Professional Documents
Culture Documents
A. DEFINISI
Karsinoma kolon adalah tumor ganas epitelial pada usus besar yang
memanjang dari sekum hingga rektum.
B. INSIDENSI
Karsinoma kolon merupakan kanker ketiga yang paling umum pada laki-laki
dan perempuan di Amerika Serikat. Menurut World Health Organization pada April
2003 melaporkan terdapat lebih dari 940.000 kasus baru karsinoma kolorektal dan
hampir 500.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia setiap tahunnya. Angka
kejadian kanker kolorektal mulai meningkat pada umur 40 tahun dan puncaknya pada
umur 60-75 tahun. Faktor resikonya meliputi umur, diet tinggi lemak dan kolesterol,
inflamatory bowel disease (terutama kolitis ulseratif) dan genetik. Kanker kolon lebih
sering terjadi pada wanita, kanker rektum lebih sering ditemukan pada pria. Sekitar
5% penderita kanker kolon atau kanker rektum memiliki lebih dari satu kanker
kolorektum pada saat yang bersamaan.
Di Indonesia insidens pada pria sebanding dengan wanita dan lebih banyak
pada orang muda, 75% ditemukan di rektosigmoid. Di negara barat perbandingan
insidens laki-laki : perempuan adalah 3 : 1 dan kurang dari 50% ditemukan di
rektosigmoid dan merupakan penyakit usia lanjut.
C. FISIOLOGI
Fungsi usus besar ialah menyerap air, vitamin, dan elektrolit, ekskresi mukus,
serta menyimpan feses, dan kemudian mendorongnya keluar. Fisiologi usus besar
meliputi:
1.
2.
3.
ekskresi mukus
4.
aktivitas bakteria
Dari 700-1000 ml cairan usus halus yang diterima oleh kolon, 150-200 ml
sehari dikeluarkan sebagai feses. Absorbsi terutama terjadi di kolon asendens dan
kolon transversum. Kolon yang normal selama 24 jam dapat melakukan absorbsi 2,5
liter air, 403 m.Eq Na dan 462 m.Eq Cl. Sebaliknya kolon mengeluarkan sekresi 45
m.Eq K dan 259 m.Eq bikarbonat. Bila jumlah air melampaui batas misal karena ada
kiriman yang berlebihan dari ileum maka akan terjadi diare.
Bakteri usus besar mensintesis vitamin K dan beberapa vitamin B.
Pembusukan oleh bakteri dari sisa-sisa protein menjadi asam amino dan zat-zat yang
lebih sederhana seperti peptida, indol, skatol, fenol dan asam lemak. Pembentukan
berbagai gas seperti NH3, CO2, H2, H2S dan CH4 membantu pembentukan flatus di
kolon. Beberapa substansi ini dikeluarkan dalam feses, sedangkan zat lainnya
diabsorbsi dan diangkut ke hati di mana zat-zat ini akan diubah menjadi senyawa
yang kurang toksik dan diekskresikan melalui kemih.
Udara ditelan sewaktu makan, minum, atau menelan ludah. Oksigen dan CO2
di dalamnya diserap di usus sedangkan sedangkan nitrogen bersama dengan gas hasil
pencernaan dan peragian dikeluarkan sebagai flatus. Jumlah gas di dalam usus
mencapai 500 ml sehari. Pada infeksi usus produksi gas meningkat dan bila mendapat
obstruksi usus gas tertimbun di jalan cerna yang menimbulkan flatulensi (gembung
karena kelebihan gas di lambung dan usus). Makanan yang mudah membentuk gas
seperti kacang-kacangan mengandung karbohidrat yang tidak dapat dicerna.
Sekresi di kolon ialah cairan kental yang banyak, terjadi di dalam mukus
dengan PH 8,4. cairan mukus terdiri atas 98% air dan mengandung 85-93 mEq/l baik
bikarbonat maupun amilase, maltase, invertase, peptidase dan musin. Pada keadaan
normal tidak ada laktase, protease, dan enterokinase. Gunanya untuk pelicin dan
melindungi mukosa kolon.
Rangsangan untuk sekresi ialah rangsangan mekanik sisa makanan.
Rangsangan pada nervus pelvikus serta pemberian pilokarpin akan memperbesar
sekresi. Rangsangan simpatikus serta pemberian atropin akan mengurangi sekresi.
Usus besar juga mempunyai fungsi ekskresi mineral misal Ca, Mg, Hg, As, dan Fe.
Selain melakukan ekskresi mineral tersebut juga bahan makanan lain yang
tidak dapat dicernakan misalnya selulosa, sebagian zat lemak, sebagian kecil protein
dan lain-lainnya. Zat-zat tersebut berupa tinja yang dalam kolon asendens seperti
bubur. Pada kolon desendens mulai menjadi padat, kemudian dikumpulkan di kolon
sigmoideum dan sampai di ampula rekti sehingga pada suatu waktu terjadi
rangsangan pada rektum dan terjadilah defekasi. Berat akhir feses yang dikeluarkan
per hari sekitar 200 g, 75% diantaranya berupa air sisanya terdiri dari residu makanan
yang tidak diabsorbsi, bakteri, sel epitel yang mengelupas, dan mineral yang tidak
diabsorbsi.
Pada umumnya, pergerakan usus besar adalah lambat. Pergerakan usus besar
yang khas adalah gerakan mengaduk haustra. Kantong-kantong atau haustra teregang
dan dari waktu ke waktu otot sirkular akan berkontraksi untuk mengosongkannya.
Pergerakannya tidak progresif, tetapi menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik dan
meremas-remas sehingga memberi cukup waktu untuk absorbsi. Terdapat dua jenis
peristaltik propulsif : (1) kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal dari segmen
proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra dan (2) peristaltik
massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini
menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini
timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks gastrokolik setelah
makan, khususnya setelah makan pertama masuk pada hari itu.
D. ETIOLOGI
Dari bukti-bukti eksperimental dan survei makanan, ditunjukkan bahwa faktor
berikut ini sangat berpengaruh terhadap timbulnya karsinoma kolon yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
mengurangi proses dilusi dan proses pengikatan bahan-bahan karsinogen. Diet rendah
serat sering disebabkan oleh rendahnya konsumsi buah-buahan serta sayur-sayuran
yang mengandung vitamin A, C, dan E, yang diduga mempunyai efek anti kanker.
E. PATOFISIOLOGI
Penyakit kanker mengenai sel sebagai unit dasar kehidupan. Sel akan tumbuh
dan membelah untuk mempertahankan fungsi normalnya, tetapi kadang-kadang
pertumbuhan ini diluar kontrol sehingga sel terus membelah meskipun sel-sel baru
tersebut tidak diperlukan. Pertumbuhan yang berlebihan ini dapat merupakan suatu
keadaan prekanker, contohnya adalah polip di daerah usus besar. Setelah melalui
periode panjang, polip ini dapat menjadi ganas. Pada keadaan lanjut, kanker ini dapat
menembus dinding usus besar dan menyebar melalui saluran pembuluh getah bening.
Hampir semua karsinoma kolon rektum berasal dari polip, terutama polip
adenomatus. Ini disebut adenoma-carsinoma sequence. Menurut P. Deyle,
perkembangannya dibagi atas 3 fase. Fase pertama yaitu fase karsinogen yang
bersifat rangsangan. Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor, fase ini tidak
menimbulkan keluhan atau fase tumor asimtomatis. Kemudian fase ketiga dengan
timbulnya keluhan dan gejala yang nyata, karena keluhan dan gejala yang nyata.
Karena keluhan tersebut timbulnya perlahan-lahan dan tidak sering, biasanya
penderita merasa terbiasa dan baru memeriksakan dirinya ke dokter setelah memasuki
stadium lanjut.
F. PATOLOGI
Secara makroskopik karsinoma kolon dapat dibagi atas 4 tipe, yaitu:
1.
Tipe nodular
Bentuk nodular berupa suatu massa yang keras dan menonjol ke dalam lumen,
dengan permukaan noduler. Biasanya tidak bertangkai dan meluas ke dinding
kolon. Sering juga terjadi ulserasi, dengan dasar ulkus yang nekrotik dengan tepi
yang meninggi, mengalami indurasi dan noduler. Di daerah sekum, bentuk tumor
ini kemungkinan tumbuh menjadi suatu massa yang besar, tumbuh menjadi
fungoid atau tipe ensefaloid. Permukaan ulkus akan mengeluarkan pus dan darah.
2.
Tipe Koloid
Tipe koloid ini tumbuhnya mengalami degenerasi mukoid.
3.
Skirous (Schirrous)
Pada tipe ini reaksi fibrous sangat banyak sehingga terjadi pertumbuhan yang
keras serta melingkari dinding kolon sehingga terjadi konstriksi kolon untuk
membentuk napkin ring.
4.
yang berasal dari epitel kolon. Bentuk dan diferensiasinya sempurna mempunyai
struktur glandula dan kelenjar-kelenjarnya sendiri membesar, terjadi pembengkakan
sel kolumna dengan nuklei hipokromasi dengan sel yang mengalami mitosis. Pada
bentuk yang kurang berdifirensiasi sel-sel epitel terlihat didalam kolumna atau massa.
Desar sel barvariasi dan mungkin terdapat invasi dari pembuluh darah dan
pembuluh limfe. Pada pertumbuhan anplastik kadang terlihat signet ring cell (inti
mendesak ke arah sel).
G. KLASIFIKASI
Derajat keganasan karsinoma kolon berdasarkan gambaran histolik dibagi
menurut klasifikasi Dukes, berdasarkan dalamnya infiltrasi karsinoma di dinding
usus, yaitu :
Dukes A
Dukes B
Dukes C
Grade II
Grade III
Karsinoma in situ
tidak ada penyebaran pada
Klasifikasi Dukes
Modifikasi
Harapan Hidup
(%)
90-100
75-85
menembus lapisan
subserosa (T3, N0, M0);
tumor sudah penetrasi ke
luar dinding kolon tetapi
belum metastasis ke
kelenjar limfe (T4, N0,
Stage III
M0)
Tumor invasi ke limfonodi
30-40
<5
perdarahan segar per anal, 31,6% buang air besar darah berlendir, dan 9,6 % obstruksi
saluran makan.
Karsinoma kolon jarang ditemukan dalam skrining dan biasanya asimtomatik.
Sekitar 50% pasien mengeluh nyeri perut, 35% dengan perubahan pola defekasi, 30%
perdarahan samar dan 15% gejala obstruksi usus. Gejala klinis karsinoma pada kolon
kiri berbeda dengan kolon yang kanan. Karsinoma kolon kiri sering bersifat skirotik,
sehingga lebih banyak menimbulkan stenosis dan obstruksi, terlebih karena feses
sudah menjadi padat. Pada karsinoma kolon kanan jarang terjadi stenosis dan feses
masih cair sehingga tidak ada faktor obstruksi.
Nyeri pada kolon kiri lebih nyata dari pada kolon kanan. Tempat yang
dirasakan sakit berbeda karena asal embriologenik yang berlainan, yaitu dari usus
tengah dan usus belakang. Nyeri dari kolon kiri bermula dibawah umbilikus
sedangkan dari kolon kanan di epigastrium. Gejala umum yang dikeluhkan pasien
adalah:
1. Perdarahan segar peranal (hematokezia)
Sebagian besar pasien karsinoma kolorektal yang terletak di di bagian distal
sering mempunyai keluhan buang besar berdarah segar. Sumber perdarahan segar
yang terbanyak dari kanker terletak di bagian distal kolon dari kanker, terutama
di rektum 89 dari 137 penderita (64,9%), menyusul dari sigmoid 62,7%,
rektosigmoid 60,3% dan dari kolon descendens 28,6%. Dari mereka yang
mengalami perdarahan segar, ditemukan 7 pasien mengalami perdarahan masif,
yaitu yang lokasinya di rektum 4, rektosigmoid 1, dan sigmoid 2. Ketujuh
penderita dengan perdarahan masif mengalami renjatan hipovolemik, dan
dilakukan pembedahan segera.
2. Buang air besar lendir darah
Seseorang yang mempunyai keluhan buang air besar darah lendir, perlu
dipikirkan adanya infeksi misal disentri basiler atau amoeba, kolitis ulseratif,
selain disebabkan oleh keganasan. Dari 291 pasien yang diteliti ditemukan 92
pasien (31,6%) mempunyai keluhan buang air besar darah lendir. Dari hasil
penelitian bahwa letak karsinoma kolorektal dibagian proksimal lebih sering
menimbulkan buang air besar darah lendir. Hal ini disebabkan karena darah yang
dikeluarkan oleh kanker tersebut sudah bercampur dengan tinja.
3. Obstruksi Saluran Cerna
Gejala klinis pasien karsinoma kolorektal sering menimbulkan gangguan
kebiasaan buang air besar, diantaranya dapat menimbulkan tanda obstruksi, baik
sebagian (parsial) maupn obstruksi total sehingga timbul tanda-tanda ileus, buang
air besar darah lendir atau obstipasi beberapa hari. Dari penelitian ditemukan 28
pasien (9,6%) dengan tanda-tanda obstruksi, yaitu perut kembung yang makin
kembung dan makin lama makin tegang, tidak dapat buang air besar dan tidak
dapat flatus. Hal ini juga dikuatkan dengan hasil rontgen polos abdomen
terlentang dan berdiri yang menunjukkan pelebaran usus halus dan kolon.
Sebagai penyebab obstruksi ditemukan kanker yang terletak di rektum 16
(11,7%) , rektosigmoid 4 (6,3%), sigmoid 7 (10,4%) dan kolon ascendens 1
(14,2%). Yang menimbulkan tanda-tanda obstruksi umumnya kanker berbentuk
sirkular dan anular yang menyebabkan terjadi penyempitan lumen usus. Bentuk
striktura merupakan tumor yang sering menonjol dan mengisi seluruh lumen usus
sehingga menyebabkan sumbatan total.
4. Pasien karsinoma kolorektal mempunyai keluhan lain seperti pasien kanker
umumnya, yaitu anoreksia, berat badan menurun, rasa nyeri perut ditempat
kanker, buang air besar tidak teratur, walaupun sudah buang air besar yang
berupa tinja dengan darah lendir tetapi masih meraskan banyak kotoran didalam
perut yang sukar keluar seperti ada sumbatan. Selain itu juga timbul tenesmus.
Manifestasi dari karsinoma kolon dapat dibagi menjadi (Kodner et al, 1999) :
Manifestasi Subakut
Tumor-tumor pada kolon ascendens tidak menimbulkan perubahan kebiasaan
defekasi (walaupun besar, tumor yang sekresi mukus menyebabkan diare).
Pasien mungkin mengeluh feses berwarna hitam dan seperti ter, tetapi tumor
tersebut sering mengakibatkan occult bleeding, yang sering tidak terdeteksi oleh
pasien. Perdarahan kronis dapat menyebabkan anemia defesiensi besi, yang
menimbulkan gejala fatigue, dizzines, atau palpitasi. Perdarahan kerena
karsinoma colon sering intermitten, hasil negatif occult bleeding tes pada feses
tidak menyingkirkan kecurigaan kanker pada usus besar.
Nyeri perut bagian bawah lebih sering berhubungan dengan tumor-tumor yang
terletak di colon descendens. Nyeri perut berupa kram dan mereda dengan
pergerakan usus. Karsinoma kolon kiri dan rektum menyebabkan perubahan
perubahan pola defekasi seperti konstipasi atau defekasi dengan tenesmi. Makin
ke distal letak tumor, feses makin menipis atau seperti kotoran kambing atau
lebih cair disertai darah atau lendir. Tenesmus merupakan gejala yang biasa
didapat pada karsinoma kolon. Perdarahan akut jarang dialami, demikian juga
nyeri di daerah panggul berupa tanda penyakit lanjut. Bila pada obstruksi
penderita flatus terasa lega di perut.
Gejala umum karsinoma kolon non akut lainnya adalah termasuk kehilangan
berat badan dan demam. Sekitar 50% pasien mengeluh penurunan berat badan,
namun hal tersebut bukan manifestasi khas pada karsinoma kolon. Demam gejala
yang jarang dikeluhkan. Septikemia jarang terjadi tetapi bisa terjadi pada setiap
derajat tumor colon. Pada orang dewasa apabila ditemukan obstruksi atau
obstruksi partial yang disebabkan intusepsi, dilakukan colonoskopi atau airkontras barium enema untuk menyingkirkan ca colon.
Manifestasi Akut
Gejala yang signifikan pada gejala akut adalah obstruksi atau perforasi pada usus
besar. Obstruksi kolon dapat memberikan kesan kanker, terutama pada orang tua.
Pasien dengan obstruksi komplit mengeluh tidak bisa flatus dan BAB, kram dan
distensi perut. Pada pemeriksaan fisik ditemukan perut distended, tympani pada
perkusi, biasanya pada tumor ditemukan masa abdominal pada palpasi.
Jika obstruksi tidak berkurang dan kolon terus distensi, tekanan pada dinding
intestinal dapat melebihi tekanan kapiler, dan darah yang membawa O 2 tidak
mencapai dinding usus, yang akan mengakibatkan iskemia dan nekrosis. Pada
situasi ini pasien akan mengeluhkan nyeri perut hebat dan pada pemeriksaan fisik
ditemukan rebound tenderness dan menurunnya atau menghilangnya suara usus.
Jika tidak di terapi segera, nekrosis akan berkembang menjadi peritonitis dengan
fecal peritonitis dan sepsis.
Usus besar dapat terjadi perforasi pada sisi tumor, mungkin disebabkan tumor
transmural kehilangan suplai darah dan menjadi nekrotik. Kasus seperti ini
mudah salah pada akut divertikulitis dan proses inflamasi dapat terbatas pada sisi
yang perforasi, akan tetapi pada beberapa kasus perforasi tidak dapat diketahui,
yang mengakibatkan peritonitis generalisata.
Tabel : gambaran klinis karsinoma kolorektal lanjut
Aspek klinis
Kolon Kanan
Kolitis
Kolon Kiri
Obstruksi
Rektum
Proktitis
Nyeri
Karena penyusupan
Karena Obstruksi
Tenesmi
Defekasi
Tenesmi terus
menerus
Obstruksi
Jarang
Hampir selalu
Tidak jarang
Darah pada
Samar
Samat atau
Makroskopik
feses
makroskopik
Feses
Normal (diare)
Normal
Perubahan bentuk
Jarang
Dispepsia
Sering
Jarang
Keadaan
Hampir selalu
Lambat
Lambat
umum
memburuk
Anemia
I.
Lambat
Hampir selalu
Lambat
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Karsinoma kolon disebelah kanan, kadang-kadang teraba suatu massa. Tumor
sigmoid sedikit dapat diraba diperut kiri bawah. Bila tumor sudah metastase ke hati,
akan teraba hati yang nodular dengan bagian yang keras dan yang kenyal. Dapat
ditemukan massa di abdomen, apabila ada gejala-gejala obstruksi dari inspeksi dapat
ditemukan dinding abdomen distensi, dumb countur, dumb steifung. Dari palpasi
ditemukan massa abdomen, dan hipertympani pada perkusi abdomen, auskultasi usus
bisa ditemukan peningkatan peristaltik yang kemudian diikuti dengan burburigmi,
metalik sound dan penurunan serta menghilangnya peristaltik Bisa juga ditemukan
nyeri tekan pada seluruh dinding abdomen apabila terjadi perforasi usus.
Pemeriksaan Digital Rectal Examination (DRE) bisa ditemukan massa
maligna (massa berbenjol-benjol dengan striktura) direktum dan rektosigmoid teraba
keras kenyal dan lendir darah pada sarung tangan.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien dengan gejala-gejala yang dicurigai karsinoma kolon, diagnosis
definitif biasanya ditegakkan dengan endoskopi (fleksibel sigmoidoskopi dan
colonoscopy) atau barium enema. Pemeriksaan lain diperlukan untuk pemeriksaan
derajat penyakit dan mencari metastase. Ada berbagai pilihan penyaringan tersedia
mencakup Fecal occult bleeding (FOBT), fleksibel sigmoidoskopi (FS), sinar-x
enema barium, dan kolonoskopi dan fecal immunochemical test (FIT).
Merupakan
pemeriksaan
feses-darah
terbaru,
dikenal
sebagai
fecal
Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat membantu mencegah kanker colon dengan pendeteksian
polyp adenomatosa dan polypectomy. Kolonoskopi memberikan gambaran
keseluruhan colon yang dapat mengidentifikasi dari lesi yang proximal dan lesi
distal. Kolonoskopi mempunyai sensitifitas terbaik pada metoda screening yang
ada saat ini. Kerugian kolonoskopi adalah biaya, resiko yang ditingkatkan seperti
pendarahan dan perforasi, persiapan pasien yang sulit, dan membutuhkan
pemberian obat sedasi.
Secara endoskopi umumnya bentuk kanker kolorektal ialah polipoid yang
ireguler, anular seperti bunga kool yang ulseratif, striktura, sirkular, dan dapat
menemukan letak obstruksi. Apabila dibandingkan, kolonoskopi menjadi suatu
metoda surveilen yang lebih efektif dibanding dengan kontras barium enema
ganda.
Setelah
melakukan
pemeriksaan
kolonoskopi
dengan
disertai
Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi sangat sulit untuk mendeteksi kanker kolorektal. Alat ini baru
bermanfaat untuk mendeteksi ada tidaknya metastase kanker ke kelenjar
getah bening di abdomen dan di hati. Jika ada pembesaran kelenjar getah
bening para-aortal patut dicurigai suatu metastase dari kanker.
-
J.
TERAPI
Farmakologi
Penelitian di Eropa dan Amertika Serikat melaporkan bahwa respon terhadap
kombinasi dari 5-fluorouracil (5-FU), leucovorin, dan irinotecan (CPT11) lebih baik
bila dibandingkan dengan 5-FU/leucovorin atau CPT11 secara tunggal. Terapi standar
untuk carsinoma kolon yang telah bermetastase adalah CPT11 dengan kombinasi 5FU/LV dikenal sebagai Saltz Regimen. Obat ini digunakan secara kombinasi dalam
pengobatan carsinoma colorektal.
Terapi dasar 5-FU diberikan secara infuse setiap hari selama 5 hari dalam 4
minggu (mayo klinik regimen) dan diteruskan secara infuse setiap minggu untuk 6
minggu dengan 2 minggu off ( Roswell Park regimen).
Kategori obat: Antineoplastic agents, merupakan standar terapi dalam pengobatan ca
kolon termasuk terapi kombinasi. Diare merupakan efek samping yang biasa terjadi
dalam pengobatan ini. Efek samping lain termasuk mucositis, neutropenia,
kerontokan rambut, dan reaksi hipersensitivitas.
Nama Obat
Fluorouracil (Adrucil)
Digunakan terutama dalam pengobatan carsinoma kolon pada
penderita yang berusia lebih dari 40 tahun. Dapat digunakan
sebagai agen tunggal atau kombinasi untuk terapi jangka panjang
dengan leucovorin sebagai modulator biokimia.
Sebagai antimetabolit (obat anti kanker dengan struktur kimia yang
hampir sama dengan faktor endogen intermediate atau memblok
sintesis DNA atau RNA). 5-FU menghambat pertumbuhan sel
tumor melalui tiga mekanisme berbeda yang berhubungan dengan
aktivitas sintesis DNA atau kemampuan selular. Efek ini tergantung
pada konversi intraseluler dari 5-FU menjadi 5-FdUMP, 5-FUTP,
dan 5-FdUTP. 5-FdUMP menghambat thymidylate synthase (enzim
kunci dalam sintesis DNA) . 5-FUTP dihubungkan dengan proses
sintesis RNA dan 5-FdUTP berhubungan dengan DNA.
Dosis Dewasa
Kontraindikasi
Interaksi
Kehamilan
Precautions
Nama obat
Irinotecan (Camptosar)
Menghambat topoisomerase I, menghambat replikasi DNA. Efektif
dalam pengobatan carsinoma colorektal. Standar terapi untuk
carsinoma kolon yang mengalami metastase termasuk kombinasi
kemoterapi 5-FU/LV/CPT11 karena terjadinya toksisitas
dihubungkan dengan Saltz Regimen (5-FU/LV/CPT11), saat ini
standar terapi ca kolon yang mengalami metastase maksimal 5-FU
400 mg/m2 dan CPT11 100 mg/m2 sebagai dosis awal.
Dosis dewasa
Kontraindikasi
Hipersensitifitas;
diarrhea
akut;
demam,
adenokarsinoma anresponsif atau progresif.
Interaksi
Kehamilan
Perhatian
Nama obat
Leucovorin (Wellcovorin)
Standard therapy untuk ca kolon dan termasuk dalam terapi
kiombinasi
Dosis dewasa
neutropenia;
Oxaliplatin (Eloxatin)
Agent antineoplastik yang digunakan sebagai kombinasi dengan 5FU dan leucovorin untuk pengobatan ca kolon dengan metastasis
yang mengalami kekambuhan atau progressi.
Hari 1: 85 mg/m2 IV > 2 jam; diberikan secara simultan dengan
leucovorin 200 mg/m2; diikuti 5-FU 400 mg/m2 IV bolus > 2-4 min,
kemudian 5-FU 600 mg/m2 IV dalam larutan D5W 500 ml > 22
jam.
Hari 2: Leucovorin 200 mg/m2 IV > 2 jam, diikuti 5-FU 400 mg/m2
IV bolus > 2-4 min, kemudian 5-FU 600 mg/m 2 IV dalam larutan
D5W 500 Ml > 22 jam.
Interaksi
Kehamilan
Perhatian
Nama obat
Cetuximab (Erbitux)
Rekombinan antibody moniklonal dari manusia/tikus yang secara
spesifik berikatan dengan komponen ekstraseluler dari reseptor
factor pertumbuhan epidermal (EGFR, HER1, c-ErbB-1). Reseptor
Cetuximab-bound EGF menghambat aktivasi reseptor kinase,
sehingga menghambat pertumbuhan sel, menginduksi apoptosis,
dan menurunkan produksi matriks metalloproteinase dan vascular
endothelial growth factor (VEGF). Diindikasikan untuk terapi
irinotecan-refractory, EGFR-expressed, colorectal carcinoma yang
telah mengalami metastase. Terapi lebih baik dengan kombinasi
irinotecan
Dosis dewasa
Dosis
awal:
400
mg/m2
IV
(infuse
>
2
jam)
dosis pemeliharaan setiap minggu: 250 mg/m2 IV (infus > 1 jam).
Nama obat
Bevacizumab (Avastin)
Diindikasikan sebagai terapi lini pertama pada metastatic colorectal
cancer. Murine-derived monoclonal antibody menghambat
angiogenesis. Menghambat pembentukan pembuluh darah baru
yang mengangkut oksigen dan nutrisis yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan sel tumor.
Dosis dewasa
Interaksi
Perhatian
Diikuti reseksi karsinoma kolon primer dan nodus limfatikus, dengan pilihan
kemoterapi: kemoterapi sistemik menggunakan regimen 5-FU/leucovorin/CPT11
atau kemoterapi intrahepatic (intraarterial) dengan FUDR.
Pilihan kedua untuk pasien dengan lesi hepar yang luas atau multiple sehingga
membutuhkan kemoterap dosis yang lebih tinggi. Prinsip terapi ini adalah
metastase ke hepar menerima suplai darah terutama melalui sirkulasi arteri
hepatica, dinama hepar secara normal menerima darah melalui vena porta. Efek
samping utama pada intraarterial FUDR adalah kolangitis sclerosis.
Pembedahan
Pengobatan utama pada kanker kolorektal adalah pengangkatan bagian usus
yang terkena dan sistem getah beningnya. 30% penderita tidak dapat mentoleransi
pembedahan karena kesehatan yang buruk, sehingga beberapa tumor diangkat melalui
elektrokoagulasi. Cara ini bisa meringankan gejala dan memperpanjang usia, tapi
tidak menyembuhkan tumornya. Pada kebanyakan kasus kanker kolon, bagian usus
yang ganas diangkat dengan pembedahan dan bagian yang tersisa disambungkan lagi.
Untuk kanker rektum, jenis operasinya tergantung pada seberapa jauh jarak
kanker ini dari anus dan seberapa dalam tumbuh ke dalam dinding rektum.
Pengangkatan seluruh rektum dan anus mengharuskan penderita menjalani kolostomi
menetap (pembuatan hubungan antara dinding perut dengan kolon). Dengan
kolostomi, isi usus besar dikosongkan melalui lubang di dinding perut ke dalam suatu
kantung, yang disebut kantong kolostomi. Bila memungkinkan, rektum yang diangkat
hanya sebagian, dan menyisakan ujung rektum dan anus. Kemudian ujung rektum
disambungkan ke bagian akhir dari kolon.
Gambar : Colostomy
Prosedur pembedahan klasik untuk carcinoma kolon adalah reseksi anterior.
Abdomen dieksplorasi untuk menentukan letak tumor yang akan direseksi, dan
kemudian reseksi dilakukan secara segmental (hemikolectomy kanan atau kiri)
dengan end-to-end anastomosis. Reseksi kolon total dilakukan terhadap pasien
dengan polyposis familial dan polip colon multiple.
Hepatectomy partial untuk carcinoma kolon yang terbatas pada hepar merupakan
terapi pilihan untuk pasien dengan carsinoma colorektal berulang. Factor yang
ikut menentukan keberhasilan terapi ini termasuk metastase tunggal, kadar CEA
lebih dari 200 ng/mL, diameter tumor < 5 cm, dan penanda negative setelah
reseksi. Deteksi dini terhadap carsinoma colorektal recuren termasuk dengan
menggunakan CT atau MRI. Kadar CEA juga penting untuk mendeteksi
rekurensi, walaupun positive palsu dan negativ palsu bisa saja terjadi.
Terapi lain pada metastasis liver adalah termasuk cryoablation (tekhnik tertentu
dalam bedah abdomen) dan hepatic arterial infusion (HAI) dari agent
chemotherapi seperti FUDR. HAI FUDR adjuvant biasanya diikuti dengan
hepatectomy parsial.
Konsultasi
Konsultasi bedah
o
Konsultasi gastroenterologi
o
Konsultasi
gastroenterologi
juga
memudahkan
dalam
melakukan
Radiasi onkologi
o
penyinaran
setelah
pengangkatan
tumor,
bisa
membantu
Dukes D (metastasis ke tempat yang jauh atau penyebaran lokal tidak dapat
direseksi lagi) : <5 %
Insiden atau kejadian kekambuhan lokal dapat dikurangi jika saat operasi
DAFTAR PUSTAKA