You are on page 1of 7

1.

Kelas pada benih


Benih sumber terdiri alas tiga kelas, yaitu benih penjenis (breeder
seed/BS), benih dasar (foundation seed/FS/BD), dan benih pokok (stock
seed/SS/BP). Benih penjenis merupakan perbanyakan dari benih inti, yang
selanjutnya akan digunakan untuk perbanyakan benih kelas-kelas
selanjutnya, yaitu benih dasar dan benih pokok. Benih sebar (extension
seed/ES/BR) disebut benih komersial karena merupakan benih turunan dari
benih pokok, yang ditanam oleh petani untuk tujuan konsumsi. Uraian dari
masing-masing kelas benih adalah sebagai berikut:

Benih Penjenis (Breeder SeedlBS)


Benih penjenis adalah benih sumber yang diproduksi dan dikendalikan

langsung oleh pemulia (breeder) yang menemukan atau diberi kewenangan


untuk mengembangkan varietas tersebut. Sa at ini benih penjenis dikelola
oleh UPBS di Balai Penelitian Komoditas, untuk kedelai di Balitkabi. Dalam
sertifikasi, benih penjenis dicirikan oleh label berwarna putih (rencana
menjadi warna kuning) yang ditandatangani oleh pemulia dan Kepala Institusi
penyelenggara pemuliaan tersebut. Benih penjenis digunakan sebagai benih
sumber untuk produksi atau perbanyakan benih dasar (FS/BD).

Benih Dasar (Foundation Seed/FS/BD) -Benih dasar adalah benih sumber yang diproduksi oleh produsen benih

(BBI, BPTP, perusahaan benih BUMN/swasta yang profesional) dan


pengendalian mutunya melalui sertifikasi benih (BP5B atau 5istem
Manajemen Mutu). Benih dasar merupakan benih sumber untuk
perbanyakan/produksi benih pokok (55/BP). Untuk penyediaan benih kedelai
unggul bersubsidi bagi petani, Balitkabi akan membantu memproduksi benih
dasar mengingat masih lemahnya sistem perbenihan kedelai.

Benih Pokok (Stock SeedISS/BP)


Benih pokok adalah benih sumber yang diproduksi oleh produsenl

penangkar benih di daerah dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi


benih (BP5B atau 5istem Manajemen Mutu).
Bagi benih bersertifikat ditetapkan kelas-kelas benih sesuai dengan
urutan keturunan dan mutunya, antara lain penetapannya sebagai berikut:
1.Benih Penjenis (BS)
Adalah benih yang diproduksi oleh dan di bawah pengawasan Pemulia
Tanaman yang bersangkutan atau instansinya, dan harus merupakan
sumber untuk perbanyakan benih dasar.

2.Benih Dasar (BD)


Merupakan keturunan pertama dari Benih Penjenis (BS) atau Benih
Dasar yang diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan
ketat, sehingga kemurnian varietas yang tinggi dapat dipelihara. Benih
Dasar diproduksi oleh instansi atau Badan yang ditetapkan atau ditunjuk
oleh Ketua Badan Benih Nasional, dan harus disertifikasi oleh Sub
Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB.
3.Benih Pokok (BP)
Merupakan keturunan dari Benih Penjenis atau Benih Dasar yang
diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas maupun
tingkat kemurnian varietas memenuhi standar mutu yang ditetapkan serta
telah disertifikasi sebagai Benih Pokok oleh Sub Direktorat Pembinaan
Mutu Benih BPSB.
4.Benih Sebar (BR)
Merupakan keturunan dari Benih Penjenis, Benih Dasar atau Benih
Pokok, yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas
maupun tingkat kemurnian varietas dapat dipelihara, dan memenuhi
standar mutu benih yang ditetapkan serta telah disertifikasi sebagai Benih
Sebar oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB
(Ance G.
Kartasapoetra, 2003).
2.syarat dan bagaimana proses menjadi penagkar benih
Syarat-syarat menjadi penangkar benih

Memiliki atau menguasai lahan yang akan digunakan untuk memproduksi

benih bermutu
Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memproduksi benih

bermutu
Mampu memelihara tanaman yang diusahakannya
Menguasai atau mempunyai fasilitas pengolahan dan penyimpanan benih,

baik sendiri maupun kontrak dengan pihak lain


Wajib mengikuti petunjuk-petunjuk dan peraturan-peraturan yang

diberikan oleh BPSBTPH di tiap provinsi


Bersedia membayar biaya sertifikasi sesuai ketentuan

Contoh sertifikasi pada benih padi

Prosedur sertifikasi benih padi


1. Persyaratan areal atau lahan
Diusahakan menggunakan lahan bekas tanaman lain atau tanaman bera
Bekas varietas yang sama atau varietas lain yang sifat-sifatnya secara

fisik mudah dibedakan


Harus memiliki batas-batas yang jelas, baik berupa parit, pematang, jalan

maupun batas-batas lainnya


Satu areal sertifikasi dapat terdiri dari satu hamparan berupa beberapa
petak atau areal yang terpisah-pisah, tetapi tidak lebih dari 10 meter dan

tidak dipisahkan oleh tanaman atau varietas lain


Dalam satu unit penagkaran hanya dapat ditanami satu varietas dan satu

kelas benih
2. Benih yang ditanam
Benih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti, Benih
Penjenis, Benih Dasar, dan Benih Pokok.
3. Permohonan sertifikasi
Diajukan maksimal 10 hari sebelum tanam
Dengan melampirkan :
a)

Label atau keterangan sumber benih

b)

Sket peta lapangan

4. Isolasi
Harus jelas terpisah dari varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 2

meter
Bila terdapat dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan, maka

tanggal tanam diatur sehingga pembungaan berbeda ( 30 hari)


5. Pemeriksaan lapangan
Penangkar benih mengajukan permohonan pemeriksaan lapangan kepada
BPSBTPH Propinsi Jawa Barat selambat-lambatnya 1 minggu sebelum

waktu pemeriksaan
Pemeriksaan lapangan
a) Pemeriksaan pendahuluan (1 minggu sampai dengan sebelum tanam),
pemeriksaan dilakukan terhadap kelengkapan administrasi, kebenaran
batas-batas areal, sejarah lapangan dan sumber benih yang digunakan
b) Pada massa pertanaman membentuk anakan (fase vegetative, 30
HST) harus dibersihkan dari rerumputan dan dilakukan seleksi atau
(rouging) terhadap varietas lain atau tipe simpang dan tanaman yang
terserang penyakit sebelum pemeriksaan lapangan pertama dilakukan
c)

Pada massa pertanaman fase generative (berbunga 30 hari sebelum

panen) harus dilakukan seleksi (rouging) serta pembersihan dari


rerumputan sebelum pemeriksaan lapangan kedua dilakukan

d)

Apabila pada pemeriksaan pertama dan kedua tidak memenuhi

standar lapangan, maka kesempatan mengulang masing-masing hanya


dilakukan satu kali, tetapi sebelum pemeriksaan ulangan, pertanaman
harus di-rouging terlebih dahulu dan apabila tidak memenuhi standar
lapangan maka sertifikasi tidak bisa dilanjutkan
e)

Pada massa pertanaman fase masak (7 hari sebelum panen) harus

dilakukan seleksi (rouging) serta pembersihan dari rerumputan sebelum


pemeriksaan lapangan ketiga dilakukan
f)

Hal yang perlu diperhatikan pada saat seleksi (rouging); tipe

pertumbuhan, kehalusan daun, warna helai daun, warna lidah daun,


warna tepi daun, warna pangkal batang, bentuk dan tipe malai, bentuk
gabah, bulu pada ujung gabah, warna pada ujung gabah, warna gabah
dan sudut daun bendera
6. Pembersihan peralatan atau perlengkapan
Peralatan yang akan digunakan (alat panen atau penabur benih, gerobak,
silo, gudang dan lain-lain) harus bersih dan bebas dari kemungkinan
tercampurnya dengan varietas lain
7. Pemeriksaan alat pengolahan

Benih yang akan disertifikasi harus diolah dengan peralatan yang telah

diperiksa dan disahkan kebersihannya oleh pengawas benih


8. Contoh benih untuk pengujian
Contoh benih untuk diuji di laboratorium akan diambil sampelnya dari
kelompok benih yang telah selesai diolah dan diberi identitas kelompok benih
Pengawas benih akan mengambil contoh benih atas permintaan penangkar
benih
9. Pengambilan contoh benih
Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 30 ton
Wadah dari setiap kelompok benih harus disusun rapi agar

mempermudah dalam pengambilan contoh benih


Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan peraturan atau

pedoman yang telah ditetapkan


Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil sampelnya paling sedikit 700
gram

10.

Label
Massa berlaku label diberikan paling lambat 6 bulan sejak tanggal

selesai pengujian dan paling lama 9 bulan setalah panen. Bila diberi
perlakuan khusus, maka massa berlaku label paling lama 12 bulan dari
tanggal selesai uji atau paling lama 15 bulan dari tanggal panen. Selama
massa berlaku label harus diadakan pengujian ulang untuk pengecekan dan
dapat dilabel ulang selama masih memenuhi standar mutu

Istilah Istilah

BPSBTPH :

Hortikultura
BPSB:
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Benih adalah bahan pertanaman berupa biji yang berasal dari biji yang

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan

terpilih. Sedangkan biji yang terpilih adalah biji yang telah mengalami

seleksi atau pemilihan. Dan biji adalah hasil dari persarian suatu tanaman.
Bibit adalah bahan pertanaman berupa vegetative
Jenis unggul atau varietas unggul adalah jenis yang mempunyai sifat-sifat

lebih baik dari pada jenis-jenis lainnya


Benih unggul adalah benih yang berasal dari jenis unggul, yang
berkwalitas baik, ditinjau dari segi kemurnian benih, kebersihan benih,

daya tumbuh dan kesehatan benih.


Populasi adalah kumpulan tumbuhan yang terdiri dari tumbuhan yang
tidak terlalu banyak berbeda satu sama lain,tetapi juga sama sekali tidak

sama satu dengan yang lainnya


Jenis adalah kumpulan tumbuhan yang termasuk dalam satu spesies,hasil
dari suatu pembiakan generative,yang terdiri dari tumbuhan yang berbeda

karena keadaan luar yang berbeda


Strain adalah kumpulan tumbuhan yang mempunyai variabilitas yang kecil

sekali, terutama sifat dalamnya


Biji sapuan adalah biji-biji yang dikumpulkan dari sebuah kebun tanaman

biji, tanpa pemilihan biji


Biji legitim adalah biji-biji yang dihasilkan dari persilangan pohon induk

yang dipilih (Biklonal) . bijinya telah terpilh


Biji prope legitim adalah biji-biji dari tanaman biji (pohon induk) yang
terpilih, tetapi ayahnya tidak diketahui

DAFTAR PUSTAKA
Kartasapoetra, Ance G. 2003. Teknologi Benih. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Park. 2012 . sertifikasi benih (http://sahuyun.blogspot.com/) di akses pada
tanggal 16 maret.
Mahgviroh. 2012 . laporan praktikum teknologi benih (
https://maghfirohazzahra.wordpress.com/2012/05/11/laporanpraktikum-teknologi-benih/ ) di akses pada tanggal 16 maret 2015

PAPER

MANAJEMEN PRODUKSI BENIH


kelas benih dan penangkar benih

Disusun oleh,
Nama : Ahmad Naufal Zainuddin Ilmi
Nim : 125040100111114
Kelas : B

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

You might also like