You are on page 1of 9

MANAJEMEN PERPAJAKAN

Aspek Akuntansi dan Pajak Investasi Saham

Anggota Kelompok:
Endah Novitasari

14/375300/EE/06863

Erdhiani Dwi Purnami

14/375405/EE/06959

Reyhana Ulfa RR

14/375363/EE/06925

Dosen:
M. Nurkholis, Ak., CA., BKP

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS GAJAH MADA
2015

1. INVESTASI SAHAM
a. Pengertian Investasi Saham
Penanaman modal yang dilakukan oleh investor baik perorangan atau maupun
perusahaan yang berhubungan dengan pembelian dan penimpanan saham pada
sebuah pasar modal, hal tersebut diharapkan oleh investor akan mendapatkan
deviden dan kenaikan nilai saham sehingga akan mendapatkan keuntungan jika
saham tersebut dijual.
b. Akuntansi Untuk Investasi Dalam Saham
Dalam pencatatan akuntansi investasi saham terdapat dua metode yaitu metode
biaya dan metode ekuitas, dimana kedua metode tersebut memiliki aturan yang
berbeda dan akan mempengaruhi pelaporan pajak atas investasi.

Equity Method
Equity method didasarkan teori bahwa sauatu investasi dalam perusahaan
anaka harus pararel dengan akuntasi perusahaan induk, sehingga hubungan anak dan
induk tidak dapat dipisahkan. Pada investasi ini, investor mempunyai pengaruh
signifikan atas kegiatan-kegiatan keuangan dan operasi perusahaan penerbit saham,
karena investasi ini memiliki antara 20-50% saham biasa.
Pencatatan dalan equity method :
1. Investor dicatat sebesar biaya perolehan dan disesuaikan dengan
keuntungan, kerugian, dan dividen.
2. Investor akan mencatat laba dari perusahaan investi, jika

perusahaan

investi memperoleh laba dan akun investi akan bertambah.


3. Investor akan mencatat kerugian dari perusahaan investi, jika perusahaan
investi memperoleh rugi dan akun dicatat sebagai pengurang akun
investasi.
4. Dividen yang diterima dicatat sebagai pengurang saldo perkiraan investasi
dalam saham.
Ekuitas pemegang saham anaka akan berubah jika:

a. Adanya laba/rugi yang diperoleh perusahaan anak


b. Adanya pembagian dividen perusahaan anak
c. Akibat penanaman modal baru.
Cost Method
Metode harga pokok didasarkan pada teori bahwa akuntansi untuk suatu
investasi pada perusahaan anak harus sama dengan akuntansi untuk investasi jangka
panjang dalam surat berharga. Perusahaan anak dan induk diperlakukansebagai dua
perusahaan yang berbeda.

Pada metode ini, perusahaan anak menggambarkan original cost. Rekening


investasi anak di perusahaan induk tidak dipengaruhi oleh rugi/ laba maupun
amortisasi dari godwiil pwerusahaan anak.
Pencatatan dan pengakuan :
1. Investasi dalam saham biasa dicatat sebesar biaya yang dikeluarkan.
2. Dividen daro laba berikutnya dilaporkan sebagai pendapat
3. Dividen yang diterima lebih dari bagian laba investor setelah saham
diperoleh, dianggap sebagai pengembalian modal dan dicatat sebagai
pengurang terhadap akun investasi.
Berikut ini merupakan contok pencatatan akuntansi antara metode biaya dan
metode ekuitas:
Pembelian saham, perbandingan cost dan equity method.
Metode biaya
Metode ekuitas
Pembelian 5.000 lbr saham dengan harga Rp 20.000
Investasi saham 100.000.000
Investasi saham 100.000.000
Kas

100.000.000

Kas

100.000.000

Diterima deviden perbandingan cost dan equity method


Metode biaya
Metode ekuitas
Diterima deviden Rp 800/lembar
4.000.000
Kas
4.000.000

Kas

Pendapatan deviden 4.000.000

investasi

4.000.000

Mengumumkan laba perbandingan cost dan equity method


Metode biaya
Metode ekuitas
Mengumumkan laba tahun berjalan Rp 60.000.000
Tidak dijurnal
Investasi saham 12.000.000
Pendapatan investasi

12.000.000

(20% x 60.000.000)

c. Pengaruh Penerapan Equity Method dan Cost Method


Apabila Investor menggunakan Equity Method, maka:
1. Penyertaan
lebih dan

20%

atau

Saat pencatatan penghsilan dari penagkuan

Penyertaan
lebih,

25%

tidak

atau

laba, dilakukan koreksi fiscal negative

memenuhi

negatif atas penghasilan tersebut karena

ketentuan Pasal 4 ayat 3

penghasilan

huruf f UU PPh

merupakan obyek pajak penghasilan menurut

tersebut

adalah

bukan

UU PPh.
Saat mencatat penerimaan dividen, dilakukan
koreksi fiskal positif untuk mengakui adanya

2. Penyertaan
lebih

dan

atau

penghasilan dividen dari investee.


Saat pencatatan penghsilan dari penagkuan

memenuhi

laba, dilakukan koreksi fiskal negatif atas

25%

Pasal 4 ayat 3 huruf f


UU PPh)

penghasilan tersebut.
Saat mencatat penerimaan dividen, maka
perusahaan investor melaporkan dividen
tersebut dalam SPT Tahunan PPh kedalam
kelompok penghasilan yang bukan obyek
PPh.

Apabila Investor menggunakan Cost Method, maka :


Penyertaan pada investee kurang dari 20% maka WP Investor tidak perlu
melakukan koreksi fiskal, kemudian penghasilan dividen dipotong PPh pasal 23 oleh
investee dan atas penghasilan dividen ini dilaporkan dalam SPT Tahunan
PPh investor sebagai obyek pajak penghasilan.
d. Peraturan Pajak Mengenai Penghasilan Investasi Saham
Dalam perpajakan tidak mengatur secara tersendiri tentang investasi jangka
pendek dan jangka panjang. Aturan yang dikeluarkan pajak tentang investasi saham
hanya mengatur tentang penghasilan yang dihasilkan oleh investasi saham tersebut
seperti deviden. Menurut PPh Pasal 23 dividen adalah bagian dari laba yang
dibagikan atau diberikan kepada pemegang saham. Dalam hal ini ada dividen yang
merupakan objek pajak dan ada yang bukan merupakan objek pajak.
Menurut Pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPh, pengertian dividen Dividen yang
merupakan objek pajak , yaitu:
Pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan nama
dan dalam bentuk apapun.

Pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang


disetor
Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham
bonus dari kapitalisasi agio
Pembagian laba dalam bentuk saham
Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran
Jumlah yang melebihi jumlah setoran saham yang diperoleh dari pembelian

saham
Pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan
Pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba
Bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi
Bagian laba yang diterima oleh pemegang polis
Pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi
Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham.

Sedangkan menurut Pasal 4 (3) f Dividen yang bukan objek pajak yaitu :
1. Dividen yang diterima oleh orang pribadi dan dividen atau bagian laba yang
diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib pajak dalam negeri,
koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari
penyertaan modal dari pada badan usaha yang didirikan dan bertemapat di
Indonesia dengan syarat :
a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan
b. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik
daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25%.
2. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
fima, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif.
Besarnya tarif PPh pasal 23 untuk dividen sebesar 15% dari jumlah bruto
dividen. Tetapi jika penerima dividen tidak mempunyai NPWP maka tarif naik 100%
sehingga menjadi 30% dari jumlah bruto dividen.
Menurut Pasal 15 ayat (3) Peraturan Pemerintah No.94 Tahun 2010, saat
terutangnya PPh Pasal 23 adalah pada saat pembayaran atau pada saat disediakan

untuk dibayarkan, peristiwa mana yang terjadi lebih dahulu. Pemotongan dilakukan
paling lambat pada akhir bukan saat terutangnya.

2. DAMPAK DARI INVESTASI SAHAM


a. Dampak dari Pendanaan Internal
Pendanaan Internal adalah dana atau modal yang dibentuk atau dihasilkan
sendiri di dalam perusahaan seperti laba ditahan (retained earnings). Laba ditahan
merupakan representasi dari akumulasi laba bersih perusahaan yang tidak
didistribusikan kepada pemegang saham sebagai dividen.
Menurut teori preferensi pajak, investor lebih menyukai pembagian dividen
yang rendah daripada yang tinggi. Hal ini disebabkan karena keuntungan modal dari
capital gain dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pendapatan dividen. Untuk
investor yang memiliki mayoritas saham akan lebih suka jika perusahaan
menanamkan kembali laba ke perusahaan. Pertumbuhan laba yang akan menaikan
harga saham akan menghasilkan capital gain yang pajaknya lebih rendah dari
pendapatan dividen.

b. Dampak dari Pendanaan Melalui Modal dan Distribusi Laba


Dampak Pendanaan melalui modal
Pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana. Pemenuhan dana
tersebut dapat berasal dari sumber intern ataupun sumber ekstern. Namun umumnya
perusahaan cenderung menggunakan modal sendiri sebagai modal permanen dari
pada modal asing yang hanya digunakan sebagai perlengkap apabila dana yang
diperlukan kurang mencukupi. Karena itu, para manajer keuangan dengan tetap
memperhatikan cost of capital perlu menentukan struktur pendanaan dalam upaya
menetapkan apakah kebutuhan dana perusahaan dipenuhi dengan modal sendiri
ataukah dipenuhi dengan modal asing. Pajak atas keuntungan modal dapat ditunda
hingga penjualan saham yang sesunguhnya (ketika direalisasi).
Dampak Pendanaan melalui distribusi laba
Pembagian Dividen apapun bentuknya (dividen tunai dan dividen saham)
bukan pengurang beban pajak perusahaan. Sebagian investor tidak menyukai
pembagian dividen yang tinggi karena mereka akan membayar pajak yang tinggi
juga, sehingga perusahaan harus memperhatikan dampak pajak terhadapa kekayan

pemegang saham juga. Faktor pajak penghasilan mempengaruhi perusahaan untuk


membagikan dividen.
c. Dampak dari Pendanaan Melalui Hutang
Utang merupakan salah satu bentuk pendanaan yang dipilih oleh perusahaan
untuk mendanai kegiatan operasinya. Para pemilik perusahaan (pemegang saham)
cenderung menghindari utang yang ekstrim baik utang jangka pendek maupun
jangka panjang, karena akan menurunkan nilai perusahan. Utang merupakan dana
pinjaman yang harus dikembalikan disertai bunganya. Tingkat bunga utang
didasarkan pada risiko yang ditanggung peminjam, dan jumlah yang harus dibayar
sesuai kontrak. Ketika terjadi likuidasi maka peminjam berhak menerima klaim
sebesar pinjaman tersebut. Bagi perusahaan pendanaan dengan utang akan
memberikan dampak interest payment yang merupakan unsur pengurang pajak ( tax
deductible).
Utang digunakan untuk pendanaan maupun investasi seperti pembelian aktiva
tetap yang memiliki tax shield atau perlindungan pajak, karena depresiasi aktiva
tetap yang merupakan dana non cash dapat digunakan untuk mengurangi beban
pajak yang ditanggung perusahaan. Semakin besar jumlah utang semakin besar pula
keuntungan perlindungan pajak, karena adanya beban bunga dari utang digunakan
sebagai pengehematan pajak. Namun, jika penghasilan kena pajak jumlahnya kecil
atau negatif, keuntungan perlindungan pajak dari utang akan berkurang atau bahkan
tidak ada. Selain itu, jika perusahaan bangkrut dan dilikuidasi, penghematan pajak
dimasa depan yang berhubungan dengan utang akan hilang. Hal ini membuat
keuntungan perlindungan pajak atas utang menjadi tidak pasti.
Contoh Kasus Pendanaan Hutang:
PT. A dan PT. B mempunyai laba operasi yang sama sebesar Rp 15.000.000. PT. B
memiliki utang sebesar Rp 5.000.000 dengan beban bunga sebesar 11%. PT. A dan
PT. B sama-sama mempunyai tarif pajak 25%.

Laba Operasi
Bunga
Laba Sebelum Pajak
Pajak 25%
Laba Setelah Pajak

PT. A
Rp15,000,00

PT. B
Rp15,000,00

0
Rp15,000,00

0
Rp1,650,000
Rp13,350,00

0
Rp3,750,000
Rp11,250,00

0
Rp3,337,500
Rp10,012,50

Jadi dengan bunga hutang, pak terutang perusahaan menjadi rendah.

Sumber
Undang-undang No.36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU No.7 tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan
http://www.pembayarpajak.com/index.php/articles/pajak-penghasilan/pph-withholding/223pph-pasal-23-dividen
http://andrianto.blogspot.com/2010/12/kajian-penerapan-metode-biaya-dan.html
http://library.unej.ac.id/client/en_US/default/search/asset/367?dt=list
http://eprints.uny.ac.id/8888/3/BAB%20II-08408144041.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI.AKUNTANSI/196510122001121IKIN_SOLIKIN/akuntansi_dan_pelaporan_investor.pdf

You might also like