehidupan sosial
yang bersifat non kausal serta lebih menampakkan diri dalam hubungannya
reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia), fauna sekitar manusia
yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama penyakit menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang
penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik
sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan)
maupun yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia.
b. Lingkungan fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara
langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia.
Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi : udara keadaan
cuaca, geografis, dan golongan air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai
bentuk pemencaran pada air, dan unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan
air, radiasi dan lain sebagainya. Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara
alamiah tetapi banyak pula yang timbul akibat manusia sendiri.
c. Lingkungan sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi. Serta
instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat
tersebut. Lingkungan sosial ini meliputi : sistem hukum, administrasi dan lingkungan
sosial politik, serta sistem ekonomi yang berlaku, bentuk organisasi masyarakat yang
berlaku setempat sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat
setempat kepadatan penduduk meliputi kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem
kehidupan sosial lainnya.
Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri
sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan
demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong
mata rantai pada berbagai titik.
Interaksi yang seimbang diantara ketiga faktor ini menjadikan tidak munculnya
sebuah penyakit.
b. Interaksi agens penyakit dan lingkungan
Interaksi ini merupakan suatu keadaan saat agens penyakit langsung dipengaruhi
oleh lingkungan dan menguntungkan agens penyakit itu serta terjadi pada saat
prepatogenesis dari suatu penyakit. Hal ini bisa disebabkan tingkat virulensi agen
yang tinggi dibandingkan ketahanan host dalam melawan agen. Atau bahkan dalam
sebuah lingkungan tersebut memiliki jumlah agen yang lebih banyak sehingga akan
lebih mudah menyerang host.
c. Interaksi manusia dan lingkungan
Interaksi ini merupakan suatu suatu keadaan saat manusia langsung di pengaruhi
oleh lingkungannya dan terjadi pada saat prepatogenesis dari suatu penyakit. Terjadi
interaksi antara manusia dan lingkungan yang menyebabkan daya tahan tubuh host
menurun.
Daftar Pustaka
1. Notoadmodjo, Soekidjo : Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta:
2005
2. Arikunto, Suharsimi : Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta,
Jakarta: 2006.