Professional Documents
Culture Documents
Kelas :
MODUL PRAKTIKUM
I. Identitas Praktikan
Nama / Nrp. :
1.
Kelas : ..
2.
Kelas : ..
b. Hari / Tanggal
/ .
c. Pokok Bahasan
Modul Praktikum
M.a. Inventarisasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
Nama / Nrp. :
Kelas :
a).
Penentuan volume secara langsung dapat dilakukan dengan menggunakan alat xylometer yang
menggunakan prinsip perpindahan zar cair. Pada cara ini, volume sortimen ataupun log sama
dengan volume air yang terpindahkan ketika sortimen atau log tersebut dimasukkan ke dalam alat.
Namun tentunya cara ini tidaklah praktis walaupun memberikan hasil yang cukup teliti.
b). Penentuan volume secara tidak langsung dapat dilakukan antara lain melalui :
b.1. Pendekatan rumus-rumus empiris; yakni dengan menggunakan rumus-rumus bagi penentuan
volume sortimen ataupun log seperti terlihat pada Tabel 1. berikut:
Tabel 1.
No.
Nama
Rumus
1.
Brereton
V = ((/4). ((Dp + Du)/2)2) . L
2.
Huber
V = Bm . L
3.
Smalian
V = ((Bp + Bu)/2) . L
4.
Newton
V = ((Bp + 4Bm + Bu)/6) . L
5.
Bruce
V = ((Bp + 3Bu)/4) . L
dimana :
V = volume sortimen atau log (m3); = 3,14; Dp = diameter pangkal (cm); Du = diameter ujung (cm);
Bm = luas bidang dasar (lbds) pada tengah-tengah (m2); Bp = lbds pada pangkal (m2); Bu = lbds pada ujung
(m2); dan L = panjang sortimen atau log (m).
b.2. Tabel volume; yakni suatu tabel yang menyajikan dimensi volume untuk diameter dan/atau
tinggi pohon tertentu. Tabel volume dapat dibedakan menjadi: 1) Tabel volume lokal, yakni
jika volume pohon hanya ditentukan oleh besarnya diameter saja, dan 2) Tabel volume
standar, yakni jika volume pohon ditentukan oleh diameter dan tingginya.
b.3. Metode grafis; yakni dengan memplotkan nilai kuadrat diameter atau luas bidang dasar (m 2)
pada sumbu x dan tinggi pada sumbu y (pada salib sumbu cartesius), dimana luas daerah di
bawah kurva tersebut menyatakan volume pohon. Namun cara ini kurang efektif terutama
karena cukup sulitnya menentukan luas daerah dibawah kurva.
Pendekatan sederhana dalam penentuan volume pohon menggunakan rumus-rumus empiris adalah
dengan mengasumsikan bahwa batang pohon berbentuk silinder sehingga dapat digunakan rumus
silinder untuk menentukan volume pohon tersebut. Namun dalam kenyataannya, tidaklah ada pohon
yang berbentuk silinder melainkan semakin meruncing seiring dengan semakin tingginya pohon. Oleh
karena itu, pendekatan dengan rumus silinder haruslah dikoreksi dengan suatu angka yang disebut
dengan angka bentuk pohon (f). Dalam hal ini, angka bentuk pohon merupakan suatu faktor
koreksi yang diperoleh dari perbandingan antara volume pohon dengan volume silinder yang
mempunyai tinggi dan bidang dasar yang sama, dan dirumuskan sebagai berikut:
f =
V
, .. (1)
Vs
dimana :
Berdasarkan bidang dasar yang digunakannya, dikenal ada 3 macam angka bentuk, yaitu :
Angka bentuk tak murni/buatan (f1,30), yakni perbandingan antara volume batang pohon
dengan volume silinder yang mempunyai bidang dasar pada bagian pohon setinggi 1,30 m di atas
tanah (dat).
Modul Praktikum
M.a. Inventarisasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
Nama / Nrp. :
Kelas :
Angka bentuk normal/nyata (f0,90), yakni perbandingan antara volume batang pohon dengan
volume silinder yang mempunyai bidang dasar pada bagian pohon setinggi sepersepuluh (1/10)
dari tinggi total pohon.
Angka bentuk mutlak/absolut (f1), yakni perbandingan antara volume batang pohon dengan
volume silinder yang mempunyai bidang dasar pada pangkal pohon.
Untuk menentukan angka bentuk pohon, harus dilakukan pengukuran diameter per seksi guna
menentukan volume per seksi, dimana volume pohon sebenarnya diperoleh dari penjumlahan
volume per seksi tersebut. Pengukuran diameter per seksi dilakukan dengan mengukur diameter
batang (pangkal dan ujung) pada setiap panjang seksi yang ditentukan, misal : panjang seksi 2 m,
dengan bantuan Spiegel Relaskop Bitterlich (SRB).
Pada praktikum kali ini, praktikan akan mempelajari dan mempraktekan cara-cara penentuan volume
pohon berdiri khususnya dengan menggunakan rumus-rumus empiris. Dalam hal ini, mengingat
sortimen tidak tersedia maka pengukuran dilakukan dengan (mengandaikan) membuat sortimen pada
pohon berdiri dengan panjang 150 cm. Selanjutnya, praktikan akan dapat membandingkan bias,
ketelitian, dan ketepatan dari masing-masing rumus empiris sehingga dapat membuat rekomendasi
tentang rumus manakah yang tepat bagi penentuan volume sortimen ataupun pohon berdiri. Selain
itu, praktikan akan melakukan pengukuran diameter per seksi dan perhitungan volume per seksi.
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, selanjutnya praktikan akan dapat menentukan angka bentuk
pohon yang berguna untuk penentuan volume pohon dengan pendekatan silinder terkoreksi.
IV. Bahan dan Alat yang Digunakan
Dalam praktikum ini, praktikan harus mengukur 3 pohon contoh (jenis pohon ditentukan sendiri oleh
praktikan, sebaiknya terdiri atas daun lebar dan daun jarum). Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan alat-alat ukur sebagai berikut :
Spiegel Relaskop Bitterlich (SRB)
Pita ukur : phi band dan pita keliling
V. Tahapan Kegiatan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut :
Pemberian materi dan pengarahan kegiatan oleh dosen atau asisten.
Pembagian alat-alat ukur kepada setiap regu.
Pengukuran diameter per seksi pada pohon contoh, yakni meliputi diameter pangkal (10 cm di atas
tanah) dan diameter ujung. Untuk menentukan volume sebenarnya (sebagai pembanding),
digunakan cara per seksi (menggunakan rumus Smalian) dengan membuat beberapa seksi yang
panjangnya 2 meteran.
Selain itu, diukur pula diameter tengah pada pohon contoh untuk
menerapkan rumus Huber dan Newton.
Pengisian tally sheet dan perhitungan volume pohon berdiri serta analisis dan pembahasannya pada
lembar kerja praktikum.
Pengumpulan lembar kerja praktikum.
Modul Praktikum
M.a. Inventarisasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
Nama / Nrp. :
Kelas :
Posisi
Pengukuran
Pohon 1 : ..
Di
(cm)
Bi
(m2)
P1
U1 = P2
2 U2 = P3
U3 = P4
4 U4 = P5
U5 = P6
6 U6 = P7
U7 = P8
8 U8 = P9
U9 = P10
10 U10 = P11
U11 = P12
12 U12 = P13
U13 = P14
14 U14
D1,30 = dbh
D0,9
Seksi
1
3
5
7
9
11
13
Li
(m)
No.
Vi
(m3)
Pohon 2 :
Di
(cm)
Bi
(m2)
Li
(m)
Vi
(m3)
P1
U1 = P2
2 U2 = P3
U3 = P4
4 U4 = P5
U5 = P6
6 U6 = P7
U7 = P8
8 U8 = P9
U9 = P10
10 U10 = P11
U11 = P12
12 U12 = P13
U13 = P14
14 U14
D1,30 = dbh
D0,9
Seksi
1
3
5
7
9
11
13
D0,5
D1
Posisi
Pengukuran
D0,5
D1
Tinggi *)
Tinggi *)
Volume (V)
Volume (V)
Keterangan :
Di = diameter pangkal atau ujung pada seksi ke-i
D0,90 = diameter pada ketinggian 1/10 tinggi pohon,
D1 = diameter pada pangkal pohon (20 cm dari atas tanah)
Bi = luas bidang dasar pangkal atau ujung seksi ke-i = 0,25.Di2
Li = panjang seksi ke-i
n
i 1
1
2
Modul Praktikum
M.a. Inventarisasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
Nama / Nrp. :
Kelas :
Nama
Pohon
Huber
(V2)
Smalian
(V3)
Newton
(V4)
Bruce
(V5)
1
2
n
2
serta seij = eij eij n n 1 (atau dari kalkulator).
i, j
i, j
Ketepatan dugaan volume, yakni menunjukkan besarnya simpangan suatu nilai dugaan terhadap nilai
parameter sebenarnya. Untuk membandingkan ketepatan dugaan volume dari tiap rumus, dapat
n
digunakan statistik rata-rata simpangan absolut (MAE) dengan rumus : MAE eij n j .
i 1
Semakin kecil nilai MAE maka ketepatan rumus tersebut semakin baik.
Berdasarkan hal di atas, selanjutnya dapat dihitung besarnya bias, ketelitian, dan ketepatan dari masingmasing rumus untuk menduga volume sortimen. Dalam hal ini, volume sebenarnya yang dihitung dengan
cara per seksi merupakan nilai pembanding (kontrol). Hasil perhitungan untuk data pada Tabel 3 di atas
adalah seperti terlihat pada Tabel 4.
Modul Praktikum
M.a. Inventarisasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
Nama / Nrp. :
Kelas :
Nama/Jenis Pohon
V2 V (e2)
V3 V (e3)
V4 V (e4)
V5 V (e5)
1
2
n
Error (
ij
i, j
Rata-rata Bias ( ei )
Simpangan Baku Error ( seij )
Interval Toleransi (TI)
MAE (Mean Absolut Error)
Nama Pohon
Dbh
(cm)
D0,90
(cm)
D1
(cm)
Volume (m3)
Vs
V
V1,30
V0,90
Angka Bentuk
(f)
V1
f1,30
f0,90
f1
1.
2.
Keterangan: Vs = volume silinder = 0,25.D2.L ; V = total volume per seksi (dari Tabel 1) ; f = V/Vs
3.5. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran diameter per seksi, perhitungan volume per seksi, dan penentuan angka
bentuk pohon seperti terlihat pada Tabel 2 dan Tabel 3, buatlah pembahasan mengenai hal-hal berikut :
Bagaimana nilai dugaan volume pohon dari masing-masing rumus ? Rumus manakah yang dapat
menduga volume dengan baik (lihat kriteria bias, ketelitian, dan ketepatan) ? Mengapa demikian ?
Buatlah ranking untuk masing-masing rumus dari yang paling teliti sampai kurang teliti ! Apa yang bisa
Anda rekomendasikan untuk penerapan praktisnya ?
Jelaskan kegunaan penentuan volume sortimen dan volume pohon berdiri dalam kegiatan pengelolaan
hutan !
Bagaimana angka bentuk dari masing-masing pohon contoh tersebut, baik menyangkut besar nilainya
maupun perbandingan antara angka bentuk pohon (baik angka bentuk buatan, normal maupun
Modul Praktikum
M.a. Inventarisasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
Nama / Nrp. :
Kelas :
mutlak) dari jenis daun lebar dan daun jarum. Kaitkan pula dengan aspek teoritisnya yang telah Anda
pahami.
Kemukakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan (dan bagaimana pengaruhnya) dalam penentuan
angka bentuk pohon. Apa yang bisa Anda simpulkan apabila Anda ingin menentukan angka bentuk
suatu jenis pohon dalam suatu tegakan di lapangan ?
Apa kegunaan dari angka bentuk pohon dan bagaimana penerapannya dalam kegiatan pengelolaan
hutan ?
Lain-lain yang menurut Anda relevan dengan materi ini.
Pembahasan
(Apabila kolom ini kurang mencukupi, gunakan halaman di balik halaman ini !)
Modul Praktikum
M.a. Inventarisasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
Nama / Nrp. :
Kelas :
Pembahasan (lanjutan)
(Apabila kolom ini kurang mencukupi, gunakan halaman di balik halaman ini !)
PENGESAHAN
Praktikan :
(_________________)
Nrp.
Dosen/Asisten :
(_________________)
Nrp.
(________________________)
PENILAIAN
Nilai Laporan :
Dosen/Asisten Penilai :
Modul Praktikum
M.a. Inventarisasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB