Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
............................................... 25
2. Rendahnya Pengawasan Masyarakat .................................................. 26
3. Hukuman yang Ringan ..................................................................... 27
1. Merebaknya Gaya Hidup Materialisme
MEREBAKNYA NARKOBA
Sungguh menyedihkan! Itulah kata yang sangat tepat untuk
menggambarkan realitas masyarakat negeri ini. Di tengah hiruk pikuk
situasi perpolitikan yang kian tidak menentu, terjangan badai krisis
ekonomi yang hingga kini belum berlalu (entah sampai kapan), merosotnya
moralitas masyarakat, melonjaknya angka kriminalitas, kasus korupsi dan
suap yang masih terus bergentayangan, dan berbagai problematika pelik
lainnya yang semakin menghimpit bangsa ini. Merebaknya kasus narkoba
(narkotika dan obat-obatan berbahaya) adalah salah satunya.
Meskipun persoalan narkoba itu sudah cukup lama dan sangat meresahkan
banyak orang, hingga kini, pemerintah masih belum memiliki resep yang
cukup jitu untuk menghadang meluasanya peredaran zat berbahaya itu.
Bahkan, ada kecenderungan kian meningkat. Sasarannya pun semakin
meluas, menembus ke berbagai lapisan. Peredarannya pun merambah
sampai ke desa-desa. Yang dijadikan sebagai sasarannya tidak terbatas
hanya anak muda, remaja, atau orang dewasa. Anak-anak usia SD pun
sudah dijadikan mangsanya.
Kejadian di SDN 01 kota Bambu Jakarta Barat menjadi fakta menyedihkan
itu. Puluhan anak SD itu ketagihan obat terlarang itu. Seorang murid SD
yang kecanduan itu bercerita, mulanya ia ditawari permen oleh seorang
wanita yang tidak dikenalnya. Orang itu merayu, bahkan sempat memberi
uang RP. 5.000 kepada siapa saja yang mau menerima dan mencicipi
permen tersebut (Media Dakwah Sep. 1999). Tentu saja, dengan gembira
mereka menerima tawaran tersebut. Mereka pun lalu menenggak permen
tersebut tanpa curiga. Lambat laun mereka merasakan bahwa permen yang
mereka isap itu bukan sembarang permen. Tetapi itu adalah permen khusus.
Siapa saja yang sudah menelannya, maka dengan sendirinya ia akan
ketagihan. Permen itu ternyata sejenis nipam, obat terlarang.
Ironisnya, pengguna narkoba itu bukan hanya anggota masyarakat, tetapi
juga aparat kepolisian yang seharusnya memberantas narkoba dan beberapa
pejabat yang seharusnya menjadi suri teladan. Di Surabaya, misalnya,
ditemukan enam anggota polisi polwiltabes yang terlibat narkoba. Setelah
diadakan tes urine, mereka dinyatakan positif telah mencicipi Narkoba
(Jawa Pos 19/9/99). Selang beberapa lama, diketahui pula dua orang
kapolsek yang positif mengkonsumsi narkotika (Jawa Pos 8/4/2000).
Melalui tes urine pula, dari 332 pejabat ada 10 pejabat yang terindikasi
darahnya mengandung zat narkoba (Jawa Pos 18/4/2000). Di antara 10
orang pejabat yang darahnya bercampur zat narkoba tersebut ada 4 orang
setingkat Kepala Biro. Hanya saja, Pemda Jatim hingga kini tampak adem
ayem, tidak melakukan tindakan tegas (Republika 25/04/2000).
Lebih tragis lagi (sekaligus membuat geram siapa saja), ada di antara aparat
itu yang bukan hanya menjadi pengguna, tatapi sudah masuk dalam
jaringan pengedar narkoba. Seperti yang terjadi di Medan, petugas
kepolisian sektor (Polsek) kota Medan Sunggai menyita 60 kg ganja dan
menahan lima tersangka pembawa ganja yang mengaku sebagai anggota
Komando Rayon Militer (Koramil) Baktiya, Aceh. Ternyata hal itu
dibenarkan oleh pelaksana tugas Kadispen Polda, sumatera Utara, Kapten
(pol) Ahmad Soemba, bahwa kelima tersangka pelaku adalah anggota
Koramil dari Aceh dan tersangka diserahkan ke Polisi Militer di Medan
(Kompas, 18/9/99).
Di Surabaya, juga didapati seorang polisi yang menjadi pengedar narkoba.
Ketika digerebek dirumahnya, ditemukan 1500 butir ineks dan 6 ons sabusabu (Jawa Pos 4/1/2000). Demikian juga menurut hasil investigasi Drs.
Nazarudin Ismail, Ketua investigasi Gerakan Anti-Narkoba (Granat),
ditengarai kantor Gubernur Jatim kini sudah dirambah jaringan narkoba.
Bahkan estimasi Nazarudin, di antara pejabat itu tak hanya sebagai
pengguna, tetapi sudah masuk dalam jaringan pengedar nerkoba itu.
Tidak mengherankan, jika pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai
angka yang sangat mengkhawatirkan. Hingga 1998, diperkirakan pengguna
narkotika di Indonesia 1-2% populasi penduduk. Di Jakarta saja, jumlah
penderita penyalahgunaan narkotika, alkohol, dan zat adiktif lainnya telah
mencapai 1,3 juta orang (Republika 19/8/99).
Dalam sarasehan "Malapetaka Korban Ketergantungan Narkotika dan Obat
Terlarang" yang diselenggarakan Kompas (13/9/99), disebutkan, setiap
tahun ada lebih dari 130.000 pecandu narkoba. Dan kebanyakan dari
pecandu itu adalah anak-anak muda (Info Aktual, 18/9/99). Seiring itu
korban tewas akibat over dosis di Jakarta pada tahun ini menunjukkan
peningkatan 2-3 kali lipat dan diperkirakan setiap hari ada dua orang
korban tewas (Rep,14/9 /99).
Hasil polling yang dilakukan oleh Forum Gajah Mada terhadap 11 SMU di
Mojokerto menyebutkan ada 19,40 % atau 1 dari 5 orang pernah
mengkonsumsi narkotika.
Hasil survey Dr. Ayub Sani Ibrahim DSJ di dua buah rumah sakit swasta di
Jakarta Selatan terhadap 35 pasien yang diwawancarai, diperoleh fakta
bahwa 89% pengguna narkotika berada pada usia 15 sampai 20 tahun (usia
remaja). Dari 35 pasien tersebut terdiri dari 18 pria dan 17 wanita
menunjukkan ketergantungan terhadap obat. Kenyataan masalah narkoba
yang sudah sedemikian itu, menimbulkan kekhawatiran pada sementara
kalangan yaitu datangnya bahaya hilangnya generasi (lost generation).
Di sampinng itu, masih ada zat-zat lainnya yang tidak tergolong dalam
narkotika, tetapi termasuk zat adiktif (zat yang dapat mengakibatkan
kecanduan). Pengaruhnya terhadap susunan saraf pusat (otak) serupa
dengan narkotika dan alkohol. Ectasy, adalah salah satu di antaranya. Zat
aktif yang dikandung ectasy adalah amphetamine, suatu zat yang tergolong
stimulasia (perangsang).
Di dunia kedokteran, zat amphetamine digunakan antara lain untuk
mengobati penyakit hyperkinesia, depresi ringan, dan narkolepsi.
Penggunaan di dunia sangat ketat, sebab dapat menimbulkan
ketergantungan. Penyalahgunaan ectasy yang kadang disebut dengan ineks
ini akan menimbulkan gangguan mental organik.
Apabila sedang on atau triping, pemakainya akan merasakan gejala
psikologik dan fisik. Gejala psikologik adalah agitasi psikomotor, rasa
gembira, rasa harga diri meningkat, banyak bicara, dan kewaspadaan
meningkat. Adapun secara fisik adalah pelebaran pupil mata, tekanan darah
meninggi atau rendah, berkeringat atau rasa kedinginan, mual dan muntah.
Bagi mereka yang sudah ketergantungan, bila pemakaian dihentikan akan
menimbulkan kondisi yang dinamakan gejala putus obat yang ditandai
rasa ketagihan, kelelahan, keletihan menyeluruh, tidur berkepananjangan
12-24 jam, depresi berat, rasa lesu dan lemah yang sangat, timbul pikiran
tentang kematian, ingin bunuh diri, dan mencelakakan diri.
Meskipun tidak semuanya, umumnya pemakaian zat-zat tersebut seringkali
mengakibatkan ketagihan (addiction), bahkan sampai pada tataran
ketergantungan (dependence). Zat atau bahan (obat) yang dapat
menimbulkan adiksi dan dependensi, adalah zat yang memiliki ciri sebagai
berikut:
1. Keinginan yang tak tertahankan atau kebutuhan yang luar biasa untuk
senantiasa menggunakan zat tersebut. Keinginan itu mendorongnya
untuk mendapatkan zat yang dimaksud, dengan jalan apa pun akan
ditempuhnya tanpa mempedulikan resikonya.
2. Kecenderungan untuk menaikkan dosis sesuai dengan toleransi
tubuhnya
10
(31 )
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan (Al Araf
31).
11
( )
Ia (air laut) itu suci airnya, halal bangkainya (HR Abu Daud, Nasai,
Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Hadits di atas menunjukkan halalnya bangkai binatang laut, tanpa
disebutkan perbuatan yang berkenaan dengannya. Sehingga, jika dikaitkan
dengan perbuatan makan, yakni memakan bangkai binatang laut, maka
perbuatan itu hukumnya mubah. Karena, baik perbuatan maupun bendanya
mubah.
Sedangkan hukum mencuri bangkai binatang laut milik seseorang,
hukumnya haram. Sekali pun bendanya halal, tetapi perbuatan yang
dilakukan hukumnya haram, maka perbuatan tersebut hukumnya haram.
Berkaitan dengan mencuri Allah SWT berfirman:
(38 )
Pencuri laku-laki dan pencuri perempuan, maka potonglah tangan
keduanya ( Al Maidah 38).
Sedangkan status hukum makan babi adalah haram. Sekalipun hukum
makan itu mubah, tetapi benda yang dimakan hukumnya haram (Al Maidah
ayat 3), maka status perbuatan itu menjadi haram. Hanya saja, bila yang
diharamkan itu bendanya, tidak secara secara otomatis semua perbuatan
yang berkaitan dengannya hukumnya haram. Misalnya, hukum melihat
babi tidaklah haram.
12
(29 )
Dialah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu (Al Baqarah
29).
(13 )
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada
di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya (Al Jatsiah 12).
Kata
(menundukkan
Hukum asal benda adalah mubah (halal), selama tidak ada dalil yang
mengharamkan.
Berkaitan dengan hukum narkoba, tidak ada perbedaan pendapat tentang
haramnya narkoba. Al Iraqi dan Ibnu Taimiyyah (Subulus Salam juz IV
hal 35) menceritakan bahwa terdapat ijma atas haramnya candu dan
barang siapa yang menghalalkannya bisa menyebabkan kufur. Yang
13
( )
Apa yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnya juga haram
(dikeluarkan oleh Abu Daud, Nasai, Tirmidzi, dan Ibnu Majah,
dishahihkan oleh Ibnu Hibban).
Beliau menyatakan bahwa apa terjadi pada narkoba juga terjadi pula pada
khamr, yakni sama-sama menyebabkan rasa girang dan mabuk. Meskipun
begitu, bila ada yang menolak anggapan bahwa candu itu memabukkan,
beliau menjawab bahwa candu bisa melemahkan. Dalam hal ini, terdapat
hadits dari Ummu Salamah, ia berkata:
( )
Rasulullah SAW telah melarang setiap zat (bahan) yang memabukkan dan
melemahkan (HR Ahmad dan Abu Daud). Imam As Suyuti, dalam kitab al
Jamiush Shoghir, menshahihkan hadits ini.
Al Khathabiy menjelaskan bahwa makna al muftir adalah setiap minuman
yang bisa mendatangkan futur (lemas, lemas) dan al khawar (lemah) pada
anggota tubuh (Subulus Salam juz IV hal 35).
Jika kita mengkaji dalil-dalil yang digunakan, hadits yang melarang
penggunaan benda yang memiliki sifat muftir, secara pasti dapat diterapkan
pada narkoba. Narkoba, dalam berbagai jenisnya, terbukti melemahkan
14
( )
Tidak (boleh) menimpakan bahaya pada diri sendiri dan kepada orang lain
(HR Ibnu Majah).
Nafi (peniadaan) yang ada pada hadits ini memberikan makna larangan.
Qorinah (indikasi)nya adalah bahwa keberadaan dlarar (bahaya) itu
sesuatu yang riil. Pada hal dalil syara tidak mungkin bertentangan dengan
fakta. Maka hadits ini harus dipahami dengan dalalatul iqtidla
(penunjukan yang didapatkan oleh makna yang mengharuskan
keberadaannya), yakni dari nafiyyul wujud (peniadaan keberadaan) menjadi
nafiyyul jawaz (peniadaan kebolehan), yakni berarti sebuah larangan
terjadinya sesuatu yang membahayakan. Bahwa larangan itu merupakan
larangan yang bersifat jazim (tegas dan pasti) yang melahirkan hukum
haram, dipertegas oleh hadits lain. Dari Abu Shirmah Malik bin Qais Al
Anshoriy, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
( ) ,
Barang siapa yang membahayakan, maka Allah akan mendatangkan
bahaya , dan barang siapa yang menyusahkan, maka Allah akan
menyusahkan kepadanya (HR Abu daud Nasai, dan Tirmidziy).
Dari hadits-hadits tersebut, diambillah kaidah syara:
Hukum asal barang atau perbuatan yang menimbulkan mudlarat adalah
haram
15
Setiap sesuatu (benda/perbuatan) yang bisa mengantarkan pada yang
haram, maka hukumnya haram.
Jika kita menelusuri dalil-dalil yang digunakan untuk memberikan status
hukum pada candu tersebut, maka kita mendapatkannya bahwa haramnya
candu (dan jenis narkoba lainnya) tidaklah karena zatnya, sebagaimana
pengharaman bangkai, darah, dan babi yang diharamkan karena zatnya
dengan firman Allah SWT :
16
Diharamkannya khamr karena bendanya, banyak maupun sedikit. Juga
(diharamkan) yang memabukkan dari setiap minuman (HR An Nasai
dengan sanad hasan, Sunan An Nasai VIII hal 320 dan 321).
Pada benda-benda tersebut secara jelas diharamkan karena
zatnya/bendanya. Hal ini berbeda dengan pengharaman narkoba. Haramnya
narkoba bukan karena zatnya --karena tidak didapati satu pun ayat
menunjukkan haramnya narkoba karena zatnya-- tetapi diharamkannya
narkoba karena memiliki sifat yang bisa melemahkan, baik fisik, mental,
maupun intelektual, maka narkoba dapat terkategorikan sebagai benda yang
memiliki sifat muftir (yang melemahkan). Atau karena sifatnya yang
membahayakan.
Jelaslah, hukum penggunaan narkoba itu haram. Suatu perbuatan yang
apabila dikerjakan akan mendatangkan dosa. Hanya saja, haramnya
narkoba itu bukan karena bendanya atau zatnya, tetapi karena sifat yang
dimilikinya. Yakni, sifatnya yang bisa melemahkan bagi pemakainya, baik
secara fisik, psikis, dan intelektualnya. Juga, sifatnya yang bisa menggiring
seseorang terjerumus mengerjakan perbuatan haram lainnya.
Ada perbedaan antara benda yang diharamkan karena zatnya dengan benda
yang diharamkan karena sifatnya. Bedanya adalah:
Jika benda tersebut diharamkan karena zatnya, maka benda itu tidak akan
pernah bisa berubah hukumnya menjadi halal, sekalipun pada benda
tersebut dipandang memiliki manfaat apabila digunakan. Sedangkan benda
yang diharamkan karena sifatnya, maka apabila sifat (yang diharamkan) itu
sudah lenyap, maka benda tersebut menjadi boleh). Jika khamr dan babi
masuk kategori pertama, maka narkoba masuk kategori kedua.
17
:
Sesungguhnya Rasulullah SAW melaknat dalam khamr sepuluh personel,
yaitu: pemerasnya (untuk keperluan umum), pembuatnya (untuk kalangan
sendiri), peminum-nya, pembawanya, pengirimnya, penuangnya,
penjualnya, pemakan uang hasilnya, pembayarnya, dan pemesannya (HR
Ibnu Majah dan Tirmidzy).
18
:
( )
Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamr,
bangkai, babi, dan patung. Lalu ditanyakan kepada Rasulullah,Wahai
Rasulullah, bagaimana menurut engkau bangkai yang digunakan untuk
mengecat perahu, menghaluskan kulit, dan sebagai penerangan?
Rasulullah menjawab,Tidak boleh. Itu tetap haram kemudian Rasulullah
SAW melanjutkanAllah mengutuk orang Yahudi. Sesungguhnya Allah
telah mengharamkan lemak pada mereka. Mereka memperbaikinya, lalu
menjual dan memakan hasilnya (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim).
19
Dalam hadits di atas secara jelas Rasulullah SAW mengharamkan jual beli
khamr. Tidak ada satu pun dari lafadz hadits tersebut yang menunjukkan
illat tertentu diharamkannya tindakan tersebut. Juga, Rasulullah SAW
menjelaskan hukuman yang diberikan kepada orang Yahudi walaupun
mereka tidak memakan lemak yang diharamkan atas mereka, kemudian
mereka menjualnya kepada orang lain. Demikian pula, tidak dijumpai satu
nash pun yang menunjukkan adanya illat pada larangan tersebut. Sehingga,
larangan tetap bersifat mutlak. Bahkan Ibnu Abbas ra. meriwayatkan dari
Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda:
Sesungguhnya Allah mengutuk orang-orang Yahudi. Diharamkan kepada
mereka lemak, lalu mereka menjual dan memakan hasilnya. Dan
sesungguhnya Allah, apabila mengharamkan suatu kaum untuk memakan
sesuatu, maka haram pula bagi mereka hasil penjualannya (HR Imam
Ahmad dan Abu Daud).
Ini berarti bahwa segala sesuatu yang diharamkan bagi hamba, maka
memperjualbelikannya juga haram, tidak berbeda apakah terdapat manfaat
didalamnya atau tidak. Hukum seperti itu juga diterapkan pada penjualan
patung, salib, relief yang menggambarkan manusia dan hewan, juga lukisan
dengan menggunakan tangan yang memiliki ruh seperti lukisan manusia
dan hewan (Asy Syakhshiyyah Islamiyyah II hal 299). Imam Syaukani
mengatakan bahwa, Sesungguhnya setiap yang diharamkan Allah kepada
hamba, maka menjualnya pun haram, disebabkan karena haramnya hasil
penjualannya. Tidak keluar dari (kaidah) kuliyyah tersebut, kecuali sesuatu
yang telah dikhususkan oleh dalil (Nailul Authar V hal 221). Demikian
juga Rasulullah secara umum melarang memakan hasil penjualan barang
yang diharamkan memakannya. Sehingga, para fuqaha memberikan
kesimpulan bahwa salah satu syarat barang boleh dijualbelikan adalah
benda yang suci zatnya, yakni tidak haram dan tidak najis.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka turut serta memasarkan,
mendistribusikan, dan memperjualbelikan narkoba adalah haram. Lebihlebih menjadi bagian dari sindikatnya, yang terus-menerus mencari
mangsa.
20
21
22
(120 )
Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu
hingga kamu mengikuiti agama mereka (Al Baqarah 120).
Ayat ini merupakan seruan Allah SWT yang ditujukan kepada Rasulullah
SAW dan umatnya hingga hari Kiamat, dengan seruan yang amat jelas dan
tegas. Sama sekali tidak bisa ditakwilkan dengan makna lain. Sehingga,
apabila ditemukan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang terlihat ridla
kepada seorang muslim, maka hanya ada dua kemungkinan. Pertama,
orang-orang Yahudi dan Nasrani itu hanya berpura-pura saja. Kedua, jika
mereka benar-benar ridla, seseorang tersebut berarti sudah mengikuti
keinginan mereka.
Mereka juga senantiasa melakukan berbagai upaya untuk membelokkan
jalan kaum muslimin untuk mengikuti kekufuran mereka. Allah SWT
berfirman:
(217 )
Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat
mengembalikan )kamu dari agamamu (kepada kakafiran), senadainya
mereka sanggup (Al Baqarah 217).
Semakin meningkatnya peredaran narkoba pada dunia Islam, jelas
merupakan salah satu bentuk serangan orang-orang kafir pada kaum
muslimin. Generasi muda Islam yang diharapkan akan menjadi penerus
perjuangan menegakkan panji Islam menjadi sasaran utamanya. Menurut
penelitian Hawari, misalnya, bahwa kasus penyalahgunaan NAZA adalah
anak-anak usia remaja (13-17 tahun) sebanyak 97%. Hasil polling yang
dilakukan Deteksi, usia pemakai narkoba menunjukkan rata-rata masih
belia. Usia 15-17 tahun 24 %, 18-20 tahun 46 %, dan 21-23 tahun 22%.
Realitas ini jelas tidak boleh dibiarkan terus berlangsung.
Oleh karena itu, bagi kaum muslimin yang masih memiliki harga diri
sebagai umat Islam, tidak selayaknya diam berpangku tangan menyaksikan
serangan gencar orang-orang kafir itu pada kaum muslimin. Tidak
23
(9 )
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar". (Qs. An Nisa 9).
24
25
26
Pecandu
346
283
253
110
87
27
28
29
untuk
melakukannya.
Itu
(45 )
Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhan-Nya ada dua
surga (Ar Rahman 46).
Sebaliknya, siapa pun yang tidak mengikuti aturan Allah SWT, mereka
jauh dari kebahagiaan sejati. Allah SWT berfirman:
(124 )
Dan barang siapa berpaling dari paringatan-Ku , maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit dan Kami bangkitkan ia dalam keadaan
buta (Thoha 124).
Dengan demikian, seorang muslim yang meyakini aqidah Islam, ia tidak
akan tergoda untuk melanggar aturan-aturan Allah SWT. Ia tidak akan
melakukan riba, berapa pun besarnya keuntungan yang bisa diraupnya,
karena riba merupakan perbuatan yang diharamkan. Ia tidak akan
melakukan pencurian, sekalipun terdapat peluang untuk itu, karena mencuri
merupakan perbuatan yang dilarang-Nya. Demikian pula, seorang yang
berpegang teguh pada aqidah Islam, ia tidak akan tergoda untuk mencicipi
narkoba --apalagi menikmati, mengedarkan, dan memproduksi-- betapapun
nikmat dan besarnya keuntungan yang didapatkan, karena ia tahu perbuatan
itu akan mendatangkan murka Allah dan menjerumuskan pada neraka.
Berangkat dari kesadaran inilah dahulu kaum muslimin segera membuang
berguci-guci persediaan khamr di rumah mereka. Sehingga kota Madinah
30
.
(3-2 )
Apakah manusia itu mengira bahwasanya mereka dubiarkan (saja)
mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi. Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,
maka sesungguhnya Allah SWT mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang dusta (Al Ankabut 2-3).
Seseorang yang beriman pada qadla dan qadar yakin bahwa apa yang akan
menimpanya, dia tidak akan luput darinya. Jika sesuatu itu luput darinya,
tidak akan menimpa dirinya. sebuah ujian dan cobaan, apabila dihadapi
dengan kesabaran maka akan mendatangkan pahala dari Allah SWT. Ujian
dan cobaan, akan dihadapi dengan kesabaran. Sedangkan, berbagai nikmat
yang mebuat dirinya senang, akan disyukurinya. Dari Subaib Ar Rumiy,
bahwa Rasulullah SAW bersabda:
, , ,
( )
Mengagumkan seorang mukmin itu. Karena sesunguhnya semua urusannya
baik baginya. Hal itu tidak terdapat pada seorang punkecuali seorang
31
(3-2 ).
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
bagi jalan keluar. Dan memberinya rezeki yang tidak disangka-sangkanya
(Ath Thalak 2-3).
Ketakwaan itu tidak hanya pada rakyat. Para penegak hukum juga harus
memiliki ketakwaan. Jika tidak mereka akan mudah disuap dengan
lembaran-lembaran uang.
Karena itu, kaum muslimin harus mendidik generasinya dengan landasan
Islam. Pembinaan generasi tersebut harus dilakukan sejak usia dini.
Pendidikan aqidah Islam yang ditanamkan sejak dini insya Allah akan
menjadikan generasi yang mampu membentengi diri dari virus narkoba,
atau pun virus-virus lainnya yang bakal membahayakan kehidupan mereka.
Rasulullah SAW bersabda:
,
.( )
Perintahkanlah anak-anakmu untuk sholat untuk sholat ketika mereka
berusia tujuh tahun. Pukullah mereka (apabila tidak mengerjakan sholat)
pada saat usia sepuluh tahun. Pisahkan antara mereka di tempat tidur (HR
Ahmad, Abu Daud, dan Al Hakim).
Ini berarti mengikatkan diri kepada hukum syara' harus dimulai sejak dini,
sejak mereka belum baligh. Bahkan memberikan sanksi pada mereka, jika
mereka membangkang dari perintah Allah SWT. Sehingga ketika mereka
32
2. Pengawasan Masyarakat
Tak ada satu agama pun selain Islam yang menekankan pentingnya hidup
berjamaah dan menjaga kesehatan jamaah dengan amar ma'ruf nahi
mungkar. Masyarakat yang saling masa bodoh adalah masyarakat yang
mudah terjangkit wabah narkoba.
Amar ma'ruf yang dilakukan secara menyeluruh, baik di keluarga dan
lingkungan kaum muslimin, organisasi-organisasi dan jamaah dakwah
mereka, siaran-siaran radio dan TV serta media massa lainnya, akan
membentuk kesadaran umum di masyarakat bahwa apa yang diharamkan
33
Allah dan Rasulullah SAW secara mutlak harus dijauhi, baik kita
mengetahui sebab diharamkannya maupun tidak. Semata-mata lantaran
keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dengan diungkapnya
secara gencar larangan Rasulullah SAW tentang penggunaan barang yang
melemahkan (muftirin), akan menjadi pemahaman umum di masyarakat
bahwa narkoba adalah barang yang haram yang membahayakan kehidupan
manusia dan harus dijauhi oleh siapa pun di antara kaum muslimin yang
masih punya keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Lebih jauh harus diciptakan lingkungan yang sehat. Salah satu ciri sebuah
sistem yang sehat dalam kaitannya dengan narkoba (dan berbagai
kriminalitas lainnya) adalah minimnya rangsangan untuk melakukan
kejahatan. Acara-acara TV yang bisa mempengaruhi pola kehidupan
menuju pola hidup materialistis, konsumeris, hedonis, sekularis, dan polapola yang membahayakan aqidah umat harus dilarang. Kaum muslimin
tidak boleh mendiamkan sebuah kemungkaran terjadi di tengah-tengah
kehidupan mereka. Rasulullah SAW bersabda:
,
, ,
( )
34
:
,
( )
Apakah kamu mengajukan grasi terhadap salah satu hukuman dari Allah
SWT? Sesungguhnys yang membinasakan orang-orang sebelum kamu
adalah apabila ada bangsawan di antara mereka mencuri, mereka
membiarkannya dan apabila orang-orang lemah di antara mereka mencuri
35
36
37
KHATIMAH
Masalah narkoba tidak mungkin dapat diatasi secara tuntas kecuali jika
menggunakan metode pendekatan yang benar dalam memberantas barang
jahanam itu. Mencermati apa yang terjadi di negara-negara Barat
sehubungan masalah narkoba, menunjukkan bahwa di negara-negara
Sekuler yang memberlakukan kebebasan pemilikan dan kebebasan
berperilaku itu, tak kunjung mampu mengatasi masalah narkoba. Dan
memang mustahil mereka bisa secara tuntas menanggulangi narkoba.
Ideologi Demokrasi-Sekuler yang mereka anut itulah yang menyebabkan
kemustahilannya.
Dan apabila negeri muslim seperti Indonesia masih terus membebek caracara hidup negara-negara Kafir, termasuk dalam mengattasi problem
narkoba, sudah pasti ujungnya adalah kehancuran masyarakat, bangsa dan
negara. Menjadi niscaya karenanya. Jika demikian, kenapa tidak kembali
kepada Islam? Sadarlah!
38