You are on page 1of 157

KONSEP DASAR

 Manusia : mahluk reaktif yang tingkah


lakunya
dikontrol/dipengaruhi oleh faktor-
faktor dari luar

 Manusia memulai kehidupannya dengan


mem-berikan reaksi terhadap lingkungannya
dan interaksi ini menghasilkan pola-pola
perilaku yang kemudian membentuk
kepribadian
 Tingkah laku seseorang ditentukan oleh
banyak dan macamnya penguatan yang
diterima dalam situasi hidupnya

 Tingkah laku dipelajari ketika individu


berinteraksi dengan lingkungan, melalui
hukum-hukum belajar :
• Pembiasaan klasik,
• Pembiasaan operan
• Peniruan.
 Manusia bukanlah hasil dari dorongan
tidak sadar melainkan merupakan
hasil belajar, sehingga ia dapat
diubah dengan memanipulasi dan
mengkreasi kondisi-kondisi
pembentukan tingkah laku.

 Manusia cenderung akan mengambil


sti-mulus yang menyenangkan dan
menghin-darkan stimulus yang tidak
menyenang-kan.
 Kepribadian seseorang
merupakan cerminan dari
pengalaman, yaitu situasi atau
stimulus yang diteri-manya.

 Memahami kepribadian
manusia : mempelajari dan
memahami bagai-mana
terbentuknya suatu tingkah
laku
KARAKTEISTIK KONSELING
BEHAVIORAL :

 Berfokus pada tingkah laku yang tampak

 Cermat
dan operasional dalam
merumuskan tujuan konseling

 Mengembangkan prosedur perlakuan


spesifik

 Penilaian obyektif terhadap tujuan


konseling
ASUMSI TINGKAH LAKU
BERMASALAH
 Tingkah laku bermasalah adalah
tingkah laku atau kebiasaan-
kebiasaan negatif atau tingkah laku
yang tidak tepat, yaitu tingkah laku
yang tidak sesuai dengan tuntutan
lingkungan

 Tingkahlaku yang salah hakikatnya


terbentu dari cara belajar atau
lingkungan yang salah
 Manusiabermasalah mempunyai
kecenderungan merespon tingkah
laku negatif dari lingkungannya

 Tingkahlaku maladaptif terjadi


karena kesalapahaman dalam
menanggapi lingkungan dengan tepat

 Seluruh tingkah laku manusia didapat


dengan cara belajar dan juga dapat
diubah dengan menggunakan prinsip-
prinsip belajar
TUJUAN KONSELING

 Mengahapus/menghilangkan
tingkah laku maldaptif (masalah)
untuk di-gantikan dengan
tingkah laku baru yaitu tingkah
laku adaptif yang diinginkan
klien.
 Tujuan yang sifatnya umum harus
dijabarkan ke dalam perilaku yang
spesifik
o Diinginkan oleh klien
o Konselor mampu dan bersedia membantu
mencapai tujuan tersebut
o Klien dapat mencapai tujuan tersebut
o Dirumuskan secara spesifik

 Konselordan klien bersama-sama


(bekerja sama)
menetapkan/merumuskan tujuan-
tujuan khusus konseling.
DESKRIPSI PROSES
KONSELING
 Proses konseling dibingkai oleh
kerangka kerja untuk mengajar klien
dalam mengubah tingkah lakunya

 Proses konseling adalah proses belajar,


konselor membantu terjadinya proses
belajar tersebut
Konselormendorong klien untuk
mengemukakan keadaan yang
benar-benar dialaminya pada waktu
itu

Assesment diperlukan untuk


mengidentifikasi motode atau
teknik mana yang akan dipilih
sesuai dengan tingkah laku yang
ingin diubah.
2. Goal setting
 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment
konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang
ingin dicapai dalam konseling

 Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan


sebagai berikut :
a. Konselor dan klien mendifinisikan
masalah yang dihadapi klien
b. Klien mengkhususkan perubahan positif
yang dikehendaki sbg hasil konseling
c. Konselor dan klien mendiskusikan
tujuan yang telah ditetapkan klien :

1) apakah merupakan tujuan yang


benar-benar diinginkan klien
2) apakah tujuan itu realistik
3) kemungkinan manfaatnya
4) kemungkinan kerugiannya.
d. Konselor dan klien membuat
keputusan apakah :
1) melanjutkan konseling dengan
mentapkan teknik yang akan
dilaksanakan
2) mempertimbangkan kembali
tujuan yang akan dicapai
3) melakukan referal
3. Technique implementation
menentukan dan melaksanakan teknik
konseling yang digunakan untuk mencapai
tingkah laku yang diinginkan yang menjadi
tujuan konseling

4. Evaluation termination
melakukan penilaian apakah kegiatan konseling
yang telah dilaksanakan mengarah dan
mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling

5. Feedback
memberikan dan menganalisis umpan balik
untuk memperbaiki dan meingkatkan proses
konseling.
TEKNIK KONSELING
 Teknikkonseling behavioral
diarahkan pada penghapusan
respon yang telah dipelajari
(yang memben-tuk tingkah laku
bermasalah) terhadap
perangsang, dengan demikian
respon-respon yang baru
(sebagai tujuan konseling) akan
dapat dibentuk
Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral

o Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan

Agar klien terdorong untuk merubah


tingkah lakunya penguatan tersebut
hendaknya mempunyai daya yang cukup
kuat dan dilaksanakan secara sistematis
dan nyata-nyata ditampilkan melalui
tingkah laku klien.
 Mengurangi frekuensi berlangsungnya
tingkah laku yang tidak diinginkan

 Memberikan penguatan terhadap suatu


respon yang akan mengakibatkan terham-
batnya kemunculan tingkah laku yang tidak
diinginkan

 Mengkondisikan pengubahan tingkah laku


melalui pemberian contoh atau model (film,
tape recorder, atau contoh nyata langsung)

 Merencanakan prosedur pemberian


penguatan terhadap tingkah laku yang
diinginkan dengan sistem kontrak
TEKNIK-TEKNIK
KONSELING
 Latihan Asertif
o Digunakan untuk melatih klien yang
mengalami kesulitan untuk menyatakan diri
bahwa tindakannya adalah layak atau benar

o Terutama berguna di antaranya untuk


membantu individu yang tidak mampu
mengungkapkan perasaan tersinggung,
kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan
afeksi dan respon posistif lainnya

o Cara : permainan peran dengan bimbingan


konselor, diskusi kelompok
 Desensitisasi Sistematis
o Memfokuskan bantuan untuk
menenangkan klien dari ketegangan
yang dialami dengan cara mengajarkan
klien untuk rileks

o Esensi teknik ini adalah menghilangkan


tingkah laku yang diperkuat secara
negatif dan menyertakan respon yang
berlawanan dengan tingkah laku yang
akan dihilangkan
o Dengan pengkondisian klasik
respon-respon yang tidak
dikehendaki dapat dihilangkan
secara bertahap

o Tingkah laku yang diperkuat secara


negatif biasanya merupakan
kecemasan, dan ia menyertakan
respon yang berlawanan dengan
tingkah laku yang akan dihilangkan.
 Pengkondisian Aversi
o Digunakan untuk menghilangkan
kebiasaan buruk dengan meningkatkan
kepekaan klien agar mengamati respon
pada stimulus yang disenanginya dengan
kebalikan stimulus tersebut

o Stimulus yang tidak menyenangkan yang


disajikan tersebut diberikan secara
bersamaan dengan munculnya tingkah
laku yang tidak dikehendaki
kemunculannya

o Pengkondisian ini diharapkan terbentuk


asosiasi antara tingkah laku yang tidak
dikehendaki dengan stimulus yang tidak
menyenangkan.
 Pembentukan Tingkah laku Model
o Digunakan untuk membentuk tingkah laku
baru pada klien, dan memperkuat tingkah
laku yang sudah terbentuk

o Konselor menunjukkan kepada klien


tentang tingkah laku model, dapat
menggunakan model audio, model fisik,
model hidup atau lainnya yang teramati
dan dipahami jenis tingkah laku yang
hendak dicontoh

o Tingkah laku yang berhasil dicontoh


memperoleh ganjaran dari konselor : dapat
berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
KETERBATASAN
PENDEKATAN
1. Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek
pribadi, bersifat manipulatif, dan
mengabaikan hubungan antar pribadi

2. Lebih terkonsentrasi kepada teknik

3. Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh


konselor
4. Konstruksi belajar yang dikembangkan
dan digunakan oleh konselor behavioral
tidak cukup komprehensif untuk menje-
laskan belajar dan harus dipandang hanya
sebagai suatu hipotesis
yang harus diuji

5. Perubahan klien hanya berupa gejala yang


dapat berpindah kepada bentuk tingkah laku
yang lain.
KONSEP DASAR
 Manusia dalam kehidupannya selalu aktif
sebagai suatu keseluruhan.

 Setiap individu bukan semata-mata


merupakan penjumlahan dari bagian-bagian
organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan
sebagainya, melainkan merupakan suatu
koordinasi semua bagian tersebut.
 Manusiaaktif terdorong kearah
keseluruhan dan integrasi pemikiran,
perasaan, dan tingkah lakunya

 Setiap individu memiliki kemampuan


untuk menerima tanggung jawab
pribadi, memiliki dorongan untuk
mengembangkan kesadaran yang akan
mengarahkan menuju terbentuknya
integritas atau keutuhan pribadi.
 Hakikat manusia menurut Gestalt :
Hanya dapat dipahami dalam
keseluruhan konteksnya

Merupakan bagian dari lingkungannya


dan hanya dapat dipahami dalam
kaitannya dengan lingkungannya itu

Aktor bukan reaktor


Berpotensi untuk menyadari
sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi,
dan pemikirannya

Dapat memilih secara sadar dan


bertanggung jawab

Mampu mengatur dan mengarahkan


hidupnya secara efektif.
 Dalamhubungannya dengan perjalanan
kehidupan manusia :

tidak ada yang “ada”


kecuali “sekarang”.

Masa lalu telah pergi dan masa depan


belum dijalani, oleh karena itu yang
menentukan kehidupan manusia adalah
masa sekarang.
Kecemasan :

“kesenjangan antara
saat sekarang dan
yang akan datang”

 Jika individu menyimpang dari saat


sekarang dan menjadi terlalu terpu-
kau pada masa depan, maka mereka
mengalami kecemasan.
 Unfinished business

(urusan yang tak selesai)

perasaan-perasaan yang tidak


tersalurkan/terungkapkan
seperti : dendam, kemarahan,
kebencian, sakit hati,
kecemasan, kedudukan, rasa
berdosa, rasa diabaikan
 Karena tidak terungkapkan di dalam
kesadaran, perasaan-perasaan di ba-wa
pada kehidupan sekarang dengan cara-
cara yang menghambat hubung-an
yang efektif dengan dirinya sendi-ri dan
orang lain

 Urusan yang tak selesai itu akan


bertahan sampai ia berani mengha-dapi
dan menangani/mengatasinya
ASUMSI TINGKAH LAKU
BERMASALAH
 Individu
bermasalah karena terjadi
pertentangan antara kekuatan “top dog”
dan keberadaan “under dog”

o Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan,


menuntut, mengancam

o Under dog adalah keadaan defensif, membela


diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin
dimaklumi.
 Perkembangan yang terganggu
karena terjadi ketidakseimbangan
antara apa-apa yang harus (self-image)
dan apa-apa yang diinginkan (self)

 Terjadi
pertentangan antara
keberadaan sosial dan biologis

 Ketidakmampuan individu
mengintegrasikan pikiran, perasaan,
dan tingkah lakunya
 Mengalamigap/kesenjangan
sekarang dan yang akan datang

 Melarikandiri dari kenyataan yang


harus dihadapi
 Spektrum tingkah laku bermasalah
:
 Kepribadian kaku (rigid)
 Tidak mau bebas-bertanggung jawab,
ingin tetap tergantung
 Menolak berhubungan dengan
lingkungan
 Memeliharan unfinished bussiness
 Menolak kebutuhan diri sendiri
 Melihat diri sendiri dalam kontinum
“hitam-putih” .
TUJUAN KONSELING
 Tujuan utama :

Membantu klien berani


menghadapi tantangan dan
kenyataan yang harus dihadapi

 Klien dapat berubah dari ketergantungan terhadap


lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri,
dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan
kebermaknaan hidupnya.
 Individu
yang bermasalah pada
umumnya belum memanfaatkan
potensinya secara penuh, ia baru
memanfaatkan sebagaian dari
potensinya yang dimilikinya

Melalui konseling konselor


membantu klien agar potensi
yang baru dimanfaatkan
sebagian ini dimanfaatkan dan
dikembangkan secara optimal.
 Tujuan spesifik

1. Membantu klien agar dapat memper-


oleh kesadaran pribadi, memahami
kenyataan atau realitas, serta menda-
patkan insight secara penuh

2. Membantu klien menuju pencapaian


integritas kepribadiannya
3. Mengentaskan klien dari kondisinya
yang tergantung pada pertimbangan
orang lain ke mengatur diri sendiri (to
be true to himself)

4. Meningkatkan kesadaran individual


agar klien dapat beringkah laku menurut
prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi
bermasalah (unfisihed bussines) yang
muncul dan selalu akan muncul dapat
diatasi dengan baik.
DESKRIPSI PROSES
KONSELING
 Fokus utama konseling : bagaimana keadaan klien
sekarang serta hambatan-hambatan apa yang
muncul dalam kesadarannya

Tugas konselor : mendorong klien untuk


dapat melihat kenyataan yang ada pada
dirinya dan mau mencoba menghadapinya

 Klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif,


menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau
membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya
terjadi pada dirinya sekarang
 Konselor menghindarkan diri dari pikiran-pikiran
yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk
melakukan diagnosis, interpretasi maupun
memberi nasihat

 Konselor sejak awal konseling sudah


mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang
dan mampu menyingkirkan hambatan-hambatn
yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri
sendiri

 Konselor membantu klien menghadapi transisi


dari ketergantungannya terhadap faktor luar
menjadi percaya akan kekuatannya sendiri.
Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan
membuka ketersesatan atau kebuntuan klien.
 Pada saat klien mengalami gejala
kesesatan dan klien menyatakan
kekalahannya terhadap lingkungan
dengan cara mengungkapkan
kelemahannya, dirinya tidak berdaya,
bodoh, atau gila

 Konselor membantu membuat perasaan


klien untuk bangkit dan mau menghadapi
ketersesatannya sehingga potensinya
dapat berkembang lebih optimal.
Deskripsi Fase-fase Proses Konseling
:
 Fase pertama
 konselor mengembangkan pertemuan konseling,
agar tercapai situasi yang memungkinkan
perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien

 Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien


berbeda, karena masing-masing klien mempunyai
keunikan sebagai individu serta memiliki
kebutuhan yang bergantung kepada masalah
yang harus dipecahkan.
 Fase kedua

 Konselor berusaha meyakinkan dan


mengkondisikan klien untuk mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan sesuai
dengan kondisi klien

 Ada dua hal yang dilakukan konselor


dalam fase ini, yaitu :
1. Membangkitkan motivasi klien :
 memberi kesempatan klien untuk menyadari
ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya
 Makin tinggi kesadaran klien terhadap
ketidakpuasannya semakin besar motivasi
untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga
makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja
sama dengan konselor.

2. Mebangkitkan otonomi klien :


 menekankan kepada klien bahwa klien boleh
menolak saran-saran konselor asal dapat
mengemukakan alasan-alasannya secara
bertanggung jawab.
 Fase ketiga

 Konselor mendorong klien untuk


mengatakan perasaan-perasaannya
pada saat ini

 Klien diberi kesempatan untuk


mengalami kembali segala perasaan
dan perbuatan pada masa lalu, dalam
situasi di sini dan saat ini.
 Kadang-kadang klien diperbolahkan
memproyeksikan dirinya kepada konselor

 Melalui fase ini, konselor berusaha


menemukan celah-celah kepribadian atau
aspek-aspek kepribadian yang hilang,
dari sini dapat diidentifikasi apa yang
harus dilakukan klien.
 Fase keempat

 Setelah klien memperoleh pemahaman


dan penyadaran tentang pikiran,
perasaan, dan tingkah lakunya, konselor
mengantarkan klien memasuki fase akhir
konseling

 Pada fase ini klien menunjukkan gejala-


gejala yang mengindikasikan integritas
kepribadiannya sebagai individu yang
unik dan manusiawi.
 Klien telah memiliki kepercayaan pada
potensinya, menyadari keadaan dirinya
pada saat sekarang, sadar dan
bertanggung jawab atas sifat otonominya,
perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya
dan tingkah lakunya.

 Dalam situasi ini klien secara sadar dan


bertanggung jawab memutuskan untuk
“melepaskan” diri dari konselor, dan siap
untuk mengembangan potensi dirinya.
TEKNIK KONSELING
 Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestal
 Penekanan Tanggung Jawab Klien,
konselor menekankan bahwa konselor
bersedia membantu klien tetapi tidak akan
bisa mengubah klien, konselor
menekankan agar klien mengambil
tanggung jawab atas tingkah lakunya.
 Orientasi Sekarang dan Di Sini

 Konselor tidak merekonstruksi masa


lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi
memfokuskan keadaan sekarang

 Masa lalu hanya dalam kaitannya


dengan keadaan sekarang

 Konselor tidak bertanya dengan


pertanyaan “mengapa”.
 Orientasi Eksperiensial
 konselor meningkatkan kesadaran klien tentang
diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga
klien mampu mengintegrasikan kembali dirinya:
 klien mempergunakan kata ganti personal
 klien mengubah kalimat pertanyaan

menjadi pernyataan
 klien mengambil peran dan tanggung jawab
 klien menyadari bahwa ada hal-hal positif
dan/atau negative pada diri atau
tingkah
lakunya
Teknik-teknik Konseling Gestal

 Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien
dikondisikan untuk mendialogan dua
kecenderungan yang saling bertentangan,
yaitu kecenderungan top dog dan
kecenderungan under dog, misalnya :

 kecenderungan orang tua lawan


kecenderungan anak
 Kecenderungan “anak baik” lawan
kecenderungan “anak bodoh”

 Kecenderungan bertanggung jawab lawan


kecenderungan masa bodoh

 Kecenderungan otonom lawan


kecenderungan tergantung

 Kecenderungan kuat atau tegar lawan


kecenderungan lemah
 Melalui dialog yang kontradiktif ini,
menurut pandangan Gestalt pada
akhirnya klien akan mengarahkan
dirinya pada suatu posisi di mana ia
berani mengambil resiko

 Penerapan permainan dialog ini


dapat dilaksanakan dengan
menggunakan teknik “kursi kosong”.
 Latihan Saya Bertanggung Jawab

 Teknik untuk membantu klien agar mengakui


dan menerima perasaan-perasaannya dari
pada memproyek-sikan perasaannya itu
kepada orang lain.

 Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk


membuat suatu pernyataan dan kemudian
klien menambahkan dalam pernyataan itu
dengan kalimat : “...dan saya bertanggung
jawab atas hal itu”.
 Misalnya :

 “Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas


kejenuhan itu”

 “Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang,


dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.

 “Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas


kemalasan itu”.

 Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut


Gestalt akan membantu meningkatkan
kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang
mungkin selama ini diingkarinya.
 Bermain Proyeksi

 Proyeksi :
 Memantulkan kepada orang lain perasaan-
perasaan yang dirinya sendiri tidak mau
melihat atau menerimanya

 Mengingkari perasaan-perasaan sendiri


dengan cara memantulkannya kepada orang
lain
 Sering terjadi, perasaan-perasaan
yang dipantulkan kepada orang lain
merupakan atribut yang dimilikinya

 Dalam teknik bermain proyeksi


konselor meminta kepada klien
untuk mencobakan atau melakukan
hal-hal yang diproyeksikan kepada
orang lain.
 Teknik Pembalikan

 Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu


sering kali mempresentasikan
pembalikan dari dorongan-dorongan
yang mendasarinya

 Dalam teknik ini konselor meminta klien


untuk memainkan peran yang
berkebalikan dengan perasaan-
perasaan yang dikeluhkannya.
 Misalnya :

Konselor memberi kesempatan


kepada klien untuk memainkan peran
“ekshibisionis” bagi klien pemalu
yang berlebihan
 Tetap dengan Perasaan

 Teknik ini dapat digunakan untuk klien


yang menunjukkan perasaan atau
suasana hati yang tidak menyenangkan
dan ia sangat ingin menghindarinya

 Konselor mendorong klien untuk tetap


bertahan dengan perasaan yang ingin
dihindarinya itu.
 Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari
stimulus yang menakutkan dan
menghindari perasaan-perasaan yang
tidak menyenangkan

 Dalam hal ini konselor tetap mendorong


klien untuk bertahan dengan ketakutan
atau kesakitan perasaan yang dialaminya
sekarang dan mendorong klien untuk
menyelam lebih dalam ke dalam tingklah
laku dan perasaan yang ingin dihindarinya
itu.
 Untuk membuka dan membuat jalan me-
nuju perkembangan kesadaran perasaan
yang lebih baru :

tidak cukup hanya mengkonfron-


tasi dan menghadapi perasaan-
perasaan yang ingin dihindarinya

 membutuhkan keberanian dan pengalam-


an untuk bertahan dalam kesakitan pera-
saan yang ingin dihindarinya itu.
KETERBATASAN
PENDEKATAN
1. Pendekatan gestalt cenderung kurang
memperhatikan faktor kognitif

2. Pendekatan gestalt menekankan


tanggung jawab atas diri sendiri,
tetapi mengabaikan tanggung jawab
pada orang lain
3. Menjadi tidak produktf bila penggunaan
teknik-teknik gestalt dikembangkan
secara mekanis

4. Dapat terjadi klien sering bereaksi


negatif terhadap sejumlah teknik
gestalt karena merasa dirinya
dianggap anak kecil atau orang bodoh.
Oleh:
Dr. DYP Sugiharto, M.Pd
Universitas Negeri Semarang
PERSPEKTIF DAN MAKNA
PENDEKATAN KONSELING

 Esensi Konseling
Suatu proses hubungan untuk
membantu orang lain, yang
terbangun dalam suatu hubungan
tatap muka antara dua orang individu
(klien yang menghadapi masalah
dengan konselor yang memiliki
kualifikasi tertentu).
 Bantuan diarahkan agar klien mampu :
- tumbuh kembang kearah yang dipilihnya
- memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupanhya.

 Hubungan dalam proses konseling terjadi dalam


suasana profesional dengan menyediakan
kondisi yang kondusif bagi perubahan perilaku
klien yang diperlukan untuk memecahkan
kesulitan pribadi yang dihadapinya.
 Konseling Profesional
• Layanan terhadap klien yang dapat
dipertang-gungjawabkan dasar keilmuan
dan teknologinya
• Bertitik tolak dari pendekatan-
pendekatan yang dijadikan sebagai dasar
acuannya

 Pendekatan konseling :
Sistem konseling yang dirancang dan
didesain berda-sarkan teori-teori dan
terapan-terapannya sehingga muwujud-kan
suatu struktur performansi konseling
JENIS-JENIS
PENDEKATAN KONSELING
 Psikoanalisis (PA)
 Eksistensial Humanistik (EH)
 Behaviorisitik (Bh)
 Gestalt (Gt)
 Client Centered (CC)
 Analisis Transaksional (AT)
 Rasional Emotif (RE)
 Realitas (Rt)
 Trait and Factor (TF)
KONSEP DASAR
 Pandangan tentang manusia
• Manusia cenderung pesimistik, deterministik, mekanistik
dan reduksionistik

• Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatn irasional,


motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan
dorongan-dorongan biologis dan naluriah oleh peristiwa-
peristiwa psikoseksual yang terjadi pada masa lalu dari
kehidupannya

• Tingkah laku manusai : (1) ditujukan untuk memenuhi


kebutuhan biologis dan insting-instingnya, (2)
dikendalikan
oleh pengalaman-pengalaman masa lampau dan
ditentutkan
oleh faktor-faltor interpersonal dan intrapsikis.
 Pandangan tentang Kepribadian
Tingkatan Kesadaran
1. Kesadaran :
- tingkatan yang memiliki fungsi mengingat,
menyadari, dan merasakan sesuatu secara
sadar

- Kesadaran ini memiliki ruang yang terbatas


dan tampak pada saat individu menyadari
berbagai stumulus yang ada disekitarnya.
2. Ambang sadar
- Tingkatan kesadaran yang menyimpoan ide, ingatan, dan
perasaan yang berfungsi mengantarkan ke tingkat kesadaran.
- Bukan merupakan bagian dari tingkat kesadaran, tetapi
merupakan tingkatan lain yang biasanya membutuhkan waktu
beberapa saat untuk menyedari sesuatu

3. Ketidaksadaran
- Tingkatan dunia kesadaran yang terbesar dan sebagai
bagian terpenting dari struktur psikis, karena segenap
pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya
yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan di dalam
ketidaksadaran.
- Tingkah laku manusia sebagian besar didorong oleh perasaan
dan pikiran yang tersimpan di tingkat ketidaksadaran ini.
 Struktur Kepribadian

Kepribadian manusia terdiri atas tiga sub sistem,


yaitu id, ego dan super ego

Id adalah sistem dasar kepribadian yang


merupakan sumber dari dari pada segala
dorongan instinktif, khususnya seks dan agresi

Ego merupakan aspek psikologis yang timbul


karena kebutuhan individu untuk berhubungan
dengan dunia realita

Super Ego merupakan sub sistem yang berfungsi


sebagai kontrol internal, yang terdiri dari kata
hati (apa yang seharusnya dilakukan dan tidak
dilakukan) dan Ego-ideal (apa yang seharusnya
saya menjadi).
 Dinamika Kepribadian

- Psikoanalisis memandang bahwa organisme


manusia sebagai sistem energi yang kompleks.

- Energi beresal dari makanan (energi fisik) yang


dapat berubah menjadi energi psikis

- Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana


energi psikis itu didistribusikan dan digunakan
oleh id, ego, dan super ego
 Perkembangan Kepribadian

- Kepribadian individu mulai terbentuk pada tahuan-tahun


pertama di masa kanak-kanak.

- Pada umur 5 tahun struktur dasar kepribadian individu


telah terbentuk, pada tahun-tahun berikutnya hanya
menghaluskan struktur dasar tersebut

- Perkembangan kepribadian berkenaan dengan bagaimana


individu belajar dengan cara-cara baru dalam mereduksi
ketegangan atau kecemasan dialami dalam kehidupannya.

- Ketegangan atau kecemasan tersebut bersumber pada


empat unsur, yaitu (1) proses pertumbuhan fisiologis, (2)
frustasi, (3) konflik, dan (4) ancaman.
 Caraego menghadari ancaman yang
menimbulkan ketegangan atau
kecemasan : mekanisme pertahanan
ego.

 Bentuk-bentuk mekanisme
perthanan ego antara lain :
- Identifikasi
- Represi
- Proyeksi
- Fiksasi
- Regresi
 Perkembangan kepribadian
individu dari sejak lahir hingga
dewasa terjadi dalam fase-fase :
1. Fase Oral
2. Fase Anal
3. Fase Phallis
4. Fase Latent
5. Fase Genital
ASUMSI TINGKAH LAKU
BERMASALAH
 Tingkah
laku bermasalah disebabkan oleh
kekacauan dalam berfungsinya individu yang
bersumber pada :

- dinamika yang tidak efektif antara id, ego,


dan super ego

- proses belajar yang tidak benar pada masa


kanak-kanak.
TUJUAN KONSELING
 Membantu klien untuk membentuk kembali struktur
karakternya dengan mejadikan hal-hal yang tidak
disadari menjadi disadari oleh klien.

 Secara spesifik :
a. Membawa klien dari dorongan-dorongan yang
ditekan
(ketidaksadaran) yang mengakibatkan
kecemasan
kearah perkembangan kesadaran intelektual
b. Menghidupkan kembali masa lalu klien dengan
menembus konflik yang direpres
c. Memberikan kesempatan kepada klien untuk
menghadapi situasi yang selama ini ia gagal
mengatasinya.
DESKRIPSI PROSES
KONSELING
 Proses konseling difokuskan pada usaha menghayati
kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-
kanak.

 Pengalaman masa lampai ditata, dianalisis, dan


ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstriksi
kepribadian.

 Menekankan dimensi afektif dalam membuat


pemahaman ketidakdasaran.

 Pemahaman intelektual penting, tetapi yang lebih


penting mengasosiasikan antara perasaan dan
ingatan dengan pemahaman diri.
 Dalam konseling psikoanalisis terdapat dua bagian
hubungan konselor dengan klien, yaitu aliansi dan
transferensi.

 Aliansi :
sikap klien kepada konselor yang relatif rasional,
realistik, dan tidak neurosis (merupakan prakondisi
untuk terwujudnya keberhasilan konseling).

 Tranferensi :
- pengalihan segenap pengalaman klien di masa
lalunya terhadap orang-orang yang menguasainya
yang ditujukan kpd konselor
- merupakan bagian dari hubungan yang sangat
penting untuk dianalisis
- membantu klien untuk mencapai pemahaman tentang
bagaimana dirinya telah salah dalam menerima,
menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya
pada saat ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.
 Peran utama konselor dalam konseling ini
adalah membantu klien dalam mencapai
kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan
pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi
kecemasan melalui cara-cara yang realistis.

 Konselor membangun hubungan kerja sama


dengan klien dan kemudian melakukan
serangkaian kegiatan mendengarkan dan
menafsirkan.

 Konselor memberikan perhatian kepada


resistensi klien

 Fungsinya adalah mempercepat proses


penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam
ketidaksadaran.
TEKNIK KONSELING
 Teknik-teknik konseling psikoanalisis
diarahkan untuk mengembangkan suasana
bebas tekanan.

 Dalam suasana bebas itu klien menelusuri


apa yang tepat dan tidak tepat pada tingkah
lakunya dan mengarahkan diri untuk
membangun tingkah laku baru.

 Ada lima teknik dasar dalam konseling


psikoanalisis, yaitu :
(1) asosiasi bebas, (2) interpretasi, (3)
analisis mimpi, (4) analisis resistensi, dan
(5) analisis transferensi.
1. Asosiasi Bebas
Teknik pengungkapan pengalaman masa
lampau dan penghentian emosi-emosi yang
berkaitan dengan situasi traumatik di masa
lampau : klien memperoleh pengetahuan dan
evaluasi diri sendiri.

2. Interpretasi
- Prosedur dasar yang digunakan dalam
analisis mimpi, resistensi, dan transferensi
- Penjelasan makna tingkah laku yang
dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi
bebas, resistensi, dan transferensi.
Rambu-rambu Interpretasi :

 Interpretasi
disajikan pada saat gejala yg
diinterpretasikan berhubungan erat
dengan hal-hal yg disadari klien.

 Interpretasi
dimulai dari permukaan
menuju hal-hal yg dalam (dialami oleh
situasi emosional klien).

 Menetapkanresistensi atau pertahan-an


sebelum menginterpretasikan emo-si atau
konflik.
3. Analisis Mimpi
Teknik untuk membuka hal-hal yang tidak disadari
dan membantu klien un-tuk memperoleh pemahaman
terhadap masalah-masalah yg belum terpecahan.

4. Analisis Transferensi
Teknik mendorong klien untuk menghi-dupkan
kembali masa lampaunya dalam konseling

Tujuan :
a. Klien memperoleh pemahaman atas pengalaman
pengalaman tak sadar dan pengaruh masa lampau
terhadap kehidupan sekarang;
b. Memungkinkan klien menembus konflik masa
lampau yang diperta-hankan hingga sekarang &
menghambat perkembangan emosinya.
 AnalisisResistensi
Resistensi :
- Perilaku utk mempertahankan kecemasan
- Menghambat pengungkapan pengalaman
tak
disadari
- Menghambat jalannya/proses konseling

Analisis Resistensi
teknik membantu klien agar menyadari
alasan dibalik resistensinya : bisa
menghilangkannya
KETERBATASAN PENDEKATAN
1. Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu
merendahkan martabat kemanusiaan.

2. Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak


dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh
masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah
tanggung jawab individu berkurang.

3. Cenderung meminimalkan rasionalitas.

4. Data penelitian empiris kurang banyak mendukung sistem


dan konsep psikoanalisis, seperti konsep tentang energi
psikis yang menentukan tingkah laku manusia.
KONSEP DASAR
 Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk
berpikir rasional dan irsional

Ketika berpikir dan bertingkah-


laku rasional manusia akan
efektif, bahagia, dan kompeten.

Ketika berpikir dan bertingkah-


laku irasional individu itu menjadi
tidak efektif.
 Reaksi emosional seseorang disebabkan
oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi,
baik yang disadari maupun tidak disadari.

 Hambatan psikologis atau emosional


adalah akibat dari cara berpikir yang tidak
logis dan irasional.

 Emosi menyertai individu yang berpikir


dengan penuh prasangka, sangat
personal, dan irrasional.
 Berpikir irrasional diawali dengan belajar secara
tidak logis yang diperoleh dari orang tua dan
budaya tempat dibesarkan.

 Berpikir secara irasional akan tercermin dari


verbalisasi yang digunakan.

 Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara


berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat
menunjukkan cara berpikir yang tepat.
 Perasaan dan pikiran negatief serta
penolakan diri harus dilawan
dengan cara berpikir yang rasional
dan logis yang dapat diterima
menurut akal sehat, serta
menggunakan cara verbalisasi yang
rasional.
 Teori ABC dari Albert Ellis :

Tiga pilar yang membangun


tingkah laku individu

Antecedent event
(A)
Belief (B)
Consequence (C)
Antecedent event (A)

 Segenap peristiwa luar yang dialami atau


memapar individu
 Peristiwa pendahulu yang berupa fakta,
kejadian, tingkah laku, atau sikap orang
lain.

Perceraian suatu keluarga


Kelulusan bagi siswa
Seleksi masuk bagi calon
karyawan
Belief (B)

Keyakinan, pandangan, nilai,


atau verbalisasi individu thp
suatu peristiwa

Rational belief (rB)


Irrasional belief (iB)
Consequence (C)

• Konsekuensi emosional sebagai


akibat atau reaksi individu dalam
bentuk perasaan senang atau tidak
senang dalam hubungannya dgn
antecendent event (A).

• Konsekuensi emosional ini bukan


akibat langsung dari A tetapi
disebabkan oleh B, baik yang rB
maupun yang iB.
ASUMSI TINGKAH LAKU
BERMASALAH

 Tingkah laku bermasalah : tingkah laku yang


didasarkan dikendalikan oleh cara berpikir
yang irrasional (iB)

 Ciri-ciri iB :
- Tidak dapat dibuktikan
- Menimbulkan perasaan tidak enak
(kecemasan)
yang sebenarnya tidak perlu
- Menghalangi individu untuk berkembang
Sebab-sebab Individu Berpikir Irasional :

• Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan


yang akan datang, antara kenyataan
dan imajinasi

• Individu tergantung pada perencanaan dan


pemikiran orang lain

• Orang tua atau masyarakat memiliki


kecenderungan berpikir irrasional yang
diajarkan kepada individu melalui berbagai
media.
Indikator keyakinan irrasional :

• Bahwa manusia hidup dalam masyarakat


adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang
lain dari segala sesuatu yang dikerjakan

 Bahwa banyak orang dalam kehidupan


masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat,
dan kejam sehingga mereka patut dicurigai,
disalahkan, dan dihukum
 Bahwa kehidupan manusia senantiasa
dihadapkan kepada berbagai malape-taka,
bencana yang dahsyat, menge-rikan,
menakutkan yang mau tidak mau harus
dihadapi oleh manusia dalam hidupnya.

 Bahwa lebih mudah untuk menjauhi


kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari
pada berusaha untuk mengahadapi dan
menanganinya
 Bahwa penderitaan emosional dari
seseorang muncul dari tekanan eks-ternal
dan individu hanya mempunyai
kemampuan sedikit sekali untuk
menghilangkan penderitaan emosional
tersebut.

 Bahwa pengalaman masa lalu membe-


rikan pengaruh sangat kuat terhadap
kehidupan individu dan menentukan
perasaan dan tingkah laku individu pada
saat sekarang
 Bahwa untuk mencapai derajat yang tinggi
dalam hidupnya dan untuk me-rasakan sesuatu
yang menyenangkan memerlukan kekuatan
supranatural

 Bahwa nilai diri sebagai manusia dan


penerimaan orang lain terhadap diri tergantung
dari kebaikan penampilan individu dan tingkat
penerimaan oleh orang lain terhadap individu.
TUJUAN KONSELING
 Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi,
cara berpikir, keyakinan serta pandangan-
pandangan klien yang irrasional dan tidak
logis menjadi pandangan yang rasional dan
logis

 Menghilangkan gangguan-gangguan
emosional yang merusak diri sendiri seperti
rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa,
rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.
 Untuk mencapai tujuan-tujuan konseling itu
perlu pemahaman klien tentang sistem
keyakinan atau cara-cara berpikirnya sendiri

 Tiga tingkatan insight /pemahaman :

1. Klien klien memahami tingkah laku


negatif/penolakan diri peristiwa yang
disebabkan oleh sistem keyakinan yang
irasional
2 Klien memahami bahwa yang menganggu
klien pada saat ini adalah karena keyakinan
irrasional terus dianutnya

3. Klien memahami bahwa tidak ada jalan lain


untuk keluar dari hambatan emosional yang
dialaminya kecuali dengan mendeteksi dan
melawan keyakinan yang irrasional.
KLIEN YANG TELAH MEMILIKI rB
TERJADI PENINGKATAN DALAM HAL :

 penerimaan diri
 minat sosial
 pengendalian diri
 toleransi terhadap pihak lain
 fleksibelitas
 penerimaan ketidakpastian
 komitmen terhadap sesuatu di luar
dirinya
 berpikir logis
 keberanian mengambil risiko
 menerima kenyataan.
DESKRIPSI PROSES
KONSELING

 Konseling rasional emotif dilakukan


dgn menggunakan prosedur yang
bervariasi dan sistematis yang
secara khusus dimak-sudkan untuk
mengubah tingkah laku dalam
batas-batas tujuan yang disusun
secara bersama-sama oleh konselor
dan klien.
 Tugas konselor menunjukkan
bahwa

masalahnya disebabkan oleh


persepsi yang terganggu dan
pikiran-pikiran yang tidak rasional

usaha untuk mengatasi masalah


adalah harus kembali kepada
sebab-sebab permulaan, yaitu
menghilangkan pikiran-pikiran
yang tidak rasional.
 Operasionalisasi tugas konselor :

1. konselor lebih edukatif-direktif kepada klien, dengan


cara banyak memberikan cerita dan penjelasan,
khususnya pada tahap awal

2. mengkonfrontasikan masalah klien secara langsung

3. menggunakan pendekatan yang dapat memberi


semangat dan memperbaiki cara berpikir klien,
kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik
dirinya sendiri
4. dengan gigih dan berulang-ulang menekankan bahwa
ide irrasional itulah yang menyebabkan hambatan
emosional pada klien

5. mendorong klien menggunakan kemampuan rasional


dari pada emosinya

6. menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis

7. menggunakan humor dan “menekan” sebagai jalan


mengkonfrontasikan berpikir secara irrasional.
 Karakteristik Konseling RE

 Aktif-direktif:
dalam hubungan konseling konselor lebih
aktif membantu mengarahkan klien dalam
menghadapi dan memecahkan masalahnya.

 Kognitif-eksperiensial
proses konseling berfokus pada aspek
kognitif dari klien dan berintikan
pemecahan masalah yang rasional.
 Emotif-ekspreriensial
proses konseling memfokuskan pada
aspek emosi klien dengan mempelajari
sumber-sumber gangguan emosional,
sekaligus membongkar akar-akar keyakinan
yang keliru yang mendasari gangguan
tersebut.

 Behavioristik
proses konseling yang dikembangkan
hendaknya menyentuh dan mendorong
terjadinya perubahan tingkah laku klien.
TEKNIK KONSELING
 Teknik-teknik Emotif (Afektif)

 Assertive adaptive
teknik untuk melatih, mendorong,
dan membiasakan klien untuk secara
terus-menerus menyesuaikan dirinya
dengan tingkah laku yang diinginkan.
Latihan-latihan yang diberikan lebih
bersifat pendisiplinan diri klien.
- Bermain peran
teknik untuk mengekspresikan berbagai
jenis perasaan yang menekan (perasaan-
perasaan negatif) melalui suatu suasana
yang dikondisikan sedemikian rupa
sehingga klien dapat secara bebas
mengungkapkan dirinya sendiri melalui
peran tertentu.

- Imitasi
teknik untuk menirukan secara terus
menerus suatu model tingkah laku
tertentu dengan maksud menghadapi
dan menghilangkan tingkah lakunya
sendiri yang negatif.
 Teknik-teknik Behavioristik

 Reinforcement

 teknik untuk mendorong klien ke


arah tingkah laku yang lebih
rasional dan logis dengan jalan
memberikan pujian verbal
(reward) ataupun hukuman
(punishment).
Teknik ini dimaksudkan untuk mem-
bongkar sistem nilai dan keyakinan
yang irrasional pada klien dan meng-
gantinya dengan sistem nilai yang
positif.

Dengan memberikan reward ataupun


punishment, maka klien akan meng-
internalisasikan sistem nilai yang
diharapkan kepadanya.
Social modeling

• Teknik untuk membentuk tingkah laku-


tingkah laku baru pada klien

• Teknik ini dilakukan agar klien dapat


hidup dalam suatu model sosial yang
diharapkan dengan cara imitasi (meniru),
mengobser-vasi, dan menyesuaikan
dirinya dan meng-internalisasikan norma-
norma dalam sis-tem model sosial dengan
masalah tertentu yang telah disiapkan
oleh konselor.
 Teknik-teknik Kognitif

 Home work assigments

 Teknik yang dilaksanakan dalam


bentuk tugas-tugas rumah untuk
melatih, membiasakan diri, dan
menginternalisasikan sistem
nilai tertentu yang menuntut
pola tingkah laku yang
diharapkan.
• Klien ditugasi untuk mempelajari bahan-bahan tertentu,
melaksanakan latihan-latihan tertentu yang signifikan
untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru
dan irasional

• Tugas yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien


dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor

• Teknik juga bermaksud : mengembangkan p tanggung


jawab, kepercayaan diri, pengelolaan diri klien dan
mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
Latihan assertive

Teknik untuk melatih keberanian klien dalam


mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku
tertentu yang diharapkan melalui bermain peran,
latihan, atau meniru model-model sosial.

Maksud utama teknik latihan asertif


1. mendorong kemampuan klien
mengekspresikan berbagai
hal yang berhubungan dengan
emosinya
2. membangkitkan kemampuan klien dalam
mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa
menolak atau memusuhi hak asasi orang lain

3. mendorong klien untuk meningkatkan


kepercayaan dan kemampuan diri

4. meningkatkan kemampuan untuk memilih


tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok
untuk diri sendiri.
TIADA SEINDAH HARI INI
Tiada seindah kini duduk
berdampingan
Menyentuh hati dengan wajah kasih
Diantara g’ru pembimbing tersenyum
dengan mesra
Alangkah indahnya hari ini
Terlepaslah segala kenangan duka
Kan tercapai harapan hidup bahagia
Tiada seindah kini duduk berdampingan
Alangkah indahnya hari ini

Dr. DYP Sugiharto, M.Pd


Jl. Dewi Sartika Raya No. 3C Semarang 50221
Telp. (024) 8310363 - 081457091192
KONSEP DASAR
 Pandangan tentang Manusia
• Manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling
berkaitan antara satu dengan lainnya, seperti kecakapan,
minat, sikap, dan temperamen.

• Perkembangan kemajuan individu mulai dari masa bayi


sampai dewasa diperkuat oleh interaksi sifat dan faktor.
Telah banyak dilakukan usaha untuk menyusun kategori
individu atas dasar dimensi sifat dan faktor.

• Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah : (1) mengukur


dan menilai ciri ciri-ciri seseorang dengan tes psikologis,
(2) mendefinisikan atau menggambarkan keadaan
individu,
(3) membantu individu untuk memahami diri dan
lingkungannya, (4) memprediksi keberhasilan yang
mungkin dicapai pada masa mendatang.
 Manusia
berusaha untuk menggunakan
pemahaman diri dan pengetahuan
kecakapan dirinya sebagai dasar bagi
pengembangan potensinya.

 Manusiamempunyai potensi untuk


berbuat baik atau buruk.

 Maknahidup adalah mencari kebenaran


dan berbuat baik serta menolak kejahatan.

 Menjadi
manusia seutuhnya tergantung
pada hubungannya dengan orang lain.
 Asumsi pokok pendekatan konseling trait dan faktor.
• Karena setiap individu sebagai suatu pola kecakapan dan
kemampuan yang terorganisir secara unik, dan karena
kemampuan kausalitasnya relatif stabil setelah remaja, maka tes
obyektif dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik-
karatreistik individu.

• Pola-pola kepribadian dan minat berkorelasi dengan tingkah laku


kerja tertentu.

• Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan


minat yang berbeda dan hal ini dapat ditentukan. Individu akan
belajar dengan lebih mudah dan efektif apabila potensi dan
bakatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum.

• Baik klien maupun konselor hendaknya mendiagnosis potensi


klien untuk mengawali penempatan dalam kurikulum atau
pekerjaan.

• Setiap individu mempunyai kecakapan dan keinginan untuk


mengidentifikasi secara kognitif kemampuannya sendiri.
 Pandangan tentang Kepribadian
• Kepribadian : suatu sistem yang saling tergantung
dengan sifat dan faktor, seperti kecakapan, minat, sikap,
dan temperamen.

• Perkembangan kepribadian manusia ditentutan oleh


faktor pembawaan dan lingkungan.

• Setiap individu ada sifat-sifat yang umum dan ada sifat-


sifat yang khusus, yang merupakan sifat yang unik.

• Unsur dasar dari struktur kepribadian disebut sifat dan


merupakan kecenderungan luas untuk memberi reaksi
dan membentuk tingkah laku yang relatif tetap.

• Sifat (trait) : struktur mental yang dapat diamati untuk


menunjukkan keajegan dan ketepatan dalam tingkah
laku.
TUJUAN KONSELING
 Membantu individu mencapai perkembangan
kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia.

 Membantu individu dalam memperoleh kemajuan


memahami dan mengelola diri dengan cara
membantunya menilai kekuatan dan kelamahan diri
dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan-
tujuan hidup dan karir.

 Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan,


tidakmampuan, dan keterbatasan diri serta membantu
pertumbuhan dan integrasi kepribadian.

 Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam


penilaian diri dengan mengggunakan metode ilmiah.
DESKRIPSI PROSES KONSELING
 Hubungan konselor dengan klien merupakan
hubungan yang sangat akrab, sangat bersifat
pribadi dalam hubungan tatap muka.

 Konselorbukan hanya membantu individu atas


apa saja yang sesuai dengan potensinya, tetapi
konselor juga mempengaruhi klien berkembang
ke satu arah yang terbaik baginya.

 Konselormemang tidak menetapkan tetapi


memberikan pengaruh untuk mendapatkan cara
yang baik dalam membuat keputusan.
 Tahapan proses konseling :
1. Analisis
- Merupakan tahapan kegiatan : pengumpulan informasi dan data
mengenai klien.

- Konselor dan klien memiliki informasi yang dpat dipercaya,


tepat, dan relevan untuk mendiagnosis pembawaan, minat,
motif, keseimbangan emosional dan sifat-sifat lain yang
memudahkan penyesuaian diri

- Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat, spt :


cacatan kumulatif, wawancara, catatan anekdot, tes psikologis,
dan studi kasus.

- Selain mengumpulkan data obyektif, konselor harus


memperhatikan pula cita-cita dan sikap klien dan cara
memandang permasalahannya.
2. Sintesis
Merangkum dan mengatur data hasil analisis yang
sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat
klien, kelamahan dan kekuatan, serta kemampuan
penyesuaian diri.

3. Diagnosis
Merupakan tahapan untuk menemukan ketetapan
dan pola yang dapat mengarahkan kepada
permasalahan, sebab-sebabnya, serta sifat-sifat
klien yang relevan dan berpengaruh terhadap
proses penyesuaian diri.
Langkah Diagnosis :
a. Identifikasi Masalah
b. Menentukan sebab-sebab
c. Prognosis
4. Konseling

- Merupakan hubungan membantu klien untuk


menemukan sumber diri sendiri maupun sumber di luar
dirinya dalam upaya mencapai perkembangan dan
penyesuaian optimal sesuai dengan kemampuannya.

- Dalam kaitan ini ada lima sifat konseling, yaitu :


1. Belajar terpimpin menuju pengertian diri
2. Mendidik/mengajar kembali untuk mencapai tujuan
kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
3. Bantuan pribadi agar klien mengerti dan terampil
dalam menerapkan prinsip dan teknik yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Konseling yang mencakup hubungan dan teknik
yang bersifat menyembuhkan
5. Mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis
atau penyaluran
5. Tindak Lanjut
- Memberikan bantuan kepada klien
dalam menghadapi masalah baru
dengan mengingatkannya kepada
masalah sumbernya sehingga
menjamin keberhasilan konseling.

- Teknik yang digunakan konselor harus


disesuaikan dengan individualitas klien,
mengingat bahwa individu itu sifatnya
unik,
sehingga tidak ada teknik yang baku yang
berlaku untuk semua klien.
TEKNIK KONSELING
 Atending
• Dalam formulasi yang singkat Atending dapat
dipahami sebagai usaha pembinaan untuk
menghadirkan klien dalam proses konseling

• Penciptaan dan pengembangan Atending dimulai


dari upaya konselor menunjukkan sikap empati,
menghargai, wajar, dan mampu mengetahui atau
paling tidak mengantisipasi kebutuhan yang
dirasakan oleh klien.
• Dalam tataran yang lebih operasional, melakukan refleksi
melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

- Bagaimana saudara mengenal dan mengantisipasi bila


seseorang sangat tertarik pada Anda?

- Bagaimana saudara mengenal bila seseorang


memberikan perhatian terhadap Anda?

- Bagaimana saudara mengenal atau mengetahui bila


seseorang mendengarkan, memeperhatiakan dan
menghayati Anda ?

• Melalui jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas,


konselor dapat memulai melakukan pembinaan untuk
mengajak klien mamasuki proses konseling.
 Aspek-aspek Atending meliputi :

1) Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka).

a) Duduk dengan badan menghadap kepada klien


b) Tangan di atas pangkuan atau berpegangan bebas atau
kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat
yang sedang dikomunikasikan secara verbal
c) Respondif dengan menggunakan bagian wajah,
umpamanya senyum spontan atau anggukan kepala sebagai
persetujuan atau pemahaman dan krutan dahi tanda tidak
mengerti
d) Badan tegak lurus tetapi tidak kaku, manakala diperlukan
bisa condong ke arah klien untuk menunjukan kebersamaan
2) Kontak Mata
a) Melihat klien terutama pada waktu bicara
b) Menggunakan pandangan spontan yang
menunjukkan ekspresi minat dan keinginan untuk
mendengarkan dan merespon

3) Mendengarkan
a) Memelihara pehatian penuh, terpusat pada klien
b) Mendengarkan apapun yang dikatakan klien,
mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-
katanya, perasaannya, dan perilakunya)
c) Memahami keseluruhan pesannya
 2. Mengundang Pembicaraan Terbuka
 Ajakan terbuka untuk berbicara memberi
kesempatan klien agar mengeksplorasi dirinya
sendiri dengan dukungan pewawancara.

 Pertanyaanterbuka memberi peluang klien untuk


mengemukakan ide perasaan dan arahnya dalam
wawancara.

 Responnya terhadap pertanyaan terbuka ialah


untuk menunjukkan kesadarannya bahwa dia
diminta untuk menceritakan sejarahnya atau lebih
menjabarkan apa yang telah dikatakan.
 Contoh pertanyaan terbuka :
1. untuk membantu memulai wawancara :
“Apa yang Anda akan bicarakan hari ini?”
“Bagaimana keadaan Anda sejak pertemuan terakhir
kita?”

2. Membantu klien menguraikan masalahnya :


“Cobalah Anda menceritakan lebih banyak lagi
tentang hal itu!“
“Bagaimana perasaan Anda pada saat kejadian itu?”

3. Membantu memunculkan contoh-contoh perilaku


khusus :
“Apa yang Anda sedang rasakan pada saat Anda
menceritakan hal ini kepada saya?”
“Bagaimana perasaan Anda selanjutnya pada waktu
itu?”
 Pertanyaan yang tidak disarankan antara lain :
• Pemakaian pertanyaan tertutup yang terlalu sering

• Pengajuan pertanyaan lebih dari satu pada waktu yang


sama
”Dapatkah anda menceritakan lebih banyak lagi tentang
hal itu?”

• Pengajuan pertanyaan “Mengapa”, umpamanya :


“Mengapa anda tidak bergaul dengan baik?”

• Memasukkan jawaban dalam pertanyaa,umpamanya :


“Anda sebenarnya belum mengerti hal itu pada saat anda
mengatakan tentang ayahnya, bukan?”
 Paraprase
• Esensinya : pengulangan kata-kata atau pemikiran-pemikiran kunci
dari klien dalam rumusan-rumusan yang menggunakan kata-kata
konselor sendiri.

• Memberi tahu klien bahwa ia sedang mendengarkan apan yang


dikatakan dan konselor ingin mendengarkan leih banyak lagi.

• Klien akan merasa dimengerti dan dipersiapkan untuk mengolah lebih


dalam lagi masalah-masalah yang diajukannya.

• Maksud dari kegiatan paraprase adalah :


- menyampaikan kepada klien bahwa konselor bersama klien,
dan konselor berupaya memahami apa yang dinayatkan klien
- mengkritalisasi komentar klien dengan lebih
memendekannya sehingga membantu mengarahkan
wawancara
- memberi peluang untuk memeriksa kecermatan persepsi
konselor.
 Cara Memparaprase :
1) Dengarkan pesan utama klien
2) Nyatakan kembali kepada klien
ringkasan pesan utamanya secara
sederhana dan singkat
3) Amati pertanda atau minta respons
dari klien akan bantuan paraprase.

Hindari
- analisis, interpretasi, atau pertimbangan nilai tentang
pesan klien
- respon konselor hanya tertuju kepada bagian kecil
dari pesan klien klien, bukan kepada tema utamanya
- pemakaian kata-kata teknis yang tidak dimengerti
klien
 Refeksi perasaan
• Refleksi perasaan merupakan keterampilan
konselor untuk merespons keadaan perasaan
klien terhadap situasi yang sedang dihadapi.

• Tindakan tersebut akan mendorong dan


merangsang klien untuk mengemukakan
segala sesuatu yang berhubungan dengan
masalah yang sedang dihadapinya.

• Jadi, esensi keterampilan ini adalah untuk


mendorong dan merangsang klien agar dapat
mengekspresikan bagaimana perasaan
tentang situasi yang sedang dialami.
 Aspek-aspek refleksi perasaan :
1) Mengamati perilaku klien
2) Mendengarkan dengan baik
3) Menghayati pesan yang dikomunikasikan
klien.
4) Mengenali perasaan-perasaan yang
dikomunikasikan klien.
5) Menyimpulkan perasaan yang sedang
dialami.
6) Menyeleksi kata-kata yang tepat untuk
melukiskan perasaan klien.
 Meringkas
• Meringkas adalah suatu proses untuk memadu
berbagai ide dan perasaan dalam satu
pernyataan pada akhir suatu unit wawancara
konseling.

• Meringkas : rupaya merekapituasi,


memadatkan, dan mengkristalisasi esensi apa
yang telah dikatakan klien.

• Dengan menggunakan ringkasan secarea


perioodik, konselor dapat memeriksa
kecermatannya dalam mendengarkan.

• Ringkasan juga membantu untuk mengakiri


wawancara dengan suatu cartatan yang wajar,
dan dapat menjadi panduan wawancara.
 Panduan Umum Meringkas
1) Adakan refleksi atau atending terhadap
berbagai variasi tema dan nada
emosional pada saat klien berbicara

2) Gabungkan perasaan dan ide kunci ke dalam


pernyataan-pernyataan yang pengertian
dasarnya luas.

3) Jangan tambahkan ide-ide baru dalam


ringkasan

4) Pertimbangkan kalau sekiranya dapat


membantu kalau menyatakan rinkasan atau
mengajak klien untuk membuat ringkasan
KETERBATASAN
PENDEKATAN
 Pandangannya dikembangkan dalam situasi
pendidikan dan kliennya dibatasi terutama
kepada siswa-siswa yang memiliki keragaman
derajat kemantapan dan tanggung jawab
sendiri.

 Pandangannya terlalu menekankan kepada


pengendalian konselor dan hasil yang dicapai
pada diri klien lebih banyak tergantung kepada
keunggulan konselor dalam mengarahkan dan
membatasi klien.
 Banyak meminimalkan atau mengabaikan
aspek afektif klien yang justru seharusnya
menjadi kepedulian konselor.

 Terlalu banyak pertimbangan yang


ditekankan pada data obyektif. Penggunaan
dan keyakinan yang berlebihan terhdap data
ini kurang tepat karena keterbatasan
reliabilitas, validitas, dan kelengkapan alat
dan datanya.

 Suatu dilema bagi konselor karena ia harus


mendorong dan meyakinkan klien
mewujudkan kemampuannya, tetapi ia harus
melakukannya tanpa persuasi.

You might also like