You are on page 1of 12

kanker buli-buli menempati urutan kesepuluh dari tumor ganas primer pada pria.

Di subbangian
Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari 152 kasus keganasan urologi antara tahun 1995-1997, 36%
diantaranya adalah kanker buli-buli dan juga menempati urutan pertama. (2,3)

1.2

Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam laporan kasus ini adalah Bagaimana gambaran
klinis dan penatalaksanaan serta perjalanan pasien yang mengalami kanker buli.

1.3

Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis mengenai kanker buli.
2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran terhadap kasus kanker buli pada pasien secara
langsung.

T4b : Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke


dalam abdomen.
11
b. N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe,
pemeriksaan kinis, lympgraphy, urography, operative
Nx : Minimal yang ditetapkan kel.Lymfe regional tidak dapat
ditemukan
No : Tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar lymfe regional
N1 : Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
N2 : Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe
regional yang multiple
N3 : Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang
bebas antaranya dan tumor
N4 : Pembesaran kelenjar lymfe juxta regional
c. M = Metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh,
Pemeriksaan klinis , thorax foto, dan test biokimia
Mx : Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan
adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 : Adanya metastase jauh
M1a : Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia

M1b : Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal


M1c : Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
M1d : Metastase dalam organ yang multiple
2. Type dan lokasi
Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
a. Efidermoid Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli squamosa cell.,
12
anaplastik, invasi yang dalam dan cepat metastasenya.
b. Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus
c. Rhabdomyo sarcoma, sering terjadi pada anak-anak laki-laki
(adolescent), infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal
d. Primary Malignant lymphoma, neurofibroma dan pheochromacytoma,
dapat menimbulkan serangan hipertensi selama kencing
e. Ca dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mamma mungkin
mengadakan metastase ke buli-buli, invasi ke buli-buli oleh
endometriosis dapat terjadi.
C. Anatomi dan Fisiologi
Organ urinaria terdiri atas ginjal beserta salurannya, ureter, buli-buli dan uretra. Yang termasuk saluran kemih
dimulai dari permukaan kalik minor ginjal sampai muara terakhir dari uretra (orifisium uretrae eksternum).
Saluran kemih berdinding tiga lapis, yaitu lapisan paling luar berupa jaringan ikat, lapisan tengah jaringan
otot, dan lapisan paling dalam mukosa. Secara anatomis saluran kemih dipisahkan menjadi tiga bagian:
saluran kemih bagian atas, saluran kemih bagian tengah, dan saluran kemih bagian bawah. Saluran kemih
bagian atas berawal dari kalik minor ginjal dan berakhir sampai muara ureter pada kandung kemih, saluran
kemih bagian tengah terdiri dari kandung kemih, dan saluran kemih bagian bawah mulai dari
orifisium eksternum.
Sumber : www.Emedicine.com
1. Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal bagian bawah, antara
vertebra thorakal dua belas atau lumbal satu dan empat. Besar dan berat ginjal sangat bervariasi tergantung

pada jenis kelamin dan umur. Ukuran ginjal orang dewasa rata rata panjang 11,5 cm, lebar 6 cm dan tebal
3,5 cm. Beratnya antara 120 170 gram atau kurang lebih 0,4% dari berat badan. Secara anatomis posisi
ginjal kanan lebih rendah dibanding ginjal kiri, juga bentuk glandula suprarenalis kanan dan kiri tidak sama.
Letak anatomis dan bentuk kedua ginjal yang tidak sama akibat dari posisi dan bentuk hati. Karena posisi
aorta abdominalis dan vena kava inferior membujur ke kanan dan kiri diantara kedua ginjal menyebabkan
panjang pendeknya arteri dan vena renalis kanan berbeda dengan arteri dan vena renalis kiri.
Tiap ginjal menerima suplai darah kurang lebih 25% dari isi sekuncup jantung. Ginjal mendapatkan aliran
darah dari arteri renalis yang merupakan cabang langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena
dialirkan melalui vena renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah end
arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis dengan cabang-cabang dari arteri lain, sehingga jika
terdapat kerusakan pada salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya iskemi atau nekrosis pada daerah
yang dilayaninya. Selain mempunyai fungsi membuang sisa- sisa metabolisme tubuh melalui urin, ginjal juga
berfungsi dalam mengontrol sekresi hormonhormon aldosteron dan ADH (anti diuretic hormone) dalam
mengatur jumlah cairan tubuh, mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D, dan menghasilkan
beberapa hormon, antara lain eritropoitin yang berperan dalam pembentukan sel darah merah, renin yang
berperan dalam mengatur tekanan darah, serta hormon prostalglandin. Urin terbentuk melalui tiga tahap
yaitu proses filtrasi, reabsorbsi dan sekresi. Urin terbentuk dari hasil filtrasi darah dalam unit fungsional
ginjal yang disebut nephron. Nephron terdiri atas glomerulus dan tubulus proksimal, ansa henle dan tubulus
distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk distal pengumpul, yang kemudian duktus ini berjalan lewat
korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya kedalam pelvis ginjal. Kemudian pelvis ginjal akan
membentuk ureter.
2. Ureter
Ureter merupakan organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin dari pielum ginjal ke
dalam kandung kemih. Pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 20 cm pada laki-laki dan kirakira
1 cm lebih pendek pada wanita. Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otototot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik guna mengeluarkan urin ke
kandung kemih. Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju kandung kemih, secara anatomis terdapat
beberapa tempat yang ukuran diameternya sempit. Tempat-tempat penyempitan itu antara lain adalah pada
perbatasan antara pelvis renalis dan ureter, tempat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis, dan pada
saat ureter masuk ke kandung kemih. Ureter masuk ke dalam kandung kemih dalam posisi miring dan berada

di dalam otot kandung kemih (intramural), keadaan ini dapat mencegah terjadinya aliran balik urin dari
kandung kemih ke ureter pada saat kandung kemih berkontraksi.
3. Buli-Buli / Kandung Kemih
Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrussor yang saling beranyaman. Di sebelah
dalam dan luar berupa otot longitudinal, dan di tengah merupakan otot sirkuler. Otot-otot tersebut saling
bersilangan dan berakhir melingkar di leher kandung kemih. Secara anatomi bentuk buli-buli terdiri atas 3
permukaan, yaitu permukaan superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, dua permukaan
inferiolateral, permukaan posterior. Kandung kemih berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi. Dinding Kandung kemih mempunyai kapasitas
maksimal pada orang dewasa kurang lebih 300 450 ml. Pada saat kosong kandung kemih terletak di
belakang simfisis dan pada saat penuh terletak di atas simfisis. Persyarafan utama kandung kemih ialah
nervus pelvikus sebagai syaraf aferen dan eferen yang berhubungan dengan medulla spinallis melalui pleksus
sakralis (S-2 dan S-3). Syaraf sensorik mendeteksi derajat tegangan pada dinding kandung kemih, dan
bertanggung jawab untuk mencetuskan reflek pengosongan kandung kemih. Syaraf motorik yang menjalar
dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis. Serta ini berakhir pada sel ganglion yang terletak pada
dinding kandung kemih, dan mempersyarafi otot detrussor. Kandung kemih juga menerima syaraf simpatis
melalui nervus hipogastrikus, terutama berhubungan dengan L2 medulla spinalis. Pada sfingter eksternus
kandung kemih disyarafi melalui nervus pudendal, yang mengontrol otot lurik pada sfingter.
4. Uretra
Uretra berawal dari leher kandung kemih (orifisium uretrae internum) sampai muara terakhir (orifisium
uretrae eksternum). Panjang uretra pada pria dewasa kurang lebih 23 25 cm dan berfungsi sebagai kanal
komunis untuk sistem reproduksi dan sistem perkemihan. Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars
prostatika, yaitu bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat dan uretra pars membranae. Uretra
anterior terdiri atas pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikularis, dan meatus uretra eksterna. Didalam
lumen uretra anterior terdapat beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam proses reproduksi, yaitu
kelenjar Cowperi yang bermuara di pars bulbosa dan kelenjar Littre yang bermuara di uretra pars pendularis.
Pada wanita uretra hanya berfungsi untuk system perkemihan dengan panjangnya kurang lebih 3-5 cm dan
berada di bawah simfisis pubis yang bermuara disebelah anterior vagina. Dalam uretra wanita bermuara
kelenjar Skene. Kurang lebih sepertiga medial uretra, terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri atas otot

bergaris. Tonus otot sfingter uretra eksterna dan tonus otot Levator ani berfungsi mempertahankan agar urin
tetap berada dalam kandung kemih pada saat perasaan ingin berkemih.
Proses Berkemih
Urin hasil filtrasi mengalir dari duktus kolengitas masuk kaliks renalis, meregangkan kaliks renalis dan
meningkatkan aktivitas pacemakernya, yang kemudian mencetuskan kontraksi peristaltik satu sampai lima
kali per menit yang menyebar ke pelvis renalis lalu turun sepanjang ureter, dengan demikian mendorong urin
dari pelvis renalis menuju kandung kemih. Ketika terisi urin secara perlahan-lahan, otot polos kandung
kemih mengalami peregangan, kontraksi berkemih secara spontan, berelaksasi setelah beberapa detik, otot
detrussor berkontraksi, dan tekanan urin kembali ke garis basal. Karena kandung kemih terus terisi, refleks
berkemih bertambah sering dan menyebabkan otot detrussor berkontraksi lebih kuat. Sensasi pertama yang
timbul dari pengisan kandung kemih umumnya terjadi ketika sekitar 100 150 ml urin berada dalam
kandung kemih. Keinginan buang air kecil sebagian besar muncul ketika kandung kemih terisi 200 300 ml
urin. Pada jumlah urin 400 ml rasa penuh yang mencolok biasanya akan ditemukan. Miksi adalah proses
pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Proses ini terjadi dari dua langkah, yaitu:
1. Kandung kemih secara progresif terisi sampai dengan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang, yang
kemudian mencetuskan langkah ke dua, terjadinya distensi atau peningkatan tegangan pada kandung kemih
mencetuskan reflek I yang menghasilkan kontraksi kandung kremih dan reflek V yang menyebabkan
relaksasi dari uretra.
2. Timbulnya reflek syaraf yang disebut reflek miksi Yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika
ini gagal, setidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Ketika proximal uretra
mengalirkan urin maka akan mengaktifkan reflek II yang akan menghasilkan kontraksi kandung kemih, dan
IV sehingga sfingter eksternal dan uretra akan berelaksasi, sehingga urin dapat keluar. Sisa urin dalam ureter
akan terdorong keluar karena pengaruh gaya gravitasi pada wanita dan laki-laki karena kontraksi otot
volunter. Jika terjadi distensi pada uretra yang bisa disebabkan karena sumbatan, atau kelemahan sfingter
uretra maka akan mengaktifkan reflek III, sehingga kontraksi kandung kemih melemah. Meskipun reflek
miksi adalah reflek autonomik medulla spinalis, reflek ini juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks
serebri atau batang otak. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah berkemih, bahkan ketika refleks berkemih
muncul, yaitu dengan membuat kontraksi tonik terus menerus pada sfingter eksternus kandung kemih sampai
mendapat waktu yang baik untuk berkemih. Jika tiba saat berkemih, pusat kortical dapat merangsang pusat

berkemih sakral untuk membantu mencetuskan reflek berkemih dan dalam waktu bersamaan menghambat
sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih terjadi.
Kateter
Kateterisasi uretra adalah memasukkan sebuah pipa karet ke dalam kandung kemih melalui uretra. Bahan
kateter dapat berasal dari logam (stainless), karet (lateks), lateks dengan lapisan silikon (siliconized), dan
silikon. Perbedaan bahan kateter menentukan biokompatibilitas kateter di dalam kandung kemih, sehingga
akan mempengaruhi pula daya tahan kateter yang terpasang di kandung kemih. Ada dua tipe penggunaan
kateterisasi, yaitu intermittent catheter dan indwelling catheter. Intermittent catheter yaitu kateter yang
dipasang sementara, hanya untuk mengosongkan isi kandung kemih, setelah itu dilepas kembali. Sering
digunakan pada inkontinensia urin, retensi urin, pasien dengan cidera medulla spinalis. Indwelling catheter
(douwer cateter) yaitu memasang kateter dalam periode waktu tertentu untuk menghasilkan drainase yang
terus menerus. Indwelling catheter sering digunakan untuk memonitor urin selama operasi, pasien dengan
penyakit serius, pada pasien dengan trauma atau obstruksi saluran urinaria. Bila kateter douwer yang dipakai,
gunakan kateter Foley yang dapat mengadakan retensi sendiri. Pemasangan kateter Foley ke dalam kandung
kemih merupakan teknik paling sederhana dan langsung untuk mengeluarkan urin secara kontinue di kala
terdapat obstruksi fisiologik atau anatomik traktus urinarius bawah. Dengan menjaga kandung kemih tetap
kosong dan tekanan intravesika rendah, drainase kateter dapat membalikkan tekanan balik terhadap traktus
urinarius atas dan memungkinkan otot kandung kemih yang terlalu distensi memulihkan tonus dan kekuatan
kontraktilnya Kateter yang terpasang dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan berbagai akibat
diantaranya berupa infeksi traktus urinarius, nekrosis uretra dibagian penoskrotal, batu saluran kemih,
keganasan pada buli buli, pada pasien dengan lesi atau diatasnya dapat merangsang timbulnya autonomic
dysreflexia. Adanya trauma pada uretra akan menyebabkan infeksi dan akan menambah iritasi pada uretra.
Trauma jaringan uretra atau iritasi dapat menimbulkan spasme hebat yang dapat mengakibatkan perembesan.
Pemasangan kateter mengakibatkan trauma pada sfingter sehingga berakibat memperlemah sfingter dan
dapat berakibat terjadinya inkontinensia urin.
Gross Hematuri
Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah didalam urine. Secara visual terdapatnya sel-sel darah
merah didalam urine dibedakan dalam 2 keadaan yaitu hematuria makroskopik dan mikroskopik. Hematuria

makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah dan
hematuria mikroskopik adalah hematuria yang kasat mata tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna
merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan.
Hematuria makroskopis yang berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa karena dapat menimbulkan
penyulit berupa terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga
menimbulkan syok hipovolemik/anemi, dan menimbulkan urosepsis. Penyebab dari hematuria disebabkan
oleh kelainan-kelainan yang berada dalam system urogenitalia atau kelainan yang berada diluar system
urogenitalia antara lain adalah:
1. Infeksi/inflamasi lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis,
dan uretritis.
2. Tumor jinak atau tumor ganas yaitu tumor wilm, tumor grawitz, tumor
pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostate, dan hiperlasia
prostate jinak
3. Kelainan bawaan system urogenitalia antara lain kista ginjal dan ren
mobilis.
4. Trauma yang mencederai system urogenitalia.
5. Batu saluran kemih.
Kelainan-kelainan yang berasal dari luar system urogenitalia antara lain adalah kelainan pembekuan
darah, Systemic Lupus Erythematosus (SLE), dan kelainan system hematologik yang lain. Karakteristik
suatu hematuria dapat dipakai sebagai pedoman untuk memperkirakan lokasi penyakit primernya yaitu
apakah warna merah terjadi pada awal miksi, semua proses miksi atau pada akhir miksi. Kualitas warna urine
dapat juga menolong menentukan penyebab hematuria. Darah baru yang berasal dari buli-bul, prostat, dan
uretra berwarna merah segar sedangkan darah lama atau berasal dari glomerulus berwarna lebih coklat
dengan bentuk seperti cacing (vermiform). Porsi hematuria pada saat miksi :
Inisial

Total

Terminal

Terjadi pada

Awal miksi

Seluruh proses miksi

Akhir miksi

Tempat kelainan

Uretra

Buli-buli, ureter atau Leher buli-buli


ginjal

Nyeri yang menyertai hematuria dapat berasal dari nyeri disaluran kemih bagian atas berupa kolik
atau gejala iritasi dari saluran kemih bagian bawah berupa disuria atau stanguria.
D. Etiologi / Predisposisi
1. Pekerjaan, pekerja dipabrik kimia, laboratorium (senyawa amin aromatik)
2. Perokok, rokok mengandung amin aromatik dan nitrosamin.
3. Infeksi saluran kemih, Escherichia Coli dan proteus yang menghasilkan
karsinogen.
4. Kopi, pemanis buatan dan obat-obatan, untuk pemakaian jangka panjang
dapat meningkatkan resiko karsinoma buli-buli.
E. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya hidronefrosis dan hiroureter diawali dengan adanya hambatan aliran urin secara
anatomik ataupun fisiologik. Hambatan ini dapat terjadi dimana saja sepanjang ginjal sampai meatus uretra.
Peningkatan tekanan ureter menyebabkan perubahan dalam filtrasi glomerulus (GFR), fungsi tubulus, dan
aliran darah ginjal. GFR menurun dalam beberapa jam setelah terjadinya hambatan. Kondisi ini dapat
bertahan selama beberpa minggu. Fungsi tubulus juga terganggu. Berat dan durasi kelainan ini tergantung
pada berat dan durasi hambatan aliran. Hambatan aliran yang singkat menyebabkan kelainan yang reversibel
sedangkan sumbatan kronis menyebabkan atrofi tubulus dan hilangnya nefron secara permanen. Peningkatan
tekanan ureter juga aliran balik pielovena dan pielolimfatik. Dalam duktus kolektivus, dilatasi dibatasi oleh
parenkim ginjal. Namun komponen diluar ginjal dapat berdilatasi maksimal.
Pada urogram, hidronefrosis dini memberikan gambaran kalik kalik yang mendatar (flattening).
Sementara pada keadaan lanjut, memperlihatkan kalik kalik berupa tongkat (clubbing). Pada tingkat yang
lebih parah terjadi destruksi parenkim dan pembesaran traktus urinarius, kompresi papila, penipisan
parenkim di sekitar kalises, dan dapat terjadi atrofi korteks yang berjalan progresif dan akhirnya terbentuk
kantung hidronefrotik (balloning). Sementara pada USG, derajat hidronefrosis terbagi menjadi tiga.
Hidronefrosis ringan memberikan gambaran hipoekoik di bagian tengah ginjal. Pada hidronefrosis sedang
terlihat pelebaran peilokalikises yang sama baiknya seperti pada urografi. Sedangkan pada hidronefrosis
berat tampak kalises berupa suatu zona bebas ekonomi yang lobulated, parenkim ginjal tidak jelas lagi.
F. Manifestasi Klinis
1. Kencing campur darah yang intermitten

2. Merasa panas waktu kencing


3. Merasa ingin kencing
4. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar
kencing
5. Nyeri suprapubik yang konstan
6. Panas badan dan merasa lemah
7. Nyeri pinggang karena tekanan saraf
8. Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
G. Penatalaksanaan
1. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1) Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gross
atau micros hematuria
2) Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan
bakteri dalam urine
3) Right Finger Tapping (RFT) normal
4) Lymphopenia (N = 1490-2930)
b. Radiology
1) Excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan tumornya.
2) Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor
3) Fractionated cystogram adanya invasi tomor dalam dinding bulibuli
4) Angiography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
c. Cystocopy dan biopsy
1) Cystoscopy hamper selalu menghasilkan tumor
2) Biopsi dari pada lesi selalu dikerjakan secara rutin.
d. Cystologi
Pengecatan sieman/papanicelaou pada sediment urine terdapat transionil cel daripada tumor

2. Terapi
a. Operasi
1) Reseksi transurethral untuk single/multiple papiloma
2) Dilakukan pada stage 0,A,B1 dan grade I-II-low grade
3) Total cystotomy dengan pengangkatan kel. Prostate dan urinary diversion untuk :
- Transurethral cel tumor pada grade 2 atau lebih
- Aquamosa cal Ca pada stage B-C
b. Radioterapy
- Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada grade III-IV dan stage B2-C.
- Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000- 4000 Rads. Penderita dievaluasi
selama 2-4 minggu dengan interval cystoscopy, foto thoraks dan IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi
direncanakan operasi. Post operasi radiasi tambahan 2000-3000 Rads selama 2-3 minggu.
c. Chemoterapi
Obat-obat anti kanker :
1) Citral, 5 fluoro urasil
2) Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan
doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam
Buli-buli sebagai pengobatan topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum
pengobatan dengan theotipa dan obat dibiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.Buli-buli
Ca Buli-buli
- Pekerja dipabrik kimia, laboratorium
- Perokok yang mengandung amin aromatic
- Infeksi saluran kemih
- Kopi, pemanis buatan
- Terlalu banyak menggunakan obatobatan
Ulserasi
Infeksi sekunder :
- Panas waktu kencing

- Merasa panas & tubuh lemah


- Kencing bercampur darah
(hematuria)
Nyeri
Metastase
Invasi pada bladder
Retensio urine :
Sulit / sukar kencing
Oklusi ureter / pelvic renal
Refluks
Hidronefrosis :
- Nyeri supra pubic
- Nyeri pinggang
Nyeri Ginjal membesar
Penatalaksanaan
Operasi
Nyeri
Diskontinuitas
jaringan
Sosio ekonomi,
perubahan kesehatan,
situasi krisis
Kurangnya informasi
tentang penyakit
Takut Kurangnya
pengetahuan
Kecemasan
Chemotherapy
Tidak adekuat therapy
Resti infeksi
Resti integritas

kulit
Efek samping
chemotherapy
Imun menurun
Resti kerusakan
membran mulut
Panas tubuh &
lemah
Resti kurangnya
volume cairan
Nafsu makan
menurun
HB menurun
Intoleransi
aktivitas

You might also like