You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berbagai masalah kesehatan banyak terjadi di masyarakat. Mulai dari penyakit
menular, dan tidak menular, serta penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus.
Berbagai penyakit ini sering di jumpai di masyarakat.
Dari berbagai masalah penyakit yang terjadi mulai dari sitem kardiovaskuler,
pernafasan dan sistem lainnya. Masalah integumen merupakan masalah yang cukup
sering di jumpai di masyarakat. Mulai dari penyakit kulit, luka bakar, dan penyakit yang
diakibatkan oleh infeksi bakteri.
Dalam keperawatan perawat di tuntut untuk dapat membuat dokumentasi
keperawatan berupa asuhan keperawatan. Dalam asuhan keperawatan seorang perawat
harus mempunyai kemampuan untuk mengkaji keadaan pasien.
Untuk mengkaji keadaan pasien perawat harus mempu menentukan data fokus,
data fokus ini nantinya akan menjadi acuan seorang perawat untuk menentukan masalah
keperawatan apa yang muncul.
Untuk itu pada sistem integumen untuk membuat dokumentasi atau asuhan
keperawatan. Perawat harus mampu mengetahuan hal apa saja yang harus dikaji. Untuk
itu kelompok kami tertarik untuk membuat makalah mengenai Asuhan Keperawatan
pada Gangguan Sistem Integumen.
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk membatasi masalah yang akan dibahas dibab berikut kami membuat beberapa
rumusan masalah. Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja hal yang dikaji pada pasien dengan gangguan sistem integumen?
2. Diagnosa apa yang mungkin muncul pada pasien dengan gangguan sistem integumen?
3. Intervensi apa yang mungkin dilakukan pada pasien dengan gangguan sistem
inetegumen?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini agar mahasiswa mampu membuta asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem integumen dengan data fokus.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami apa saja yang dikaji pada pasien dengan gangguan
sistem integumen.
b. Mahasiswa mampu memahami diagnosa apa saja yang mungkin muncul pada
pasien dengan gangguan sistem integumen.
c. Mahasiswa mampu memahami intervensi apa yang mungkin dilakukan pada
pasien dengan ganggaun sistem integumen.NB

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. WAWANCARA
1. Kapan pasien pertama kali mengetahui masalah penyakit kulit ini (demikian pula
selidiki durasi dan intensitasnya) ?
2. Apakah masalah kulit yang dideritanya pernah terjadi sebelumnya?
3. Apa ada gejala lain?
4. Pada kulit bagian mana tempat pertama kali terkena?
5. Bagaimana ruam atau lesi tersebut terlihat ketika muncul pertama kalinya?
6. Pada bagian mana dan seberapa cepat penyebarannya?
7. Apakah terdapat rasa gatal, terbakar, kesemutan atau seperti ada yang merayap?
8. Apakah ada gangguan kemampuan untuk merasa?
9. Apakah masalah tersebut menjadi bertambah parah padda waktu atau musim tertentu?
10. Apakah pasien dapat menjelaskan bagaimana kelainan tersebut berawal?
11. Apakah pasien memiliki riwayat hay fever, asma, biduran, eczema atau alergi?
12. Apakah ada diantara anggota keluarga anda yang mengalami masalah kulit?
13. Apakah erupsi kulit tersebut muncul sesudah makan makanan tertentu?
14. Apakah baru baru ini pasien mulai mengkonsumsi alkohol?
15. Apakah ada hubungan antara kejadian tertentu dengan masa ruam atau lesi?
16. Obat-obatan apa yang anda gunakan?
17. Obat oles (krim, salep, lotion) apa yang anda gunakan untuk mengobati lesi tersebut
( termasuk obat obat yang dapat dibeli bebas di toko obat) ?
18. Produk kosmetik atau preparat perawatan kulit apa yang anda gunakan?
19. Apa pekerjaan anda?
20. Apakah pada lingkungan sekitar anda terdapat faktor faktor (tanaman, hewan, zat zat
kimia, infeksi ) yang dapat mencetuskan masalah penyakit kulit ini ? n
21. Apakah ada sesuatu yang baru atau perubahan apapun dalam lingkungan tersebut?
22. Apakah ada sesuatu yang ketika mengenai kulit anda menyebabkan terjadinya ruam?
B. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
a. Tanggal dan waktu pengkajian
b. Biodata: nama, umur (penting mengetahui angka prevelensi), jenis kelamin,
pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit kulit, banyak terkait dengan factor
pekerjaan, [misalnya, dermatitis kontak alergi).
c. Riwayat kesehatan: meliputi masalah kesehatan sekarang, riwayat penyakit
dahulu, status kesehatan keluarga, dan status perkembangan.
d. Pemeriksaan Fisik Meliputi :
1) Seluruh kulit
2) Kuku
3) Rambut
Prosedur utama dalam pemeriksaan fisik integumen adalah :
1) Pengkajian Kulit
a) Inspeksi
Pasien berada dalam ruangan yang terang dan hangat, pemeriksaan

menggunakan penlight untuk menyinari lesi sehingga pemeriksa akan


melihat apakah keadaan kulit pasien, meliputi :
o Warna kulit : warna kulit biasanya dipengaruhi oleh. Kulit abnormal
ditemukan : Flushing, Cyanosis, Jaundice, Pigmentasi yang tidak
teratur.
o Kelembaban kulit

: adalah tingkat hidrasi kulit terhadap basah dan

minya. Contoh: Kulit lembab dan dingin.


o Tekstur kulit : palpasi tekstur kulit dengan cara menekan secara
lembut dengan ujung jari. Normal : halus, lembut, kenyal. Abnormal:
bengakak, atropi.
o Lesi
: Lokasi, distribusi, ukuran, warna, adanya drainase
o Turgor kulit :turgor adalah elastisitas dari kulit. Diukur : berapa lama
kulit dan dan jaringan dibawahnya kembali ke bentuk awal setelah
ditarik. Normalnya < 3 detik.
o Edema
: edema adalah penumpukan cairan yang berlebihan
dalam jaringan. Arera edema dipalpasi untuk menentukan konsistensi,
temperatus, bentuk, mobilisasi.
o Warna kebiruan, sianosis (hipoksia seluler) dapat dilihat pada
ekstremitas dan dasar kuku, bibir, membran mukosa
o Ikterus (kulit yang menguning, akibat kenaikan bilirubin
b) palpasi
Dalam melakukan tindakan ini pemeriksaan harus menggunakan sarung
tangan, guna melindungi dari terpaparnya penyakit pasien. Tindakan ini
dimaksud untuk memeriksa :
o Turgor kulit :turgor adalah elastisitas dari kulit. Diukur : berapa lama
kulit dan dan jaringan dibawahnya kembali ke bentuk awal setelah
ditarik. Normalnya < 3 detik.
o Edema
: edema adalah penumpukan cairan yang berlebihan
dalam jaringan. Arera edema dipalpasi untuk menentukan konsistensi,
temperatus, bentuk, mobilisasi.
2) Pengkajian kuku
a) Inspeksi tentang :
Konfigurasi
Warna, konsistensi
Neelbed ( dasar kuku)/ perubahan pada kuku
Penonjolan pada kuku
Hipertropi
Paronika ( inflamasi kulit disekitar kuku )
Basil ungium ( pangkal kuku )

Garis garis bean ( alur transfersal) pada kuku adalah tanda retardasi
pertumbuhan matriks kuku ( terjadi pada pasien denngan sakit keras

atau trauma local ( sudut kuku yang normal 160 derajat )


Klubing ( jari tubuh, sudut kuku 80 derajat )
b) Palpasi
Nyeri tekan pasa basis ungium ( pangkal kuku ) positif atau negative
Eritemia
3) Pengkajian rambut
a) Inspeksi
Warna rambut
Tekstur
Distribusi
Gatal gatal
Inflamasi
Tanda tanda infeksi parasite ( tuma/ kutu )
Warna kelabu ( berubah )
Apakah pasien menggunakan warna rambut ( pelurus rambut atau

pengeriting rambut)
Lurus atau berombak
Mudah patah karena pewarna rambut
Hirsutisme ( peningkatan rambut tubuh ) pada wania dekat wajah, bah
dada, pubis .

b) Palpasi
Halus/ tebal
Kuat/ mudah patah
Berminyak atau kering
Rambut berminyak oleh karena : peningkatan sekresi kelenjar sebasea

dekat kulit kepala.


Alopesesia ( kerontokan rambut ) terlokalisasi
Kerontokan yang terlokalisasi ( patcyloss)akibat mencabut/ traksi

rambut yang berlebihan .


Pemakaian obat khemoterapi ( doksorubisin atau siklofosfamid )
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat psikososial dan spiritual
1) Adaptasi orang terdekat dengan pasien
2) Interaksi dalam keluarga
3) Dampak penyakit pasien terhadap keluarga
4) Masalah yang mempengaruhi pasien dan pemecahan masalah
g. Data Fokus

1.

Mengeluh

Data Subjek
kulit
gatal,

Data Objek
nyeri, 1. Terjadi perubahan warna kulit, turgor,

kemerahan, berminyak, kering, kasar,

elastisitas, kelembapan, kebersihan, dan

tidak rata, terkelupas, lepuh, panas,

bau.
2. Terdapat lesi primer misalnya macula,

dingin, perubahan warna kulit dan


2.

timbul borok.
Adanya riwayat alergi, kontak dengan
bahan-bahan tertentu (kosmetik, sabun,

papula, vesikula, pustule, bula, nodula,


atau urtikaria.
3. Terdapat lesi sekunder, misalnya krusta,

4.

skuama/sisik, fisura, erosi, atau lkus.


obat, tanaman, bahan kimia)
4. Ditemukannya
tanda-tanda
radang
Riwayat keluarga atau tetangga dengan
(rubor/kemerahan,
dolor/nyeri,
penyakit kulit.
Adanya perubahan pola kebiasaan
kalor/panas,
tumor/benjolan
dan

5.

sehari-hari.
Ditemukan

3.

data

psikologis

fungsieolesa/perubahan bentuk).
yang 5. Dari pemeriksaan penunjang (kultur kulit,

berkaitan dengan masalah kulit (rasa

biopsy, uji alergi atau pemeriksaan darah)

malu, dikucilkan orang lain, harga diri

didapatkan kelainan.

rendah,

takut

tidak

sembuh,

dan

cemas).
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan masalh integument
adalah :
1. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi
barier kulit.
2. Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.

D. RENCANA KEPERAWATAN
1. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
Kriteria keberhasilan implementasi.
a. Mempertahakan integritas kulit.
b. Tidak ada maserasi.
c. Tidak ada tanda-tanda cidera termal.
d. Tidak ada infeksi.
e. Memberikan obat topikal yang diprogramkan.
f. Menggunakan obat yang diresepkan sesuai jadual.

Intervensi
a. Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi (hidrasi stratum korneum
yang berlebihan) ketika memasang balutan basah.
Rasional: Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan
perluasan kelainan primer.
b. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan penutupan dan menghindari friksi.
Rasional: Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam proses
terjadinya sebagian penyakit kulit.
c. Jaga agar terhindar dari cidera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan
suhu terllalu tinggi & akibat cedera panas yg tidak terasa (bantalan pemanas,
radiator).
Rasional: Penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas terhadap
panas.
d. Nasihati klien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
Rasional: Banyak masalah kosmetik pada hakekatnya semua kelainan malignitas
kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.
2. Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.
Kriteria keberhasilan implementasi.
a. Mencapai peredaan gangguan rasa nyaman: nyeri/gatal.
b. Mengutarakan dengan kata-kata bahwa gatal telah reda.
c. Memperllihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan.
d. Mematuhi terapi yang diprogramkan.
e. Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.
f. Menunjukkan kulit utuh dan penampilan kulit yang sehat .
Intervensi
a. Temukan penyebab nyeri/gatal
Rasional: Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk memberikan
kenyamanan.
b. Catat hasil observasi secara rinci.
Rasional: Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan untuk diagnosis
dan pengobatan.
c. Antisipasi reaksi alergi (dapatkan riwayat obat).
Rasional: Ruam menyeluruh terutama dengan awaitan yang mendadak dapat
menunjukkan reaksi alergi obat.
d. Pertahankan kelembaban (+/- 60%), gunakan alat pelembab.

Rasional: Kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.


e. Pertahankan lingkungan dingin.
Rasional: Kesejukan mengurangi gatal.
f. Gunakan sabun ringan (dove)/sabun yang dibuat untuk kulit yang sensitif
Rasional: Upaya ini mencakup tidak adanya detergen, zat pewarna.
g. Lepaskan kelebihan pakaian/peralatan di tempat tidur
Rasional: Meningkatkan lingkungan yang sejuk.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
Kriteria Keberhasilan Implementasi
a. Mencapai tidur yang nyenyak.
b. Melaporkan gatal mereda.
c. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
d. Menghindari konsumsi kafein.
e. Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
f. Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan
Intervensi
a. Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan
kelembaban yang baik.
Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman
meningkatkan relaksasi.
b. Menjaga agar kulit selalu lembab.

Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal
biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
c. Mandi hanya diperlukan, gunakan sabun lembut, oleskan krim setelah mandi.
Rasional: memelihara kelembaban kulit
d. Menjaga jadual tidur yg teratur. Menghindari minuman yang mengandung kafein
menjelang tidur.
Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
e. Melaksanakan gerak badan secara teratur.
Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.
f. Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
Kriteria Keberhasilan Implementasi
a. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
b. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
c. Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
d. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
e. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
f. Tampak tidak meprihatinkan kondisi.
g. Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk
meningkatkan penampilan

Intervensi
a. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan
diri sendiri.
Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang
tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap
konsep diri.
b. Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi
serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
c. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
Rasional: klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
d. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas
mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan
yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak
adaptasi klien.
e. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
f. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Di dalam sistem inrtegumen terdapat Kulit, Kuku dan Rambut, Pangkajian
pasien gangguan inetgumen merupakan aspek penting yang dilakukan dan dikuasai
oleh peserta didik, mengingat semakin penting perawatan dalam sistem pelayanan
keperawatan dapat terintegrasi dengan sistem lain.
Pada pengkajian fisk integumen tidak bisa terpisah dari sistem tubuh lain
sehingga perlu untuk dikaji semua sistem oleh karena tahap awal dalam pengkajian
harus sistematis dari kepala sampai ke kaki serta badningkan bagian lain yang sehat
dengan yang sakit, dan selalu mengacu pada data suyektif, dan data objektif.
Hal yang penting dalam pengkajian adalah bagaimana cara komunikasi
terapeutik (gunakan bahasa yang tepat dan dapat dimengerti oleh pasien), privasi
pasien dan harus dengan pencahayaan yang baik.
Dalamnya pengkajian sistem integumen tergantung pada kesiapan dan
perhatian dari pemeriksaan, pengkajia sekils didapat pada saat dilakukannya
wawancara saat apsien datang ke rumah sakit.
B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan sudah

seharusnya

mengetahui

dan

memahami bagaimana rencana asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan


sistem integumen, agar bisa diterapkan nanti dalam dunia kerja.

You might also like