You are on page 1of 7

MAKALAH HARGA DIRI

STRESS DAN STRESSOR


Dosen Pengampu : Ns. Diyan Yuli W., S.Kep. M.Kep
Disusun Oleh:
Elisya Kharuniawati
Isna Intan Jauhara
Kusumawati
Luthfia Pravitakari Astuti
Nur Miftakur Rahma
Rizka Wulandari Wahidah
Saroh

22020113130060
22020113130086
22020113120008
22020113140088
22020113120032
22020113130089
22020113120033

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Di jaman yang modern seperti saat ini, manusia atau individu di tuntut untuk dapat
mengikuti arus perkembangan jaman. Seperti yang diketahui banyak sekali individu yang
tidak dapat mengatasi dan tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan yang dihadapinya
sehingga banyak sekali ditemui individu-individu yang mengalami stress. Stress
merupakan respon tubuh dengan manifestasi tidak dapat melakukan aktivitas dengan
normal, dan terjadi gangguan-gangguan lain dalam tubuh. Seseorang yang mengalami
stress maka secara otomatis dapat meningkatkan tekanan darah sehingga sangat

memungkinkan terjadi gangguan-gangguan pada jantung dan otak. Namun demikain


diantara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya stress yaitu stress yang
disebabkan oleh diri sendiri. Seperti mencari kesempurnaan, perasaan tidak cukup namun
apa yang diinginkan justru tidak seperti yang diharapkan sehingga dapat menyebabkan
stress. Stress yang berat seperti seseorang yang sudah gila dari tingkat kesembuhan
sangatlah tipis bahkan dengan rehabilitasi sekalipun. Namun untuk menjaga keamanan dan
keselamatan individu sendiri dan orang lain maka perlu adanya tempat rehabilitas khusus
atau yang biasa di sebut Rumah Sakit Jiwa. Dimana di tempat tersebut mereka yang
mengalami gangguan jiwa dapat terfasilitasi dan membantu dalam mencapai kondisi yang
lebih baik. Peran perawat sebagai tenaga kesehatan sangatlah penting dalam membantu
individu atau keluarga dalam membantu pemecahan klien yakni dapat melalui konseling
sehingga kemungkinan stress dapat dihindari.
b. Tujuan
1. Pengertian Stress
2. Pengertian Stresor
3. Faktor pengaruh respons terhadap stressor.
4. Macam-macam stressor
5. Tahapan Stres
6. Lingkup Stressor

BAB II
ISI
A. Pengertian Stress
Menurut Hanselye 1950 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap
setiap tuntutan atau beban atasnya. Artinya, apabila seseorang mengalami beban atau tugas
yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu maka
tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut sehingga seseorang
dapat mengalami stress.
Pandangan stress
Dalam memahami tentang stress para ahli berbeda-beda mendefinisikannya karena
memiliki pandangan teori yang tidak sama. Pertama, tidak sama di antaranya.
1. Pandangan stres sebagai stimulus

Pandangan ini menyatakan stress sebagai suatu stimulus yang menuntut dimana semakin
tinggi besar tekanan yang dialami seseorang, maka semakin besar pula stress yang dialami
2. Pandangan stres sebagai respon
Mengidentifikasi stres sebagai respon individu terhadap stresor diterima dimana ini
sebagai akibat respon fisiologis dan emosional atau respon non-spesifik tubuh terhadap
tuntutan lingkungan yang ada.
3. Pandangan stres sebagai transaksional
Yaitu merupakan suatu interaksi antara orang dengan lingkungan dengan meninjau dari
kemampuan individu dalam mengatasi masalah dan terbentuknya sebuah koping.
B. Pengertian Stresor
merupakan penyebab atau faktor pemicu terjadinya stres. Sumber stresor merupakan asal
penyebab suatu stres yang dapat mempengaruhi sifat dari stresor.
C. Faktor pengaruh respons terhadap stressor.
Respons terhadap stressor yang diberikan setiap individu berbeda tergantung faktor yang
mempengaruhi dari stresor tersebut dan koping yang dimiliki individu. Stressor yang dapat
mempengaruhi respon tubuh antara lain:
1. Sifat stressor
Merupakan factor yang dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap stressor. Sifat stressor
dapat berupa tiba-tiba atau berangsur. Sifat ini pada setiap individu berbeda tergnatung
dari pemahaman tentang stressor.
2. Durasi stressor
Lamanya stressor yang dialami klien akan mempengaruhi respon tubuh. Apabila stressor
yang dialami lebih lama maka respon yang dialami juga lebih lama dan dapat
mempengaruhi dari fungsi tubuh yang lain.
3. Jumlah stressor
Jumlah stressor yang dialami seseorang dapat menentukan respon tubuh, semakin banyak
stressor yang dialami pada seseorang dapat menimbulkan dampak yang besar bagi fungsi
tubuh juga sebaliknya dengan jumlah stressor yang dialami banyak dan kemampuan
adaptif baik, maka seseorang akan memliki kemampuan dalam mengatasinya.
4. Pengalaman masa lalu
Semakin banyak stressor dan pengalaman yang dialami dan mampu menghadapinya maka
semakin baik dalam mengatasinya sehingga kemampuan adaptifnya akan semakin baik
pula.
5. Tipe kepribadian
Tipe kepribadian seseorang berbeda-berbeda tergantung dari individu tersebut apa dia
menyadari akan kepribadian yang buruk sehingga mau berubaha atau tidak. Kepribadian
yang buruk otomatis akan memudahkan seseorang mengalami yang namanya kesepian,
dijauhi oleh orang, dan akhirnya membuat seseorang tersebut stres.
6. Tingkat perkembangan

Semakin matang dalam perkembangannya, maka semakin baik pula kemampuan untuk
mengatasinya. Dalam perkembangannya, kemampuan individu dalam mengatasi stressor
dan respon terhadapnya berbeda-beda dan stressor yang dihadapinya pun berbeda yang
dapat digambarkan sebagai berikut:
Tahap Perkembangan
Anak

Jenis Stresor
Konflik mandiri dan ketergantungan
orang tua
Mulai sekolah
Hubungan dengan teman sebaya
Kompetisi dengan teman

Remaja

Dewasa muda

Dewasa tengah
Dewasa tua

Perubahan tubuh
Hubungan dengan teman
Seksulitas
Mandiri
Menikah
Meninggalkan rumah
Mulai bekerja
Melanjutkan pendidikan
Membesarkan anak
Menerima proses menua
Status social
Usia lanjut
Perubahan tempat tinggal
Penyesuaian diri masa pension
Proses kematian

D. Macam-macam stressor
Stresor terbagi menjadi dua kelompok yaitu internal dan eksternal. Internal yakni stress
yang berasal dari dalam diri seseorang, sedangkan yang eksternal berasal dari luar diri.
1. Stres Kepribadian (Personality Stress), yakni stress yang dipicu oleh diri sendiri. Ini
adalah penyebab stress yang paling berpengaruh terhadap diri. Hal ini mencakup mencari
kesempurnaan, perasaan tidak cukup . Misal tentang ketidakkterimaan diri atas kondisi diri
yang tidak sesuai dengan yang diinginkan.
2. Stres Psikososial (Psychosocial Stress), yakni stress yang dipicu oleh hubungan yang
kurang baik dengan lingkungan sekitar atau situasi tertentu. Misalnya, stress akibat putus
cinta, stress akibat terkena macet di jalan
3. Stres Bioekologi (Bio-Ecological Stress), yakni stress yang dipicu oleh dua hal. Yang
pertama akibat ekologi atau lingkungan . Penyebab stressini mencakup situasi yang tidak

diketahui dan tidak terduga. Misal, akibat erupsi gunung berapi. Yang kedua stress yang
dipicu akibat keadaan biologis seperti stress akibat memiliki suatu penyakit
4. Stres Pekerjaan (Job Stress), yakni stress yang dipicu oleh hal pekerjaan. Seperti ancaman
PHK, tingginya persaingan kerja dan sebagainya.
E. Tahapan Stres
Gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan sering
kali tidak menyadarinya, menurut Robert (dalam Hawari; 1999:50) tahapan stres
dikemukakan sebagai berikut:
1. Stres tingkat pertama
Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan
perasaan-perasaan sebagai berikut: semangat besar, penglihatan tajam tidak sebagaimana
biasanya, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya Tahapan ini biasanya
menyenangkan sehingga orang bertambah semangat tanpa disadari sebenarnya cadangan
energinya sedang menipis.
2. Stres tingkat kedua
Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan sudah mulai hilang, keluhan yang
sering muncul adalah: merasa letih sewaktu bangun pagi, merasa lelah setelah makan
siang, merasa lelah menjelang sore hari, terkadang muncul gangguan sistem pencernaan,
perasaan tegang pada otot punggung dan tengkuk, perasaan tidak bisa santai
3. Stres tingkat ketiga
Tahapan ini keluhan keletihan mulai tampak disertai dengan gejala-gejala: gangguan
usus lebih terasa, otot lebih tegang, gangguan tidur, perasaan tegang semakin meningkat,
badan terasa goyang dan mau pingsan
4. Stres tingkat empat
Tahapan ini menunjuk pada keadaan yang lebih buruk dengan ciri: sulit untuk
bertahan sepanjang hari, kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit,
kehilangan kemampuan untuk menanggapi, situasi, pergaulan sosial, dan kegiatankegiatan lainya terasa berat, tidur semakin susah, perasaan negativistik, kemampuan
berkonsentrasi menurun tajam, perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan

5. Stres tingkat kelima


Tahap ini lebih mendalam dari pada tahap keempat, yaitu: keletihan yang mendalam,
pekerjaan sederhana saja kurang mampu dikerjakan, gangguan sistem pencernaan,
perasaan yang mirip panik
6. Stres tingkat keenam
Tahap ini merupakan keadaan gawat darurat tidak jarang penderita dibawa ke ICCU,
gejala tahap ini cukup mengerikan antara lain: debaran jantung yang amat kuat, sesak
nafas, badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran, dan pingsan.
F. Lingkup Stressor
Menurut Sumintardja (1990), mengatakan stressor bisa saja berasal dari:
1. Stres yang berasal dari hubungan antar pribadi : Yaitu apabila hubungan
interpersonal/antar pribadi di tempat kerja tidak menyenangkan, maka akan berkembang
rasa cemas, perasaan ketakutan yang tidak menentu terhadap interaksi-interaksi di masa
mendatang.
2. Stres yang bersumber dari pekerjaan itu sendiri
Stressor ini meliputi: kondisi kerja, beban kerja yang berlebihan, peran seseorang dalam
berorganisasi.
Sedangkan menurut Berry (1993) mengatakan bahwa stressor kerja itu antara lain:
1. Beban kerja : Dengan beban kerja yang berat atau ringan bisa membuat seseorang
merasa kelelahan dalam bekerja sehingga akan membuat karyawan tersebut menjadi
stres/tertekan.
2. Kondisi tempat kerja : Tempat kerja yang tidak nyaman akan membuat karyawan
merasa tidak senang dalam bekerja, akibatnya mereka akan bekerja semaunya.
3. Hubungan antar rekan kerja (interpersonal) : Apabila ada permasalahan dengan rekan
kerja, maka dalam kelompok kerja tersebut suasana kerjanya tidak kondusif atau akan
saling menghindar, sehingga menyebabkan karyawan tersebut stress dalam bekerja.
4. Peran manajerial yang kurang : Seorang manajer sangat dibutuhkan dalam mengelola
karyawannya dalam bekerja. Apabila manajer tidak mengerti tentang apa yang terjadi di
lingkungan karyawan, maka akan terjadi stres pada karyawan tersebut.

Daftar Pustaka
Berry, L.M., Houston, J.P. Psychology at Work . Crown Communication Inc. Oxford
England, 1993.
Hardjana, A.M.(1994). Stres Tanpa Distres (Seni Mengelola Stres). Kanisius.
Jackman, A. (2003). How to Get Things Done. London: Octopus Publishing Group.
Robbins,S.P. (2001). Perilaku Organisasi Edisi Kedelapan Jilid I. Jakarta : Prehallindo.
Sumintardja,E. (1990). Stress Asessment:Makalah Seminar Stress Kerja dan
penanggulangannya. Jakarta : IKA.

You might also like