You are on page 1of 10

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal :


telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama Peserta
: R. M. Iwan Aryanggi
Dengan judul/topik : Benign Prostatic Hyperplasia - Bedah
Nama Pendamping :
dr. Imam Eriyadi Sp.B
dr. Dini Azora
dr. Ade Zulkarnaen
Nama Wahana:
....

.......No.
1

Nama Peserta Presentasi

No.

Tanda Tangan

Nama Peserta: dr. R. M. Iwan Aryanggi


Nama Wahana: RSUD Majalengka
Topik: Bedah
Tanggal (kasus): 27 Januari 2014
Nama Pasien: Tn. K

No. RM

Tanggal Presentasi: 4 Maret 2014

Nama Pendamping: dr. Imam Eriyadi Sp.B


dr. Dini Azora
dr. Ade Zulkarnaen

Tempat Presentasi: Aula RSUD Majalengka


Obyektif Presentasi:
X Keilmuan Keterampilan X Penyegaran Tinjauan Pustaka
X Diagnostik X Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus

Bayi

Anak

Remaja

X Dewasa

Lansia

Bumil

Deskripsi:
Sejak satu hari sebelum berobat ke poliklinik RSUD Majalengka, pasien mengeluh tidak dapat buang air kecil dan nyeri di area bawah perut
yang terjadi secara tiba-tiba. Sebelumnya, sejak satu minggu keluhan disertai dengan adanya nyeri pada saat buang air kecil dan menjadi lebih
sering terutama pada malam hari (3-4 kali). Pasien juga mengeluhkan sulit untuk memulai buang air kecil (harus mengedan), pancaran air
kencing terputus-putus dan selalu merasa tidak puas (seperti ada sisa). Keluhan tidak disertai dengan demam, mual, dan muntah.

Tujuan: Menangani keluhan lower urinary track syndrome dan mengevaluasi penyebabnya (BPH)

Bahan bahasan:
Tinjauan Pustaka
Riset
Cara membahas:
Diskusi
X Presentasi dan diskusi
Data pasien:
Nama: Tn. K
Nama klinik: Poli Bedah
Telp:
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis: Retentio Urine e.c Hiperplasia Prostat

X Kasus
Email

Audit
Pos
Nomor Registrasi:
Terdaftar sejak:

2. Riwayat Pengobatan: Riwayat pemasangan kateter sebelumnya pada saat berobat di praktik dokter umum namun dicopot lagi
3. Riwayat kesehatan/Penyakit: Pasien tidak mempuynyai riwayat penyakit darah tinggi, asma, jantung, dan diabetes. Pasien mempunyai
kebiasaan merokok.
4. Riwayat keluarga: Tidak ada yang signifikan
5. Riwayat pekerjaan: Petani
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (RUMAH, LINGKUNGAN, PEKERJAAN) : Tidak ada yang signifikan
7. Riwayat imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus): Tidak ada yang signifikan

8. Lain-lain:
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Kompos Mentis
Tanda vital

Kepala

Tekanan Darah

: 100/70 mmHg

Nadi

: 84 x/m regular isi cukup

Respirasi

: 20x/m abdominotorakal

Suhu

: afebris

:
Mata : Pupil bulat, isokor, diameter 3 mm, RC +/+
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera

: ikterik -/-

Leher :
KGB : tidak teraba membesar
JVP

: tidak meningkat

Toraks :
Pulmo: Bentuk dan gerak simetris
VBS ka=ki sonor, Ronkhi -/-, Wheezing -/Cor : Bunyi jantung : S1-S2 murni regular, S3 (-), S4 (-), murmur (-).
Abdomen : Datar, lembut, BU (+) normal.
Hepar : tidak teraba membesar
Lien : tidak teraba, ruang traube kosong.

Pekak samping (-), pekak pindah (-)


Nyeri ketok CVA -/Ekstremitas :
Edema -/-, Sianosis -/-,
Lain-Lain :
a/r Suprapubic : Blas kosong, Nyeri tekan -/tampak luka bekas jahitan operasi (pus (-), darah (-))
a/r genitalia eksterna: terpasang kateter
meatal stenosis (-)
testis dan skrotum: d.b.n
Rectal Toucher : Tidak dilakukan (Post Op)
USG Prostat
Hasil : Ukuran 4,98 x 4,57 x 5,77 Cm, Echostruktur normal, tak tampak massa maupun kalsifikasi
Kesan : Hipertrophy Prostat (Perkiraan massa 73 gram)
Daftar Pustaka:
1. UpToDate 2011. Section of Benign Prostatic Hyperplasia . Wolters Kluwer Health. Germany
2. Schwartz's Principles of Surgery
Hasil Pembelajaran:
1. Definisi Benign Prostatic Hyperplasia
2. Diagnosis Benign Prostatic Hyperplasia
3. Penanganan Benign Prostatic Hyperplasia

1. Subyektif :
Sejak satu hari sebelum berobat ke poliklinik RSUD Majalengka, pasien mengeluh tidak dapat buang air kecil dan nyeri di area bawah
perut yang terjadi secara tiba-tiba. Sebelumnya, sejak satu minggu keluhan disertai dengan adanya nyeri pada saat buang air kecil dan
menjadi lebih sering terutama pada malam hari (3-4 kali). Pasien juga mengeluhkan sulit untuk memulai buang air kecil (harus
mengedan), pancaran air kencing terputus-putus dan selalu merasa tidak puas (seperti ada sisa). Keluhan tidak disertai dengan demam,
mual, dan muntah.
2. Obyektif :
Hasil pemeriksaan fisik :
Lain-lain Dbn
a/r Suprapubic : Blas kosong, Nyeri tekan -/tampak luka bekas jahitan operasi (pus (-), darah (-))
a/r genitalia eksterna: terpasang kateter
meatal stenosis (-)
testis dan skrotum: d.b.n
Rectal Toucher : Tidak dilakukan (Post Op)

3. Assessment :
Gambaran Klinis BPH
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar saluran kemih.
a. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif. Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan
pada saluran kemih sebelah bawah, beberapa ahli/organisasi urologi membuat sistem skoring yang secara subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri
oieh pasie. Sistem skoring yang dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah Skr Internasional Gejala Prostat atau I-PSS (International
Prostatic Symptom Score).
b. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada sauran kemih bagian atas berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di
pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis.
c. Gejala di luar sauran kemih
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah supra simfisis akibat retensi urine.
Kadang-kadang didapatkan urine yang selalu menetes tanpa disadari oleh pasien yaitu merupakan pertanda dari inkontinensia paradoksa. Pada
colok dubur diperhatikan:

(1) tonus sfingter ani/refleks bulbo-kavernosus untuk menyingkirkan adanya kelainan buli-buli neurogenik
(2) mukosa rektum
(3) keadaan prostat, antara lain: kemungkinan adanya nodul, krepiasi, konsistensi prostat, simetri antar lobus dan baa prostat
Pada pemeriksaan colok dubur pada pembesaran prostat benigna menunjukkan konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, lobus
kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan nodul; sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras/teraba nodul dan mungkin di antara
lobus prostat tidak simetri.
2. Laboratorium
Sedimen urine diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada sauran kemih. Pemeriksaan kultur urine
berguna daam mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang
diujikan.
Faal ginjal diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai sauran kemih bagian atas, sedangkan gula darah dimaksudkan
untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes melitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli neurogenik). Jika
dicurigai adanya keganasan prostat perlu diperiksa kadar penanda tumor PSA.
3. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di sauran kemih, adanya batu / kalkulosa prostat dan kadangkala dapat
menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine.

Pemeriksaan ultrasonografl transrektal atau TRUS, dimaksudkan untuk mengetahui: besar atau volume kelenjar prostat, adanya kemungkinan
pembesaran prostat maligna, sebagai guidance (petunjuk) untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah residual urine, dan mencari
kelainan lain yang mungkin ada di daam buli-buli. Di samping itu ultrasonografl transabdominal mampu untuk mendeteksi adanya hidronefrosis
ataupun kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang lama
4. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan cara mengukur:
a. Residual urine yaitu jumlah sisa urine setelah miksi. Sisa urine ini dapat dihitung dengan cara melakukan kateterisasi

setelah

miksi

atau

ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografl setelah miksi


b. Pancaran urine atau flow rate dapat dihitung secara sederhana yaitu dengan menghitung jumlah urine dibagi dengan lamanya miksi berlangsung
(ml/detik) atau dengan alat uroflometri yang menyajikan gambaran grafik pancaran urine.
Dari uroflometri dapat diketahui lama waktu miksi, lama panacaran, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pancaran maksimum, rerata
pancaran, maksimum pancaran maksimum, dan volume urine yang dikemihkan

4. Plan :
Diagnosis : Retentio Urine e.c Hiperplasia Prostat
Penatalaksanaan
Umum :
Informed Consent tentang penyakit yang diderita dan hal-hal yang mungkin dapat memperburuk keluhan,

Khusus :
1. Pemasangan Folley kateter no.18F dengan urin bag untuk mengurangi gejala awal retention urin
2. Rencana open prostectomy
Post Op Open Prostectomy
1. IVFD RL 40gtt/min
2. Cefotaxime 2x1gr
/IV
3. Ranitidine 2x1 Ampul
/IV
4. Ketorolac 2x1 Ampul
/IV
5. Asam Traneksamat 3x1 Ampul /IV
6. Urinter 2x1 Cap
/PO
7. Parasetamol 3x1 Tablet
/PO

You might also like