You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulis, kita sebenarnya tidak
mengunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi, kata-kata itu terangkai
mengikuti aturan atau kaidah yang berlaku sehingga terbentuklah rangkaian kata
yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan. Rangkaian kata
yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan itu dinamakan
kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek
(S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah
lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa
tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan
P dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah semata-mata gabungan
atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan
makna menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang
lengkap sebagai pengungkap maksud penuturannya. Hal ini menunjukkan bahwa
penguasaan bahasa sebagai sarana berpikir dan berkomunikasi banyak
ditentukan oleh penguasaan kaidah kalimat yang didukung oleh kosakata yang
memadai.
Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui apa itu kalimat dan
bagaimana cara membuat kalimat yang baik dan benar. Oleh karena itu penulis
berusaha untuk memberikan pemahaman tentang pertanyaan tersebut dalam
makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi jawaban dan memberikan
pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari makalah ini
sebagai berikut :

1. Apa itu kalimat?


2. Bagaimana kalimat yang baik dan benar?
TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dari makalah ini
sebagai berikut :
1. Menjelaskan apa itu kalimat.
2. Mendeskripsikan kalimat yang baik dan benar.

BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang
dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah
satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara
lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik
turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis,
harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki
kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah
frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat..
UNSUR-UNSUR PEMBENTUK KALIMAT
Kata
Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan
perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan
sintaksis. Kata dalam penyatuan sintaksis dibedakan menjadi dua macam yaitu
kata penuh dan kata tugas. Kata penuh

adalah kata yang secara leksikal

memiliki makna, memiliki kemungkinan untuk mengalami proses morfologi,


merupakan kelas terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan.
Misalnya masjid yang memiliki makna tempat ibadah orang islam. Sedangkan
kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak memiliki makna, tidak
mengalami proses morfologi , merupakan kelas tertutup, dan di dalam peraturan
kata tugas ini tidak dapat berdiri sendiri. Misalnya dan, kata tersebut tidak
mempunyai

makna

leksikal,

tetapi

mengabungkan dua buah konstituen.

mempunyai

tugas

sintaksisuntuk

Frase
Merupakan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonprediktif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak
berstruktur subjek predikat atau predikat objek), atau lazim juga disebut
gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Jenis
Frase :
1. Frase Ekosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak
mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
2. Frase Endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau
komponennya

memiliki

perilaku

sintaksis

yang

sama

dengan

keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya dapat menggantikan


kedudukan keseluruhannya.
3. Frase Koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri atas
dua atau lebih komponen yang sama dan sederajat dan secara potensial
dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif.
4. Frase Apositif adalah frase yang kedua komponennya saling merujuk
sesamanya, oleh karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan.
Klausa
Merupakan satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkontruksi
prediktif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata atau frase
yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek,
dan keterangan.

Berdasarkan strukturnya klausa dibedakan menjadi klausa

bebas (klausa yang memiliki unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya


mempunyai subjek dan predikat; dan memiliki potensi menjadi kalimat mayor)
dan klausa terikat (klausa yang unsurnya tidak lengkap, mungkin hanya subjek
saja, objek saja, atau keterangan saja).

STRUKTUR KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan suatu pikiran yang utuh . Dalam suatu kalimat terdiri dari
beberapa unsur antara lain subyek,predikat, obyek ,pelengkap dan keterangan.
Subjek
Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
Contoh :
Lino memelihara binatang langka
Siapa memelihara? Jawab : Lino. (maka Lino adalah S sedangkan memelihara
adalah P )
Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas
antara subyek dan predikat)
Contoh : Anak itu mengambil bukuku
Predikat
Menimbulkan Pertanyaan apa atau siapa. Dalam hal ini jika predikat
maka dengan pertanyaan tersebut akan ada jawabannya. Predikat kalimat dapat
berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan Predikat demikian itu terutama
digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengganti predikat.
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek
seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan
verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat
juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek),
seperti ingin, hendak, dan mau.
Objek
Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-)
tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan
berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului
predikat.

Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif


Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam
kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur
objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai
dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
Didahului kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini
dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
Pelengkap
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam
kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah
yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat,
sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contoh :
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan
tidak mendahului predikat.
Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh :
Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
Keterangan
Ciri keterangan adalah dapat dipindah pindah posisinya . perhatikan contoh
berikut:
Cintya sudah membuat tiga kue dengan bahan itu
S

Dengan bahan itu Cintya sudah membuat tiga kue .


Cintya dengan bahan itu sudah membuat tiga kue.

JENIS KALIMAT MENURUT BENTUK GAYANYA (RETORIKANYA)


Tulisan akan lebih efektif jika di samping kalimat-kalimat yang
disusunnya benar, juga gaya penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian
pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang disusunnya sudah gramatikal,
sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan itu memuaskan pembacanya jika segi
retorikanya tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika selalu
disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya,
konstruksi kalimat itu selalu subjek-predikat-objek-keterangan, atau selalu
konstruksi induk kalimat-anak kalimat.
Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak),
(2) kalimat yang klimaks (anak-induk), dan (3) kalimat yang berimbang (setara
atau campuran).
Kalimat yang melepas
Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk
kalimat dan diikuti oleh unsur tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian
kalimat itu disebut melepas. Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja
oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak diucapkan, kalimat itu sudah
bermakna lengkap.
Misalnya:
Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.

Kalimat yang klimaks

Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti
oleh induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca
belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya.
Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah membaca induk
kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih
ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang
konstruksinya anak-induk terasa berklimaks, dan terasa membentuk ketegangan.
Misalnya:
Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
Kalimat yang berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk
campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya
memperlihatkan kesejajaran yang
sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik
berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.

JENIS KALIMAT MENURUT FUNGSINYA


Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat
pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis
kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa lisan,
intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis
itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh bermacam-macam
tanda baca.

Kalimat pernyataan (deklaratif)

Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan


lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan
berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik).
Misalnya:
1. Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2. Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi yang
memuaskan tentang bisnis komdominium di kota-kota besar.
Kalimat pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi
(jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda
tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana,
mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
1. Kapan Saudara berangkat ke Singapura?
2. Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek yang disepakati?
Kalimat perintah dan permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin menyuruh atau melarang orang
berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
1. Tolong buatlah dahulu rencana pembiayaannya!
2. Janganlah kita enggan mengeluarkan zakat kita jika sudah tergolong orang
mampu.
Kalimat seruan
Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan yang kuat
atau yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat
lisan dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya:
1. Bukan main, cantiknya.
2. Wah, target KONI di Asian Games XIII tahun 1998 di Bangkok tidak tercapai.

KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca
seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat
mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat
terjamin. Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan
struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan
penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.
Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran
(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang
baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.
1. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat
kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat
dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk,
pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
2. Tidak terdapat subjek yang ganda
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. (Salah)
b. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. (Benar)
3. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh:

Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
Perbaikan kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah
kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung
intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut.
Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
Perbaikannya adalah sebagai berikut.
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan
nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verbal, bentuk kedua juga
menggunakan verbal.
Contoh:
Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
Kalimat tersebut tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat
terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu
dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan
penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu

ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan


itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya adalah Harapan presiden.
2. Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada
anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada
anak-anak terlantar.
3. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah
kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap
kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.

1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan


subjek. Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata.
Ia memakai baju warna merah.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
Ia memakai baju merah.
3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat.
Dia hanya membawa badannya saja.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
Dia hanya membawa badannya.
4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata
yang berbentuk jamak. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
para tamu-tamu para tamu
Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan
tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
Kalimat itu memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau
perguran tinggi.

Kepaduan

Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan


dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecahpecah.
1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara
berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang
dan bertele-tele.
2. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara
tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Surat itu saya sudah baca.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen
dan verbal.
Seharusnya kalimat itu berbentuk
Surat itu sudah saya baca.
3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
Seharusnya:
Mereka membicarakan kehendak rakyat.
Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh
akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat di bawah ini.
1. Waktu dan tempat kami persilakan.
2. Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
1. Bapak Menteri kami persilakan.
2. Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.

BAB III
PENUTUP
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang
dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah
satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara
lisan maupun tulisan. Dalam sebuah kalimat terdapat unsur-unsur pembentuk
kalimat yaitu kata, frase, dan klausa. Bahasa Indonesia memiliki struktur
kalimata subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu kalimat yang melepas (induk-anak),
kalimat yang klimaks (anak-induk), dan kalimat yang berimbang (setara atau
campuran). Sedangkan, menurut fungsinya kalimat dibedakan menjadi kalimat
pernyataan (deklaratif), kalimat pertanyaan (Interogatif), kalimat perintah dan
permintaan (Imperatif), dan kalimat seruan
Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga
kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri
khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna,
kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan
bahasa.

DAFTAR PUSTAKA

Restiani,

D.

2012.

Bahasa

Indonesia

kalimat,

(online),

(http://umnuu.blogspot.com, diakses 3 April 2015)


Mustakim. 1994. Membina Kemampuan berbahasa: Panduan ke Arah
Kemahiran Berbahasa. Jakarta:Gramedia pustaka Prima.
Ludira, S. Tanpa Tahun. Dapat Membuat Kalimat dengan Benar, (online),
(http://ochaogo.wordpress.com, diakses 3 April 2015)
Tim Litbang SSC. 2011. Kaji Latih. Bandung.

You might also like