You are on page 1of 16

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan
Cleft lip atau labioschisis atau bibir sumbing adalah suatu ketidaksempurnaan pada
penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat dibawah hidung. Cleft
palate atau palatoschisis merupakan kelainan kongenital pada wajah dimana atap/langitan
dari mulut yaitu palatum tidak berkembang secara normal selama masa kehamilan,
mengakibatkan terbukanya (cleft) palatum yang tidak menyatu sampai ke daerah cavitas
nasalis, sehingga terdapat hubungan antara rongga hidung dan mulut
Cleft lips and palate (CLP) adalah suatu kecacatan kongenital pada kraniofasial
yang paling sering ditemui. Permasalahan pada penderita celah bibir dan langit-langit
sudah muncul sejak penderita lahir. Derita psikis yang dialami pula oleh penderita setelah
menyadari dirinya berbeda dengan yang lain. Secara fisik adanya celah akan membuat
kesukaran minum karena adanya daya hisap yang kurang dan banyak yang tumpah atau
bocor ke hidung, Se1ain itu terjadi permasalahan dalam segi estetik/kosmetik,
perkembangan gigi yang tidak sempuma serta gangguan pertumbuhan rahang dan
gangguan bicara berupa suara sengau. Penyulit yang juga mungkin terjadi pada penderita
celah bibir adalah infeksi pada telinga tengah hingga gangguan pendengaran
Penanganan CLP memerlukan keterlibatan berbagai disiplin ilmu yang dimulai
dari hari pertama dilahirkan hingga umur 20-21 tahun. Untuk penanganan yang optimal
selain diperlukan suatu pengetahuan juga diperlukan keterampilan teknis dalam mendalami
suatu anatomi abnormal dengan tidak menghilangkan nilai estetika didalamnya. Hal ini
juga didukung dalam hal perawatan dalam hal pengawasan dan evaluasi.
B. Insiden
CLP merupakan cacat pada wajah yang paling sering, ditemukan satu tiap 700
kelahiran hidup di seluruh dunia. Insiden bibir sumbing di Indonesia belum diketahui.
Hardjo-Wasito dengan kawan-kawan di propinsi Nusa Tenggara Timur antara April
1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi pada 1004 kasus bibir sumbing atau
celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di antara 3 juta penduduk. Fogh
Andersen di Denmark melaporkan kasus bibir sumbing dan celah langit-langit
0

1,47/1000 kelahiran hidup. Hasil yang hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan
Broadbent di Amerika Serikat serta Wilson untuk daerah Inggris. Neel menemukan
insiden 2,1/1000 penduduk di Jepang.
Pada 25 % pasien, terdapat riwayat celah pada wajah (facial clefting) di
keluarga, tidak diikuti resesif atau pun dominan paternal. Timbulnya celah tidak ada
hubungannya dengan pola warisan Mendelian, dan hal tersebut menunjukkan bahwa
celah yang timbul diwariskan secara heterogen. Pandangan ini didukung dengan fakta
dari beberapa penelitian pada anak kembar yang menunjukkan pengaruh relatif genetik
dan

non-genetik

terhadap

timbulnya

celah.

Pada isolated

cleft

palate dan

CL/P, proband tidak memiliki pengaruh pada keluarga tingkat pertama dan kedua,
secara empiris resiko pada saudara yang lahir dengan cacat/kelainan yang sama 3-5%.
Akan tetapi jika terdapat proband dengan CL/P kombinasi yang mempengaruhi
keluarga tingkat pertama dan kedua, resiko bagi saudara atau keturunan berikutnya 1020%.
C. Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab terjadinya labioschisis belum diketahui dengan pasti. Kebanyakan
ilmuwan berpendapat bahwa labioschisis muncul sebagai akibat dari kombinasi faktor
genetik dan faktor-faktor lingkungan. Di Amerika Serikat dan bagian barat Eropa, para
peneliti melaporkan bahwa 40% orang yang mempunyai riwayat keluarga labioschisis akan
mengalami labioschisis. Kemungkinan seorang bayi dilahirkan dengan

labioschisis

meningkat bila keturunan garis pertama (ibu, ayah, saudara kandung) mempunyai riwayat
labioschisis. Ibu yang mengkonsumsi alcohol dan narkotika, kekurangan vitamin (terutama
asam folat) selama trimester pertama kehamilan, atau menderita diabetes akan lebih
cenderung melahirkan bayi/ anak dengan labioschisis.
Beberapa hipotesis yang dikemukakan dalam perkembangan kelainan ini antara
lain :

Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional dalam hal
kuantitas (pada gangguan sirkulasi feto-maternal) dan kualitas (defisiensi asam folat,

vitamin C, dan Zn).


Penggunaan obat teratologik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal.
Infeksi, terutama pada infeksi toxoplasma dan klamidia.
Faktor genetik

Faktor risiko terjadinya cleft lip and palate ini, dapat berasal dari bayi sendiri
maupun dari ibunya. Faktor risiko tersebut antara lain:

Bayi yang memiliki cacat lahir lainnya

Memiliki saudara kandung, orang tua, atau saudara dekat lain yang lahir dengan sumbing
wajah.

Ibu mengkonsumsi alkohol selama kehamilan

Memiliki penyakit atau infeksi saat hamil

Kekurangan asam folat pada pembuahan atau selama kehamilan awal

D. Patofisologi
Gejala patologis pada celah bibir mencakup kesulitan pemberian makanan dan
nutrisi, infeksi telinga yang rekuren, hilangnya pendengaran, perkembangan pengucapan
yang abnormal dan kelainan pada perkembangan wajah. Adanya hubungan antara saluran
mulut dan hidung menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk mengisap pada bayi.
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tak
terbentuk mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (prosesus
nasalis dan maksilaris) pecah kembali, Semua yang mengganggu pembelahan sel dapat
rnenyebabkan ini: defisiensi, bahan-bahan obat sitostatik, radiasi.
Problem yang ditimbulkan akibat cacat ini adalah psikis, fungsi dan estetik
Ketiganya saling berhubungan, Problem psikis yang mengenai orang tua dapat diatasi
dengan penerangan yang baik. Bila cacat terbentuk lengkap sampai langit-langit, bayi tak
dapat mengisap. Karena sfingter muara tuba Eustachii kurang normal lebih mudah terjadi
infeksi ruang telinga tengah. Sering ditemukan hipolplasia pertumbuhan maksilla sehingga
gigi geligi depan atas/rahang atas kurang maju pertumbuhannya.
Insersi yang abnormal dari tensor veli palatini menyebabkan tidak sempurnanya
pengosongan pada telinga tengah. Infeksi telinga rekuren menyebabkan hilangnya
pendengaran yang dapat rnernperburuk pengucapan yang abnormal. Mekanisme
veloparingeal yang utuh penting dalam menghasilkan suara non nasal dan sebagai
modulator aliran udara dalarn produksi fonem lainnya yang membutuhkan nasal coupling,
Maniputasi anatomi yang kompleks dan sulit dari mekanisme veloparingeal, jika tidak
sukses dilakukan pada awal perkernbangan pengucapan, dapat menyebabkan berkurangnya
pengucapan normal yang dapat dicapai.

E. Klasifikasi
Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk:
1. Inkomplit
2. Komplit
Berdasarkan lokasi/jumlah kelainan :
1. Unilateral
2. Bilateral
Pembagian berdasarkan International Classification of the Diseases (ICD),
mencakup celah anatomis organ terlibat, lengkap atau tidaknya celah, unilateral atau
bilateral; digunakan untuk sistem pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh World
Health Organization (WHO). Kerusakan terjadi hingga pada daerah alveolar sehingga
menjadi sebuah perencanaan dalam pembedahan sebagai perbaikan.
1.

Unilateral komplit.
Jika celah sumbing yang terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke
hidung atau dengan kata lain unilateral komplit memberikan gambaran keadaan dimana
te1ah terjadi pemisahan pada salah satu sisi bibir, cuping hidung dan gusi. Unilateral
komplit memiliki dasar dari palatum durum yang merupakan daerah bawah daripada
kartilago hidung.

Gambar 3. Tipe unilateral komplit

2.

Unilateral Inkomplit.
Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke
hidung atau dengan kata lain bahwa unilateral inkomplit memberikan gambaran
keadaan dimana terjadi pemisahan pada salah satu sisi bibir, namun pada hidung ridak
rnengalami kelainan.

Gambar 4. Tipe unilateral inkomplit


3.

Bilateral Komplit.
Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung. Dapat
terlihat adanya penonjolan pada daerah premaxilla, Oleh karena terjadi
ketidakadaannya hubungan dengan daerah lateral daripada palatum durum.

Gambar 5. Tipe bilateral komplit


2.

Bilateral Inkomplit. Jika celah ini terjadi secara inkomplit dimana kedua
hidung dan daerah kedua premaxilla tidak mengalarni pemisahan dan hanya
menyertakan dua sisi bibir.

Gambar 6. Tipe bilateral inkomplit


F. Diagnosa
Deteksi prenatal dapat dilakukan dengan beragam teknik. Fetoskopi telah digunakan
untuk memberikan gambaran wajah fetus. Akan tetapi teknik ini bersifat invasif dan dapat
menimbulkan resiko menginduksi aborsi. Namun demikian, teknik ini mungkin tepat

digunakan untuk konfirmasi pada beberapa cacat/kelainan pada kehamilan yang kemungkinan
besar akan diakhiri. Teknik lain seperti ultrasonografi intrauterine, magnetic resonance
imaging, deteksi kelainan enzim pada cairan amnion dan transvaginal ultrasonografi
keseluruhannya dapat mendeteksi dengan sukses CLP secara antenatal. Tetapi, pemeriksaanpemeriksaan tersebut dibatasi pada biaya, invasifitas dan persetujuan pasien. Ultrasound
transabdominal merupakan alat yang paling sering digunakan pada deteksi antenatal CLP, yang
memberikan keamanan dalam prosedur, ketersediaannya, dan digunakan secara luas pada
skrining anatomi antenatal.
Deteksi dini memperkenankan kepada keluarga untuk menyiapkan diri terlebih dahulu
terhadap suatu kenyataan bahwa bayi mereka akan memiliki suatu kelainan/cacat. Mereka
dapat menemui anggota dari kelompok yang memiliki CLP, belajar mengenai pemberian
makanan khusus dan memahami apa yang harus diharapkan ketika bayi lahir. Sebagai
pembanding, ibu yang menerima konseling pada 2 pekan awal kehidupan mungkin akan lebih
merasa bingung dan kewalahan. Deteksi dini juga memperkenankan kepada ahli bedah
untuk bertemu dengan keluarga sebelum kelahiran dan mendiskusikan pilihan
perbaikan. Dengan waktu konseling dan rencana yang tepat, memungkinkan untuk
melaksanakan perbaikan dari unilateral cleft lip pada minggu pertama kehidupan.
G. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari kelainan labioschisis antara lain :
1.

Masalah asupan makanan


Merupakan

masalah

pertama

yang

terjadi

pada

bayi

penderita

labiognatopalatochizis. Adanya labiognatopalatochizis memberikan kesulitan pada


bayi untuk melakukan hisapan pada payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada
pipi bayi dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral.
Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek menelan pada bayi
dengan labioschisis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap lebih banyak
udara pada saat menyusu. Memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin dapat
membantu proses menyusu bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga
daapt membantu.
Bayi yang hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada
palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya
membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat
keluar dengan tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labio-palatoschisis
dan bayi dengan masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu.
2.

Masalah Dental

Anak

yang

lahir

dengan

labiognatopalatochizis

mungkin

mempunyai

masalah tertentu yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari
gigi geligi pada arean dari celah bibir yang terbentuk. Infeksi telinga Anak dengan
labiognatopalatochizis

lebih

mudah

untuk

menderita

infeksi

telinga

karena

terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan


dan penutupan tuba eustachius.
3.

Gangguan berbicara
Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas pada
perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole tidak
dapat menutup ruang/

rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara

dengan kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of speech). Meskipun telah
dilakukan reparasi palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas untuk menutup
ruang/ rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya
normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara/ kata "p, b, d, t,
h, k, g, s, sh, and ch", dan terapi bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu.
H. Penatalaksanaan
Rencana terapi dari celah wajah dibuat setelah diagnosis. Rencana ini mencakup
setiap operasi yang dibutuhkan dalam 18 tahun pertama kehidupan pasien untuk
merekonstruksi wajah sepenuhnya. Perlakuan terhadap cleft lip and palate dapat dibagi di
berbagai wilayah wajah: anomali tengkorak, anomali orbit dan mata, anomaly hidung dan
anomali midface mulut. Bayi yang baru lahir dengan CLP segera dipertemukan dengan
pekerja sosial untuk diberi penerangan agar keluarga penderita tidak mengalami stress dan
menerangkan harapan yang bisa didapatkan dengan perawatan yang menyeluruh bagi
anaknya, Selain itu dijelaskan juga masalah yang akan dihadapi kelak pada anak.
Menerangkan bagaimana memberi minum bayi agar tidak banyak yang tumpah. Pekerja
sosial membuatkan suatu record psicososial pasien dari sini diambil sebagai bagian record
CLP pada umumnya. Pekerja sosial akan mengikuti perkembangan psikososial anak serta
keadaan keluarga dan lingkungannya. Adapun beberapa perbaikan yang dapat
dilakukan, diantaranya :
1.

Operasi perbaikan terhadap bibir disebut Cheiloraphy


atau Labioplasty.

Dilakukan pada usia 3 bulan. Sebe1um dilakukan observasi pada penderita melihat
kondisi bayi harus sehat, tindakan pembedahan mengikuti tata cara ""rule of ten": bayi
berumur lebih 10 minggu, berat 10 pon atau 5 kg, dan memiliki hemoglobin lebih dari
10 gr% dan lekosit di bawah 10.000.
2. Perbaikan langit-langit disebut Palatoraphy
Dilakukan pada usia 10 - 12 bulan, usia tersebut akan memberikan hasil fungsi bicara
yang optimal karena memberikan kesempatan jaringan pasca operasi sampai matang
pada proses penyembuhan luka sehingga sebelum penderita mulai bicara dengan
demikian soft palate dapat berfungsi dengan baik. Jika operasi dilakukan terlambat
sering hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan suara normal, tak sengau,
sulit dicapai
3. Speech therapy
Setelah operasi, pada usia anak dapat belajar dari orang lain, speech therapy dapat
diperlukan setelah operasi palatoraphy yang akan meminimalkan suara sengau. Namun
apabila masih saja didapatkan suara sengau, maka dapat dilakukan phayngoplasty.
Operasi ini akan membuat bendungan" pada faring untuk memperbaiki fonasi,
biasanya dilakukan pada usia 5-6 tahun ke atas.
4. Alveolar Bone Graft
Pada usia 8-9 tahun dilakukan operasi penambalan tulang pada celah alveolar/maxilla
untuk tindakan bone graft dimana ahli orthodonti yang akan mengatur pertumbuhan
gigi caninus kanan-kiri celah agar normal. Bone graft ini diambil dari bagian spongius
crista iliaca.
5. Advancement Osteotomy Le Fort I
Evaluasi pada perkembangan selanjutnya pada penderita CLP sering didapatkan
hipoplasia pertumbuhan maxilla sehingga terjadi dish face muka cekung. Keadaan ini
dapat dikoreksi dengan cara operasi advancement ostetomi Le Fort I pada usia 17
tahun dimana tulang-tulang muka telah berhenti pertumbuhannya. Hal ini dilakukan
oleh bedah ortognatik, memotong bagian tulang yang tertinggal pertumbuhannya dan
merubah posisinya maju ke depan.
Ahli THT untuk mencegah dan menangani timbulnya otitis media dan kontrol
pendengaran. Penderita CLP mengalami gangguan pada tuba eustachia dimana akan tetjadi
kelumpuhan otot levator palatine dan tensor vili palatine yang terinsersi dengan daerah tepi
7

pada langit-langit keras. Dengan bertambahnya usia maka insiden terjadi kegagalan
fungsi tuba eustachia semakin tinggi pula. Evaluasi dilakukan setiap 3-4 bulan hingga ada
perbaikan. Indikasi untuk dilakukan miringotomi dan insersi pada tuba sangat konduktif
untuk mengatasi kehilangan pendengaran dan otitis media yang tidak kunjung sembuh.
I. Teknik Pembedahan Celah Bibir
1.

Teknik untuk unilateral cleft lip

Beberapa prosedur bedah untuk memperbaiki unilateral cleft lip telah


dikemukakan dengan variasi yang beragam antara lain "Rose-Thompson Straight Line
Closure, Randall-Tennison triangular flap repair, Mulard rotation-advancement repair,
LeMesurier quadrilateral flap repair, Lip adhesion, and Skoog dan Kernahan-Bauer
upper dan lower lip Z-plasty repair. Dan masih banyak lagi teknik-teknik yang lain
seperti teknik Delaire dan teknik Poole. Setiap teknik tersebut bertujuan untuk
mengembalikan kontuinitas dan fungsi dari musculus orbicularis dan menghasilkan
anatomis yang simetris. Kesemuanya mencoba untuk memperpanjang pemendekan
philtrum pada bagian bercelah dengan melekatkan jaringan dari elemen bibir lateral ke
elemen bibir medial, dengan menggunakan berbagai kombinasi antara lain merotasi,
memajukan dan mentransposisikan penutup.
Teknik Rose-Thompson straight line closure merupakan teknik untuk
penyambungan linear defek minimal tanpa distorsi lantai nostril diawali dengan
pertimbangan mengenai titik anatomis yang ada.
Dua teknik yang sering digunakan yaitu teknik rotasi Millard dan teknik
triangular. Teknik Millard membuat dua flap yang berlawanan di mana pada sisi
medial dirotasi ke bawah dari kolumella untuk menurunkan titik puncak ke posisi
normal dan sisi lateral dimasukkan ke arah garis tengah untuk menutupi defek pada
dasar kolumella.
Keuntungan dari teknik rotasi Millard adalah jaringan parut yang terbentuk
berada pada jalur anatomi normal dari collum philtral dan batas hidung Teknik
triangular dikembangkan oleh Tennison dan kawan-kawan dengan menggunakan flap
triangular dari sisi lateral, dimasukkan ke sudut di sisi medial dari celah tepat di atas
batas vermillion, melintasi collum philtral sampai ke puncak cupid. Triangle ini
menambah panjang di sisi terpendek dari bibir. Teknik ini menghasilkan panjang bibir
yang baik tetapi jaringan parut yang terbentuk tidak terlihat alami.

Teknik Milliard Rotation Advancement adalah teknik yang dikembangkan oleh


Milliard dengan perbaikan bertahap cocok untuk memperbaiki baik cleft lip komplit
maupun inkomplit. Teknik ini sederhana, tapi diperlukan mata yang baik dan tangan
yang bebas karena merupakan teknik-teknik 'cut as you go' bagian nasal rekonstruksi
harus didudukkan pada posisi anatomi sphincter oral, rotasi seluruh crus lateral +
medial dari kartilago lateral, rekonstruksi dasar hidung (baik lebar dan tingginya)
dengan koreksi asimetris maksila yang hipoplastik untuk meninggikan ala bawah yang
mengalami deformitas dan penempatan kolumella dan septum nasi ke midline untuk
memperoleh nostril yang simetris.
Bagian bibir yang normal disiapkan untuk menerima bagian sisi yang sumbing
pada teknik Miliard, untuk itu maka sisi yang sehat dengan cupids bow. harus diiris
sepanjang bawah kolumella dan dibebaskan ke bawah, ke arah estetika normal. Bagian
bibir yang sumbing harus diiris sedemikian rupa untuk mengisi gap celah yang telah
disiapkan pada bibir yang sehat.
2.

Teknik untuk complit dan incomplit bilateral cleft lip


Apabila celah bilateral komplit pada satu sisi dan inkomplit pada sisi yang lain
tidak hanya terjadi defisiensi bilateral tapi juga asimetris dari distorsi. Adaptasi prinsip
rotation advancement terbagi kepada dua tahap, cleft komplit dirotasi dan diangkat
untuk menutupi supaya suplai darah ke prolabium dialirkan deft incomplete. lika
kolurnella terdapat pemendekan unilateral flap c digunakan untuk pemanjangan. Satu
bulan lebih kemudian, sisi yang kedua dirotasi dan ditarik supaya simetris.

3.

Teknik untuk complete bilateral cleft lip


Complete bilateral cleft terdapat tiga masalah tambahan yang biasanya tidak
terdapat di incomplete cleft (1) premaksilla yang menonjol. (2) kolumella yang
inadekuat atau tidak ada (3) satu-satunya suplai darah ke prolabium adalah melalui
kolumella dan premaksilla.

J. Komplikasi
Komplikasi dari celah bibir dan langit-langit bila tidak di operasi adalah secara
fisik membuat kesulitan dalam makan dan minum karena daya hisap yang kurang
maksimal dan banyak yang tumpah atau bocor ke hidung, gangguan kosmetik, gangguan
bicara berupa suara sengau, retardasi mental, infeksi telinga tengah, gangguan
pendengaran dan gangguan pertumbuhan gigi.

Komplikasi yang dapat timbul pada operasi adalah perdarahan, obstruksi saluran
pernapasan, infeksi, deviasi septim nasi dan terjadinya fistula. Perdarahan yang banyak
jarang terjadi, tapi mungkin memerlukan operasi kembali untuk mengontrol perdarahan.
Penyumbatan pernapasan juga jarang terjadi jika tidak ada perdarahan yang berlebihan
tetapi dapat mengancam jiwa. Saluran harus dipantau secara hati-hati. Monitor saturasi
O2 bisa digunakan di ruang perawatan atau pasien dapat di pantau dalam ruang ICU.
Fistula palatum bisa ada karena celah asimptomatik atau menyebabkan gejala-gejala
seperti masalah pengucapan dan kesulitan kebersihan gigi.
K. Pencegahan
1. Menghindari merokok
Ibu yang merokok mungkin merupakan faktor risiko lingkungan terbaik yang
telah dipelajari untuk terjadinya celah orofacial.Ibu yang menggunakan tembakau
selama kehamilan secara konsisten terkait dengan peningkatan resiko terjadinya celahcelah orofacial. Mengingat frekuensi kebiasaan kalangan perempuan di Amerika
Serikat, merokok dapat menjelaskan sebanyak 20% dari celah orofacial yang terjadi
2.

pada populasi negara itu.


Menghindari alcohol
Peminum alkohol berat selama kehamilan diketahui dapat mempengaruhi
tumbuh kembang embrio, dan langit-langit mulut sumbing telah dijelaskan memiliki
hubungan dengan terjadinya defek sebanyak 10% kasus pada sindrom alkohol fetal
(fetal alcohol syndrome). Dalam banyak penelitian tentang merokok, alkohol
diketemukan juga sebagai pendamping, namun tidak ada hasil yang benar-benar

disebabkan murni karena alcohol.


3. Memperbaiki Nutrisi Ibu
Nutrisi yang adekuat dari ibu hamil saat konsepsi dan trimester I kehamilan
sangat penting bagi tumbuh kembang bibir, palatum dan struktur kraniofasial yang
normal dari fetus.
a. Asam Folat
Peran asupan folat pada ibu dalam kaitannya dengan celah orofasial sulit untuk
ditentukan dalam studi kasus-kontrol manusia karena folat dari sumber makanan
memiliki bioavaibilitas yang luas dan suplemen asam folat biasanya diambil dengan
vitamin, mineral dan elemen-elemen lainnya yang juga mungkin memiliki efek
protektif terhadap terjadinya celah orofasial.Folat merupakan bentuk poliglutamat
alami dan asam folat ialah bentuk monoglutamat sintetis.Pemberian asam folat pada
ibu hamil sangat penting pada setiap tahap kehamilan sejak konsepsi sampai
10

persalinan. Asam folat memiliki dua peran dalam menentukan hasil kehamilan.
Satu, ialah dalam proses maturasi janin jangka panjang untuk mencegah anemia
pada kehamilan lanjut. Kedua, ialah dalam mencegah defek kongenital selama
tumbuh kembang embrionik.Telah disarankan bahwa suplemen asam folat pada ibu
hamil memiliki peran dalam mencegah celah orofasial yang non sindromik seperti
bibir dan/atau langit-langit sumbing.
b. Vitamin B-6
Vitamin B-6 diketahui dapat melindungi terhadap induksi terjadinya celah orofasial
secara laboratorium pada binatang oleh sifat teratogennya, demikian juga
kortikosteroid, kelebihan vitamin A, dan siklofosfamid.Deoksipiridin, atau
antagonis vitamin B-6, diketahui menginduksi celah orofasial dan defisiensi vitamin
B-6 sendiri cukup untuk membuktikan terjadinya langit-langit mulut sumbing dan
defek lahir lainnya pada binatang percoban.Namun penelitian pada manusia masih
kurang untuk membuktikan peran vitamin B-6 dalam terjadinya vitamin B-6.
c. Vitamin A
Asupan vitamn A yang kurang atau berlebih dikaitkan dengan peningkatan resiko
terjadinya celah orofasial dan kelainan kraniofasial lainnya. Hale adalah peneliti
pertama yang menemukan bahwa defisiensi vitamin A pada ibu menyebabkan defek
pada mata, celah orofasial, dan defek kelahiran lainya pada babi. Penelitian klinis
manusia menyatakan bahwa paparan fetus terhadap retinoid dan diet tinggi vitamin
A jugadapat menghasilkan kelainan kraniofasial yang gawat.Pada penelitian
prospektif lebih dari 22.000 kelahiran pada wanita di Amerika Serikat, kelainan
kraniofasial dan malformasi lainnya umum terjadi pada wanita yang mengkonsumsi
lebih dari 10.000 IU vitamin A pada masa perikonsepsional.
4. Modifikasi Pekerjaan
Dari data-data yang ada dan penelitian skala besar menyarankan bahwa ada
hubungan antara celah orofasial dengan pekerjaan ibu hamil (pegawai kesehatan,
industri reparasi, pegawai agrikulutur).Teratogenesis karena trichloroethylene dan
tetrachloroethylene pada air yang diketahui berhubungan dengan pekerjaan bertani
mengindikasikan adanya peran dari pestisida, hal ini diketahui dari beberapa
penelitian.namun tidak semua.Maka sebaiknya pada wanita hamil lebih baik
mengurangi jenis pekerjaan yang terkait. Pekerjaan ayah dalam industri cetak, seperti
pabrik cat, operator motor, pemadam kebakaran atau bertani telah diketahui
meningkatkan resiko terjadinya celah orofasial.

11

5. Suplemen Nutrisi
Beberapa usaha telah dilakukan untuk merangsang percobaan pada manusia untuk
mengevaluasi suplementasi vitamin pada ibu selama kehamilan yang dimaksudkan
sebagai tindakan pencegahan.Hal ini dimotivasi oleh hasil baik yang dilakukan pada
percobaan pada binatang. Usaha pertama dilakukan tahun 1958 di Amerika Serikat
namun penelitiannya kecil, metodenya sedikit dan tidak ada analisis statistik yang
dilaporkan.Penelitian lainnya dalam usaha memberikan suplemen multivitamin dalam
mencegah celah orofasial dilakukan di Eropa dan penelitinya mengklaim bahwa hasil
pemberian suplemen nutrisi adalah efektif, namun penelitian tersebut memiliki data
yang tidak mencukupi untuk mengevaluasi hasilnya.Salah satu tantangan terbesar dalam
penelitian pencegahan terjadinya celah orofasial adalah mengikutsertakan banyak
wanita dengan resiko tinggi pada masa produktifnya.

12

DAFTAR PUSTAKA
Abramowicz A, Cooper M, Bardi K,Weynet R, Marazita M. Demographic and prenatal factor
of patients with cleft and lip anfd cleft palete. American dental association. 2003:
134
Artono MA, Prihartiningsih. Labioplasti metode barsky dengan pemetongan tulang vomer pada
penderita bibir sumbing dua sisi komplit di bawah anastesi umum. Bagian bedah
mulut fakultas kedokteran negeri universitas gajah mada. 2008;15(2): 149-152
Avila JR, Daack-Hirsch S, Dragan E, Flix TM, Rahimov F, et al. Medical sequencing of
candidate genes for nonsyndromic cleft lip and palate. PLoS Genet. Dec
2005;1(6):e64.
Bartzella T, CArales C, Bronkhortst E. Tooth agenesis patterns ini bilateral cleft lip and palete.
Eur J oral sci. 2010; 118: 47-52
Christensen K, Juel K, Herskind M, Murray C. Long term followup study of survival
associated with cleft lip and palete at birth. BMJ. 2004
Demeke J, Tatum S. Analysis and evolution of rotation principles in unilateral cleft lip repair.
An international purnal of surgical reconstruction. 2011;64: 313-318
Fernando J, Lavine D, Mckenzie C, Lim KH, CohenB, FArrac N. Real-time magnetic
resonance imaging aids prenatal diagnosis of isolated cleft palete. J ultrasound med.
2005: 24; 1533-1540
Hanoin M, RAssmusen, Lammer E. Maternal smoking and environmental tobacco smoke
exposure and the risk of orofacial cleft. Helat med. 2007: 18 (2)
Hodkinson P, Brown S, Duncan D, Grant C, Thomas P, MAttick C. management of children
with cleft lip and palete: a rivew describing the application of multidisciplinary team
working in this conditation based upon the experience of regional cleft lip and palete
in the united kingdom. Cambrige university press. 2005
Hozyasz, Oltrazewski M, Dudkiewick. Malonycarnitine in newborn with no syndromic cleft
lip with or without cleft palete. Department of pediatric surgery. 2010;2(3): 136-141
Hviid A, Nielsen DM. Corticosteroid use during pregnancy and risk of orofacial clefts. CMAJ.
2011

13

Johar A, RAvichandran K, Subanhi SH. Cleft lip/ palate anomalies.King facial specialist
hospital and research center. Saudi Arabia: 2006; 20: 201-2
Khan et al. 2013. A revised classification of the cleft lip and palate. Can J Plast Surg 21(1): 4850.
Krumova V. Clinical and genetic peculiarities of isolated cleft palates. Journal of IMAB. 2008;
2
Laija J. Cleft lip and palete surgery. Scandinavian journal of surgery. 2003; 92: 269-273
Little J, Cardy A, Munger. Tobacco smoking and oral cleft: a meta analysis. Bulletin of the
world healt organization. 2004; 82 (3)
Lopez AM, Rodriguez AR, Solis LC. Nasalveolar bone graft integration range in patiens with
cleft lip and palate sequel. Odontologica mexica. 2012; 16(1)
Murray JC, Daack-Hirsch S, Buetow KH,et al. Clinical and epidemiologic studies ofcleft lip
and palate in the Philippines. Cleft Palate Craniofac J 2007;34:7-10
Manyama M, Rolian C, Gilyoma JMagon C,KImwaga E. An assessment of orofacial cleft in
Tanzania. BMC oral health. 2011; 11(5)
Moreno LM, Arcos-Burgos M, MarazitaML, et al. Genetic analysis of candidate loci in nonsyndromic cleft lip families from Antioquia-Colombia and Ohio. Am J Med Genet
2004;125A:135-44
Mossey PA, Little J. Epidemiology of oral clefts: an international perspective. In: Wyszynski
DF, ed. Cleft lip and palate: fromorigin to treatment. Oxford, England: Oxford
University Press, 2004:127-58.
Platt L, Devore G, Pretorius D. Improving cleft palete/ cleft lip antenatal diagnosis by 3
dimensional sonography.J ultrasound med. 2006; 25; 1423-1430
Ravichandra KS, Vijayaprasad KE, Suzan S. A new technique of impression making for an
abturator in cleft lip and palete patient. April 18 2011
Rossel-Perry P dan Romero-Narvaez C. 2014. Evaluation of the use of auricular composite
graft for secondary unilateral cleft lip nasal alar deformity repair. Hindawi Publishing
Corporation Plastic Surgery International.
Stainer P. Moore G. Genetics of cleft and palete: syndromic genes contribute to the incident of
non- syndromic cleft. Human molecular genetic. 2004:13 (1)
Siversten A, Wilcox A, Skjerven R, Frank A, Harvile E.FAmillial risk of oral cleft by
morphological type and severity: population based cohort study of first degree
relatives. BMJ. 2007

14

Surgeon general report. For evaluation and treatment of the pations with cleft lip/palete or
other craniofacial anomalies. American cleft palete- cranofaciaol assocatin. Edisi
2009
Suzuki S, Marazita ML, Cooper ME, et al. Mutations in BMP4 are associated with
subepithelial, microform, and overt cleft lip. Am J Hum Genet. Mar 2009;84(3):40611.
Taiwo et al. 2013. Sugical outcome and complications following cleft lip and palate repair in a
teaching hospital in Nigeria. African Journal of Pediatric Surgery 10 (4): 344-356
Tighe D, Petrick L, Martyn T. Cleft lip and palete: Effects of neonatal care. American academy
of pediatric. 2011;12
Tolarova M. Cleft Lip and palate. Emedicine. Newyork: 2009
Vieira AR, Romitti PA, Orioli IM, Castilla EE. Complex segregation analysis of 1,792 cleft lip
and palate families in South America: 1967-1997. Pesqui Odontol Bras. Apr-Jun
2003;17(2):161-5.
Zucchero TM, Cooper ME, Maher BS, et al. Interferon regulatory factor 6 (IRF6) gene variants
and the risk of isolated cleft lip or palate. N Engl J Med. Aug 19 2004;351(8):769-80

15

You might also like