You are on page 1of 152

i

KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DRAFT
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN
Nomor :
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS
SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN
TERPADU
(SL-PTT) PADI DAN JAGUNG
TAHUN ANGGARAN 2013
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN,
Menimbang :

a.

bahwa dalam rangka ketahanan


pangan nasional untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi maka perlu
diupayakan peningkatan produksi
tanaman pangan;

b.

bahwa
untuk
mewujudkan
peningkatan
produksi
tanaman
pangan terutama padi dan jagung
tahun 2013 difokuskan melalui
pendekatan SL-PTT;

c.

bahwa dalam DIPA Satuan Kerja


Dinas yang menangani Tanaman
Pangan
di
Provinsi
dan
1

Kabupaten/Kota Tahun Anggaran


2013 terdapat Kegiatan Pengelolaan
Produksi Tanaman Serealia melalui
Pelaksanaan SL-PTT;

Mengingat :

d.

bahwa berdasarkan hal-hal tersebut


di atas, dipandang perlu menerbitkan
Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan
Jagung Tahun Anggaran 2013;

1.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun


1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman (Lembaran Negara Tahun
1992
Nomor
46,
Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3478);

2.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun


2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Nomor
4421);

3.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun


2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004
tentang
Pemerintahan
Daerah
Menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Nomor
4844);

4.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun


2004 tentang Perimbangan Keuangan
2

Antara Pemerintah Pusat dan Daerah


(Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4438);
5.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun


2012 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun Anggaran
2013 (Lembaran Negara Tahun 2012
Nomor 228, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5361);

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 71


Tahun
2010
tentang
Standar
Akuntansi
Pemerintah (Lembaran
Negara Tahun 2010 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara 5165);

7.

Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun


2010 tentang Kedudukan, Tugas,
dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

8.

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun


2012
tentang
Rencana
Kerja
Pemerintah Tahun 2013;

9.

Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun


2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran
Pendapatan
Belanja
Negara, sebagamana telah diubah
beberapa kali, juncto Peraturan
Presiden Nomor 53 Tahun 2010
tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara;

10. Keputusan
84/P/Tahun

Presiden
2009

Nomor
tentang

Pembentukan
Kabinet
Indonesia
Bersatu II Periode 2009 2014;
11. Keputusan Presiden Nomor 157/M
Tahun 2010 tentang Pengangkatan
Dalam Jabatan Struktural Eselon I di
lingkungan Kementerian Pertanian;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
134/PMK.06/2005 tentang Pedoman
Pembayaran
Dalam
Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara;
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
37/PMK.02/2012 tentang Standar
Biaya Tahun Anggaran 2013;
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
112/PMK.02/2012 tentang Petunjuk
Penyusunan
dan
Penelaahan
Rencana
Kerja
dan
Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga Tahun
Anggaran 2013;
15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
61/Permentan/OT.140/10/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian;
Memperhatikan :
1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) Induk Tahun Anggaran 2013
Satuan Kerja Direktorat Jenderal
Tanaman
Pangan
Nomor
:
DIPA-018.03-0/2013
Tanggal
5
Desember 2012.

2. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran


(DIPA)
Petikan
Satuan
Kerja
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tahun Anggaran 2013
Nomor :
DIPA-018.03.1.238251/2013 Tanggal
5 Desember 2012.
M E M U T U S K A N:
Menetapkan

KESATU

: Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan


Jagung Tahun Anggaran 2013, seperti
tercantum
pada
Lampiran
yang
merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan ini.

KEDUA

: Pedoman Teknis sebagaimana dimaksud


dalam diktum KESATU merupakan
acuan
pelaksanaan
kegiatan
Pengelolaan
Produksi
Tanaman
Serealia Melalui Pelaksanaan SL-PTT
Tahun Anggaran 2013.

KETIGA

: Segala biaya yang diperlukan akibat


ditetapkannya
Keputusan
ini
dibebankan kepada DIPA Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan.

KEEMPAT

: Keputusan ini mulai


tanggal ditetapkan.

berlaku

pada

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN,

UDHORO KASIH ANGGORO


Nip. 19561106 198403 1 002

SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth:


1. Menteri Pertanian;
2. Wakil Menteri Pertanian;
3. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian;
4. Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian;
5. Gubernur Provinsi di seluruh Indonesia;
6. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia;
7. Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang membidangi
Tanaman Pangan di seluruh Indonesia;
8. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang
membidangi Tanaman Pangan di seluruh Indonesia.

Lampiran
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN
NOMOR :
Tanggal Januari 2013

DAFTAR ISI

Hal
DAFTAR ISI ................................................................................. i
DAFTAR TABEL .......................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. vi
I.

PENDAHULUAN ..............................................................................
A. Latar Belakang ...........................................................................
B. Tujuan dan Sasaran ...................................................................
C. Pengertian-Pengertian Dalam SL-PTT ......................................
II. KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN
PRODUKSI TAHUN 2013 .................................................................
A. Keragaan Produksi .....................................................................
B. Sasaran Produksi Tahun 2013 ...................................................
C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi .........................
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI
TAHUN 2013 .....................................................................................
A. Strategi .......................................................................................
B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2013 ...................
IV. PTT PADI DAN JAGUNG .................................................................
A. Prinsip-prinsip PTT .....................................................................
B. Tahapan Penerapan PTT ...........................................................
C. Komponen PTT Padi ..................................................................
D. Komponen PTT Jagung .............................................................
E. Peran Komponen PTT................................................................
F. Pemilihan Teknologi PTT ...........................................................
G. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT .....................................
V. SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI DAN JAGUNG .........................
A. Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT ...........................
B. Tipe, Kriteria dan Batasan Kawasan SL-PTT ............................
C. Kriteria Kawasan ........................................................................
D. Penentun Calon Lokasi ..............................................................
E. Ketentuan Pelaksana SL-PTT....................................................
i

1
1
5
7
14
14
15
16
18
18
19
27
27
28
28
30
31
32
33
34
34
38
40
49
51

VI.

VII.

VIII.
IX.
X.

F. Persyaratan Kelompoktani Pelaksana SL-PTT ..........................


G. Bantuan SL-PTT.........................................................................
H. Mekanisme Pelaksanaan SL-PTT..............................................
I. Pertemuan Kelompok SL-PTT ...................................................
PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL SL-PTT ...................
A. Pengorganisasian SL-PTT .........................................................
B. Operasionalisasi SL-PTT ...........................................................
PEMBIAYAAN MEKANISME PENCAIRAN DANA
DAN PENGADAAN ...........................................................................
A. Pembiayaan ..............................................................................
B. Mekanisme Pengajuan dan Penyaluran Dana
Bantuan Sosial SL-PTT ..............................................................
C. Mekanisme Pengadaan .............................................................
BIMBINGAN / PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN ......................
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ...............................
PENUTUP ..........................................................................................

51
52
57
57
58
58
59
60
60
61
61
63
65
67

LAMPIRAN ................................................................................ 69

ii

DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas
dan Produksi Padi 2008-2012 (ARAM III BPS).............. 14
Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas
dan Produksi Jagung 2008-2012 (ARAM III BPS) ......... 15
Tabel 3. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2013
Terhadap ARAM II Tahun 2012 .................................... 16
Tabel 4. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi
Tahun 2013................................................................... 20
Tabel 5. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung
Tahun 2013................................................................... 24
Tabel 6. Komponen PTT Padi Dasar............................................. 29
Tabel 7. Komponen PTT Padi Pilihan ........................................... 29
Tabel 8. Tipe, Kriteria dan Orientasi Pengembangan Kawasan
Sentra Produksi Tanaman Pangan ............................... 39
Tabel 9. Batasan Pengembangan Kawasan Padi dan Jagung
Tahun 2013................................................................... 40
Tabel 10.Plafon Stimulan/Bantuan Saprodi SL-PTT Padi
dan Jagung Tahun 2013 ............................................... 54

iii

DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1.

Sketsa Model Pemberdayaan Petani


Melalui SL-PTT ......................................................

37

Gambar 2.

Kriteria Kawasan 1.000 Ha ....................................

41

Gambar 3.

Laboratorium Lapangan (LL) .................................

42

Gambar 4.

Pola SL-PTT Kawasan Pertumbuhan ....................

44

Gambar 5.

Pola SL-PTT Kawasan Pengembangan.................

45

Gambar 6.

Pola SL-PTT Kawasan Pemantapan .....................

45

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Hal
Sasaran Inidkatif Luas Tanam, Luas Panen,
Produktivitas dan Produksi Padi Tahun 2013 ..... 69

Lampiran 2.

Sasaran Inidkatif Luas Tanam, Luas Panen,


Produktivitas dan Produksi Jagungi Tahun 2013 70

Lampiran 3.

Alokasi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013... 71

Lampiran 4.

Blangko Calon Lokasi Bantuan Sosial Budidaya


(SL-PTT/Kawasan) Tanaman Pangan
Tahun 2013........................................................ 120

Lampiran 5.

Contoh SK Penetapan Kelompoktani ................. 123

Lampiran 6.

Rencana Usaha Kelompok (RUK) ...................... 126

Lampiran 7.

Surat Pernyataan Penerima dan Penggunaan


Dana Bansos ..................................................... 127

Lampiran 8.

Mekanisme Pencairan Dana Bantuan SL-PTT ... 128

Lampiran 9.

Rencana Jadwal Pelaksanaan SL-PTT Padi


Dan Jagung Tahun 2013.................................... 130

Lampiran 10.

Blangko Laporan Bulanan Kecamatan


Realisasi SL-PTT Kawasan Pertumbuhan/
Pengembangan/Pemantapan ............................ 131

Lampiran 11.

Blangko Laporan Bulanan Kabupaten


Realisasi SL-PTT Kawasan Pertumbuhan/
Pengembangan/Pemantapan ............................ 132

Lampiran 12.

Blangko Laporan Bulanan Provinsi


Realisasi SL-PTT Kawasan Pertumbuhan/
Pengembangan/Pemantapan ............................ 133

Lampiran 13.

Blangko Laporan Akhir Provinsi/Kabupaten


Realisasi SL-PTT Kawasan Pertumbuhan/
Pengembangan/Pemantapan ............................ 134

Lampiran 14.

Form Isian Hasil Ubinan SL-PTT Padi/Jagung ... 135

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah
satu strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi
pada masa yang akan datang. Selain berperan sebagai
sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan
sumber

kehidupan

bagi

sebagian

besar

penduduk

Indonesia.
Salah satu strategi yang dilakukan dalam upaya memacu
peningkatan produksi dan produktivitas usahatani padi dan
jagung adalah dengan mengintegrasikan antar sektor dan
antar wilayah dalam pengembangan usaha pertanian.
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di
Indonesia, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya
keadaan rawan pangan di masa yang akan datang.
Selain

itu,

dengan

semakin

meningkatnya

tingkat

pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terjadi pula


peningkatan konsumsi per-kapita untuk berbagai jenis
pangan, akibatnya Indonesia membutuhkan tambahan
ketersediaan pangan guna mengimbangi laju pertambahan
penduduk yang masih cukup tinggi.
Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai
pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam
negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring
1

dengan

pertambahan

jumlah

penduduk

dan

berkembangnya industri pangan dan pakan sehingga dari


sisi Ketahanan Pangan Nasional fungsinya menjadi amat
penting dan strategis.
Sasaran produksi padi tahun 2013 sebesar 72.063.735 ton
GKG dan sasaran produksi jagung sebesar 19.831.047 ton
PK dengan rincian sasaran per provinsi seperti pada
Lampiran 1 dan Lampiran 2, diupayakan dapat dicapai
untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas. Karena itu
diperlukan upaya peningkatan produksi yang luar biasa
untuk

mencapai

sasaran

tersebut.

Berbagai

upaya

peningkatan produksi dan produktivitas telah dilaksanakan


melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(SL-PTT) sejak tahun 2008
peningkatan

mutu

maupun melalui PTT atau

intensifikasi

pada

tahun-tahun

sebelumnya. Pelaksanaan SL-PTT sebagai pendekatan


pembangunan

tanaman

pangan

khususnya

dalam

mendorong peningkatan produksi padi dan jagung nasional


telah terbukti, namun kedepan dengan tantangan yang
lebih

beragam

maka

perlu

penyempurnaan

dan

peningkatan kualitas.
Oleh karena itu pada tahun 2013, upaya peningkatan
produksi

melalui

penerapan

Sekolah

Lapangan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) akan difokuskan


melalui

pola

pertumbuhan,

pengembangan

dan

pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas,


terintegrasi dari hulu sampai hilir, peningkatan jumlah
paket bantuan sebagai instrumen stimulan, serta dukungan
pendampingan dan pengawalan.
Kawasan pertumbuhan merupakan daerah yang tingkat
produktivitasnya masih di bawah rata-rata produktivitas
Provinsi

(daerah-daerah

pengembangan

merupakan

sub-optimal),
daerah

yang

kawasan
tingkat

produktivitasnya sama dengan rata-rata produktivitas


Provinsi, sedangkan kawasan pemantapan adalah daerah
yang tingkat produktivitasnya di atas rata-rata produktivitas
Provinsi dan atau Nasional.
Luas SL-PTT Padi tahun 2013 adalah 4.625.000 ha, yang
dialokasikan pada kawasan pertumbuhan (padi pasang
surut, padi rawa lebak, padi lahan kering dan padi sawah)
seluas 297.900 ha, kawasan pengembangan (padi sawah,
padi hibrida dan padi lahan kering) seluas 589.700 ha dan
luas kawasan pemantapan (padi sawah dan padi lahan
kering) seluas 3.737.400 ha. Sedangkan SL-PTT Jagung
seluas

260.000

ha,

dialokasikan

pada

kawasan

pertumbuhan (jagung hibrida dan jagung komposit) seluas


54.700 ha, kawasan pengembangan (jagung hibrida)
seluas 170.300 ha dan kawasan pemantapan (jagung
hibrida) seluas 35.000 ha. Lebih rinci dapat dilihat pada
Lampiran 3.

Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan


melalui

pembelajaran

(mengalami),

dan

penghayatan

mengungkapkan,

langsung

menganalisis,

menyimpulkan dan menerapkan (melakukan/mengalami


kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji
bersama berdasarkan spesifik lokasi.
Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola
sumberdaya

yang

tersedia

secara

terpadu

dalam

melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan


spesifik lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta
mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka
peningkatan produksi padi dan jagung. Namun demikian
wilayah di luar SL-PTT harus tetap dilakukan pembinaan,
pendampingan dan pengawalan sehingga produksi dan
produktivitas tetap dapat meningkat.
Dengan fasilitasi tersebut diharapkan pelaksanaan SL-PTT
berbasis kawasan skala luas

dapat terlaksana dengan

baik dan tepat sasaran sehingga dapat memberikan


sumbangan

terhadap

peningkatan

produktivitas

dan

produksi tahun 2013.


Agar upaya pencapaian sasaran produksi padi dan jagung
melalui kegiatan SL-PTT tahun 2013 dapat tercapai, maka
perlu untuk menyusun Pedoman Teknis Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) sebagai acuan
4

bagi semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan


tersebut di lapangan.
Dengan adanya pedoman teknis ini, semua pihak terkait
akan berkontribusi secara positif

sehingga akhirnya

kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan yang berkontribusi


terhadap pencapaian sasaran produksi padi dan jagung.
Mengingat tingginya keberagaman kondisi di masingmasing daerah dan kemampuan adopsi inovasi, maka
pedoman teknis ini diharapkan dijabarkan oleh Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi spesifik
lokasi

dalam

bentuk

Petunjuk

Teknis

Pelaksanaan

Lapangan agar lebih operasional sesuai kebutuhan di


lapangan dan tidak multitafsir sedangkan Dinas Pertanian
Provinsi

menjabarkan

dalam

bentuk

Petunjuk

Pelaksanaan, sehingga kegiatan tersebut dapat dilakukan


tepat waktu dan tepat sasaran.
B. Tujuan dan Sasaran.
1. Tujuan.
a. Menyediakan acuan pelaksanaan SL-PTT padi dan
jagung melalui pola pertumbuhan, pengembangan
dan pemantapan dengan pendekatan kawasan
skala luas untuk mendukung kegiatan peningkatan
produksi

tahun

2013

Kabupaten/Kota.

di

Provinsi

dan

b. Meningkatkan

koordinasi

dan

keterpaduan

pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung melalui pola


pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan
dengan pendekatan kawasan skala luas, antara
Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
c. Meningkatkan
perubahan

pengetahuan,

sikap

petani

keterampilan
guna

dan

mempercepat

penerapan komponen teknologi PTT padi dan


jagung

dalam

usahataninya

replikasi/penyebarluasan

teknologi

ke

agar
petani

sekitarnya berjalan lebih cepat.


d. Meningkatkan

produktivitas,

produksi

dan

pendapatan serta kesejahteraan petani padi dan


jagung.

2. Sasaran.
a. Tersedianya acuan pelaksanaan SL-PTT padi dan
jagung melalui pola pertumbuhan, pengembangan
dan pemantapan dengan pendekatan kawasan
skala luas untuk mendukung kegiatan peningkatan
produksi tahun 2013 di provinsi dan kabupaten/kota.
b. Terkoordinasi dan terpadunya pelaksanaan SL-PTT
padi

dan

jagung

pengembangan

melalui
dan
6

pola

pertumbuhan,

pemantapan

dengan

pendekatan kawasan skala luas antara pusat,


provinsi dan kabupaten/kota.
c. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap
petani sehingga penerapan adopsi teknologi PTT
padi

dan

jagung

berjalan

lebih

cepat,

dan

keberlanjutan serta replikasi ke areal yang lebih luas


dapat terwujud.
d. Meningkatnya produktivitas padi inbrida sawah
0,75/ha, padi hibrida 2,0 ton/ha, padi pasang surut
0,3 ton/ha, padi rawa lebak 0,3 ton/ha dan padi
lahan kering/gogo 0,5 ton/ha pada areal SL-PTT
seluas 4,625 juta ha. Untuk jagung hibrida 2,5
ton/ha dan jagung komposit 1,0 ton/ha pada areal
SL-PTT seluas 260 ribu ha, untuk mendukung
sasaran produksi padi tahun 2013 sebesar 72,06
juta ton GKG dan produksi jagung sebesar 19,83
juta ton PK.
C. Pengertian Pengertian dalam SL-PTT.
1. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu
pendekatan

inovatif

dalam

upaya

meningkatkan

produktivitas dan efisiensi usahatani melalui perbaikan


sistem/pendekatan dalam perakitan paket teknologi
yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan
secara partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik
lokasi.

PTT

merupakan
7

inovasi

baru

untuk

memecahkan

berbagai

permasalahan

dalam

peningkatan produktivitas padi. Teknologi intensifikasi


padi bersifat spesifik lokasi, bergantung pada masalah
yang

akan

diatasi

(demand

driven

technology).

Komponen teknologi PTT ditentukan bersama-sama


petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need
assessment).

Komponen

teknologi

PTT

dasar/compulsory adalah teknologi yang dianjurkan


untuk diterapkan di semua lokasi. Komponen teknologi
PTT pilihan adalah teknologi pilihan disesuaikan
dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan. Komponen
teknologi PTT pilihan dapat menjadi compulsory apabila
hasil

KKP

(Kajian

Kebutuhan

dan

Peluang)

memprioritaskan komponen teknologi yang dimaksud


menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama
suatu

wilayah,

demikian

pula

sebaliknya

bagi

komponen teknologi dasar.


2.

Kawasan adalah suatu daerah tertentu dengan ciriciri tertentu. Dalam konteks pertanian kawasan yang
dimaksud adalah suatu areal (sawah, lahan kering,
tadah hujan, rawa lebak, rawa pasang surut) di lokasi
tertentu

tanpa

memperhitungkan

batas-batas

administrasi wilayah (desa/kampung), sungai, jalan,


atau batas-batas lainnya.

3.

Kawasan Pertumbuhan merupakan daerah yang


tingkat produktivitasnya masih di bawah rata-rata
produktivitas

Provinsi

(daerah-daerah

suboptimal),

pemanfaatan lahan belum optimal, tingkat kehilangan


hasil masih tinggi.
4.

Kawasan Pengembangan merupakan daerah yang


tingkat

produktivitasnya

produktivitas

Provinsi,

sama

dengan

pemanfaatan

rata-rata

lahan

hampir

optimal, tingkat kehilangan hasil sedang tetapi mutu


hasil belum optimal.
5.

Kawasan Pemantapan merupakan daerah yang


tingkat produktivitasnya di atas rata-rata produktivitas
provinsi dan atau nasional, mutu hasil belum optimal,
efisiensi usaha belum berkembang dan optimalisasi
pendapatan melalui produksi subsektor tanaman sudah
maksimal (kecuali ada introduksi teknologi baru).

6.

Sekolah

Lapangan

Pengelolaan

Tanaman

Terpadu (SL-PTT) adalah suatu tempat pendidikan non


formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun
rencana

usahatani,

mengatasi

permasalahan,

mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang


sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara
sinergis

dan

berwawasan

lingkungan

sehingga

usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi


9

dan berkelanjutan. Indikator keberhasilan SL-PTT dapat


dilihat dari peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
perubahan sikap, penerapan budidaya yang baik dan
benar, peningkatan produktivitas dan keberlanjutan
serta replikasinya.
7.

Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan/area


yang terdapat dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi
sebagai lokasi percontohan, temu lapang, tempat
belajar dan tempat praktek penerapan teknologi yang
disusun

dan

diaplikasikan

bersama

oleh

kelompoktani/petani.
8.

Pemandu
Pertanian,

Lapangan

(PL)

Pengamat

adalah

Organisme

Penyuluh

Pengganggu

Tanaman (POPT), Pengawas Benih Tanaman (PBT)


yang telah mengikuti pelatihan SL-PTT dan berperan
sebagai pendamping dan pengawal pelaksanaan SLPTT.
9.

Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau


Kajian

Kebutuhan

tahapan

dan

pendekatan

PTT

Peluang
yang

(KKP)
diawali

adalah
dengan

kelompoktani melakukan identifikasi masalah di wilayah


setempat

dan

membahas

peluang

kemungkinan

mengatasi masalah tersebut.


10. POSKO I - V adalah Pos Simpul Koordinasi sebagai
tempat

melaksanakan
10

koordinasi

dalam

rangka

mendukung kelancaran pelaksanaan SL-PTT. POSKO


yang dimaksud adalah POSKO yang telah ada
misalnya POSKO P2BN.
11. Rencana

Usahatani

Kelompok

(RUK)

adalah

rencana kerja usahatani dari kelompoktani untuk satu


periode

musim

musyawarah

dan

pengelolaan

tanam

yang

kesepakatan

usahatani

disusun
bersama

sehamparan

melalui
dalam
wilayah

kelompoktani yang memuat uraian kebutuhan, jenis,


volume, harga satuan dan jumlah uang yang diajukan
untuk pembelian saprodi sesuai kebutuhan di lapangan
(spesifik lokasi).
12. Pupuk Organik adalah pupuk yang sebagian besar
atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal
dari sisa tanaman, kotoran hewan, antara lain pupuk
kandang, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk
padat yang telah mengalami dekomposisi.
13. Pengawalan dan Pendampingan oleh Petugas
Dinas adalah kegiatan

yang dilakukan oleh petugas

Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk


PPL, POPT, PBT, Mantri Tani dan atau petugas lainnya
sesuai

dengan

kebutuhan

di

lapangan

dalam

melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih


mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan SL-PTT.

11

14. Pengawalan

dan

Pendampingan

oleh

Aparat

adalah kegiatan yang dilakukan oleh TNI-AD beserta


jajarannya (Babinsa), Camat, Kades dan atau petugas
lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam
melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih
mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan SL-PTT.
15. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti
adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) didukung oleh
peneliti UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian
gunameningkatkan pemahaman dan akselerasi adopsi
PTT dengan menjadi narasumber pada pelatihan,
penyebaran informasi, melakukan uji adaptasi varietas
unggul

baru,

demplot,

dan

supervisi

penerapan

teknologi.
16. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh
adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh guna
meningkatkan penerapan teknologi spesifik lokasi
sesuai rekomendasi BPTP dan secara berkala hadir di
lokasi LL dan SL dalam rangka pemberdayaan
kelompoktani sekaligus memberikan bimbingan kepada
kelompok

dalam

penerapan

teknologi.

Penyuluh

diharapkan hadir pada setiap pertemuan kelompoktani


di lapangan. Pada kawasan pertumbuhan, pertemuan
kelompok minimal 8 kali selama satu musim tanam,

12

pada

kawasan

pengembangan

minimal

kali,

sedangkan pada kawasan pemantapan minimal 4 kali


selama satu musim tanam.
17. Pengawalan
(Pengawas

dan

Pendampingan

Organisme

oleh

Pengganggu

POPT

Tanaman)

adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas OPT


dalam rangka pengendalian hama terpadu.
18. Pengawalan
(Pengawas

dan
Benih

Pendampingan
Tanaman)

oleh

adalah

PBT

kegiatan

pendampingan oleh Pengawas Benih dalam rangka


pengawasan benih.
19. Wilayah

Fokus

adalah

lokasi

peningkatan

produktivitas di areal SL-PTT.


20. Wilayah

Non-Fokus

adalah

lokasi

peningkatan

produktivitas di luar areal SL-PTT.


21. Carry Over adalah sisa pertanaman kegiatan tahun
berjalan tetapi produksi tidak berkontribusi pada tahun
tersebut, dan akan berkontribusi pada tahun berikutnya.
22. Kelompoktani

adalah

sejumlah

petani

yang

tergabung dalam satu hamparan/wilayah yang dibentuk


atas dasar kesamaan kepentingan untuk meningkatkan
usaha agribisnis dan memudahkan pengelolaan dalam
proses distribusi, baik itu benih, pestisida, sarana
produksi dan lain-lain.
13

23. Swadaya adalah semua upaya yang berasal dari


modal petani sendiri.
24. Benih bersubsidi adalah sejumlah tertentu benih
varietas unggul bermutu padi inbrida, padi hibrida, padi
gogo/lahan kering, jagung hibrida dan jagung komposit
yang disalurkan oleh pemerintah dengan Harga Eceran
Tertinggi

(HET)

yang

ditentukan

oleh

Pemerintah/Menteri Pertanian dan digunakan untuk


mendukung

pelaksanaan

Program

Pembangunan

Tanaman Pangan (SL-PTT dan Non SL-PTT).


25. Cadangan Benih Nasional (CBN) adalah sejumlah
tertentu benih padi dan jagung yang memenuhi
spesifikasi teknis, dan merupakan milik pemerintah
pusat yang pengadaannya bersumber dari dana APBN
dan pemanfaatnnya sesuai pedoman dan peraturan
perundang-undangan.

14

II. KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN SERTA


PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI TAHUN 2013
A. Keragaan Produksi.
Produksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata
3,44 %/tahun, dari 60,32 juta ton GKG pada tahun 2008
menjadi 68,96 juta ton GKG pada tahun 2012 (ARAM II)
sedangkan

laju

peningkatan

produktivitas

mencapai

1,14%/tahun dan luas panen meningkat rata-rata 2,26


%/tahun, sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Padi 2008-2012 (ARAM II BPS)
LUAS PANEN

TAHUN

Ha

PRODUKTIVITAS
Ku/Ha

PRODUKSI
Ton

12,327,425

2009

12,883,576

4.51

49.99

2.15

64,398,890

6.75

2010

13,253,450

2.87

50.15

0.32

66,469,394

3.22

2011

13,203,643

(0.38)

49.80

(0.70)

65,756,904

(1.07)

2.03
2.26

51.19

2.79
1.14

68,956,292

4.87
3.44

2012
13,471,653
Rata-Rata

48.94

2008

60,325,925

Produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata


3,94 %/tahun dari 16,32 juta ton PK pada tahun 2008
menjadi 18,96 juta ton PK pada tahun 2012
sedangkan

laju

peningkatan

produktivitas

(ARAM II)
mencapai

4,05%/tahun dan luas panen rata-rata menurun sebesar 0,14


%/tahun, sebagaimana terlihat dalam

15

Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan


Produksi Jagung 2008-2012 (ARAM II BPS)
TAHUN

LUAS PANEN

PRODUKTIVITAS

Ha

Ku/Ha

40.78

PRODUKSI
Ton

2008

4,001,724

16,317,252

2009

4,160,659

3.97

42.37

3.90

17,629,748

2010

4,131,676

(0.70)

44.36

4.70

18,327,636

3.96

2011

3,864,692

(6.46)

45.65

2.91

17,643,250

(3.73)

2012
3,966,579
Rata-Rata

2.64
-0.14

47.80

4.71
4.05

18,961,645

7.47
3.94

8.04

B. Sasaran Produksi Tahun 2013


1. Padi.
Sasaran produksi padi tahun 2013 adalah 72,06 juta ton
GKG atau meningkat 6,25 % dibanding sasaran produksi
tahun sebelumnya sebesar 67,82 ton GKG. Sasaran
tanam 14,59 juta ha, sasaran panen 14,09 juta ha,
sasaran produktivitas 51,15 ku/ha. Apabila dibandingkan
dengan pencapaian pada tahun 2012 (ARAM II), sasaran
produksi tahun 2013 adalah 4,51 % di atas produksi
ARAM II 2012 yaitu sebesar 68,96 juta ton GKG,
sedangkan produktivitas menurun sebesar 0,03 %
(provitas ARAM II 2012 sebesar 51,19 ku/ha). Untuk itu,
maka sasaran produktivitas tahun 2013 ditetapkan
sebesar 52,00 ku/ha atau meningkat 0,81 % dibanding
ARAM II 2012, sasaran tanam 14,36 juta ha dan sasaran
panen sebesar 13,86 juta ha.

16

2. Jagung.
Sasaran produksi jagung tahun 2013 adalah 19,83 juta
ton PK atau 4,59 % diatas produksi tahun 2012 (ARAM II)
yaitu sebesar 18,96 juta ton PK. Sasaran tanam 4,5 juta
ha, sasaran panen 4,10 juta ha dan sasaran produktivitas
48,34 ku/ha.
Tabel 3. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2013
Terhadap ARAM II Tahun 2012
KOMODITAS

PADI

JAGUNG

ARAM II
2012

URAIAN

SASARAN
2013

Luas Tanam (jt Ha)

13.95

14.36

2.94

Luas Panen (jt Ha)

13.47

13.86

2.90

Produktivitas (Ku/Ha)

51.19

52.00

1.58

Produksi (jt ton GKG)

68.96

72.06

4.50

Luas Tanam (jt Ha)

4.10

4.25

3.66

Luas Panen (jt Ha)

3.96

4.10

3.54

Produktivitas (Ku/Ha)

47.80

48.34

1.13

Produksi (jt ton PK)

18.96

19.83

4.59

Sasaran produksi padi dan jagung tahun 2013, disajikan


pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi.


Kendala antar sektoral dalam peningkatan produksi tanaman
pangan yang semakin kompleks karena berbagai perubahan
dan perkembangan lingkungan strategis diluar sektor

17

pertanian

berpengaruh

dalam

peningkatan

produksi

tanaman pangan.
Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan
produksi tanaman pangan adalah : 1). Meningkatnya
permintaan beras sesuai dengan peningkatan jumlah
penduduk, 2). Terbatasnya ketersediaan beras dunia, dan
3).Kecenderungan meningkatnya harga pangan.
Disamping tantangan, upaya peningkatan produksi tanaman
juga dihadapi oleh sejumlah permasalahan, yaitu antara lain
: 1). Dampak Perubahan Iklim (DPI) dan serangan
organisme pengganggu tumbuhan (OPT), 2). Rusaknya
infrastruktur irigasi, lingkungan dan semakin terbatasnya
sumber air, 3). Konversi lahan sawah, 4). Keterbatasan
akses petani terhadap sumber-sumber pembiayaan, 5).
Kompetisi antar komoditas, 6). Tingginya konsumsi beras
sebagai pangan pokok sumber karbohidrat dan 7). Belum
sinerginya antar sektor dan PusatDaerah dalam menunjang
pembangunan pertanian khususnya produksi padi dan
jagung.
Disamping tantangan dan permasalahan yang dihadapi
dalam upaya peningatan produksi tanaman pangan, terdapat
sejumlah peluang yang apabila dimanfaatkan dengan baik
akan memberikan kontribusi pada upaya peningkatan
produksi. Peluang tersebut antara lain : 1). Kesenjangan
hasil antara potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi, 2).

18

Tersedia teknologi untuk meningkatkan produktivitas, 3).


Potensi sumberdaya lahan sawah, rawa/lebak, lahan kering
(perkebunan,

kehutanan)

Pengetahuan/Keterampilan

yang
SDM

masih
(Petani,

luas,
PPL,

4).

POPT,

Pengawas Benih Tanaman, dan Petugas Pertanian Lainnya)


masih

dapat

dikembangkan,

5).

Tersedianya

potensi

pengembangan produksi berbagai pangan pilihan selain


beras,

6).

Dukungan

Pemerintah

Ketersediaan sumber genetik.

19

Daerah

dan

7).

III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN


PRODUKSI TAHUN 2013
A. Strategi.
Strategi peningkatan produksi tanaman serealia tahun 2013
adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Produktivitas.
Peningkatan produktivitas dilakukan melalui pemakaian
benih varietas unggul bermutu produktivitas tinggi
termasuk benih padi hibrida dan jagung hibrida, sistem
jarak tanam jajar legowo, pemupukan berimbang dan
pemakaian

pupuk

organik

serta

pupuk

bio-hayati,

pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya disertai


pengawalan,

pendampingan,

pemantauan

dan

koordinasi, dll. Strategi ini terutama dilaksanakan di


wilayah dimana perluasan areal sudah sulit dilakukan,
sehingga dengan penerapan teknologi spesifik lokasi
diharapkan masih dapat ditingkatkan produktivitasnya.
Hal

lain

yang

dapat

diterapkan

adalah

dengan

mengurangi potensi kehilangan hasil melalui penanganan


panen danpasca panen yang lebih baik.
2. Perluasan Areal Tanam dan Pengelolaan Lahan.
20

Perluasan areal dilakukan melalui upaya optimalisasi


lahanmelalui upaya perbaikan seperti JITUT, JIDES, dan
Tata Air Mikro, pompanisasi dan penambahan baku
lahan sawah (cetak sawah baru), disertai konservasi
lahan yang berkelanjutan serta peningkatan indeks
pertanaman, pengelolaan air irigasi, dll.
3. Pengamanan Produksi.
Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengurangi
dampak

perubahan

iklim

seperti

kebanjiran

dan

kekeringan serta pengendalian Organisme Pengganggu


Tumbuhan (OPT), dan pengamanan kualitas produksi
dari residu pestisida serta mengurangi kehilangan hasil
pada saat penanganan panen dan pasca panen yang
masih cukup besar.
4. Penyempurnaan Manajemen.
Manajemen yang telah ada dan berjalan saat ini perlu
lebih disempurnakan agar pelaksanaan program dapat
berjalan sesuai rencana. Penyempurnaan manajemen
tersebut berupa dukungan kebijakan dan regulasi,
penyempurnaan

manajemen

teknis

serta

penyempurnaan data dan informasi.


Dengan

kegiatan

penyempurnaan

diharapkan

pelaksanaan peningkatan produksi tanaman pangan


dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan pada
akhirnya dapat mendukung pencapaian sasaran produksi
21

tahun 2013 dan surplus beras 10 juta ton pada tahun


2014.
B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2013
Upaya pencapaian sasaran produksi padi dan jagung tahun
2013 adalah sebagai berikut :
1. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun
2013
Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi tahun
2013 adalah peningkatan produktivitas padi melalui
peningkatan kualitas SL-PTT berbasis pola pertumbuhan,
pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan
kawasan skala luas, terintegrasi dari hulu sampai hilir,
peningkatan jumlah paket bantuan sebagai instrument
stimulan,

serta

dukungan

pendampingan

dan

pengawalan pada areal seluas 4,625 juta ha. Sedangkan


di luar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi
lainnya pada kawasan areal tanam seluas 9,17 juta ha,
dan

perluasan

areal

tanam

seluas

567

sebagaimana terlihat dalam Tabel 4 berikut ini :

22

ribu

ha

Tabel 4. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2013


Luas Tanam
(Ha)

No

Uraian

Peningkatan Produktivitas
a. Kegiatan SL-PTT
b. Kegiatan SRI
c. GP3K
d. Pengamanan Pasca Panen
Perluasan Areal Tanam
a. Pencetakan Sawah Baru
b. Pencetakan Sawah Baru (BUMN)
c. Penyiapan Lahan Beririgasi (PLPB)
d. Optimasi Lahan
e. Pengelolaan Air (Kementan & Kemen PU)
Pengurangan
a. Serangan OPT
b. Konversi Lahan
Swadaya Murni Petani

Jumlah

a.

Fokus
produktivitas

Luas Panen
(Ha)

8,295,000
4,625,000
200,000
3,200,000
270,000
566,939
100,000
100,000
80,273
286,666
382,000
132,000
250,000
5,112,203

8,007,993
4,464,975
193,080
3,089,280
260,658
547,323
96,540
96,540

14,356,142

77,496
276,747
368,783
127,433
241,350
4,935,321

54.88
55.21
58.10
58.77
0.84
34.81
30.00
30.00
11.25
44.76
56.82
56.82
56.82
48.86

43,950,494
24,651,127
1,121,795
18,155,697
21,875
1,905,144
289,620
289,620
87,183
1,238,721
2,095,270
724,020
1,371,250
24,112,827

13,859,420

52.00

72,063,735

utama

padi

Produktivitas
Produksi (Ton)
(Ku/Ha)

melalui

peningkatan
SL-PTT

berbasis

kawasan adalah upaya pencapaian sasaran produksi


padi tahun 2013 yang difokuskan pada kegiatan
peningkatan produktivitas di kawasan areal tanam
padi seluas 4,625 juta ha, yang terdiri dari:
1) Kawasan Pertumbuhan seluas : 297.900 ha.
a. Padi inbrida sawah seluas 61.800 ha yang
dialokasikan di 45 Kabupaten/Kota pada 17
Provinsi.
b. Padi inbrida pasang surut seluas 96.000 ha
yang dialokaikan di 17 Kabupaten/Kota pada 8
Provinsi.

23

c. Padi inbrida rawa lebak seluas 26.000 ha yang


dialokasikan di 12 Kabupaten/Kota pada 5
Provinsi.
d. Padi inbrida lahan kering seluas 114.100 ha
yang dialokasikan di 83 Kabupaten/Kota pada
13 Provinsi.
2) Kawasan Pengembangan seluas : 589.700 ha.
a. Padi inbrida sawah seluas seluas 272.500 ha
yang dialokasikan di 178 Kabupaten/Kota pada
27 Provinsi.
b. Padi

hibrida

seluas

200.000

ha

yang

dialokasikan di 120 Kabupaten/Kota pada 13


Provinsi.
c. Padi inbrida lahan kering seluas 117.200 ha
yang dialokasikan di 60 Kabupaten/Kota pada
8 Provinsi.
3) Kawasan Pemantapan seluas : 3.737.400 ha.
a. Padi inbrida sawah seluas 3.417.000 ha yang
dialokasikan di 345 Kabupaten/Kota pada 27
Provinsi.
b. Padi inbrida lahan kering seluas 320.400 ha

yang dialokasikan di 113 Kabupaten/Kota pada


13 Provinsi.
Alokasi SL-PTT Padi Tahun 2013, per Provinsi dan
Kabupaten/Kota, disajikan pada Lampiran 2.

24

b. Upaya peningkatan produksi padi di luar wilayah


fokus
Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi
areal

di

luar

wilayah

fokus

dilakukan

melalui

serangkaian pembinaan, pengawalan, pendampingan


dan bimbingan yang terkoordinasi dan terintegrasi
dengan memanfaatkan benih bersubsidi, benih non
subsidi dan atau benih dari sumber-sumber lain,
pupuk bersubsidi (urea, ZA, SP-36/Superphos, NPK
dan

pupuk

organik),

alsintan,

SRI,

fasilitas

penyuluhan melalui Demfarm, GP3K, penanganan


pasca panen, cetak sawah baru, optimasi lahan,
pengelolaan air dan swadaya murni petani. Areal
yang dikelola dengan pola ini seluas 9,74 juta ha
dengan kontribusi produksi sebesar 47,41 juta ton
GKG.
Agar upaya ini dapat berhasil maka dukungan dari
berbagai pihak sangat diperlukan melalui dukungan
dan gerakanyang luar biasa antara lain :(1). gerakan
pengolahan tanah,(2). gerakan tanam dan panen
serentak,(3). gerakan pemupukan berimbang, 4).
gerakan

penerapan

teknologi,(5).

gerakan

pengendalian OPT,(6). gerakan penanganan panen


dan pasca panen, dan (7). gerakan lainnya dengan

25

dukungan dana APBN maupun APBD I dan APBD II


serta dana masyarakat dan stakeholder.
Petugas Pertanian/Penyuluh Pertanian, POPT dan
PBT

tetap

harus

melakukan

pengawalan

dan

pendampingan pada areal tanam di luar SL-PTT.


Pada prinsipnya semua dana yang ada dikelola oleh
Dinas Pertanian dan Bakorluh/Bapeluh ditujukan
untuk meningkatkan produksi padi dan jagung baik di
areal SL-PTT maupun di luar areal SL-PTT.
Posko I P2BN di Pusat, Posko II di Provinsi, Posko III
di Kabupaten/Kota, Posko IV di Kecamatan/BPP, dan
Posko V di Desa agar dioperasionalkan secara
optimal sesuai dengan Permentan Nomor 45 Tahun
2011

mengenai

Tata

Hubungan

Kerja

Antar

Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan,


dan

Penyuluhan

Pertanian

Dalam

Mendukung

Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).


2. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun
2013
Fokus utama pencapaian sasaran produksi jagung tahun
2013 adalah peningkatan produktivitas melalui SL-PTT
berbasis kawasan seluas 260 ribu Ha. Sedangkan di luar
fokus utama melalui upaya peningkatan produksi lainnya
pada kawasan areal tanam seluas 3,82 juta ha dan

26

perluasan

areal

tanam

seluas

173,50

ribu

ha,

sebagaimana padaTabel 5 berikut ini :


Tabel 5. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung
Tahun 2013
No
1

Luas Tanam
(Ha)

Uraian
Peningkatan Produktivitas

Luas Panen (Ha)

Provitas
(Ku/Ha)

Produksi (Ton)

450,000

416,700

65.86

2,744,460

a. SLPTT

260,000

240,760

67.00

1,681,030

b. GP3K & Swasta

190,000

175,940

58.00

1,063,430

173,500

160,661

52.11

837,138

a. Optimalisasi Pengembangan Luas Areal

80,000

74,080

50.00

386,000

b. Cadangan Benih Nasional (CBN)

93,500

86,581

50.00

451,138

Pengamanan Produksi

70,190

64,996

52.11

338,667

a. Pengamanan OPT

35,000

32,410

50.00

168,875

b. Pengamanan Susut Hasil

35,190

32,586

50.00

169,792

Swadaya Murni Petani

3,557,123

3,459,678

45.99

15,910,783

Jumlah

4,250,813

4,102,035

48.34

19,831,047

Perluasan Areal

a. Fokus utama peningkatan produktivitas jagung


melalui SL-PTT berbasis kawasan adalah upaya
pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2013 yang
difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas
jagung di kawasan areal tanam seluas 260 ribu Ha
yang terdiri dari :
1) Kawasan Pertumbuhan seluas : 54.700 ha.
a. Jagung

hibrida

seluas

9.000

ha

yang

dialokasikan di 9 Kabupaten/Kota pada 5


Provinsi.
b. Jagung komposit seluas 45.700 ha yang
dialokasikan di 60 Kabupaten/Kota pada 13
Provinsi.
27

2) Kawasan Pengembangan seluas : 170.300 ha.


a. Jagung

hibrida

seluas

170.300

ha

yang

dialokasikan di 148 Kabupaten/Kota pada 23


Provinsi.
3) Kawasan Pemantapan seluas : 35.000 ha.
a. Jagung

hibrida

seluas

35.000

ha

yang

dialokasikan di 31 Kabupaten/Kota pada 10


Provinsi.
Alokasi SL-PTT Jagung Tahun 2013, per Provinsi dan
Kabupaten/Kota, disajikan pada Lampiran 2.
b. Upaya peningkatan produksi jagung di luar fokus
utama

peningkatan

produktivitas

dan

produksi

dilakukan dengan pembinaan, pendampingan dan


bimbingan yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan
memanfaatkan benih bersubsidi, benih non subsidi
dan atau benih dari sumber-sumber lainnya, pupuk
bersubsidi, GP3K, dan swadaya murni petani. Upaya
ini diperkirakan mampu menyumbangkan produksi
pada tahun 2013 sebesar 18,15 juta ton PK dari areal
tanam seluas 3,99 juta ha.
Upaya

peningkatan

dilakukan
jagung

dengan
hibrida

produktivitas
perluasan

produktivitas

jagung

agar

penggunaan

benih

tinggi

disamping

peningkatan pemupukan berimbang. Lokasi-lokasi


yang masih menggunakan varietas lokal dan varietas

28

komposit produktivitas rendah agar diupayakan dapat


diganti dengan jagung hibrida atau jagung komposit
produktivitas tinggi.
Upaya penggunaan benih jagung hibrida atau jagung
komposit produktivitas tinggi, antara lain dapat
dilakukan dengan : 1). mendekatkan para produsen
benih

jagung

produktivitas

hibrida
tinggi

atau

kepada

jagung
para

komposit

petani,

memotivasi produsen benih tersebut

2).

melakukan

demonstrasi di lokasi-lokasi sasaran, 3). mendorong


kemitraan petani dengan produsen benih atau dengan
pengusaha pakan ternak (konsumen jagung). Dengan
demikian

penggunaan

benih

jagung

hibrida

diharapkan dapat meningkat.


Upaya perluasan areal tanam jagung agar diupayakan
pula dengan peningkatan indeks pertanaman (IP) di
lahan yang masih mempunyai potensi atau perluasan
pada

lokasi/lahan

baru

(bukaan

baru,

perkebunan, lahan kehutanan, dan lain-lain).

29

lahan

IV. PTT PADI DAN JAGUNG


Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan inovasi baru
untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan
produktivitas. Teknologi intensifikasi bersifat spesifik lokasi,
tergantung pada masalah yang akan diatasi (demand driven
technology). Komponen teknologi PTT ditentukan bersamasama petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need
assessment).
PTT

sebagai

suatu

pendekatan

inovatif

dalam

upaya

meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani serta


sebagai suatu pendekatan pembangunan tanaman pangan
khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi dan
jagung melalui SL-PTT telah dilaksanakan secara Nasional
mulai tahun 2008 dan berlanjut hingga sekarang dengan
berbagai perbaikan dan penyempurnaan dari sisi perencanaan,
pelaksanaan dan pengawalan serta pendampingan.
A. Prinsip-prinsip PTT.
1. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar
sumber daya

tanaman, tanah dan air dapat dikelola

dengan sebaik-baiknya secara terpadu.


2. Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik,
dengan

memperhatikan

keterkaitan

mendukung antar komponen teknologi.

30

yang

saling

3. Spesifik

lokasi

PTT

memperhatikan

kesesuaian

teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya


dan ekonomi petani setempat.
4. Partisipatif : Petani turut berperan serta dalam memilih
dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi
setempat

dan

kemampuan

petani

melalui

proses

pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan (LL).


B. Tahapan Penerapan PTT.
1. Langkah pertama penerapan PTT adalah pemandu
lapangan

bersama

petani

melakukan

Pemahaman

Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan


Peluang (KKP). Identifikasi masalah peningkatan hasil di
wilayah setempat dan membahas peluang mengatasi
masalah

tersebut,

berdasarkan

cara

pengelolaan

tanaman, analisis iklim/curah hujan, kesuburan tanah,


luas pemilikan lahan, lingkungan sosial ekonomi.
2. Langkah kedua adalah merakit berbagai komponen
teknologi PTT berdasarkan kesepakatan kelompok untuk
diterapkan di lahan usahataninya.
3. Langkah ketiga adalah penyusunan RUK berdasarkan
kesepakatan kelompok.
4. Langkah keempat adalah penerapan PTT.
5. Langkah kelima adalah pengembangan/replikasi PTT ke
petani lainnya.
31

C. Komponen PTT Padi.


Komponen

dasar/compulsory

dan

pilihan

disesuaikan

spesifik wilayah setempat yang paling tepat diterapkan.


Komponen teknologi pilihan dapat menjadi compulsory
apabila hasil KKP memprioritaskan komponen teknologi
dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah
utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi
komponen teknologi dasar. Adapun komponen PTT padi
dasar/compulsory, dikemukakan pada Tabel 6 sedangkan
komponen pilihan pada Tabel 7 berikut.
Tabel 6. Komponen PTT Padi Dasar
Padi sawah
irigasi

Padi sawah
tadah hujan

Padi rawa
lebak

Padi gogo

Varietas moderen
(VUB, PH, PTB)

Varietas moderen
(VUB, PTB)

Pergiliran varietas
(VUB, PTB)

Varietas moderen
(VUB, PTB)

Bibit bermutu dan


sehat

Benih bermutu
dan sehat

Benih bermutu dan


sehat

Bibit bermutu dan


sehat

Pengaturan cara
tanam (jajar legowo)

Pengelolaan hara
P dan K berdasar
PUTS

Pemberian bahan
organik

Pemupukan
berdasar status
kesuburan tanah

Pemupukan N
granul, P dan K
berdasarkan PUTS

Konservasi tanah
dan air

Pemupukan
berimbang dan efisien
menggunakan BWD
dan PUTS/petak
omisi/Permentan No.
40/2007

Pemberian bahan
organik
Pengendalian
gulma terpadu

PHT sesuai OPT


sasaran.

PHT sesuai OPT


sasaran.

Tabel 7. Komponen PTT Padi Pilihan


Padi sawah irigasi

Bahan organik/pupuk

kandang/amelioran**

Umur bibit
Pengolahan tanah yang

baik
Pengelolaan air optimal
(pengairan berselang)
Pupuk cair (PPC, ppk
organik, pupuk biohayati)/ZPT, pupuk
mikro)
Penanganan panen dan
pasca panen

Padi sawah
tadah hujan

Pengelolaan tanaman

yang meliputi populasi


dan cara tanam
(legowo, larikan, dll)
Cara tanam dilarik
dengan populasi
tanaman tinggi
menggunakan alat
tanam row seeding
PHT sesuai OPT sasaran
Penanganan panen dan
pasca panen

Padi gogo

Padi rawa lebak

Pengelolaan tanaman

Pengelolaan tanaman

yang meliputi populasi


dan cara tanam
(legowo, larikan, dll)
PHT sesuai OPT
setempat
Pengendalian gulma
terpadu
Pola tanam berbasis
padi gogo
Penanganan panen dan
pasca panen

yang meliputi populasi


dan cara tanam
(legowo, larikan, dll)
Umur bibit
Pengelolaan air,
pembuatan saluran/
caren keliling
Pengendalian gulma
terpadu
Penanganan panen dan
pasca panen

*: Komponen teknologi pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP memprioritaskan
komponen teknologi yang dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu
wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.
**: Prioritas

(Sumber : Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang 2012 dan Analisis)

32

Adapun

PTT

padi

di

lahan

pasang

surut

yaitu

1).Penggunaan varietas unggul adaptif, 2). Pemupukan


spesifik lokasi, 3). Amelioran (digunakan abu dan/atau kapur
untuk meningkatkan pH), 4). Pengendalian terpadu untuk
hama, penyakit dan gulma dan 5). Menggunakan alsin untuk
pra dan pasca panen. Pengolahan tanah sempurna
dimaksudkan untuk pencucian racun dan meratakan tanah.
(Sumber : Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang, 2012).

D. Komponen PTT Jagung.


Komponen dasar dan pilihan disesuaikan spesifik wilayah
setempat yang paling tepat diterapkan. Komponen PTT
Jagung dasar yaitu : 1). Varietas unggul baru, hibrida atau
komposit, 2). Benih bermutu dan berlabel, 3). Populasi
66.000

75.000

tanaman/ha

dan

4).

Pemupukan

berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah.


Sedangkan

komponen

PTT

Jagung pilihan

adalah :

1). Penyiapan lahan, 2). Pemberian pupuk organik, 3).


Pembuatan saluran drainase pada lahan kering, atau saluran
irigasi

pada

lahan

sawah,

4).

Pembumbunan,

5).

Pengendalian gulma secara mekanis atau dengan herbisida


kontak, 6). Pengendalian hama dan penyakit, dan 7). Panen
tepat waktu dan pengeringan segera.
Dalam rangka peningkatan Indeks Pertanaman (IP) 400
jagung, persyaratan yang harus dipenuhi adalah : 1). Lokasi
tersedia cukup air saat diperlukan, terutama saat musim
33

kemarau, 2).Lahan bebas genangan air saat musin hujan,


3).Tenaga kerja cukup tersedia stiap saat dan 4). Umur
varietas yang ditanam tidak lebih 100 hari.
E. Peran Komponen PTT.
Penggunaan

benih

menghasilkan

daya

varietas

unggul

perkecambahan

bermutu

yang

tinggi

akan
dan

seragam, tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik,


tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan
penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih
baik.
Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah
populasi yang optimal dapat menghindari serangan hama
dan penyakit, menekan pertumbuhan gulma, terhindar dari
kelebihan dan kekurangan air, memberikan pertumbuhan
tanaman yang sehat dan seragam serta hasil yang tinggi.
Pemberian

pupuk

secara

berimbang

berdasarkan

kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan


prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan waktu aplikasi sesuai
dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang
baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai
hasil tinggi.
Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien
sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah
merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan hasil
tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara
34

dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap


stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat
akan meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stres pada
tanaman yang diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan
air.
Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi
dan mengendalikan serangan OPT dan DPI dengan
meminimalkan kerusakan atau penurunan produksi akibat
serangan OPT. Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip
dan strategi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Khususnya
pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir
bila serangan OPT berada diatas ambang ekonomi.
Penggunaan pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah
dan cara penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan
peraturan

yang

berlaku

sehingga

tidak

menimbulkan

resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain yang


merugikan lingkungan.
Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan
hasil yang optimal jika panen dilakukan pada waktu dan cara
yang tepat yaitu tanaman dipanen pada masak fisiologis
berdasarkan umur tanaman, kadar air dan penampakan
visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas. Pemanenan
dilakukan dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan
peralatan dan mesin yang cocok sehingga menekan
kehilangan hasil. Hasil panen dikemas dalam wadah dan

35

disimpan ditempat penyimpanan yang aman dari OPT dan


perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil tetap terjaga dan
tidak tercecer.
F. Pemilihan Teknologi PTT.
Komponen teknologi yang dipilih dan diterapkan oleh petani
dalam melaksanakan SL-PTT adalah komponen teknologi
PTT. Perakitan komponen teknologi budidaya dilakukan
dengan

cara

penelusuran

setiap

alternatif

komponen

teknologi, jumlah yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi.


Apabila hal tersebut telah diketahui maka antar komponen
teknologi

dan

aspek

lingkungan

dapat

disinergiskan.

Pemilihan teknologi budidaya yang optimal dapat dilakukan


dengan memaksimalkan komponen teknologi yang saling
sinergis dan meminimalkan komponen teknologi yang saling
antagonis (berlawanan) sehingga diperoleh teknik budidaya
dalam pendekatan PTT yang spesifik lokasi.
Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi
tertentu dapat berbeda dengan lokasi lainnya, karena
beragamnya
teknologi

kondisi

dan

lingkungan

kombinasi

pertanaman.

teknologi

yang

Setiap
sedang

dikembangkan pada suatu lokasi dapat berubah sejalan


dengan perkembangan ilmu dan pengalaman petani di lokasi
setempat. Untuk menetapkan paket teknologi SL-PTT yang
akan dilaksanakan di setiap unit agar dikonsultasikan

36

dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di


masingmasing wilayah.
G. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT.
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani
2. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi
yang tepat untuk masing-masing lokasi.
3. Kesehatan

lingkungan

tumbuh

pertanaman

dan

lingkungan kehidupan secara keseluruhan akan terjaga.

37

V. SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI DAN JAGUNG


A. Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT.
SL-PTT berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan
keputusan para petani/kelompoktani, sekaligus tempat tukar
menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan
manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi
kawasan lainnya.
Untuk itu, melalui SL-PTT diharapkan petani/kelompok tani
nantinya akan mampu mengambil keputusan atas dasar
pertimbangan teknis dan ekonomis dalam setiap tahapan
budidaya

usahataninya

serta

mampu

mengaplikasikan

teknologi secara benar sehingga meningkatkan produksi dan


pendapatannya.
Sekolah Lapangan PTT tidak terikat dengan ruang kelas,
sehingga belajar dapat dilakukan di saung dan tempattempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar.
Dalam SL-PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapangan
(LL) yang merupakan bagian dari kegiatan SL-PTT sebagai
tempat

bagi

petani

anggota

kelompoktani

dapat

melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT pada lahan tersebut.


Dalam melaksanakan LL kelompoktani dapat mengacu pada
rekomendasi teknologi setempat.
SL-PTT

dilaksanakan

oleh

kelompoktani

yang

sudah

terbentuk dan masih aktif. Kelompoktani yang dimaksud


38

diupayakan

kelompoktani

yang

dibentuk

berdasarkan

hamparan, atau lokasi lahan usahataninya diupayakan


masih dalam satu hamparan setiap kelompok. Hal ini perlu
untuk mempermudah interaksi antar anggota karena mereka
saling mengenal satu sama lainnya dan diharapkan tinggal
saling berdekatan sehingga bila teknologi SL-PTT sudah
diadopsi secara individu akan mudah ditiru petani lainnya.
Tiap unit SL-PTT terdiri dari petani peserta yang berasal dari
satu

kelompoktani

yang

sama

dan

atau

dengan

kelompoktani lain terdekat. Dalam setiap unit SL-PTT perlu


ditetapkan seorang ketua yang bertugas mengkoordinasikan
aktivitas

anggota

bertugas

sebagai

dilaksanakan
bendahara

kelompok,
pencatat

pada
yang

seorang

kegiatankegiatan

setiap

bertugas

sekretaris

pertemuan
mengurusi

dan

yang
yang

seorang

masalah

yang

berhubungan dengan keuangan.


Untuk menjamin kelangsungan dinamika kelompok dalam
kelas SL-PTT, perlu diusahakan paling tidak satu orang dari
kelompoktani sebagai motivator yang mampu memberikan
respon yang cepat terhadap inovasi dan mampu mendorong
anggota kelompok lainnya dapat memberikan respon yang
sama.
Peserta SL-PTT akan mengadakan pengamatan bersama
sama di petak percontohan/Laboratorium Lapangan (LL),
mendiskripsikan dan membahas temuantemuan lapangan.
39

Pemandu Lapangan berperan sebagai fasilitator untuk


mengarahkan jalannya diskusi kelompok.
Peserta SL-PTT wajib mengikuti setiap tahap pertanaman
dan mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi yang
sesuai

spesifik

lokasi

mulai

dari

pengolahan

tanah,

budidaya, penanganan panen dan pasca panen. Pada setiap


tahapan pelaksanaan, petani peserta diharapkan melakukan
serangkaian

kegiatan

yang

sudah

direncanakan

dan

dijadwalkan, baik dipetak LL maupun di lahan usahataninya.


Sketsa model pemberdayaan petani melalui SL-PTT, seperti
pada Gambar 1 berikut ini.

40

Gambar 1. Sketsa Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT

41

B. Tipe, Kriteria dan Batasan Kawasan SL-PTT.


Fokus kegiatan peningkatan produktivitas tanaman serealia
tahun 2013 dilaksanakan melalui peningkatan kualitas SLPTT

melalui

pola

pertumbuhan,

pengembangan

dan

pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas,


terintegrasi dari hulu sampai hilir, peningkatan jumlah paket
bantuan sebagai instrumen stimulan,

dukungan dan

pengawalan serta pendampingan.


Untuk itu, lokasi SL-PTT tahun 2013 akan lebih difokuskan
kedalam 3 kawasan, yaitu kawasan pertumbuhan, kawasan
pengembangan dan kawasan pemantapan. Luas 1 (satu)
kawasan untuk padi inbrida, padi hibrida, jagung hibrida dan
jagung komposit 1.000 ha kecuali padi rawa lebak seluas
500 ha. Luas 1 (satu) kawasan 1.000 ha, untuk beberapa
provinsi seperti NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua
Barat dan Kabupaten di daerah perbatasan disesuaikan
dengan kondisi geografis setempat. Untuk jelasnya tipe,
kriteria

dan

orientasi

pengembangan

serta

batasan

pengembangan kawasan dikemukakan pada Tabel 8 dan


Tabel 9.

42

Tabel 8. Tipe, Kriteria dan Orientasi Pengembangan Kawasan Sentra


Produksi Tanaman Pangan
KRITERIA KAWASAN

TIPE KAWASAN

PERTUMBUHAN

PENGEMBANGAN

ORIENTASI PENGUATAN

PRODUKTIVITAS LEBIH RENDAH DARI RATA-RATA


PROVINSI

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

PEMANFAATAN LAHAN BELUM OPTIMAL

PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP)

TINGKAT KEHILANGAN HASIL MASIH TINGGI

PENURUNAN TINGKAT KEHILANGAN HASIL

PRODUKTIVITAS HAMPIR SAMA DENGAN


PRODUKTIVITAS RATA-RATA PROVINSI

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

PEMANFAATAN LAHAN HAMPIR OPTIMAL

PENURUNAN TINGKAT KEHILANGAN HASIL

TINGKAT KEHILANGAN HASIL SEDANG

PENINGKATAN MUTU HASIL

MUTU HASIL BELUM OPTIMAL

PRODUKTIVITAS SUDAH LEBIH TINGGI DARI


PRODUKTIVITAS RATA-RATA PROVINSI

PENGENALAN TEKNOLOGI BARU

MUTU HASIL BELUM OPTIMAL

PENINGKATAN MUTU HASIL

EFISIENSI USAHA BELUM BERKEMBANG

EFISIENSI USAHA MELALUI PEMANFAATAN


LIMBAH LINGKUNGAN

OPTIMALISASI PENDAPATAN MELALUI PRODUKSI


SUBSEKTOR TANAMAN SUDAH MAKSIMAL (KECUALI
ADA INTRODUKSI TEKNOLOGI BARU)

DIVERSIFIKASI PRODUK TANAMAN PANGAN

PENGATURAN HARGA DAN MARGIN

DIVERSIFIKASI PENDAPATAN MELALUI


SUBSEKTOR LAIN

PEMANTAPAN

Keterangan:
1. Pemerintah memiliki keterbatasan anggaran
2. Sasaran pembangunan yang ditargetkan adalah peningkatan
produksi dan peningkatan pendapatan.
3. Pada setiap kawasan, diperlukan dukungan setiap Eselon I mengacu
target orientasi.

43

Tabel 9. Batasan Pengembangan Kawasan Padi dan Jagung


Tahun 2013
Komoditi

Faktor Pertimbangan
Kawasan

PADI

Baku Lahan

Jenis Lahan

1 Lahan Sawah

2 Lahan Kering

JAGUNG

Baku Lahan

Lahan Sawah/Lahan
Kering

Komponen Model 1 Kawasan

Luasan 1
Kawasan (Ha)

1 SL-PTT Padi Inbrida

1,000

2 SL-PTT Padi Inbrida Spesifik Lokasi

1,000

3 SL-PTT Padi Inbrida Peningkatan IP

1,000

4 SL-PTT Padi Inbrida Lahan Rawa


- Rawa Lebak

500

- Pasang Surut

1,000

5 SL-PTT Pengembangan Padi Hibrida

1,000

6 Demfarm Padi Hibrida

1,000

7 SL-PTT Padi Lahan Kering

1,000

1 SL-PTT Jagung Hibrida

1,000

2 SL-PTT Jagung Komposit

1,000

3 Optimasi Jagung Hibrida

1,000

Catatan :
1. Faktor pertimbangan baku lahan sangat diperhatikan
2. Alokasi jenis model kawasan agar memperhatikan tingkat
produktivitas, indeks pertanaman, dan pengembangan jaringan
irigasi (Kesepakatan dengan Kementerian PU).
3. Apabila ada lahan yang dapat diperluas lagi maka akan dilakukan
melalui instrumen Cadangan Benih Nasional (CBN).
4. Dukungan dari Eselon 1 lain terutama Ditjen PSP, PPHP, Badan
Litbang, dan BPPSDMP diletakkan sesuai dengan kebutuhan
komponen dan permasalahan yang ada.

C. Kriteria Kawasan.

Luas 1 (satu) kawasan 1.000 ha diutamakan dalam 1 desa


dalam satu kecamatan dan penuhi terlebih dahulu areal
dalam satu desa dalam satu kecamatan. Namun apabila
areal

di

desa

tersebut

belum

mencukupi,

maka

kekurangannya dapat ditambah/dipenuhi dari desa terdekat,


44

dan seterusnya hingga kawasan seluas 1.000 ha dapat


terpenuhi. Apabila kawasan 1.000 ha belum dapat dipenuhi
dari satu kecamatan, maka kekurangannya dapat dipenuhi
dari kecamatan terdekat, dan seterusnya hingga kawasan
seluas 1.000 ha terpenuhi. Untuk lebih jelasnya dikemukakan
pada

Gambar

KRITERIA KAWASAN 1.000 HA

berikut.

KABUPATEN A
Kecamatan A

Kecamatan B

Desa A

1000 ha/
desa

Alt 3
Desa
1000 ha
A

Alt 1

Desa A

Desa B

800 ha
Alt 2

200
ha

Desa B

1. Alternatif 1 : 1000 ha dlm 1 Desa


2. Alternatif 2 : 1000 ha dlm beberapa Desa dalam 1 Kec
3. Alternatif 3 : 1000 ha dlm beberapa desa dalam 2 kecamatan atau lebih
Keterangan:
1. Penuhi areal dalam satu desa, bila areal belum mencukupi di desa tersebut maka kekurangannya dapat
ditambah dari desa terdekat.
2. Apabila kawasan 1.000 ha belum dapat dipenuhi dari satu kecamatan, maka kekurangannya dapat
dipenuhi dari kecamatan terdekat.
3. Transfer Bantuan Sosial (Bansos) ke Rekening Kelompoktani

Gambar 2. Kriteria Kawasan 1.000 Ha

45

Pada setiap 25 ha dalam kawasan seluas 1.000 ha,


dilaksanakan 1 unit Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha
sehingga jumlah LL dalam kawasan 1.000 ha sebanyak 40
unit

(40

ha

LL).

LL

merupakan

tempat

pembelajaran/pertemuan petani di lapangan. Pertemuan


kelompok

dilaksanakan

hamparan/kawasan

25

pada

areal

ha.

Untuk

LL

dalam

lebih

SL

jelasnya

dikemukakan pada Gambar 3 berikut.


KAWASAN = 1.000 HA
(SL = 960 HA & LL = 40 HA/40 Unit)
SL
LL

...
Keterangan :
: 1 Ha LL Laboratorium Lapang /25 Ha SL
1. Pada setiap 25 ha dalam kawasan 1.000 ha dilaksanakan 1 unit LL
seluas 1 ha, sehingga jumlah LL dalam 1000 ha terdapat sebanyak 40
unit LL (40 Ha LL).
2. Pertemuan kelompok dilaksanakan pada areal LL dalam hamparan/
kawasan 25 ha

Gambar 3. Laboratorium Lapangan (LL)


Dalam LL dilakukan percontohan penerapan teknologi paket
anjuran secara sempurna, sebagai arena belajar para petani.
46

Dalam LL diharapkan dapat pula dilakukan petak-petak


percontohan pengenalan varietas-varietas unggul baru atau
paket-paket teknologi baru lainnya atas persetujuan BPTP
setempat.
Jenis sarana produksi dan dosis yang digunakan pada areal
SL maupun LL disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi
dan dicantumkan dalam Rencana Usahatani Kelompok/RUK
masing-masing kelompoktani. Untuk lebih jelasnya agar
dikonsultasikan

dengan

Balai

Pengkajian

Teknologi

Pertanian (BPTP) di masing-masing daerah.


Besarnya bantuan saprodi sebagai salah satu instrumen
perangsang/stimulan baik pada areal SL maupun LL
disesuaikan dengan kawasan dimana SL-PTT tersebut
dialokasikan dan disesuaikan pula dengan komoditi yang
diusahakan kelompoktani peserta SL-PTT. Bantuan sarana
produksi dan pertemuan kelompok merupakan Belanja
Sosial (BANSOS) dan penggunaannya dengan mekanisme
transfer langsung ke rekening kelompoktani dalam bentuk
uang dan sesuai pedoman serta peraturan perundangundangan

yang

berlaku.

Sedangkan

insentif/bantuan

transport bagi petugas pendamping (petugas dinas dan


aparat) dan papan nama merupakan Belanja Barang Non
Operasional (BBNOL) dan penggunaannya disesuaikan
dengan kondisi di lapangan dan pedoman serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

47

Seperti telah dikemukakan diatas bahwa pada setiap 25 ha


SL dalam kawasan seluas 1.000 ha, akan terdapat 1 unit
Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha sehingga jumlah LL
dalam kawasan 1.000 ha terdapat sebanyak 40 unit LL (40
ha LL), berarti sisanya seluas 960 ha berupa areal SL.
Sebagai contoh, apabila satu kelompoktani mempunyai areal
50 ha maka kelompoktani tersebut akan mendapatkan 2 unit
LL dan seterusnya. Jika areal tidak mencukupi 25 ha, maka
dapat

digabung

dengan

kelompoktani

lainnya

yang

berdekatan dan lokasi pelaksanaan pertemuan kelompoktani


disepakati oleh kelompoktani tersebut.
Pola SL-PTT Padi dan Jagung pada satu kawasan
dikemukakan pada Gambar 4, 5 dan 6 berikut :

FOKUS KEGITAN
PENAMBAHAN
PRODUKSI

SL-PTT Kawasan Pertumbuhan dengan penggunaan benih varietas


unggul bermutu pada :
1. Padi Inbrida Sawah 61.800 ha
2. Padi Inbrida Pasang Surut 96.000 ha
3. Padi Inbrida Rawa Lebak 26.000 ha
4. Padi Inbrida Lahan Kering 114.100 ha
5. Jagung Hibrida 9.000 ha
6. Jagung Komposit 45.700 ha

KAWASAN PERTUMBUHAN 1.000 HA


40 UNIT SL
(1 Unit / 24 Ha)

Bantuan (disesuaikan dengan rekomendasi spesifik lokasi):


1. Pupuk Urea
2. Pupuk NPK
3. Pupuk Organik
4. Herbisida
5. Kaptan
6. Pertemuan Kelompok

Pendampingan oleh
Penyuluh Pertanian,
Peneliti, POPT, PBT, dan
Aparat

40 Unit LL
(1 Unit/1 Ha)

Gambar 4. Pola SL-PTT Kawasan Pertumbuhan

48

FOKUS KEGITAN
PENAMBAHAN
PRODUKSI

SL-PTT Kawasan Pengembangan dengan penggunaan benih varietas


unggul bermutu pada :
1. Padi Inbrida Sawah 272.500 ha
2. Padi Hibrida 200.000 ha
3. Padi Inbrida Lahan Kering 117.200 ha
4. Jagung Hibrida 170.300 ha

KAWASAN PENGEMBANGAN1.000 HA
40 UNIT SL
(1 Unit / 24 Ha)

Bantuan (disesuaikan dengan rekomendasi spesifik lokasi):


1. Pupuk Urea
2. Pupuk NPK
3. Pupuk Organik
4. Pertemuan Kelompok

Pendampingan oleh
Penyuluh Pertanian,
Peneliti, POPT, PBT, Aparat

40 Unit LL
(1 Unit/1 Ha)

Gambar 5. Pola SL-PTT Kawasan Pengembangan

FOKUS KEGITAN
PENAMBAHAN
PRODUKSI

SL-PTT Kawasan Pemantapan dengan penggunaan benih varietas


unggul bermutu pada :
1. Padi Inbrida Sawah 3.417.500 ha
2. Padi Inbrida Lahan Kering 320.400 ha
3. Jagung Hibrida 35.000 ha

KAWASAN PEMANTAPAN 1.000 HA


40 UNIT SL
(1 Unit / 24 Ha)

Bantuan (disesuaikan dengan


rekomendasi spesifik lokasi):
1. Pupuk Urea
2. Pupuk NPK
3. Pupuk Organik

Pertemuan Kelompok

Pendampingan oleh
Penyuluh Pertanian,
Peneliti, POPT, PBT, dan
Aparat

40 Unit LL
(1 Unit/1 Ha)

Gambar 6. Pola SL-PTT Kawasan Pemantapan

49

Kebutuhan sarana produksi dan pendukung lainnya (papan


nama dan lainnya) yang tidak dibantu pemerintah maupun
kekurangannya, maka penyediaannya agar ditanggung
dan

diusahakan

secara

swadana

oleh

anggota

kelompoktani atau berasal dari sumber lainnya. Hal ini


dimaksudkan

agar

petani/kelompoktani

ikut

merasa

memiliki sehingga mempunyai tanggungjawab moral untuk


mensukseskan SL-PTT Padi dan Jagung dalam rangka
mendukung pencapaian sasaran produksi tahun 2013.
Selanjutnya agar kegiatan SL-PTT berbasis kawasan
tersebut berkontribusi nyata pada produksi tahun 2013,
maka pertanaman di areal SL-PTT diharapkan sudah
dilaksanakan pada awal tahun 2013 (Akhir MH 2012/2013
sampai MK II 2013), kecuali secara teknis maupun
adminstrasi tidak memungkinkan dilaksanakan seperti
halnya padi gogo/lahan kering maka dapat dilaksanakan
pada awal MH 2013/2014 (Oktober-Desember 2013).
Untuk itu, sedini mungkin diambil langkah-langkah dan
disiapkan secara terencana, akurat dan efektif melalui
koordinasi dengan instansi terkait antara lain Dinas
Pengairan, BMKG, Penyedia Benih, Pupuk, Alsintan dan
lain sebagainya agar pelaksanaan tepat waktu dan
sasaran.
Guna mengetahui tingkat produktivitas pada areal SL-PTT
maka pada tahun 2013 direncanakan mendapat bantuan

50

dana untuk pendataan ubinan pada setiap kabupaten/kota


pelaksana SL-PTT yang besarnya antara 1 50 unit
dengan total areal ubinan padi 14.973 unit dan jagung
2.345 unit. Untuk memperoleh data ubinan yang optimal
ada areal SL-PTT Padi dan Jagung yang telah ditentukan
oleh Dinas Kabupaten/Kota, maka diharapkan ubinan
dilaksanakan paling lambat pada bulan Desember 2013.
Untuk itu perlu diambil langkah-langkah guna penyusunan
jadwal tanam/panen yang tepat. Kegiatan ini dilakukan
oleh

petugas

ubinan

pada

Dinas

Pertanian

Kabupaten/Kota (Mantri Tani/ Mantri Statistik).


Sebagai bentuk peningkatan kualitas SL-PTT Padi dan
Jagung di lapangan, maka dukungan pendampingan dan
pengawalan perlu lebih dioptimalkan.
Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas
Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk PPL, POPT,
PBT, KCD, Mantri Tani atau petugas lain sesuai kebutuhan
di masing-masing lokasi dan Aparat (TNI-AD beserta
jajarannya/BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta
petugas Pusat. Pengawalan SL-PTT dilakukan pula oleh
para Peneliti BPTP di masing-masing lokasi SL/LL yang
penugasannya melalui Surat Keputusan Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Pendampingan dan pengawalan oleh petugas dinas dan
aparat, dilakukan pula pada seluruh areal tanam/panen
51

baik SL-PTT maupun pertanaman Reguler (Non SL-PTT)


melalui Gerakan Pengembangan Kawasan Padi dan
Jagung. Untuk itu Posko P2BN pada setiap tingkatan
(Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi) harus lebih
diaktifkan guna melakukan koordinasi dengan berbagai
pihak dan instansi terkait untuk turun ke lapangan
memantau kondisi di lapangan, menggerakkan percepatan
tanam/panen

serentak,

pemeliharaan

tanaman

dan

mengetahui segala permasalahannya untuk selanjutnya


diselesaikan.
Pendampingan kegiatan SL-PTT oleh Pemandu Lapangan
khususnya Penyuluh Lapangan, POPT, PBT dan Peneliti
mempunyai sebagai :
1. Pemandu

yang

paham

terhadap

permasalahan,

kebutuhan dan kekuatan yang ada di lapangan dan


desa.
2. Dinamisator

proses

latihan

SL-PTT

sehingga

menimbulkan ketertarikan dan lebih menghidupkan


latihan.
3. Motivator yang kaya akan pengalaman dalam berolah
tanam

dan

dapat

membantu

membangkitkan

kepercayaan diri para peserta SL-PTT


4. Konsultan

bagi

mempermudah

petani

peserta

menentukan

52

SL-PTT

untuk

langkah-langkah

selanjutnya

dalam

melaksanakan

kegiatan

usahataninya setelah kegiatan SL-PTT selesai.


Dalam rangka memberikan apresiasi kepada petugas
lapangan yang telah melaksanakan pengawalan dan
pendampingan SL-PTT/P2BN, maka kepada petugas
tersebut akan diberikan penghargaan berupa uang yang
besarannya disesuaikan dengan dana yang tersedia.
Penghargaan diberikan kepada tiga orang petugas per
kabupaten/kota. Untuk itu Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
perlu merumuskan kriteria penilaian yang disesuaikan
dengan kondisi masing-masing daerah.
D. Penentuan Calon Lokasi.
Pemilihan penempatan calon lokasi SL-PTT dengan
prioritas luasan areal sesuai dengan ketentuan batasan
kawasan, produktivitas dan indeks pertanamannya masih
berpotensi untuk ditingkatkan dan petaninya responsif
terhadap teknologi.
Pemilihan letak petak LL yang berada di dalam areal SLPTT terpilih dengan prioritas pertimbangan terletak di bagian
pinggir areal SL-PTT sehingga berbatasan langsung dengan
areal di luar SL-PTT diharapkan penerapan teknologi SLPTT mudah dilihat dan ditiru oleh petani di luar SL-PTT.
Format CL dan CPCL disajikan pada Lampiran 4.

53

1. Penentuan Calon Lokasi.


a. Lokasi dapat berupa persawahan yang beririgasi,
sawah tadah hujan, lahan kering dan pasang surut
yang produktivitas dan/atau indeks pertanamannya
masih dapat ditingkatkan. Prioritas pertama lokasi SLPTT tahun anggaran 2013 ditempatkan pada lokasi
yang IP (Indeks Pertanaman) paling rendah dan/atau
pada lokasi yang produktivitasnya paling rendah serta
areal sawah bukaan/cetakan baru. Oleh karena itu
Dinas

Pertanian

Provinsi

dan

Dinas

Pertanian

Kabupaten/Kota harus melakukan identifikasi lokasilokasi yang produktivitas dan/atau IP-nya masih dapat
ditingkatkan.
b. Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan
penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran
dan sengketa.
c. Unit SL-PTT, diusahakan agar berada dalam satu
hamparan/kawasan

yang

strategis

dan

mudah

dijangkau petani atau disesuaikan dengan kondisi di


lapangan.
d. Lokasi SL-PTT setiap 25 ha, diberi papan nama
sebagai tanda lokasi pelaksanaan SL/LL.
e. Letak Laboratorium Lapangan (LL) pada SL-PTT
diutamakan ditempatkan pada lokasi yang sering
dilewati petani sehingga mudah dijangkau dan dilihat
54

oleh

petani

sekitarnya

untuk

dicontoh

dalam

usahataninya.
2. Penentuan Calon Petani/Kelompoktani SL-PTT.
a. Kelompoktani/petani yang dinamis dan bertempat
tinggal dalam satu desa/wilayah yang berdekatan dan
diusulkan oleh Kepala Desa, KCD dan atau Penyuluh
Lapangan.
b. Petani yang dipilih adalah petani aktif yang memiliki
lahan ataupun penggarap/penyewa dan mau menerima
teknologi baru.
c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SLPTT.
d. Kelompoktani

SL-PTT

ditetapkan

dengan

Surat

Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota


yang membidangi tanaman pangan, sebagaimana
contoh pada Lampiran 5.
E. KetentuanPelaksana SL-PTT.
Ketentuan pelaksana SL-PTT sebagai berikut :
1. Lokasi SL-PTT diusahakan berada pada satu hamparan
atau kawasan, mempunyai potensi untuk ditingkatkan
produktivitas

dan/atau

IP-nya,

serta

anggota

kelompoktaninya respons terhadap penerapan teknologi.

55

2. Luas satu unit SL-PTT padi dan jagung adalah 25 ha


yang di dalamnya terdapat satu unit LL seluas 1 ha.
3. Peserta tiap unit SL-PTT diupayakan para petani yang
berasal dari hamparan seluas 25 ha.
4. Memiliki Pemandu Lapangan.
F. Persyaratan Kelompoktani Pelaksana SL-PTT.
1. Kelompoktani tersebut masih aktif dan mempunyai
kepengurusan yang lengkap yaitu Ketua, Sekretaris dan
Bendahara.
2. Menyusun RUK sebagaimana terlihat dalam Lampiran 6.
3. Kelompoktani penerima bantuan SL-PTT ditetapkan
dengan

Surat

Keputusan

Kepala

Dinas

Pertanian

Kabupaten/Kota.
4. Memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank
Pemerintah (BUMN atau BUMD/Bank Daerah) yang
terdekat dan bagi Kelompoktani yang belum memiliki,
harus membuka rekening di bank.
5. Rekening bank diutamakan berupa rekening bank setiap
kelompoktani namun dapat pula rekening gabungan
kelompoktani (Gapoktan). Jika menggunakan rekening
gapoktan, mekanisme pengaturan antar kelompoktani
agar diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota.

56

6. Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup


menggunakan

dana

bantuan

SL-PTT

sesuai

peruntukannya (RUK) dan sanggup mengembalikan dana


apabila tidak sesuai peruntukannya sebagaimana terlihat
dalam Lampiran 7.
7. Bersedia menambah biaya pembelian sarana produksi
dan pendukung lainnya, bilamana bantuan pemerintah
tersebut tidak mencukupi/kurang.
8. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT.
G. Bantuan SL-PTT.
Guna mendukung pelaksanaan SL-PTT padi inbrida sawah,
padi pasang surut, padi rawa lebak, padi hibrida, padi inbrida
lahan kering, jagung hibrida dan jagung komposit, sebagai
stimulan direncanakan mendapat sarana produksi (pupuk
urea,

pupuk

herbisida),

NPK,

pupuk

sedangkan

insentif/bantuan

organik,

kapur

pertemuan

transport

bagi

pertanian,

kelompoktani,

petugas

pendamping

(petugas dinas dan aparat) dan papan nama diberikan pada


setiap 25 ha dalam kawasan 1.000 ha baik kawasan
pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan.

Adapun plafon bantuan saprodi secara rinci sebagai berikut :


1. Areal Laboratorium Lapangan
pertumbuhan,

pengembangan,

57

(LL) pada
dan

kawasan

pemantapan

mendapatkan bantuan saprodi

(urea, NPK, pupuk

organik, herbisida dan kapur pertanian).


2. Areal SL di luar LL pada kawasan pertumbuhan dan
pengembangan mendapatkan bantuan saprodi yang
volume dan jenisnya tidak sebesar pada lokasi LL.
Kekurangan

saprodi

agar

dapat

dipenuhi

secara

swadana.
3. Areal SL di luar LL pada kawasan pemantapan tidak
mendapatkan bantuan saprodi. Untuk itu saprodi pada
areal tersebut diharapkan dapat disediakan melalui
swadana dan/atau dari sumber-sumber lainnya.
Pengunaan saprodi (volume dan jenisnya) di tingkat
lapangan disesuaikan dengan kondisi di masing-masing
daerah (spesifik lokasi) dan telah disetujui oleh PPL, BPTP,
Dinas

Pertanian

Kabupaten/Kota

dan

BPTP

Provinsi

setempat.
Untuk lebih jelasnya, plafon stimulan/bantuan saprodi untuk
pelaksanaan SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013 dapat
dilihat pada Tabel 10 berikut ini :

58

Tabel 10. Plafon Stimulan/Bantuan Saprodi SL-PTT Padi


dan Jagung Tahun 2013
Uraian

No

Areal (Ha)

I Kawasan SL-PTT Padi


1 Kawasan Pertumbuhan
a. Padi inbrida sawah

b. Padi inbrida Pasang


Surut

c. Padi Inbrida Rawa


Lebak

2,472

1,414

SL

59,328

1,059

TOTAL

61,800

LL

3,840

1,324

SL

92,160

1,119

TOTAL

96,000

LL

24,960

1,324

SL

1,040

829

b. Padi Hibrida

c. Padi Inbrida Lahan


Kering

4,564

1,414

SL

109,536

1,059

TOTAL

114,100

10,900

1,344.90

SL

261,600

762.40

TOTAL

272,500

LL

8,000

1,402.40

SL

192,000

762.40

TOTAL

200,000

LL

4,688

1,344.90

SL

112,512

762.40

TOTAL

b. Padi Inbrida Lahan


Kering

- Saprodi di luar benih (urea 150 kg/ha, NPK 200 kg/ha,


Herbisida 4 liter, Kaptan 500 kg/ha)
- Pertemuan kelompok 8 kali
- Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 150 kg/ha,
Herbisida 4 liter, Kaptan 500 kg/ha)
- Pertemuan kelompok 8 kali

- Saprodi di luar benih (urea 150 kg/ha, NPK 200 kg/ha,


Herbisida 4 liter, Kaptan 500 kg/ha)
- Pertemuan kelompok 8 kali
- Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 100 kg/ha,
Herbisida 4 liter, Kaptan 250 kg/ha)
- Pertemuan kelompok 8 kali

- Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 300 kg/ha, organik
1.000 kg)
- Pertemuan kelompok 8 kali
- Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 200 kg/ha, organik
750 kg)
- Pertemuan kelompok 8 kali

- Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 275 kg/ha, organik
1.000 kg)
- Pertemuan kelompok 6 kali
- Saprodi di luar benih (urea 75 kg/ha, NPK 150 kg/ha, organik
500 kg)
- Pertemuan kelompok 6 kali

- Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 300 kg/ha, organik
1.000 kg)
- Pertemuan kelompok 6 kali
- Saprodi di luar benih (urea 75 kg/ha, NPK 150 kg/ha, organik
500 kg)
- Pertemuan kelompok 6 kali

- Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 275 kg/ha, organik
1.000 kg)
- Pertemuan kelompok 6 kali
- Saprodi di luar benih (urea 75 kg/ha, NPK 150 kg/ha, organik
500 kg)
- Pertemuan kelompok 6 kali

117,200
3,737,400

LL

136,680

1,276.60

SL

3,280,320

21.60

TOTAL

3,417,000

LL

12,816

1,276.60

SL

307,584

21.60

TOTAL
TOTAL I

- Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 200 kg/ha, organik
750 kg/ha)
- Pertemuan kelompok 8 kali

589,700
LL

3 Kawasan Pemantapan
a. Padi Inbrida Sawah

- Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 300 kg/ha, organik
1000 kg/ha)
- Pertemuan kelompok 8 kali

26,000

LL

Kawasan Pengembangan
a. Padi Inbrida Sawah

Instrumen Stimulan

297,900
LL

TOTAL
d. Padi Inbrida Lahan
Kering

Biaya
(Rp
000/ha)

- Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 250 kg/ha, organik
1.000 kg)
- Pertemuan kelompok 4 kali
- Pertemuan kelompok 4 kali

- Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 250 kg/ha, organik
1.000 kg)
- Pertemuan kelompok 4 kali
- Pertemuan kelompok 4 kali

320,400
4,625,000

59

Uraian

No

Areal (Ha)

II Kawasan SL-PTT
Jagung
Kawasan
1 Pertumbuhan
a. Jagung Hibrida

b. Jagung Komposit

LL

360

1,664

SL

8,640

364

TOTAL

9,000

LL

1,828

1,664

SL

43,872

364

TOTAL

45,700

TOTAL II
TOTAL I + II

- Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 300


kg/ha, organik 1.000 kg, Herbisida 2 liter)
- Pertemuan kelompok 8 kali
- Saprodi di luar benih (urea 50 kg/ha, NPK 100
kg/ha)
- Pertemuan kelompok 8 kali

- Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 300


kg/ha, organik 1.000 kg, Herbisida 2 liter)
- Pertemuan kelompok 8 kali
- Saprodi di luar benih (urea 50 kg/ha, NPK 100
kg/ha)
- Pertemuan kelompok 8 kali

170,300
LL

6,812

1,042

SL

163,488

257

TOTAL

170,300

3 Kawasan
Pemantapan
a. Jagung Hibrida

Instrumen Stimulan

54,700

2 Kawasan
Pengembangan
a. Jagung Hibrida

Biaya
(Rp 000/ha)

- Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 200


kg/ha, organik 750 kg)
- Pertemuan kelompok 5 kali
- Saprodi di luar benih (NPK 100 kg/ha)
- Pertemuan kelompok 5 kali

35,000
LL

1,400

716.60

SL

33,600

21.60

TOTAL

35,000
260,000

- Saprodi di luar benih (urea 50 kg/ha, NPK 100


kg/ha, organik 750 kg)
- Pertemuan kelompok 4 kali
- Pertemuan kelompok 4 kali

4,885,000

Bantuan sarana produksi dan pertemuan kelompok diberikan


langsung kepada kelompoktani, melalui mekanisme transfer
ke rekening kelompoktani dalam bentuk uang, sedangkan
papan nama dan pengawalan serta pendampingan melalui
Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi
tanaman pangan. Adapun dosis pemupukan disesuaikan
dengan rekomendasi setempat. Apabila rekomendasi di
60

suatu lokasi memerlukan pupuk jenis lainnya maka bila dana


mamadai dapat dibiayai dari dana yang tersedia.
Untuk memperoleh produktivitas yang tinggi, maka benih
yang digunakan pada pelaksanaan SL-PTT adalah benih
varietas unggul bermutu produktivitas tinggi yang bersumber
dari benih bersubsidi yang disediakan oleh Pemerintah.
Apabila tidak dapat dipenuhi dari benih bersubsidi maka
dapat pula dipenuhi secara swadaya dan atau dari sumbersumber lainnya. Penggunaan benih di luar benih bersubsidi
harus

disetujui

oleh

Kepala

Dinas

Pertanian

Kabupaten/Kota. Selanjutnya dilaporkan kepada Kepala


Dinas Pertanian Provinsi untuk kemudian disampaikan oleh
Kepala Dinas Pertanian Provinsi kepada Direktur Jenderal
Tanaman Pangan.
Khusus untuk padi lahan kering/gogo, padi pasang surut dan
padi rawa lebak apabila varietas unggul nasional tidak
tersedia, maka dapat menggunakan varietas unggul lokal
yang telah beradaptasi dengan baik dan ditanam oleh petani
di wilayah tersebut dan sumber pembiayaannya berasal dari
swadaya petani pelaksana SL-PTT. Penggunaan varietas
tersebut harus disetujui oleh Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota dan BPTP setempat. Selanjutnya dilaporkan
kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi untuk kemudian
disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi kepada
Direktur Jenderal Tanaman Pangan.

61

H. Mekanisme Pelaksanaan SL-PTT


Mekanisme pelaksanaan SL-PTT yang meliputi : persiapan,
mengorganisasian

kelas,

menciptakan

menghidupkan

dan

penerapan

metode

dinamika

belajar,

kelompok,

monitoring dan evaluasi serta pelaporan oleh pemandu


lapangan berpedoman pada Pedoman Teknis SL-PTT Padi
dan Jagung Tahun 2012 atau tahun sebelumnya sepanjang
tidak bertentangan satu sama lain.
I. Pertemuan Kelompok SL-PTT.
Pertemuan kelompok dalam areal SL dan LL disesuaikan
dengan kawasan dimana SL-PTT tersebut dialokasikan.
Pada kawasan pertumbuhan, pertemuan minimal 8 kali
pertemuan, pada kawasan pengembangan minimal 6 kali
pertemuan dan pada kawasan pemantapan minimal 4 kali
pertemuan. Oleh karena itu perlu dijadwalkan secara
periodik dengan waktu pertemuan dirundingkan bersama
petani

peserta

sehingga

dapat

dihadiri

dan

tidak

mengganggu/merugikan waktu petani.


Pertemuan kelompok dilakukan oleh pelaksana SL-PTT,
tempat pertemuan di lokasi pelaksana SL-PTT. Peserta
pertemuan adalah petani peserta dipandu oleh Pemandu
Lapangan.
Hal-hal yang lebih teknis dan operasional lapangan agar
diatur/diuraikan

oleh

Petunjuk

62

Pelaksanaan

Teknis

Lapangan SL-PTT yang disusun/dibuat oleh Kepala Dinas


Pertanian Kabupaten/Kota.

63

VI. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL SLPTT

A. Pengorganisasian SL-PTT.
Agar pelaksanaan SL-PTT terkoordinasi dan terpadu mulai
dari kelompoktani, kabupaten, provinsi sampai ke tingkat
pusat maka perlu dibentuk tim pengendali tingkat pusat, tim
pembina

tingkat

provinsi,

tim

pelaksana

tingkat

kabupaten/kota serta tim pelaksana tingkat kecamatan.


Tim pengendali tingkat pusat, ditetapkan dengan Surat
Keputusan

Direktur

Jenderal

Tanaman

Pangan.

Tim

pembina tingkat provinsi ditetapkan dengan Surat Keputusan


Gubernur/Kepala
bersangkutan.

Dinas

Pertanian

Sedangkan

tim

Provinsi

pelaksana

yang
tingkat

kabupaten/kota serta kecamatan, ditetapkan dengan Surat


Keputusan Bupati/Walikota.
Tim pembina tingkat provinsi serta tim pelaksana tingkat
kabupaten/kota

dan

tim

pelaksana

kecamatan

melaksanakan kegiatan koordinasi pelaksanaan SL-PTT


melalui Pos Simpul Koordinasi (POSKO) mulai dari tingkat
desa, kecamatan, kabupaten/kota sampai tingkat provinsi.
Posko SL-PTT dapat memanfaatkan POSKO yang telah ada
seperti POSKO P2BN seperti diamanatkan pada Permentan
Nomor 45 Tahun 2011 tentang Tata Hubungan Kerja Antar
Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan, Dan
64

Penyuluh

Pertanian

Dalam

Mendukung

Peningkatan

Produksi Beras Nasional (P2BN).


B. Operasionalisasi SL-PTT.
Tim Pengendali Pusat melakukan koordinasi dan sinergisitas
program dan kegiatan antar instansi terkait untuk kelancaran
pelaksanaan SL-PTT.
Tim Pembina Tingkat Provinsi melakukan koordinasi dan
mengorganisir Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten/Kota untuk
dapat melaksanakan SL-PTT sesuai sasaran. Pembinaan
dilakukan mulai sejak perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporan evaluasi.
Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten/Kota dan kecamatan
melakukan

langsung

pelaksanaan

SL-PTT

dengan

mengorganisir dan menggerakkan Kepala Cabang Dinas


Pertanian Kecamatan (KCD), Penyuluh, POPT, PBT, Kepala
Desa,

Babinsa,

Kelompoktani,

dan

petani

dalam

melaksanakan SL-PTT sesuai sasaran. Pengorganisasian/


gerakan dilakukan mulai sejak perencanaan, pelaksanaan
dan

pelaporan

Kabupaten/Kota

serta
juga

evaluasi.

melakukan

Tim

administrasi

Pelaksana
kegiatan

sesuai prosedur dan peraturan perundang-undangan yang


berlaku .

65

VII.

PEMBIAYAAN, MEKANISME PENCAIRAN DANA


DAN PENGADAAN

A. Pembiayaan.
Sumber pembiayaan pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung
tahun 2013 berasal dari APBN dan APBD maupun dana dari
pihak swasta, stakeholders yaitu antara lain sebagai berikut :
1. Bantuan Sosial (Bansos) yang dialokasikan melalui dana
tugas pembantuan tahun 2013 dengan mekanisme
transfer langsung ke kelompoktani peserta SL-PTT dalam
bentuk uang. Bantuan digunakan untuk pembelian pupuk
urea, NPK, pupuk organik, kapur pertanian dan herbisida
serta pelaksanaan pertemuan kelompok pada areal SLPTT.
2. Bantuan alat dan mesin pertanian antara lain traktor,
mesin pembuat pupuk organik, alsintan pascapanen
melalui dana tugas pembantuan di Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota dan dana dekonsentrasi di Dinas
Pertanian Provinsi ataupun dana APBN sesuai dengan
ketersediaan dana.
3. Bantuan pengendalian OPT melalui dana APBN pada
BPTPH, sesuai dengan ketersediaan dana.
4. Bantuan

pengawalan,

pendampingan,

pembinaan,

monitoring, evaluasi dan pelaporan SL-PTT melalui dana

66

tugas pembantuan di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota


dan dana dekonsentrasi di Dinas Pertanian Provinsi.
5. Bantuan pendampingan SL-PTT oleh PPL, POPT dan
PBT melalui dana BOP masing-masing Institusi.
6. Bantuan pendampingan teknologi SL-PTT oleh peneliti
melalui dana APBN pada BPTP/Badan Litbang.
7. Kemitraan dengan perusahaan mitra yang bergerak
dibidang agribisnis tanaman pangan yang difasilitasi oleh
Dinas

Pertanian

Provinsi

maupun

Kabupaten/Kota

setempat.
B. Mekanisme Pengajuan dan Penyaluran Dana Bantuan
Sosial SL-PTT.
Mekanisme pencairan dan penyaluran dana Bantuan Sosial
(Bansos) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang
undangan yang berlaku.
Mekanisme

pencairan

dana

bantuan

sosial

bagi

pelaksanaan SL-PTT Tahun 2013 dapat dilihat pada


Lampiran 8.
C. Mekanisme Pengadaan.
1. Dana

yang

telah

dicairkan

oleh

kelompoktani

dipergunakan untuk membeli saprodi sesuai dengan


kebutuhan kelompok sebagaimana yang telah tertuang
pada RUK yang telah disetujui oleh Ketua Kelompoktani,
Bendahara

Kelompoktani
67

dan

Penyuluh/Petugas

Pertanian,

dengan

contoh

blanko

disajikan

pada

Lampiran 6.
2. Kelompoktani dapat membeli saprodi di kios/toko saprodi
terdekat atau di Produsen Penyalur Saprodi sesuai
dengan RUK.
3. Dalam rangka pengawasan pelaksanaan bantuan SLPTT, Kelompoktani penerima bantuan agar melakukan
hal-hal sebagai berikut :
a. Menyimpan tanda bukti (kwitansi) pembelian saprodi.
b. Mencatat semua nomor seri label benih yang diterima.
c. Mencatat

semua

nomor

seri

karung/kantung/

botol/sachet pupuk/saprodi yang dibeli.


d. Membuat

surat

pernyataan

Penerimaan

Dana

Bantuan Sosial SL-PTT sebagaimana terlihat dalam


Lampiran 7.
e. Saprodi yang belum digunakan agar disimpan dengan
baik untuk menjaga mutu.
4. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bertanggung
jawab penuh terhadap penyaluran dan penggunaan Dana
Bantuan

Sosial

bagi

pelaksanaan

petani/kelompoktani.

68

SL-PTT

oleh

VIII. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN


PENDAMPINGAN
Bimbingan/pembinaan dan pendampingan dilaksanakan secara
periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen dan
berjenjang

mulai

dari

Pusat,

Provinsi,

Kabupaten

dan

Kecamatan serta Desa seperti terlihat dalam rencana jadwal


pelaksanaan pada Lampiran 9.
A. Pusat melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan
pelaksanaan SL-PTT di provinsi dan kabupaten sesuai
dengan ketersediaan dana.
B. Provinsi melakukan koordinasi, supervisi, pembinaan dan
pengawalan pelaksanaan SL-PTT di kabupaten diharapkan
minimal 2(dua) kali selama musim tanam sesuai dengan
ketersediaan dana.
C. Kabupaten

melakukan

koordinasi

dan

pembinaan

pelaksanaan SL-PTT di tingkat lapangan/kelompoktani


pelaksana SL-PTT diharapkan minimal 4(empat) kali selama
musim tanam disesuaikan dengan ketersediaan dana.
Melakukan pendampingan kelompoktani pelaksana SL-PTT
dalam menerapkan paket teknologi spesifik lokasi dan
membantu kelancaran distribusi bantuan SL-PTT dll.
D. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti Puslitbangtan,
BB Padi, Balitsereal, Balitkabi, dan Lolit Tungro bersama
peneliti BPTP.
69

Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti diutamakan


pada

kawasan

pertumbuhan,

pengembangan

dan

pemantapan yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan


dan ketersediaan dana yang ada di masing-masing BPTP
setempat. Pendampingan dan pengawalan SL-PTT perlu
mengedepankan teknologi spesifik lokasi yang sinergisitas,
yakni

teknologi

yang

mengutamakan

peningkatan

produktivitas dan pengurangan kehilangan hasil serta


pendekatan teknologi yang memperhatikan sub-ekosistem
setempat.
Disamping melakukan pengawalan dan pendampingan,
peneliti/

BPTP

dapat

melakukan

berdampingan dengan lokasi SL-PTT.

70

display

varietas

IX. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN


A.

Monitoring.
Kegiatan monitoring dilaksanakan secara periodik mulai
dari persiapan sampai dengan panen oleh petugas Pusat,
Provinsi dan Kabupaten sebagaimana terlihat dalam
rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran 9. Monitoring
meliputi perkembangan pelaksanaan SL-PTT, hasil yang
telah dicapai dll.

B.

Evaluasi.
Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh petugas Pusat,
Provinsi

dan

Kabupaten

setelah

seluruh

rangkaian

kegiatan dalam SL-PTT selesai sebagaimana terlihat


dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran 9.
Evaluasi meliputi 1) Komponen kegiatan pelaksanaan SLPTT, 2) Tingkat pencapaian sasaran areal dan hasil, 3)
Kenaikan produktivitas di lokasi SL-PTT dan LL, 4)
Penerapan komponen teknologi PTT, dan 5) Ubinan SLPTT.
C.

Pelaporan.
Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh petugas provinsi,
kabupaten/kota dan kecamatan serta desa/unit SL-PTT
secara periodik setiap bulan. Pelaporan dilakukan secara
berjenjang yaitu dari Pemandu Lapangan ke Dinas
Pertanian

Kabupaten/Kota,
71

dari

Dinas

Pertanian

Kabupaten/Kota ke Dinas Pertanian Provinsi dan dari


Dinas Pertanian Provinsi ke Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan c/q Direktorat Budidaya Serealia. Laporan meliputi
pelaksanaan SL-PTT, hasil yang telah diperoleh, dll
sebagaimana terlihat dalam format laporan (Lampiran 10,
11, 12, 13 dan 14). Laporan akhir memuat hasil evaluasi,
kesimpulan, saran serta data dukung lainnya dll. Laporan
ke pusat disampaikan ke Direktorat Budidaya Serealia Jl.
AUP No. 3 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520; Telp.
(021)

7806262

Faximile

(021)

7802930

;email.

serealiapangan@yahoo.com.
Kinerja penyampaian laporan akan dijadikan salah satu
dasar

penentuan

anggaran

Tahun

penerapan azas reward and punishment.

72

2014

sebagai

X.

PENUTUP

Peningkatan produktivitas padi dan jagung melalui peningkatan


kualitas SL-PTT dengan pola pertumbuhan, pengembangan dan
pemantapan

melalui

pendekatan

kawasan

skala

luas,

merupakan salah satu terobosan yang diharapkan mampu


memberikan kontribusi yang lebih besar dalam pencapaian
sasaran produksi padi dan jagung nasional.
SL-PTT akan berhasil meningkatkan produksi dan pendapatan
petani apabila didukung oleh semua pihak termasuk pemangku
kepentingan baik hulu, onfarm maupun hilir serta terciptanya
koordinasi pelaksanaan SL-PTT yang sinkron dan sinergis pada
setiap

tingkat

pemerintahan

mulai

dari

Pusat,

Provinsi,

Kabupaten/Kota, Kecamatan sampai tingkat Desa.


Untuk itu diperlukan niat tulus dari seluruh stakeholders, pola
gerakan yang seiring seirama terpadu terkoordinasi terpantau
mulai dari pusat sampai lapangan, upaya dan dukungan yang
luar biasa karena sasaran yang diminta luar biasa, dari seluruh
pelaku usaha, pemangku kepentingan dan masyarakat tani,
kecepatan

pengambilan

keputusan

dalam

menyelesaikan

masalah dan komitmen seluruh pemangku kepentingan.


Peran Gubernur dan Bupati/Walikota sangat besar dalam
mendukung setiap kegiatan pembangunan tanaman pangan di
daerah termasuk SL-PTT. Untuk itu Kepala Dinas Pertanian
Provinsi
berupaya

dan

Kepala

meyakinkan

Dinas

Kabupaten/Kota

Gubernur/Bupati/
73

diharapkan

Walikota

untuk

memberi perhatian serius terhadap keberhasilan kegiatan


pembangunan tanaman pangan terutama pelaksanaan SL-PTT
dan pengembangan produksi padi dan jagung di wilayahnya
untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani.
Sebagai

catatan

penting

bahwa

pelaksanaan

SL-PTT

diharapkan sebagai upaya untuk mencapai sasaran produksi


tahun 2013 seperti pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

- o00o -

74

Lampiran 1
SASARAN INDIKATIF LUAS TANAM, LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN
PRODUKSI PADI TAHUN 2013
Luas Tanam
Luas Panen
Provitas
No.
Provinsi
Produksi (Ton)
(Ha)
(Ha)
(Ku/Ha)
1. ACEH
430,248
415,361
46.79
1,943,481
2. SUMUT
820,080
791,705
49.94
3,953,951
3. SUMBAR
506,274
488,757
51.12
2,498,673
4. RIAU
156,345
150,936
38.91
587,331
5. KEP. RIAU
799
771
17.38
1,341
6. JAMBI
181,479
175,200
40.46
708,833
7. SUMSEL
841,922
812,791
45.61
3,706,999
8. BABEL
12,119
11,700
14.23
16,647
9. BENGKULU
143,462
138,498
38.25
529,738
10. LAMPUNG
669,400
646,239
49.88
3,223,633
SUMATERA
3,762,129
3,631,959
47.28
17,170,627
11. DKI
1,787
1,725
60.46
10,431
12. JABAR
2,112,265
2,039,180
62.54
12,752,747
13. BANTEN
423,499
408,846
52.27
2,137,232
14. JATENG
1,793,742
1,731,678
59.45
10,295,253
15. DIY
147,892
142,775
64.72
924,005
16. JATIM
2,071,472
1,999,800
57.97
11,593,767
JAWA
6,550,657
6,324,004
59.64
37,713,435
17. BALI
151,804
146,552
64.20
940,867
18. NTB
448,759
433,232
52.30
2,265,949
19. NTT
214,345
206,929
31.33
648,252
BALI & NT
814,909
786,713
49.00
3,855,068
20. KALBAR
504,668
487,206
30.92
1,506,373
21. KALTENG
227,525
219,653
30.51
670,105
22. KALSEL
519,730
501,747
44.53
2,234,348
23. KALTIM
154,081
148,750
40.79
606,689
KALIMANTAN
1,406,004
1,357,356
36.97
5,017,515
24. SULUT
138,161
133,381
49.00
653,566
25. GORONTALO
62,018
59,873
50.15
300,266
26. SULTENG
275,609
266,073
42.78
1,138,335
27. SULSEL
1,016,061
980,906
50.41
4,945,224
28. SULBAR
85,975
83,001
48.30
400,853
29. SULTRA
145,225
140,200
38.43
538,845
SULAWESI
1,723,051
1,663,433
47.96
7,977,089
30. MALUKU
31,811
30,710
31.22
95,880
31. MALUT
18,552
17,910
37.60
67,338
32. PAPUA
40,065
38,679
34.82
134,661
33 PAPUA BARAT
8,966
8,656
37.11
32,122
MALUKU & PAPUA
99,394
95,955
34.39
330,001
INDONESIA

14,356,142

13,859,420

75

52.00

72,063,735

Lampiran 2
SASARAN INDIKATIF LUAS TANAM, LUAS PANEN,
PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI JAGUNG TAHUN 2013
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

PROVINSI

ACEH
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
LAMPUNG
BABEL
KEPRI
SUMATERA
11 DKI JAKARTA
12 JAWA BARAT
13 JAWA TENGAH
14 DI YOGYAKARTA
15 JAWA TIMUR
16 BANTEN
JAWA
17 BALI
18 NTB
19 NTT
BALI DAN NUSA TENGGARA
20 KALIMANTAN BARAT
21 KALIMANTAN TENGAH
22 KALIMANTAN SELATAN
23 KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN
24 SULAWESI UTARA
25 SULAWESI TENGAH
26 SULAWESI SELATAN
27 SULAWESI TENGGARA
28 GORONTALO
29 SULAWESI BARAT
SULAWESI
30 MALUKU
31 MALUKU UTARA
32 PAPUA BARAT
33 PAPUA
MALUKU DAN PAPUA
LUAR JAWA
INDONESIA

L. TANAM
(HA)
50,872
268,270
76,950
15,747
11,482
30,500
31,443
380,915
644
530
867,353
20
164,825
590,164
78,000
1,318,262
3,230
2,154,501
25,151
126,530
254,630
406,311
48,500
3,567
23,540
4,250
79,857
130,520
40,900
338,300
33,500
146,988
25,994
716,202
7,153
13,504
1,700
4,232
26,589
2,096,312
4,250,813

L.PANEN PRODUKTIVITAS
(HA)
(KU/HA)
49,091
36.46
258,881
51.45
74,257
62.39
15,196
27.30
11,080
42.56
29,433
37.78
30,342
38.12
367,583
45.68
621
40.03
511
25.13
836,996
47.46
19
26.41
159,056
65.98
569,508
50.76
75,270
51.22
1,272,123
51.51
3,117
33.27
2,079,094
52.37
24,271
52.25
122,101
45.62
245,718
30.89
392,090
36.80
46,803
46.21
3,442
45.54
22,716
48.10
4,101
30.49
77,062
45.90
125,952
39.13
39,469
44.99
326,460
47.63
32,328
24.97
141,843
49.20
25,084
43.82
691,135
45.06
6,903
29.75
13,031
22.57
1,641
16.39
4,084
17.44
25,658
23.29
2,022,941
44.21
4,102,035
48.34

76

PRODUKSI
(TON)
179,010
1,331,876
463,253
41,483
47,158
111,197
115,652
1,679,034
2,488
1,285
3,972,435
51
1,049,469
2,890,562
385,504
6,552,143
10,370
10,888,099
126,819
557,079
759,140
1,443,037
216,285
15,674
109,260
12,503
353,722
492,911
177,560
1,555,020
80,723
697,843
109,927
3,113,985
20,539
29,416
2,690
7,124
59,769
8,942,948
19,831,047

Lampiran 3
REKAPITULASI ALOKASI SL-PTT PADI DAN JAGUNG TAHUN 2013
No
I

Uraian

Areal (Ha)

Kawasan SL-PTT Padi


a. Kawasan Pertumbuhan

61,800

- Padi Inbrida Pasang Surut

96,000

- Padi Inbrida Rawa Lebak


- Padi Inbrida Lahan Kering
b. Kawasan Pengembangan

26,000
114,100
589,700

- Padi Inbrida Sawah

272,500

- Padi Hibrida

200,000

- Padi Inbrida Lahan Kering


c. Kawasan Pemantapan

117,200
3,737,400

- Padi Inbrida Sawah

3,417,000

- Padi Inbrida Lahan Kering


Jumlah Kawasan SL-PTT Padi
II

297,900

- Padi Inbrida Sawah

320,400
4,625,000

Kawasan SL-PTT Jagung


a. Kawasan Pertumbuhan
- Jagung Hibrida

54,700
9,000

- Jagung Komposit

45,700

b. Kawasan Pengembangan
- Jagung Hibrida

170,300
170,300

c. Kawasan Pemantapan

35,000

- Jagung Hibrida

35,000

Jumlah Kawasan SL-PTT Jagung

71

260,000

LOKASI PELAKSANA SLPTT PADI DAN JAGUNG TAHUN 2012


SL-PTT PADI KAWASAN PERTUMBUHAN (SAPRODI)

NO.

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA

TOTAL AREAL
PERTUMBUHAN
SLPTT PADI SAWAH
PENINGKATAN IP
SL(Ha)

SLPTT PADI PASANG SURUT


PENINGKATAN IP

LL (Ha)

Total (Ha)

2,472

61,800

45

2,000
2,000
2,000
4,000
2,000
1,000
2,000
3,000
500
2,000
2,000
2,000
18,100
9,000
-

2
2
2
4
2
1
1
3
1
2
2
2
8
5
-

1,000
5,200
4,000

1
4
3

NASIONAL

59,328

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

ACEH
SUMUT
SUMBAR
RIAU
JAMBI
SUMSEL
BENGKULU
LAMPUNG
DKI JAKARTA
JABAR
JATENG
DI YOGYAKARTA
JATIM
KALBAR
KALTENG
KALSEL
KALTIM
SULUT
SULTENG
SULSEL
SULTRA
BALI
NTB
NTT
MALUKU
PAPUA
MALUT
BANTEN

1,920
1,920
1,920
3,840
1,920
960
1,920
2,880
480
1,920
1,920
1,920
17,376
8,640
-

80
80
80
160
80
40
80
120
20
80
80
80
724
360
-

29
30
31
32
33

BABEL
GORONTALO
KEPRI
PAPUA BARAT
SULBAR

960
4,992
3,840

40
208
160

Kab SL(Ha)

LL (Ha)

Total (Ha)

92,160

3,840

4,800
8,640
16,320
3,840
39,360
5,760
12,480
960
-

200
360
680
160
1,640
240
520
40
-

SLPTT PADI LEBAK


PENINGKATAN IP

Kab

SL(Ha)

LL (Ha)

Total (Ha)

96,000

17

24,960

1,040

26,000

5,000
9,000
17,000
4,000
41,000
6,000
13,000
1,000
-

3
2
3
1
3
2
2
1
-

2,880
7,680
3,840
1,920
8,640
-

120
320
160
80
360
-

3,000
8,000
4,000
2,000
9,000
-

72

SLPTT PADI LAHAN KERING


PENINGKATAN IP
Kab

SL(Ha)

LL (Ha)

Total (Ha)

Kab

(Ha)

12

109,536

4,564

114,100

83

297,900

137

6,720
8,640
960
20,160
15,360
11,520
29,760
3,648
3,360
4,128
-

280
360
40
840
640
480
1,240
152
140
172
-

7,000
9,000
1,000
21,000
16,000
12,000
31,000
3,800
3,500
4,300
-

6
7
1
7
9
7
16
6
7
8
-

9,000
2,000
2,000
9,000
14,000
25,000
9,000
8,000
1,000
63,000
26,000
25,000
12,000
500
3,000
2,000
2,000
31,000
3,800
21,600
13,300
-

7
2
2
6
6
6
7
3
1
10
10
8
7
1
3
2
2
16
6
13
8
-

960
480
3,840

40
20
160

1,000
500
4,000

1
4
4

2,000
5,700
8,000

1
6
4

2
3
2
1
4

Kab

SL-PTT PADI KAWASAN PENGEMBANGAN (SAPRODI)

NO.

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA

NASIONAL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

ACEH
SUMUT
SUMBAR
RIAU
JAMBI
SUMSEL
BENGKULU
LAMPUNG
DKI JAKARTA
JABAR
JATENG
DI YOGYAKARTA
JATIM
KALBAR
KALTENG
KALSEL
KALTIM
SULUT
SULTENG
SULSEL
SULTRA
BALI
NTB
NTT
MALUKU
PAPUA
MALUT
BANTEN

29
30
31
32
33

BABEL
GORONTALO
KEPRI
PAPUA BARAT
SULBAR

SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK


LOKASI

SLPTT PADI LAHAN KERING


SPESIFIK LOKASI

DEMFARM PADI HIBRIDA

SL(Ha)

LL (Ha)

Total (Ha)

Kab

SL(Ha)

261,600

10,900

272,500

178

11,520
8,640
2,880
3,840
5,760
37,440
5,760
9,600
11,520
6,720
3,840
40,320
3,840
6,720
5,760
1,920
5,760
1,920
35,520
4,800
2,880
4,800
10,080
12,480
6,720

480
360
120
160
240
1,560
240
400
480
280
160
1,680
160
280
240
80
240
80
1,480
200
120
200
420
520
280

12,000
9,000
3,000
4,000
6,000
39,000
6,000
10,000
12,000
7,000
4,000
42,000
4,000
7,000
6,000
2,000
6,000
2,000
37,000
5,000
3,000
5,000
10,500
13,000
7,000

7
9
3
4
6
14
6
8
9
5
4
21
4
7
5
2
6
2
15
4
3
5
12
4
5

3,840
6,720

160
280

4,000
7,000

4
4

LL (Ha)

Total (Ha)

Kab

SL(Ha)

192,000

8,000

200,000

120

11,520
8,640
3,840
8,640
12,480
7,680
3,840
47,040
1,920
6,720
69,120
6,720
3,840
-

480
360
160
360
520
320
160
1,960
80
280
2,880
280
160
-

12,000
9,000
4,000
9,000
13,000
8,000
4,000
49,000
2,000
7,000
72,000
7,000
4,000
-

11
9
4
8
13
8
3
27
2
7
18
6
4
-

73

TOTAL AREAL
PENGEMBANG
AN (SL+LL)

LL (Ha)

Total (Ha)

Kab

112,512

4,688

117,200

60

589,700

230

9,600
12,480
11,520
19,008
6,720
43,200
5,760
-

400
520
480
792
280
1,800
240
-

10,000
13,000
12,000
19,800
7,000
45,000
6,000
-

24,000
18,000
13,000
17,000
18,000
43,000
6,000
19,000
25,000
15,000
8,000
91,000
6,000
7,000
25,800
2,000
20,000
2,000
154,000
11,000
3,000
12,000
14,500
13,000
7,000

12
12
6
8
8
14
6
9
13
10
4
27
4
7
11
2
8
2
21
6
3
6
13
4
5

4,224
-

176
-

4,400
-

5
4
5
10
7
20
4
5
-

(Ha)

8,400
7,000

Kab

5
4

SL-PTT PADI KAWASAN PEMANTAPAN (SAPRODI)

NO.

TOTAL AREAL
PEMANTAPAN
(SL+LL)

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT PADI SAWAH

NASIONAL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

ACEH
SUMUT
SUMBAR
RIAU
JAMBI
SUMSEL
BENGKULU
LAMPUNG
DKI JAKARTA
JABAR
JATENG
DI YOGYAKARTA
JATIM
KALBAR
KALTENG
KALSEL
KALTIM
SULUT
SULTENG
SULSEL
SULTRA
BALI
NTB
NTT
MALUKU
PAPUA
MALUT
BANTEN

29
30
31
32
33

BABEL
GORONTALO
KEPRI
PAPUA BARAT
SULBAR

TOTAL PADI

SLPTT PADI LAHAN KERING

SL(Ha)

LL (Ha)

Total (Ha)

Kab

SL(Ha)

LL (Ha)

Total (Ha)

Kab

(Ha)

Kab

(Ha)

Kab

3,280,320

136,680

3,417,000

345

307,584

12,816

320,400

113

3,737,400

348

4,625,000

389

192,000
192,960
118,080
65,280
59,520
183,360
53,760
155,520
339,840
310,080
46,080
291,840
85,440
39,360
121,920
40,320
43,200
98,880
272,640
72,000
29,760
164,160
82,080
143,040

8,000
8,040
4,920
2,720
2,480
7,640
2,240
6,480
14,160
12,920
1,920
12,160
3,560
1,640
5,080
1,680
1,800
4,120
11,360
3,000
1,240
6,840
3,420
5,960

200,000
201,000
123,000
68,000
62,000
191,000
56,000
162,000
354,000
323,000
48,000
304,000
89,000
41,000
127,000
42,000
45,000
103,000
284,000
75,000
31,000
171,000
85,500
149,000

21
21
14
11
11
13
10
12
21
29
4
28
13
11
11
11
10
8
22
10
9
10
16
5

1,920
6,720
14,400
13,440
57,600
46,080
30,720
65,856
4,800
8,640
28,800
24,768

80
280
600
560
2,400
1,920
1,280
2,744
200
360
1,200
1,032

2,000
7,000
15,000
14,000
60,000
48,000
32,000
68,600
5,000
9,000
30,000
25,800

1
6

202,000
208,000
123,000
68,000
62,000
206,000
56,000
176,000
414,000
371,000
80,000
372,600
89,000
41,000
127,000
42,000
50,000
112,000
284,000
75,000
31,000
201,000
85,500
174,800

21
22
14
11
11
13
10
12
21
29
4
29
13
11
11
11
10
9
22
10
9
10
16
5

235,000
228,000
138,000
94,000
94,000
274,000
71,000
203,000
439,000
386,000
89,000
463,600
158,000
74,000
177,800
56,000
70,500
117,000
440,000
86,000
34,000
215,000
131,000
16,800
21,600
13,300
181,800

21
22
14
11
11
14
10
12
21
29
4
29
13
13
11
11
11
9
22
10
9
10
19
7
13
8
5

4,800
24,480
49,920

200
1,020
2,080

5,000
25,500
52,000

3
6

160

4,000

5,000
25,500
56,000

3
6

7,000
33,900
5,700
71,000

3
6

3,840

74

9
8
15
20
1
27
5
5
7
5
4

6
5

SL-PTT JAGUNG KAWASAN PERTUMBUHAN (SAPRODI)

NO.

TOTAL
AREAL
PERTUMBUH
AN

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT JAGUNG HIBRIDA
SL(Ha)
NASIONAL

8,640

LL (Ha) Total (Ha)


360

9,000

SLPTT JAGUNG KOMPOSIT


Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha)

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)
TOTAL JAGUNG

SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Kab

(Ha)

Kab

SL(Ha)

LL (Ha) Total (Ha)

SLPTT JAGUNG HIBRIDA


Kab

SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha)

Kab

(Ha)

Kab

JUMLAH
KABUPATEN
PELAKSANA
SL-PTT PADI
DAN JAGUNG

Kab

43,872

1,828

45,700

60

54,700

146

163,488

6,812

170,300

148

33,600

1,400

35,000

31

260,000

207

395

2,880
960
4,800
5,760
2,880
960
4,800
3,840
1,920
4,800
-

120
40
200
240
120
40
200
160
80
200
-

3,000
1,000
5,000
6,000
3,000
1,000
5,000
4,000
2,000
5,000
-

3
1
4
6
3
1
5
4
2
2
-

10,000
6,000
7,000
2,000
6,000
11,000
3,000
7,000
6,000
32,000
7,000
25,000
6,000
2,000
4,000
2,000
21,000
23,000
21,000
6,000
14,000
12,000
6,000
1,000
4,300
6,000

6
6
7
2
4
8
3
5

21
22
14
11
11
14
10
12
21
29
4
29
13
13
11
11
11
9
22
10
9
10
19
8
15
8
5

1,000
4,000
700
4,000

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

ACEH
SUMUT
SUMBAR
RIAU
JAMBI
SUMSEL
BENGKULU
LAMPUNG
DKI JAKARTA
JABAR
JATENG
DI YOGYAKARTA
JATIM
KALBAR
KALTENG
KALSEL
KALTIM
SULUT
SULTENG
SULSEL
SULTRA
BALI
NTB
NTT
MALUKU
PAPUA
MALUT
BANTEN

29
30
31
32
33

BABEL
GORONTALO
KEPRI
PAPUA BARAT
SULBAR

1,920
2,880
1,920
960
-

80
120
80
40
-

2,000
3,000
2,000
1,000
-

2
3
2
1
-

2,880
2,880
3,840
4,800
3,840
960
1,920
11,520
2,880
960
2,880

120
120
160
200
160
40
80
480
120
40
120

3,000
3,000
4,000
5,000
4,000
1,000
2,000
12,000
3,000
1,000
3,000

3
3
4
5
3
1
2
12
3
10
3

2,000
3,000
3,000
4,000
5,000
4,000
4,000
2,000
12,000
5,000
1,000
1,000
3,000

2
3
3
4
5
82
3
2
12
4
10
1
3

9,600
2,880
6,720
4,800
7,680
2,880
6,720
960
22,080
3,840
20,160
5,760
1,920
2,880
1,920
10,560
18,240
16,320
6,720
960
3,168
2,880

400
120
280
200
320
120
280
40
920
160
840
240
80
120
80
440
760
680
280
40
132
120

10,000
3,000
7,000
5,000
8,000
3,000
7,000
1,000
23,000
4,000
21,000
6,000
2,000
3,000
2,000
11,000
19,000
17,000
7,000
1,000
3,300
3,000

6
3
7
4
7
3
5
1
19
4
21
5
2
3
2
8
9
17
7
1
7
3

960
-

40
-

1,000
-

1
-

3,840
672
-

160
28
-

4,000
700
-

4
7
-

1,000
4,000
700
-

1
4
7
-

3,840

160

4,000

75

5
24
4
21
5
2
3
2
8
9
18
3
7
12
4
10
8
5
1
4
7
4

3
6
9
5

SL-PTT PADI KAWASAN PERTUMBUHAN (SAPRODI)


NO.

SL-PTT PADI KAWASAN PENGEMBANGAN (SAPRODI)

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA

TOTAL AREAL
PENGEMBANGAN
(SL+LL)

TOTAL AREAL
PERTUMBUHAN
SLPTT PADI SAWAH
PENINGKATAN IP
SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha)

SLPTT PADI LAHAN KERING


PENINGKATAN IP
Kab

SL(Ha)

LL (Ha)

SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK


LOKASI

Total (Ha) Kab

(Ha)

Kab

SL(Ha)

1,920

80

2,000

6,720

280

7,000

9,000

Kab. Aceh Barat

960

40

1,000

960

40

1,000

2,000

Kab. Aceh Besar

960

40

1,000

1,000

Kab. Aceh Selatan

960

40

1,000

3,000

Kab. Aceh Singkil

Kab. Aceh Tengah

Kab. Aceh Tenggara

960

40

1,000

1,000

Kab. Aceh Timur

1,920

80

2,000

2,000

960

40

Kab. Aceh Utara

1,920

Kab. Bireuen

10

Kab. Aceh Pidie

960

40

11

Kab. Simeuleu

12

Kab. Gayo Lues

13

Kab. Aceh Barat Daya

14

Kab. Aceh Jaya

1,000

15

Kab. Nagan Raya

960

40

1,000

960

40

1,000

960

40

1,000

2,000

16

Kab. Aceh Tamiang

1,920

80

2,000

960

40

1,000

3,000

17

Kab. Bener Meriah

18

Kab. Pidie Jaya

960

40

960

19

Kota Banda Aceh

20

Kota Sabang

21

Kota Langsa

22

Kota Lhokseumawe

23

Kota Sibulussalam

24

Kota Meulaboh

960

40

1,000

1,000

1,000

1,000

76

1,000

1,000

2,000

7 11,520

480
-

12,000
-

12
1
1

960

40

1,000

1,000

1,000

960

40

1,000

2,000

80

2,000

1,920

80

2,000

4,000

1,920

80

2,000

960

40

1,000

3,000

1,920

80

2,000

960

40

1,000

3,000

960

40

1,000

1,000

40

1,000

24,000

11

Kab

ACEH

80

12,000

(Ha)

1,920

480

Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab

11,520

LL (Ha)

DEMFARM PADI HIBRIDA

1,000

1
1
1

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)

SL-PTT PADI KAWASAN PEMANTAPAN (SAPRODI)


NO.

TOTAL AREAL
PEMANTAPAN
(SL+LL)

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT PADI SAWAH

TOTAL
PADI

TOTAL
JAGUNG

SLPTT PADI LAHAN KERING

SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha)


21 1,920

80

2,000

UBINAN UBINAN
PADI JAGUNG

SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Kab

(Ha)

Kab

(Ha)

Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab

192,000

8,000

200,000

202,000

21

235,000

21

Kab. Aceh Barat

6,720

280

7,000

7,000

9,000

Kab. Aceh Besar

15,360

640

16,000

16,000

17,000

Kab. Aceh Selatan

12,480

520

13,000

13,000

16,000

Kab. Aceh Singkil

2,880

120

3,000

3,000

3,000

Kab. Aceh Tengah

1,920

80

2,000

2,000

2,000

Kab. Aceh Tenggara

11,520

480

12,000

12,000

14,000

1,920

80

2,000

2,000

50

Kab. Aceh Timur

20,160

840

21,000

1 1,920

80

23,000

27,000

960

40

1,000

1,000

50

Kab. Aceh Utara

24,000

1,000

25,000

25,000

29,000

50

(Unit)

ACEH

10,000

(Unit)

400

Kab

2,000

9,600

(Ha)

120

3,000

2,880

10,000

766

50

50

3,000

50

90

20

20

13

20
10

Kab. Bireuen

16,320

680

17,000

17,000

20,000

50

10

Kab. Aceh Pidie

24,000

1,000

25,000

25,000

29,000

50

11

Kab. Simeuleu

2,880

120

3,000

3,000

4,000

27

12

Kab. Gayo Lues

4,800

200

5,000

5,000

5,000

13

Kab. Aceh Barat Daya

11,520

480

12,000

12,000

12,000

50

14

Kab. Aceh Jaya

15

Kab. Nagan Raya

16

1,920

80

2,000

2,000

33

20

3,840

160

4,000

4,000

5,000

33

12,480

520

13,000

13,000

16,000

50

Kab. Aceh Tamiang

9,600

400

10,000

10,000

13,000

960

40

1,000

1,000

50

17

Kab. Bener Meriah

1,920

80

2,000

2,000

2,000

960

40

1,000

1,000

13

18

Kab. Pidie Jaya

5,760

240

6,000

6,000

8,000

19

Kota Banda Aceh

20

Kota Sabang

21

Kota Langsa

960

40

1,000

1,000

1,000

22

Kota Lhokseumawe

960

40

1,000

1,000

1,000

23

Kota Sibulussalam

1,920

80

2,000

2,000

2,000

13

24

Kota Meulaboh

77

50

10
10
-

SL-PTT PADI KAWASAN


PERTUMBUHAN (SAPRODI)
NO.

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA


SLPTT PADI SAWAH PENINGKATAN IP

SL(Ha)

LL (Ha)

1,920

80

Total (Ha)

Kab

2,000

TOTAL
AREAL
PERTUMBUH
AN

(Ha)

Kab

SL-PTT PADI KAWASAN PENGEMBANGAN (SAPRODI)


TOTAL AREAL
PENGEMBANG
AN (SL+LL)
SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

SL(Ha)

LL (Ha)

Total (Ha)

Kab

DEMFARM PADI HIBRIDA

SL(Ha)

LL (Ha)

Total (Ha) Kab

(Ha)

Kab

SUMUT

2,000

8,640

360

9,000

8,640

360

9,000

18,000

12

Kab. Asahan

960

40

1,000

960

40

1,000

2,000

Kab. Dairi

Kab. Deli Serdang

960

40

1,000

1,000

Kab. Tanah Karo

960

40

1,000

960

40

1,000

2,000

Kab. Labuhan Batu

960

40

1,000

1,000

Kab. Langkat

960

40

1,000

960

2,000

Kab. Mandailing Natal

Kab. Simalungun

960

40

960

Kab. Tapanuli Selatan

10

Kab. Tapanuli Tengah

960

40

11

Kab. Tapanuli Utara

12

Kab. Toba Samosir

13

Kab. Pakpak Barat

14

Kab. Humbang Hasundutan

15

1,000

960

40
40

1,000
1,000

2,000

1,000

960

40

Kab. Serdang Bedagai

16

Kab. Padang lawas

960

40

17

Kota Padang Sidempuan

18

Kab. Nias Selatan

19

1,000

1,000

960

40

Kab. Samosir

20

Kab Padang Lawas Utara

21

Kab. Labuhan Batu Utara

22

Kab. Batu Bara

1,000

1,000

1,000

960

1,000

960

40

960

960

40

1,000

78

1,000

1,000

960

40

1,000

1,000

40

40
40

1,000

1,000

1,000
1,000

2,000

2,000

1
-

SL-PTT PADI KAWASAN PEMANTAPAN (SAPRODI)


NO.

TOTAL AREAL
PEMANTAPAN
(SL+LL)

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA


SLPTT PADI SAWAH

SL(Ha)
2

SUMUT

TOTAL PADI

SLPTT PADI LAHAN KERING

LL (Ha)

Total (Ha)

Kab

SL(Ha)

Kab

7,000

(Ha)

Kab

(Ha)

192,960

8,040

201,000

21

208,000

22

9,600

400

10,000

10,000

12,000

Kab. Dairi

7,680

320

8,000

8,000

8,000

Kab. Deli Serdang

9,600

400

10,000

960

40

11,000

12,000

Kab. Tanah Karo

7,680

320

8,000

8,000

10,000

Kab. Labuhan Batu

9,600

400

10,000

10,000

11,000

Kab. Langkat

9,600

400

10,000

10,000

12,000

Kab. Mandailing Natal

9,600

400

10,000

10,000

10,000

Kab. Simalungun

9,600

400

10,000

10,000

12,000

Kab. Tapanuli Selatan

9,600

400

10,000

1,920

80

2,000

12,000

12,000

10

Kab. Tapanuli Tengah

9,600

400

10,000

960

40

1,000

11,000

12,000

11

Kab. Tapanuli Utara

9,600

400

10,000

10,000

11,000

12

Kab. Toba Samosir

15,360

640

16,000

16,000

17,000

13

Kab. Pakpak Barat

2,880

120

3,000

960

40

1,000

4,000

4,000

14

Kab. Humbang Hasundutan

960

40

1,000

1,000

1,000

15

Kab. Serdang Bedagai

9,600

400

10,000

10,000

10,000

16

Kab. Padang lawas

7,680

320

8,000

8,000

10,000

17

Kota Padang Sidempuan

4,800

200

5,000

5,000

5,000

18

Kab. Nias Selatan

16,320

680

17,000

17,000

18,000

19

Kab. Samosir

5,760

240

6,000

6,000

7,000

20

Kab Padang Lawas Utara

9,600

400

10,000

10,000

11,000

21

Kab. Labuhan Batu Utara

9,600

400

10,000

960

40

11,000

11,000

22

Kab. Batu Bara

9,600

400

10,000

10,000

12,000

79

1,000

1,000
-

228,000

Kab

Kab. Asahan

280

Total (Ha)

6,720

LL (Ha)

22

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)
NO.

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)

TOTAL AREAL
PEMANTAPAN TOTAL JAGUNG
JAGUNG

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA


SLPTT JAGUNG HIBRIDA

SL(Ha)
2,880

LL (Ha) Total (Ha)


120

UBINAN
PADI

UBINAN
JAGUNG

(Unit)

(Unit)

SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Kab

3,000

SL(Ha)
2,880

LL (Ha) Total (Ha) Kab


120

3,000

SUMUT

Kab. Asahan

Kab. Dairi

960

40

1,000

1,000

Kab. Deli Serdang

960

40

1,000

1,000

Kab. Tanah Karo

Kab. Labuhan Batu

Kab. Langkat

Kab. Mandailing Natal

Kab. Simalungun

Kab. Tapanuli Selatan

10

Kab. Tapanuli Tengah

11

Kab. Tapanuli Utara

960

40

1,000

12

Kab. Toba Samosir

960

40

1,000

13

Kab. Pakpak Barat

960

40

1,000

14

Kab. Humbang Hasundutan

15

Kab. Serdang Bedagai

16

Kab. Padang lawas

17

Kota Padang Sidempuan

18

Kab. Nias Selatan

19

6,000

1,014

60

50

1,000

50

50

50

50

50

50

50

50

1,000

50

10

1,000

50

10

1,000

27

960

40

50

50

33

50

Kab. Samosir

47

20

Kab Padang Lawas Utara

50

21

Kab. Labuhan Batu Utara

50

22

Kab. Batu Bara

50

80

1,000

1,000

Kab

50

(Ha)

1,000

3,000

Kab

(Ha)

1,000

10
10

10
10

SL-PTT PADI KAWASAN PERTUMBUHAN (SAPRODI)


NO.

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA


SLPTT PADI PASANG SURUT
PENINGKATAN IP

SLPTT PADI SAWAH PENINGKATAN IP


SL(Ha)

3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

TOTAL
AREAL
PERTUMBUH
AN

SUMBAR
Kab. Lima Puluh Kota
Kab. Agam
Kab. Padang Pariaman
Kab. Pasaman
Kab. Pesisir Selatan
Kab. Sijunjung
Kab. Solok
Kab. Tanah Datar
Kab. Dharmas Raya
Kab. Solok Selatan
Kab. Pasaman Barat
Kota Padang
Kota Payakumbuh
Kota Pariaman
RIAU
Kab. Bengkalis
Kab. Indragiri Hilir
Kab. Indragiri Hulu
Kab. Kampar
Kab. Kuantan Singingi
Kab. Pelalawan
Kab. Rokan Hilir
Kab. Rokan Hulu
Kab. Siak
Kota Dumai
Kab Meranti

1,920
960
960
3,840
960
960
960
960
-

LL (Ha)

80
40
40
160
40
40
40
40
-

Total (Ha)

2,000
1,000
1,000
4,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

Kab

2
1
1
4
1
1
1
1
-

SL(Ha)

4,800
1,920
960
1,920
-

81

LL (Ha)

200
80
40
80
-

Total (Ha)

5,000
2,000
1,000
2,000
-

Kab

3
1
1
1
-

(Ha)

2,000
1,000
1,000
9,000
1,000
2,000
1,000
2,000
2,000
1,000
-

Kab

2
1
1
6
1
1
1
1
1
1
-

SL-PTT PADI KAWASAN PENGEMBANGAN


(SAPRODI)

SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI


SL(Ha)

2,880
960
960
960
3,840
960
960
960
960
-

LL (Ha)

120
40
40
40
160
40
40
40
40
-

Total (Ha)

3,000
1,000
1,000
1,000
4,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

Kab

3
1
1
1
4
1
1
1
1
-

SL-PTT PADI KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)
NO.

TOTAL AREAL
PENGEMBANG
AN (SL+LL)

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA


SLPTT PADI LAHAN KERING
SPESIFIK LOKASI
SL(Ha) LL (Ha)

3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

SUMBAR
Kab. Lima Puluh Kota
Kab. Agam
Kab. Padang Pariaman
Kab. Pasaman
Kab. Pesisir Selatan
Kab. Sijunjung
Kab. Solok
Kab. Tanah Datar
Kab. Dharmas Raya
Kab. Solok Selatan
Kab. Pasaman Barat
Kota Padang
Kota Payakumbuh
Kota Pariaman
RIAU
Kab. Bengkalis
Kab. Indragiri Hilir
Kab. Indragiri Hulu
Kab. Kampar
Kab. Kuantan Singingi
Kab. Pelalawan
Kab. Rokan Hilir
Kab. Rokan Hulu
Kab. Siak
Kota Dumai
Kab Meranti

9,600
1,920
960
960
1,920
3,840
12,480
960
4,800
5,760
960

400
80
40
40
80
160
520
40
200
240
40

Total (Ha)

10,000
2,000
1,000
1,000
2,000
4,000
13,000
1,000
5,000
6,000
1,000

SL-PTT PADI KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)

TOTAL AREAL
PEMANTAPAN
(SL+LL)

TOTAL PADI

SLPTT PADI SAWAH

Kab

5
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1

(Ha)

13,000
3,000
1,000
1,000
2,000
2,000
4,000
17,000
1,000
1,000
6,000
1,000
6,000
1,000
1,000

82

Kab

6
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1

SL(Ha)

118,080
12,480
14,400
11,520
12,480
14,400
5,760
13,440
13,440
4,800
3,840
6,720
1,920
960
1,920
65,280
4,800
16,320
1,920
5,760
5,760
5,760
16,320
2,880
2,880
960
1,920

LL (Ha)

4,920
520
600
480
520
600
240
560
560
200
160
280
80
40
80
2,720
200
680
80
240
240
240
680
120
120
40
80

Total (Ha)

123,000
13,000
15,000
12,000
13,000
15,000
6,000
14,000
14,000
5,000
4,000
7,000
2,000
1,000
2,000
68,000
5,000
17,000
2,000
6,000
6,000
6,000
17,000
3,000
3,000
1,000
2,000

Kab

14
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

(Ha)

123,000
13,000
15,000
12,000
13,000
15,000
6,000
14,000
14,000
5,000
4,000
7,000
2,000
1,000
2,000
68,000
5,000
17,000
2,000
6,000
6,000
6,000
17,000
3,000
3,000
1,000
2,000

Kab

14
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

(Ha)

138,000
13,000
15,000
12,000
16,000
16,000
8,000
14,000
14,000
7,000
6,000
12,000
2,000
1,000
2,000
94,000
6,000
20,000
3,000
12,000
8,000
8,000
19,000
10,000
4,000
1,000
3,000

Kab

14
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PERTUMBUHAN (SAPRODI)
NO.

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)
TOTAL AREAL
PERTUMBUHAN

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA


SLPTT JAGUNG HIBRIDA

SL(Ha)
3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

SUMBAR
Kab. Lima Puluh Kota
Kab. Agam
Kab. Padang Pariaman
Kab. Pasaman
Kab. Pesisir Selatan
Kab. Sijunjung
Kab. Solok
Kab. Tanah Datar
Kab. Dharmas Raya
Kab. Solok Selatan
Kab. Pasaman Barat
Kota Padang
Kota Payakumbuh
Kota Pariaman
RIAU
Kab. Bengkalis
Kab. Indragiri Hilir
Kab. Indragiri Hulu
Kab. Kampar
Kab. Kuantan Singingi
Kab. Pelalawan
Kab. Rokan Hilir
Kab. Rokan Hulu
Kab. Siak
Kota Dumai
Kab Meranti

1,920
960
960
-

LL (Ha) Total (Ha)


80
40
40
-

2,000
1,000
1,000
-

TOTAL JAGUNG

UBINAN UBINAN
PADI JAGUNG

SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Kab
2
1
1
-

(Ha)

Kab

2,000
1,000
1,000
-

83

2
1
1
-

SL(Ha)
6,720
960
960
960
960
960
960
960
-

LL (Ha)
280
40
40
40
40
40
40
40
-

Total (Ha)
7,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

Kab
7
1
1
1
1
1
1
1
-

(Ha)
7,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
2,000
1,000
1,000
-

Kab
7
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
-

(Unit)
570
50
50
50
50
50
50
50
50
47
40
50
13
7
13
414
40
50
20
50
50
50
50
50
27
7
20

(Unit)
70
10
10
10
10
10
10
10
20
10
10
-

SL-PTT PADI KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)
TOTAL
AREAL
PERTUMBUH
AN
SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK
SLPTT PADI LEBAK PENINGKATAN IP
LOKASI

SL-PTT PADI KAWASAN PERTUMBUHAN (SAPRODI)


NO.

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA


SLPTT PADI SAWAH
PENINGKATAN IP

SLPTT PADI PASANG SURUT


PENINGKATAN IP

SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha)

5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

JAMBI
Kab. Batanghari
Kab. Bungo
Kab. Kerinci
Kab. Merangin
Kab. Muaro Jambi
Kab. Sarolangun
Kab. Tanjung Jabung Barat
Kab. Tj. Jabung Timur
Kab. Tebo
Kota Jambi
Kota Sungai Penuh
SUMSEL
Kab. Lahat
Kab. Musi Banyuasin
Kab. Musi Rawas
Kab. Muara Enim
Kab. Ogan Komering Ilir
Kab. Ogan Komering Ulu
Kab. Banyuasin
Kab. OKU Timur
Kab. OKU Selatan
Kab. Ogan Ilir
Kab. Empat lawang
Kota Palembang
Kota Pagar Alam
Kota Lubuk Linggau

1,920
960
960
-

80
40
40
-

2,000
1,000
1,000
-

2
8,640
1
1
4,800
3,840
- 16,320
1,920
1,920
- 12,480
-

360
200
160
680
80
80
520
-

84

9,000
5,000
4,000
17,000
2,000
2,000
13,000
-

Kab

2
1
1
3
1
1
1
-

SL(Ha)

2,880
960
1,920
7,680
4,800
1,920
960
-

LL (Ha)

120
40
80
320
200
80
40
-

Total (Ha) Kab

3,000
1,000
2,000
8,000
5,000
2,000
1,000
-

(Ha)

2 14,000
1
1,000
1,000
1,000
1
2,000
5,000
4,000
3 25,000
2,000
1
5,000
2,000
13,000
1
2,000
1
1,000
-

Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab

6
1
1
1
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
-

5,760
960
960
960
960
960
960
37,440
960
1,920
1,920
1,920
9,600
1,920
2,880
960
1,920
8,640
1,920
960
960
960

240
40
40
40
40
40
40
1,560
40
80
80
80
400
80
120
40
80
360
80
40
40
40

6,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
39,000
1,000
2,000
2,000
2,000
10,000
2,000
3,000
1,000
2,000
9,000
2,000
1,000
1,000
1,000

6
1
1
1
1
1
1
14
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

SL-PTT PADI KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)

SL-PTT PADI KAWASAN PENGEMBANGAN (SAPRODI)


NO.

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA


SLPTT PADI LAHAN KERING SPESIFIK
LOKASI

DEMFARM PADI HIBRIDA


SL(Ha) LL (Ha)

5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

JAMBI
Kab. Batanghari
Kab. Bungo
Kab. Kerinci
Kab. Merangin
Kab. Muaro Jambi
Kab. Sarolangun
Kab. Tanjung Jabung Barat
Kab. Tj. Jabung Timur
Kab. Tebo
Kota Jambi
Kota Sungai Penuh
SUMSEL
Kab. Lahat
Kab. Musi Banyuasin
Kab. Musi Rawas
Kab. Muara Enim
Kab. Ogan Komering Ilir
Kab. Ogan Komering Ulu
Kab. Banyuasin
Kab. OKU Timur
Kab. OKU Selatan
Kab. Ogan Ilir
Kab. Empat lawang
Kota Palembang
Kota Pagar Alam
Kota Lubuk Linggau

3,840
960
960
960
960
-

160
40
40
40
40
-

Total (Ha)

4,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

Kab

4
1
1
1
1
-

SL(Ha)

LL (Ha)

11,520
2,880
1,920
2,880
1,920
1,920
-

480
120
80
120
80
80
-

85

Total (Ha)

12,000
3,000
2,000
3,000
2,000
2,000
-

Kab

5
1
1
1
1
1
-

TOTAL AREAL
PENGEMBANGAN
(SL+LL)

SLPTT PADI SAWAH


(Ha)

18,000
3,000
3,000
4,000
1,000
3,000
1,000
1,000
2,000
43,000
1,000
2,000
3,000
2,000
10,000
3,000
4,000
2,000
2,000
9,000
2,000
1,000
1,000
1,000

Kab

SL(Ha)

8
1
1
1
1
1
1
1
1
14
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

59,520
3,840
3,840
9,600
7,680
2,880
4,800
7,680
12,480
2,880
960
2,880
183,360
12,480
20,160
7,680
12,480
24,000
1,920
52,800
26,880
7,680
7,680
5,760
1,920
1,920
-

LL (Ha)

2,480
160
160
400
320
120
200
320
520
120
40
120
7,640
520
840
320
520
1,000
80
2,200
1,120
320
320
240
80
80
-

Total (Ha)

62,000
4,000
4,000
10,000
8,000
3,000
5,000
8,000
13,000
3,000
1,000
3,000
191,000
13,000
21,000
8,000
13,000
25,000
2,000
55,000
28,000
8,000
8,000
6,000
2,000
2,000
-

Kab

11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

SL-PTT PADI KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)
NO.

TOTAL AREAL
PEMANTAPAN
(SL+LL)

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PERTUMBUHAN (SAPRODI)
TOTAL PADI

SLPTT PADI LAHAN KERING


SL(Ha)
5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

JAMBI
Kab. Batanghari
Kab. Bungo
Kab. Kerinci
Kab. Merangin
Kab. Muaro Jambi
Kab. Sarolangun
Kab. Tanjung Jabung Barat
Kab. Tj. Jabung Timur
Kab. Tebo
Kota Jambi
Kota Sungai Penuh
SUMSEL
Kab. Lahat
Kab. Musi Banyuasin
Kab. Musi Rawas
Kab. Muara Enim
Kab. Ogan Komering Ilir
Kab. Ogan Komering Ulu
Kab. Banyuasin
Kab. OKU Timur
Kab. OKU Selatan
Kab. Ogan Ilir
Kab. Empat lawang
Kota Palembang
Kota Pagar Alam
Kota Lubuk Linggau

14,400
960
960
1,920
1,920
1,920
3,840
960
960
960
-

LL (Ha)
600
40
40
80
80
80
160
40
40
40
-

Total (Ha)
15,000
1,000
1,000
2,000
2,000
2,000
4,000
1,000
1,000
1,000
-

SLPTT JAGUNG KOMPOSIT

Kab
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

86

(Ha)
62,000
4,000
4,000
10,000
8,000
3,000
5,000
8,000
13,000
3,000
1,000
3,000
206,000
14,000
22,000
10,000
15,000
27,000
6,000
56,000
28,000
9,000
8,000
7,000
2,000
2,000
-

Kab
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

(Ha)
94,000
5,000
8,000
13,000
13,000
6,000
8,000
14,000
18,000
5,000
1,000
3,000
274,000
15,000
26,000
13,000
22,000
39,000
9,000
73,000
32,000
11,000
18,000
9,000
3,000
3,000
1,000

Kab
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

SL(Ha)
2,880
960
960
960
-

LL (Ha)
120
40
40
40
-

Total (Ha)
3,000
1,000
1,000
1,000
-

Kab
3
1
1
1
-

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)
NO.

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA

TOTAL JAGUNG
SLPTT JAGUNG HIBRIDA
SL(Ha)

5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

JAMBI
Kab. Batanghari
Kab. Bungo
Kab. Kerinci
Kab. Merangin
Kab. Muaro Jambi
Kab. Sarolangun
Kab. Tanjung Jabung Barat
Kab. Tj. Jabung Timur
Kab. Tebo
Kota Jambi
Kota Sungai Penuh
SUMSEL
Kab. Lahat
Kab. Musi Banyuasin
Kab. Musi Rawas
Kab. Muara Enim
Kab. Ogan Komering Ilir
Kab. Ogan Komering Ulu
Kab. Banyuasin
Kab. OKU Timur
Kab. OKU Selatan
Kab. Ogan Ilir
Kab. Empat lawang
Kota Palembang
Kota Pagar Alam
Kota Lubuk Linggau

4,800
960
960
1,920
960
7,680
960
960
960
960
960
1,920
960
-

LL (Ha)
200
40
40
80
40
320
40
40
40
40
40
80
40
-

Total (Ha)
5,000
1,000
1,000
2,000
1,000
8,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
2,000
1,000
-

UBINAN
PADI

UBINAN
JAGUNG

(Unit)

(Unit)

SLPTT JAGUNG HIBRIDA


Kab
4
1
1
1
1
7
1
1
1
1
1
1
1
-

87

SL(Ha)
960
960
-

LL (Ha)
40
40
-

Total (Ha)
1,000
1,000
-

Kab
1
1
-

(Ha)
6,000
1,000
1,000
3,000
1,000
11,000
2,000
2,000
1,000
1,000
1,000
1,000
2,000
1,000
-

Kab
4
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
-

433
33
50
50
50
40
50
50
50
33
7
20
597
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
20
20
7

50
10
10
20
10
110
20
20
10
10
10
10
20
10
-

SL-PTT PADI KAWASAN PERTUMBUHAN (SAPRODI)


NO.

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA

TOTAL AREAL
PERTUMBUHAN
SLPTT PADI PASANG SURUT
PENINGKATAN IP
SL(Ha) LL (Ha)

7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
8
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

BENGKULU
Kab. Bengkulu Selatan
Kab. Bengkulu Utara
Kab. Rejang Lebong
Kab. Kaur
Kab. Seluma
Kab. Muko-muko
Kab. Lebong
Kab. Kepahiang
Kab Bengkulu Tengah
Kota Bengkulu
LAMPUNG
Kab. Lampung Barat
Kab. Lampung Selatan
Kab. Lampung Tengah
Kab. Lampung Utara
Kab. Lampung Timur
Kab. Tanggamus
Kab. Tulang Bawang
Kab. Way Kanan
Kab. Pesawaran
Kab. Mesuji
Kab. Pringsewu
Kab. Tulangbawang Barat

3,840
3,840
-

160
160
-

Total (Ha)
4,000
4,000
-

SLPTT PADI LEBAK


PENINGKATAN IP

Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha)


-

1 3,840
960
2,880
1
-

88

160
40
120
-

4,000
1,000
3,000
-

SLPTT PADI LAHAN KERING


PENINGKATAN IP
Kab

SL(Ha)
-

2
1
1
-

8,640
1,920
960
960
960
960
960
1,920
-

LL (Ha)
360
80
40
40
40
40
40
80
-

Total (Ha)
9,000
2,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
2,000
-

Kab
7
1
1
1
1
1
1
1
-

(Ha)
9,000
2,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
2,000
8,000
1,000
3,000
4,000
-

Kab
7
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
-

SL-PTT PADI KAWASAN PENGEMBANGAN (SAPRODI)


NO.

TOTAL AREAL
PENGEMBAN
GAN (SL+LL)

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK
LOKASI

DEMFARM PADI HIBRIDA

SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha)


7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
8
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

BENGKULU
Kab. Bengkulu Selatan
Kab. Bengkulu Utara
Kab. Rejang Lebong
Kab. Kaur
Kab. Seluma
Kab. Muko-muko
Kab. Lebong
Kab. Kepahiang
Kab Bengkulu Tengah
Kota Bengkulu
LAMPUNG
Kab. Lampung Barat
Kab. Lampung Selatan
Kab. Lampung Tengah
Kab. Lampung Utara
Kab. Lampung Timur
Kab. Tanggamus
Kab. Tulang Bawang
Kab. Way Kanan
Kab. Pesawaran
Kab. Mesuji
Kab. Pringsewu
Kab. Tulangbawang Barat

5,760
960
960
960
960
960
960
9,600
960
960
1,920
1,920
960
960
960
960
-

240
40
40
40
40
40
40
400
40
40
80
80
40
40
40
40
-

6,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
10,000
1,000
1,000
2,000
2,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

6
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
-

SL-PTT PADI KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)

8,640
960
1,920
960
960
960
960
960
960
-

89

360
40
80
40
40
40
40
40
40
-

Total (Ha)
9,000
1,000
2,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

SLPTT PADI SAWAH

Kab
8
1
1
1
1
1
1
1
1
-

(Ha)
6,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
19,000
1,000
2,000
4,000
3,000
2,000
1,000
2,000
2,000
2,000
-

Kab
6
1
1
1
1
1
1
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

SL(Ha)
53,760
5,760
7,680
6,720
4,800
8,640
5,760
6,720
1,920
3,840
1,920
155,520
11,520
18,240
22,080
12,480
19,200
11,520
11,520
9,600
9,600
15,360
8,640
5,760

LL (Ha)
2,240
240
320
280
200
360
240
280
80
160
80
6,480
480
760
920
520
800
480
480
400
400
640
360
240

Total (Ha)
56,000
6,000
8,000
7,000
5,000
9,000
6,000
7,000
2,000
4,000
2,000
162,000
12,000
19,000
23,000
13,000
20,000
12,000
12,000
10,000
10,000
16,000
9,000
6,000

Kab
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

SL-PTT PADI KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)
NO.

TOTAL AREAL
PEMANTAPAN
(SL+LL)

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)

SLPTT PADI LAHAN KERING

SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha)


7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
8
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

BENGKULU
Kab. Bengkulu Selatan
Kab. Bengkulu Utara
Kab. Rejang Lebong
Kab. Kaur
Kab. Seluma
Kab. Muko-muko
Kab. Lebong
Kab. Kepahiang
Kab Bengkulu Tengah
Kota Bengkulu
LAMPUNG
Kab. Lampung Barat
Kab. Lampung Selatan
Kab. Lampung Tengah
Kab. Lampung Utara
Kab. Lampung Timur
Kab. Tanggamus
Kab. Tulang Bawang
Kab. Way Kanan
Kab. Pesawaran
Kab. Mesuji
Kab. Pringsewu
Kab. Tulangbawang Barat

13,440
960
1,920
2,880
960
960
960
2,880
1,920
-

560
40
80
120
40
40
40
120
80
-

14,000
1,000
2,000
3,000
1,000
1,000
1,000
3,000
2,000
-

UBINAN UBINAN
PADI JAGUNG

TOTAL
JAGUNG

TOTAL PADI
SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Kab
8
1
1
1
1
1
1
1
1
-

(Ha)
56,000
6,000
8,000
7,000
5,000
9,000
6,000
7,000
2,000
4,000
2,000
176,000
13,000
21,000
26,000
14,000
21,000
13,000
12,000
13,000
12,000
16,000
9,000
6,000

Kab
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

(Ha)
71,000
7,000
11,000
9,000
6,000
11,000
8,000
9,000
2,000
6,000
2,000
203,000
14,000
23,000
31,000
17,000
26,000
14,000
12,000
15,000
14,000
22,000
9,000
6,000

90

Kab
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

SL(Ha)
2,880
960
960
960
6,720
960
1,920
1,920
960
960
-

LL (Ha)
120
40
40
40
280
40
80
80
40
40
-

Total (Ha)
3,000
1,000
1,000
1,000
7,000
1,000
2,000
2,000
1,000
1,000
-

Kab
3
1
1
1
5
1
1
1
1
1
-

(Ha)
3,000
1,000
1,000
1,000
7,000
1,000
2,000
2,000
1,000
1,000
-

Kab
3
1
1
1
5
1
1
1
1
1
-

(Unit)
403
47
50
50
40
50
50
50
13
40
13
590
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
40

(Unit)
30
10
10
10
70
10
20
20
10
10
-

SL-PTT PADI KAWASAN


PERTUMBUHAN (SAPRODI)
NO.

SL-PTT PADI KAWASAN PENGEMBANGAN (SAPRODI)

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT PADI LAHAN KERING
PENINGKATAN IP

10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
26
12
1
2
3
4

TOTAL AREAL
PENGEMBAN
GAN (SL+LL)

JABAR
Kab. Bandung
Kab. Bekasi
Kab. Bogor
Kab. Ciamis
Kab. Cianjur
Kab. Cirebon
Kab. Garut
Kab. Indramayu
Kab. Karawang
Kab. Kuningan
Kab. Majalengka
Kab. Purwakarta
Kab. Subang
Kab. Sukabumi
Kab. Sumedang
Kab. Tasikmalaya
Kota Banjar
Kab. Bandung Barat
Kota Tasikmalaya
Kota Bandung
Kota Sukabumi
DI YOGYAKARTA
Kab. Bantul
Kab. Gunung Kidul
Kab. Kulon Progo
Kab. Sleman

SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK


LOKASI

DEMFARM PADI HIBRIDA

SLPTT PADI SAWAH

SL(Ha)

LL (Ha)

Total (Ha)

Kab

SL(Ha)

LL (Ha)

Total (Ha)

Kab

SL(Ha)

LL (Ha)

Total (Ha)

Kab

960
960
-

40
40
-

1,000
1,000
-

1
1
-

11,520
960
960
960
1,920
1,920
960
960
960
1,920
3,840
960
960
960
960

480
40
40
40
80
80
40
40
40
80
160
40
40
40
40

12,000
1,000
1,000
1,000
2,000
2,000
1,000
1,000
1,000
2,000
4,000
1,000
1,000
1,000
1,000

9
1

12,480
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
3,840
960
1,920
960

520
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
160
40
80
40

13,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
4,000
1,000
2,000
1,000

13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1

91

SL-PTT PADI KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)

1
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1

(Ha)
25,000
2,000
1,000
2,000
2,000
3,000
1,000
1,000
3,000
2,000
2,000
2,000
3,000
1,000
8,000
2,000
3,000
1,000
2,000

Kab
13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1

SL(Ha)

LL (Ha)

Total (Ha)

Kab

339,840
20,160
19,200
17,280
19,200
19,200
19,200
16,320
33,600
28,800
16,320
19,200
9,600
25,920
20,160
17,280
19,200
1,920
9,600
5,760
960
960
46,080
12,480
4,800
8,640
20,160

14,160
840
800
720
800
800
800
680
1,400
1,200
680
800
400
1,080
840
720
800
80
400
240
40
40
1,920
520
200
360
840

354,000
21,000
20,000
18,000
20,000
20,000
20,000
17,000
35,000
30,000
17,000
20,000
10,000
27,000
21,000
18,000
20,000
2,000
10,000
6,000
1,000
1,000
48,000
13,000
5,000
9,000
21,000

21
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1

SL-PTT PADI KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)
NO.

TOTAL AREAL
PEMANTAPAN
(SL+LL)

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)

10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
26
12
1
2
3
4

JABAR
Kab. Bandung
Kab. Bekasi
Kab. Bogor
Kab. Ciamis
Kab. Cianjur
Kab. Cirebon
Kab. Garut
Kab. Indramayu
Kab. Karawang
Kab. Kuningan
Kab. Majalengka
Kab. Purwakarta
Kab. Subang
Kab. Sukabumi
Kab. Sumedang
Kab. Tasikmalaya
Kota Banjar
Kab. Bandung Barat
Kota Tasikmalaya
Kota Bandung
Kota Sukabumi
DI YOGYAKARTA
Kab. Bantul
Kab. Gunung Kidul
Kab. Kulon Progo
Kab. Sleman

57,600
3,840
960
3,840
7,680
9,600
6,720
1,920
960
1,920
960
960
8,640
3,840
2,880
2,880
30,720
30,720
-

2,400
160
40
160
320
400
280
80
40
80
40
40
360
160
120
120
1,280
1,280
-

SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Total (Ha)

Kab

(Ha)

Kab

(Ha)

60,000
4,000
1,000
4,000
8,000
10,000
7,000
2,000
1,000
2,000
1,000
1,000
9,000
4,000
3,000
3,000
32,000
32,000
-

15
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

414,000
25,000
20,000
19,000
24,000
28,000
20,000
27,000
42,000
32,000
18,000
22,000
11,000
28,000
30,000
22,000
23,000
2,000
13,000
6,000
1,000
1,000
80,000
13,000
37,000
9,000
21,000

21
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1

439,000
27,000
20,000
20,000
26,000
30,000
20,000
27,000
45,000
33,000
19,000
25,000
11,000
30,000
32,000
24,000
26,000
2,000
14,000
6,000
1,000
1,000
89,000
15,000
41,000
10,000
23,000

UBINAN UBINAN
PADI JAGUNG

TOTAL
JAGUNG

TOTAL PADI

SLPTT PADI LAHAN KERING

SL(Ha) LL (Ha)

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)

Kab SL(Ha) LL (Ha)


21
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1

960
960
3,840
960
960
960
960

92

40
40
160
40
40
40
40

Total (Ha)
1,000
1,000
4,000
1,000
1,000
1,000
1,000

SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Kab SL(Ha) LL (Ha)


1
1
4
1
1
1
1

4,800
960
1,920
960
960
2,880
960
960
960

200
40
80
40
40
120
40
40
40

Total (Ha)

Kab

(Ha)

5,000
1,000
2,000
1,000
1,000
3,000
1,000
1,000
1,000

4
1
1
1
1
3
1
1
1

6,000
1,000
2,000
1,000
1,000
1,000
7,000
2,000
2,000
1,000
2,000

Kab
5
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1

(Unit)
924
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
13
50
47
7
7
200
50
50
50
50

(Unit)
60
10
20
10
10
10
70
20
20
10
20

SL-PTT PADI KAWASAN PENGEMBANGAN (SAPRODI)


NO.

SL-PTT PADI KAWASAN PEMANTAPAN (SAPRODI)


TOTAL AREAL
PENGEMBAN
GAN (SL+LL)

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK
LOKASI

DEMFARM PADI HIBRIDA

SLPTT PADI SAWAH

SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab
11
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

JATENG
Kab. Banjarnegara
Kab. Banyumas
Kab. Batang
Kab. Blora
Kab. Boyolali
Kab. Brebes
Kab. Cilacap
Kab. Demak
Kab. Grobogan
Kab. Jepara
Kab. Karanganyar
Kab. Kebumen
Kab. Kendal
Kab. Klaten
Kab. Kudus
Kab. Magelang
Kab. Pati
Kab. Pekalongan
Kab. Pemalang
Kab. Purbalingga
Kab. Purworejo
Kab. Rembang
Kab. Semarang
Kab. Sragen
Kab. Sukoharjo
Kab. Tegal
Kab. Temanggung
Kab. Wonogiri
Kab. Wonosobo

6,720
1,920
960
1,920
960
960
-

280
80
40
80
40
40
-

7,000
2,000
1,000
2,000
1,000
1,000
-

5
1
1
1
1
1
-

TOTAL AREAL
PEMANTAPAN
(SL+LL)

7,680
960
960
960
960
960
960
960
960
-

320
40
40
40
40
40
40
40
40
-

8,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

(Ha)

8 15,000
1 1,000
1 3,000
1,000
1 3,000
1 1,000
1 1,000
1,000
1 1,000
1 1,000
1 2,000
-

Kab

SL(Ha)

10 310,080
1 11,520
9,600
5,760
1
6,720
9,600
1 15,360
1 17,280
11,520
1 14,400
8,640
1
9,600
12,480
11,520
10,560
10,560
10,560
13,440
11,520
1 11,520
11,520
12,480
1
6,720
1
6,720
14,400
11,520
6,720
1 10,560
9,600
7,680

93

LL (Ha)

Total (Ha)

12,920
480
400
240
280
400
640
720
480
600
360
400
520
480
440
440
440
560
480
480
480
520
280
280
600
480
280
440
400
320

323,000
12,000
10,000
6,000
7,000
10,000
16,000
18,000
12,000
15,000
9,000
10,000
13,000
12,000
11,000
11,000
11,000
14,000
12,000
12,000
12,000
13,000
7,000
7,000
15,000
12,000
7,000
11,000
10,000
8,000

TOTAL PADI

SLPTT PADI LAHAN KERING

Kab SL(Ha) LL (Ha)


29
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

46,080
2,880
1,920
4,800
2,304
1,536
4,800
2,880
4,416
192
5,760
768
192
960
1,920
960
192
960
768
960
6,912
-

1,920
120
80
200
96
64
200
120
184
8
240
32
8
40
80
40
8
40
32
40
288
-

Total (Ha)

Kab

48,000
3,000
2,000
5,000
2,400
1,600
5,000
3,000
4,600
200
6,000
800
200
1,000
2,000
1,000
200
1,000
800
1,000
7,200
-

20
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

(Ha)
371,000
15,000
12,000
6,000
12,000
12,400
17,600
23,000
15,000
19,600
9,000
10,200
19,000
12,800
11,000
11,200
11,000
15,000
12,000
14,000
13,000
13,200
8,000
7,800
15,000
12,000
7,000
12,000
17,200
8,000

Kab
29
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

(Ha)
386,000
16,000
12,000
6,000
15,000
12,400
18,600
26,000
15,000
20,600
9,000
11,200
19,000
12,800
11,000
11,200
11,000
15,000
12,000
15,000
13,000
13,200
9,000
8,800
15,000
12,000
7,000
14,000
17,200
8,000

Kab
29
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PERTUMBUHAN (SAPRODI)
NO.

TOTAL
AREAL
PERTUMBUH
AN

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT JAGUNG KOMPOSIT

SL(Ha)
11
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

JATENG
Kab. Banjarnegara
Kab. Banyumas
Kab. Batang
Kab. Blora
Kab. Boyolali
Kab. Brebes
Kab. Cilacap
Kab. Demak
Kab. Grobogan
Kab. Jepara
Kab. Karanganyar
Kab. Kebumen
Kab. Kendal
Kab. Klaten
Kab. Kudus
Kab. Magelang
Kab. Pati
Kab. Pekalongan
Kab. Pemalang
Kab. Purbalingga
Kab. Purworejo
Kab. Rembang
Kab. Semarang
Kab. Sragen
Kab. Sukoharjo
Kab. Tegal
Kab. Temanggung
Kab. Wonogiri
Kab. Wonosobo

2,880
960
960
960

LL (Ha)

Total (Ha)

Kab

120
40
40
40

3,000
1,000
1,000
1,000

3
1
1
1

(Ha)
3,000
1,000
1,000
1,000

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)

TOTAL
JAGUNG
SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Kab SL(Ha)
3
1
1
1

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)

LL (Ha) Total (Ha)

22,080
960
960
960
960
1,920
960
3,840
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960

94

920
40
40
40
40
80
40
160
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40

23,000
1,000
1,000
1,000
1,000
2,000
1,000
4,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000

UBINAN
PADI

UBINAN
JAGUNG

(Unit)

(Unit)

SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha)


19
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

5,760
960
960
960
960
960
960
-

240
40
40
40
40
40
40
-

6,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

Kab
6
1
1
1
1
1
1
-

(Ha)

Kab

32,000
1,000
1,000
1,000
2,000
2,000
1,000
1,000
5,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
2,000
2,000

24
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1,437
50
50
40
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
47
50
50
50

290
10
10
10
20
20
10
10
20
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
20
20

SL-PTT PADI KAWASAN PENGEMBANGAN (SAPRODI)


NO.

SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK


LOKASI
SL(Ha)

13
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

SL-PTT PADI KAWASAN PEMANTAPAN (SAPRODI)


TOTAL AREAL
PENGEMBAN
GAN (SL+LL)

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA

JATIM
Kab. Bangkalan
Kab. Banyuwangi
Kab. Blitar
Kab. Bojonegoro
Kab. Bondowoso
Kab. Gresik
Kab. Jember
Kab. Jombang
Kab. Kediri
Kab. Lamongan
Kab. Lumajang
Kab. Madiun
Kab. Magetan
Kab. Malang
Kab. Mojokerto
Kab. Nganjuk
Kab. Ngawi
Kab. Pacitan
Kab. Pamekasan
Kab. Pasuruan
Kab. Ponorogo
Kab. Probolinggo
Kab. Sampang
Kab. Sidoarjo
Kab. Situbondo
Kab. Sumenep
Kab. Trenggalek
Kab. Tuban
Kab. Tulungagung

40,320
960
2,880
960
2,880
1,920
1,920
1,920
1,920
2,880
960
2,880
960
1,920
2,880
2,880
960
960
960
960
3,840
1,920

LL (Ha) Total (Ha) Kab

1,680
40
120
40
120
80
80
80
80
120
40
120
40
80
120
120
40
40
40
40
160
80

42,000
1,000
3,000
1,000
3,000
2,000
2,000
2,000
2,000
3,000
1,000
3,000
1,000
2,000
3,000
3,000
1,000
1,000
1,000
1,000
4,000
2,000

21
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

DEMFARM PADI HIBRIDA


SL(Ha)

47,040
960
2,880
1,920
4,800
960
960
2,880
960
3,840
1,920
1,920
960
1,920
960
1,920
2,880
960
2,880
1,920
1,920
960
960
960
960
960
960
960

LL (Ha) Total (Ha)

1,960
40
120
80
200
40
40
120
40
160
80
80
40
80
40
80
120
40
120
80
80
40
40
40
40
40
40
40

49,000
1,000
3,000
2,000
5,000
1,000
1,000
3,000
1,000
4,000
2,000
2,000
1,000
2,000
1,000
2,000
3,000
1,000
3,000
2,000
2,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000

95

SLPTT PADI SAWAH

SLPTT PADI LAHAN KERING

Kab

(Ha)

Kab

SL(Ha)

LL (Ha)

Total (Ha)

Kab

SL(Ha)

27
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

91,000
2,000
6,000
3,000
8,000
3,000
3,000
5,000
3,000
7,000
3,000
5,000
2,000
2,000
3,000
5,000
6,000
1,000
4,000
3,000
2,000
1,000
1,000
2,000
1,000
2,000
5,000
3,000

27
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

291,840
9,600
15,360
9,600
20,160
8,640
8,640
21,120
9,600
8,640
19,200
9,600
9,600
9,600
11,520
9,600
11,520
16,320
5,760
11,520
11,520
11,520
7,680
4,800
4,800
3,840
3,840
11,520
6,720

12,160
400
640
400
840
360
360
880
400
360
800
400
400
400
480
400
480
680
240
480
480
480
320
200
200
160
160
480
280

304,000
10,000
16,000
10,000
21,000
9,000
9,000
22,000
10,000
9,000
20,000
10,000
10,000
10,000
12,000
10,000
12,000
17,000
6,000
12,000
12,000
12,000
8,000
5,000
5,000
4,000
4,000
12,000
7,000

28
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

65,856
2,688
1,536
1,920
4,992
2,112
192
576
192
192
3,264
2,688
2,112
3,072
384
3,264
384
9,408
5,568
2,880
576
2,688
5,760
192
2,304
2,304
2,688
1,920

LL (Ha) Total (Ha)

2,744
112
64
80
208
88
8
24
8
8
136
112
88
128
16
136
16
392
232
120
24
112
240
8
96
96
112
80

68,600
2,800
1,600
2,000
5,200
2,200
200
600
200
200
3,400
2,800
2,200
3,200
400
3,400
400
9,800
5,800
3,000
600
2,800
6,000
200
2,400
2,400
2,800
2,000

Kab

27
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

NO.

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA

TOTAL AREAL
PEMANTAPAN TOTAL PADI
(SL+LL)

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PERTUMBUHAN (SAPRODI)

TOTAL
AREAL
PERTUMBUH
AN

SLPTT JAGUNG KOMPOSIT

13
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

JATIM
Kab. Bangkalan
Kab. Banyuwangi
Kab. Blitar
Kab. Bojonegoro
Kab. Bondowoso
Kab. Gresik
Kab. Jember
Kab. Jombang
Kab. Kediri
Kab. Lamongan
Kab. Lumajang
Kab. Madiun
Kab. Magetan
Kab. Malang
Kab. Mojokerto
Kab. Nganjuk
Kab. Ngawi
Kab. Pacitan
Kab. Pamekasan
Kab. Pasuruan
Kab. Ponorogo
Kab. Probolinggo
Kab. Sampang
Kab. Sidoarjo
Kab. Situbondo
Kab. Sumenep
Kab. Trenggalek
Kab. Tuban
Kab. Tulungagung

(Ha)

Kab

372,600
12,800
17,600
12,000
26,200
11,200
9,200
22,600
10,200
9,200
23,400
12,800
12,200
10,000
15,200
10,400
15,400
17,400
9,800
11,800
15,000
12,600
14,800
14,000
5,000
5,200
6,400
6,400
14,800
9,000

29
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

(Ha)

463,600
14,800
23,600
15,000
34,200
14,200
12,200
27,600
10,200
12,200
30,400
15,800
17,200
12,000
17,200
13,400
20,400
23,400
9,800
12,800
19,000
15,600
16,800
15,000
6,000
7,200
7,400
8,400
19,800
12,000

SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha)

3,840
960
960
960
960
-

160
40
40
40
40
-

Kab

4,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

96

4
1
1
1
1
-

(Ha)

4,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)
TOTAL
JAGUNG

UBINAN UBINAN
PADI
JAGUNG

SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Kab

SL(Ha)

4
1
1
1
1
-

20,160
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960

LL (Ha) Total (Ha)

840
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40

21,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000

Kab

(Ha)

Kab

21
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

25,000
2,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
2,000
1,000
1,000
1,000
2,000
1,000
2,000
1,000
1,000
1,000

21
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

(Unit)
1,437
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
40
48
49
50
50
50

(Unit)
250
20
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
20
10
10
10
20
10
20
10
10
10

SL-PTT PADI KAWASAN PERTUMBUHAN (SAPRODI)


NO.

SLPTT PADI SAWAH


PENINGKATAN IP

SLPTT PADI PASANG SURUT


PENINGKATAN IP

SLPTT PADI LEBAK


PENINGKATAN IP

SLPTT PADI LAHAN KERING


PENINGKATAN IP

SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha)
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
15
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

TOTAL
AREAL
PERTUMBUH
AN

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA

KALBAR
Kab. Bengkayang
Kab. Landak
Kab. Kapuas Hulu
Kab. Ketapang
Kab. Pontianak
Kab. Sambas
Kab. Sanggau
Kab. Sintang
Kab. Melawi
Kab. Sekadau
Kab. Kubu Raya
Kab. Kayong Utara
Kota Singkawang
KALTENG
Kab. Barito Selatan
Kab. Barito Utara
Kab. Kapuas
Kab. Kotawaringin Barat
Kab. Kotawaringin Timur
Kab. Katingan
Kab. Seruyan
Kab. Sukamara
Kab. Lamandau
Kab. Pulang Pisau
Kab. Murung Raya
Kab. Barito Timur
Kab. Gunung Mas

960
960
1,920
1,920
-

40
40
80
80
-

1,000
1,000
2,000
2,000
-

1
1
1
1
-

39,360
19,200
19,200
960
5,760
2,880
2,880
-

1,640
800
800
40
240
120
120
-

41,000
20,000
20,000
1,000
6,000
3,000
3,000
-

97

3
1
1
1
2
1
1
-

1,920
1,920
-

80
80
-

2,000
2,000
-

1
1
-

20,160
3,840
2,880
2,880
1,920
3,840
2,880
1,920
15,360
1,920
2,880
2,880
960
960
960
2,880
960
960

LL (Ha)
840
160
120
120
80
160
120
80
640
80
120
120
40
40
40
120
40
40

Total (Ha)

Kab

(Ha)

Kab

21,000
4,000
3,000
3,000
2,000
4,000
3,000
2,000
16,000
2,000
3,000
3,000
1,000
1,000
1,000
3,000
1,000
1,000

7
1
1
1
1
1
1
1
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1

63,000
4,000
3,000
3,000
2,000
20,000
5,000
3,000
2,000
20,000
1,000
26,000
2,000
2,000
8,000
3,000
1,000
1,000
1,000
6,000
1,000
1,000

10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

SL-PTT PADI KAWASAN PENGEMBANGAN (SAPRODI)


NO.

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA


SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK
LOKASI

DEMFARM PADI HIBRIDA

SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha)


14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
15
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

TOTAL
AREAL
PENGEMBA
NGAN
(SL+LL)

KALBAR
Kab. Bengkayang
Kab. Landak
Kab. Kapuas Hulu
Kab. Ketapang
Kab. Pontianak
Kab. Sambas
Kab. Sanggau
Kab. Sintang
Kab. Melawi
Kab. Sekadau
Kab. Kubu Raya
Kab. Kayong Utara
Kota Singkawang
KALTENG
Kab. Barito Selatan
Kab. Barito Utara
Kab. Kapuas
Kab. Kotawaringin Barat
Kab. Kotawaringin Timur
Kab. Katingan
Kab. Seruyan
Kab. Sukamara
Kab. Lamandau
Kab. Pulang Pisau
Kab. Murung Raya
Kab. Barito Timur
Kab. Gunung Mas

3,840
960
960
960
960
6,720
960
960
960
960
960
960
960
-

160
40
40
40
40
280
40
40
40
40
40
40
40
-

4,000
1,000
1,000
1,000
1,000
7,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

4
1
1
1
1
7
1
1
1
1
1
1
1
-

1,920
960
960
-

80
40
40
-

98

2,000
1,000
1,000
-

Kab
2
1
1
-

(Ha)
6,000
2,000
1,000
1,000
2,000
7,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

Kab
4
1
1
1
1
7
1
1
1
1
1
1
1
-

SL-PTT PADI KAWASAN PEMANTAPAN


(SAPRODI)

SLPTT PADI SAWAH

SL(Ha)
85,440
13,440
11,520
2,880
10,560
4,800
14,400
3,840
8,640
2,880
2,880
2,880
4,800
1,920
39,360
2,880
1,920
5,760
2,880
2,880
7,680
960
960
7,680
2,880
2,880

LL (Ha)
3,560
560
480
120
440
200
600
160
360
120
120
120
200
80
1,640
120
80
240
120
120
320
40
40
320
120
120

Total (Ha)

Kab

89,000
14,000
12,000
3,000
11,000
5,000
15,000
4,000
9,000
3,000
3,000
3,000
5,000
2,000
41,000
3,000
2,000
6,000
3,000
3,000
8,000
1,000
1,000
8,000
3,000
3,000

13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

NO.

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)

TOTAL AREAL
PEMANTAPAN
(SL+LL)

TOTAL
JAGUNG

TOTAL PADI

UBINAN
PADI

UBINAN
JAGUNG

(Unit)

(Unit)

SLPTT JAGUNG HIBRIDA

(Ha)
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
15
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

KALBAR
Kab. Bengkayang
Kab. Landak
Kab. Kapuas Hulu
Kab. Ketapang
Kab. Pontianak
Kab. Sambas
Kab. Sanggau
Kab. Sintang
Kab. Melawi
Kab. Sekadau
Kab. Kubu Raya
Kab. Kayong Utara
Kota Singkawang
KALTENG
Kab. Barito Selatan
Kab. Barito Utara
Kab. Kapuas
Kab. Kotawaringin Barat
Kab. Kotawaringin Timur
Kab. Katingan
Kab. Seruyan
Kab. Sukamara
Kab. Lamandau
Kab. Pulang Pisau
Kab. Murung Raya
Kab. Barito Timur
Kab. Gunung Mas

89,000
14,000
12,000
3,000
11,000
5,000
15,000
4,000
9,000
3,000
3,000
3,000
5,000
2,000
41,000
3,000
2,000
6,000
3,000
3,000
8,000
1,000
1,000
8,000
3,000
3,000

Kab
13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

(Ha)
158,000
18,000
17,000
6,000
13,000
6,000
36,000
9,000
12,000
5,000
3,000
25,000
6,000
2,000
74,000
5,000
4,000
15,000
4,000
4,000
12,000
3,000
2,000
1,000
15,000
1,000
4,000
4,000

Kab
13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

99

SL(Ha)
5,760
960
960
1,920
960
960
1,920
960
960
-

LL (Ha)
240
40
40
80
40
40
80
40
40
-

Total (Ha)
6,000
1,000
1,000
2,000
1,000
1,000
2,000
1,000
1,000
-

Kab
5
1
1
1
1
1
2
1
1
-

(Ha)
6,000
1,000
1,000
2,000
1,000
1,000
2,000
1,000
1,000
-

Kab
5
1
1
1
1
1
2
1
1
-

536
50
50
40
50
40
50
50
50
33
20
50
40
13
371
33
27
50
27
27
50
20
13
7
50
7
33
27

60
10
10
20
10
10
20
10
10
-

SL-PTT PADI KAWASAN PERTUMBUHAN (SAPRODI)


NO.

TOTAL
AREAL
PERTUMBUH
AN

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT PADI SAWAH
PENINGKATAN IP

SLPTT PADI PASANG SURUT


PENINGKATAN IP

SLPTT PADI LEBAK


PENINGKATAN IP

SLPTT PADI LAHAN KERING


PENINGKATAN IP

SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab
16
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
17
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KALSEL
Kab. Banjar
Kab. Barito Kuala
Kab. Hulu Sungai Selatan
Kab. Hulu Sungai Tengah
Kab. Hulu Sungai Utara
Kab. Kota Baru
Kab. Tabalong
Kab. Tanah Laut
Kab. Tapin
Kab. Balangan
Kab. Tanah Bumbu
KALTIM
Kab. Berau
Kab. Bulungan
Kab. Kutai Barat
Kab. Kutai Timur
Kab. Malinau
Kab. Nunukan
Kab. Pasir
Kab. Penajem Paser Utr
Kab. Kutai Kertanegera
Kota Samarinda
Kab. Tana Tidung

2,880
960
960
960
-

120
40
40
40
-

3,000
1,000
1,000
1,000
-

3 12,480
1
9,600
1
2,880
1
-

520
400
120
-

13,000
10,000
3,000
-

100

2
1
1
-

8,640
4,800
960
960
1,920
-

360
200
40
40
80
-

9,000
5,000
1,000
1,000
2,000
-

4
1
1
1
1
-

11,520
1,920
960
2,880
1,920
960
1,920
960

480
80
40
120
80
40
80
40

12,000
2,000
1,000
3,000
2,000
1,000
2,000
1,000

7
1
1
1
1
1
1
1

(Ha)
25,000
1,000
10,000
6,000
1,000
1,000
2,000
3,000
1,000
12,000
2,000
1,000
3,000
2,000
1,000
2,000
1,000

Kab
8
1
1
1
1
1
1
1
1
7
1
1
1
1
1
1
1

SL-PTT PADI KAWASAN PENGEMBANGAN (SAPRODI)


NO.

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK
LOKASI
SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab

16
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
17
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

KALSEL
Kab. Banjar
Kab. Barito Kuala
Kab. Hulu Sungai Selatan
Kab. Hulu Sungai Tengah
Kab. Hulu Sungai Utara
Kab. Kota Baru
Kab. Tabalong
Kab. Tanah Laut
Kab. Tapin
Kab. Balangan
Kab. Tanah Bumbu
KALTIM
Kab. Berau
Kab. Bulungan
Kab. Kutai Barat
Kab. Kutai Timur
Kab. Malinau
Kab. Nunukan
Kab. Pasir
Kab. Penajem Paser Utr
Kab. Kutai Kertanegera
Kota Samarinda
Kab. Tana Tidung

5,760
960
960
960
1,920
960
1,920
960
960
-

240
40
40
40
80
40
80
40
40
-

6,000
1,000
1,000
1,000
2,000
1,000
2,000
1,000
1,000
-

5
1
1
1
1
1
2
1
1
-

SLPTT PADI LAHAN KERING


SPESIFIK LOKASI
SL(Ha)
19,008
3,840
768
2,880
768
4,224
1,920
960
960
768
1,920
-

101

LL (Ha) Total (Ha) Kab


792
160
32
120
32
176
80
40
40
32
80
-

19,800
4,000
800
3,000
800
4,400
2,000
1,000
1,000
800
2,000
-

10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

TOTAL AREAL
PENGEMBAN
GAN (SL+LL)

SL-PTT PADI KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)

SLPTT PADI SAWAH

(Ha)

Kab

SL(Ha)

25,800
4,000
800
3,000
1,800
1,000
4,400
3,000
3,000
2,000
800
2,000
2,000
1,000
1,000
-

11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
-

121,920
13,440
10,560
14,400
15,360
8,640
8,640
12,480
9,600
13,440
8,640
6,720
40,320
2,880
7,680
2,880
2,880
2,880
1,920
3,840
2,880
9,600
1,920
960

LL (Ha) Total (Ha)


5,080
560
440
600
640
360
360
520
400
560
360
280
1,680
120
320
120
120
120
80
160
120
400
80
40

127,000
14,000
11,000
15,000
16,000
9,000
9,000
13,000
10,000
14,000
9,000
7,000
42,000
3,000
8,000
3,000
3,000
3,000
2,000
4,000
3,000
10,000
2,000
1,000

Kab
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)
NO.

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA

(Ha)
KALSEL
Kab. Banjar
Kab. Barito Kuala
Kab. Hulu Sungai Selatan
Kab. Hulu Sungai Tengah
Kab. Hulu Sungai Utara
Kab. Kota Baru
Kab. Tabalong
Kab. Tanah Laut
Kab. Tapin
Kab. Balangan
Kab. Tanah Bumbu
KALTIM
Kab. Berau
Kab. Bulungan
Kab. Kutai Barat
Kab. Kutai Timur
Kab. Malinau
Kab. Nunukan
Kab. Pasir
Kab. Penajem Paser Utr
Kab. Kutai Kertanegera
Kota Samarinda
Kab. Tana Tidung

177,800
19,000
21,800
24,000
18,800
11,000
13,400
18,000
13,000
19,000
9,800
10,000
56,000
5,000
9,000
6,000
5,000
4,000
2,000
4,000
3,000
13,000
3,000
2,000

Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha)


11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

UBINAN UBINAN
PADI
JAGUNG

TOTAL
JAGUNG

TOTAL PADI
SLPTT JAGUNG HIBRIDA

16
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
17
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)

2,880
960
960
960
1,920
960
960
-

120
40
40
40
80
40
40
-

3,000
1,000
1,000
1,000
2,000
1,000
1,000
-

102

SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha)


3
1
1
1
2
1
1
-

960
960
-

40
40
-

1,000
1,000
-

Kab
1
1
-

(Ha)
4,000
1,000
1,000
2,000
2,000
1,000
1,000
-

Kab
3
1
1
1
2
1
1
-

(Unit)
550
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
318
33
50
33
33
27
13
33
20
50
13
13

(Unit)
40
10
10
20
20
10
10
-

SL-PTT PADI KAWASAN PERTUMBUHAN (SAPRODI)


NO.

SL-PTT PADI KAWASAN PENGEMBANGAN (SAPRODI)


TOTAL
AREAL
PERTUMBU
HAN
SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK
DEMFARM PADI HIBRIDA
LOKASI

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT PADI SAWAH
PENINGKATAN IP

SLPTT PADI PASANG SURUT


PENINGKATAN IP

SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab
18
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
19
1
2
3
4
5
6
7
8
9

SULUT
Kab. Bolaang Mangondow
Kab. Minahasa
Kab. Kep. Talaud
Kab. Minahasa Selatan
Kota Tomohon
Kab. Minahasa Utara
Kab. Minahasa Tenggara
Kab. Bolmong Utara
Kab. Bolmang Selatan
Kab. Bolmang Timur
Kota Kotamobagu
SULTENG
Kab. Banggai
Kab. Buol
Kab. Toli-Toli
Kab. Donggala
Kab. Morowali
Kab. Poso
Kab. Parigi Moutong
Kab. Tojo Una-Una
Kab. Sigi

480
480
1,920
960
960
-

20
20
80
40
40
-

500
500
2,000
1,000
1,000
-

1
1
2
1
1
-

960
960
-

40
40
-

1,000
1,000
-

103

1
1
-

(Ha)
500
500
3,000
1,000
1,000
1,000
-

Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab
1 5,760
960
960
1
960
960
960
960
3 1,920
960
1
1
960
1
-

240
40
40
40
40
40
40
80
40
40
-

6,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
2,000
1,000
1,000
-

6
1
1
1
1
1
1
2
1
1
-

6,720
960
960
960
960
960
960
960
-

280
40
40
40
40
40
40
40
-

7,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

7
1
1
1
1
1
1
1
-

SL-PTT PADI KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)
NO.

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT PADI LAHAN KERING
SPESIFIK LOKASI
SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha)

18
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
19
1
2
3
4
5
6
7
8
9

SULUT
Kab. Bolaang Mangondow
Kab. Minahasa
Kab. Kep. Talaud
Kab. Minahasa Selatan
Kota Tomohon
Kab. Minahasa Utara
Kab. Minahasa Tenggara
Kab. Bolmong Utara
Kab. Bolmang Selatan
Kab. Bolmang Timur
Kota Kotamobagu
SULTENG
Kab. Banggai
Kab. Buol
Kab. Toli-Toli
Kab. Donggala
Kab. Morowali
Kab. Poso
Kab. Parigi Moutong
Kab. Tojo Una-Una
Kab. Sigi

6,720
960
960
960
960
960
960
960
-

280
40
40
40
40
40
40
40
-

7,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

SL-PTT PADI KAWASAN PEMANTAPAN (SAPRODI)


TOTAL AREAL
PENGEMBANG
AN (SL+LL)

TOTAL AREAL
PEMANTAPAN
(SL+LL)
SLPTT PADI SAWAH

Kab
7
1
1
1
1
1
1
1
-

(Ha)
20,000
3,000
3,000
3,000
2,000
3,000
3,000
2,000
1,000
2,000
1,000
1,000
-

SLPTT PADI LAHAN KERING

Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab
8
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
-

43,200
15,360
6,720
2,880
960
3,840
1,920
4,800
1,920
1,920
2,880
98,880
17,280
3,840
8,640
8,640
4,800
9,600
24,960
21,120

104

1,800
640
280
120
40
160
80
200
80
80
120
4,120
720
160
360
360
200
400
1,040
880

45,000
16,000
7,000
3,000
1,000
4,000
2,000
5,000
2,000
2,000
3,000
103,000
18,000
4,000
9,000
9,000
5,000
10,000
26,000
22,000

TOTAL PADI

10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1

4,800
960
960
960
960
960
8,640
960
1,920
960
2,880
1,920

200
40
40
40
40
40
360
40
80
40
120
80

5,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
9,000
1,000
2,000
1,000
3,000
2,000

(Ha)

5
50,000
1 17,000
1
8,000
1
4,000
1,000
1
5,000
2,000
1
6,000
2,000
2,000
3,000
5 112,000
1 19,000
1
6,000
9,000
9,000
5,000
1 11,000
26,000
1
3,000
1 24,000

Kab
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1

(Ha)
70,500
20,000
11,000
500
7,000
1,000
7,000
5,000
9,000
4,000
3,000
3,000
117,000
20,000
7,000
10,000
10,000
5,000
11,000
27,000
3,000
24,000

Kab
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PERTUMBUHAN (SAPRODI)
NO.

TOTAL
AREAL
PERTUMBUH
AN

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT JAGUNG KOMPOSIT

SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab


18
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
19
1
2
3
4
5
6
7
8
9

SULUT
Kab. Bolaang Mangondow
Kab. Minahasa
Kab. Kep. Talaud
Kab. Minahasa Selatan
Kota Tomohon
Kab. Minahasa Utara
Kab. Minahasa Tenggara
Kab. Bolmong Utara
Kab. Bolmang Selatan
Kab. Bolmang Timur
Kota Kotamobagu
SULTENG
Kab. Banggai
Kab. Buol
Kab. Toli-Toli
Kab. Donggala
Kab. Morowali
Kab. Poso
Kab. Parigi Moutong
Kab. Tojo Una-Una
Kab. Sigi

4,800
960
960
960
960
960
3,840
960
960
1,920

200
40
40
40
40
40
160
40
40
80

5,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
4,000
3,000
1,000
-

(Ha)

5 5,000
1 1,000
1 1,000
1 1,000
1 1,000
1 1,000
3 4,000
1 1,000
1 1,000
1 2,000

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)

UBINAN UBINAN
PADI JAGUNG

TOTAL
JAGUNG
SLPTT JAGUNG HIBRIDA

SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab
5 10,560
1 1,920
1 1,440
480
1 1,920
960
1 1,920
960
1
960
82 18,240
1 1,920
960
960
1 1,920
960
1,920
2,880
3,840
80 2,880

105

440
80
60
20
80
40
80
40
40
760
80
40
40
80
40
80
120
160
120

11,000
2,000
3,000
2,000
2,000
1,000
1,000
19,000
1,000
1,000
2,000
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000

8
1
1
1
1
1
1
1
1
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1

4,800
960
960
960
960
960
-

200
40
40
40
40
40
-

5,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

5
1
1
1
1
1
-

(Ha)
21,000
4,000
3,500
500
4,000
1,000
3,000
2,000
3,000
23,000
3,000
1,000
1,000
3,000
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000

Kab
8
1
1
1
1
1
1
1
1
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1

(Unit)
354
50
50
3
47
7
47
33
50
27
20
20
400
50
47
50
50
33
50
50
20
50

(Unit)
135
20
20
5
20
10
20
20
20
150
20
10
10
20
10
20
20
20
20

SL-PTT PADI KAWASAN


PERTUMBUHAN (SAPRODI)
NO.

SL-PTT PADI KAWASAN PENGEMBANGAN (SAPRODI)

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA


SLPTT PADI SAWAH
PENINGKATAN IP

SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK


LOKASI

DEMFARM PADI HIBRIDA

SLPTT PADI LAHAN KERING


SPESIFIK LOKASI

SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab
20
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

SULSEL
Kab. Bantaeng
Kab. Barru
Kab. Bone
Kab. Bulukumba
Kab. Enrekang
Kab. Gowa
Kab. Jeneponto
Kab. Luwu
Kab. Luwu Utara
Kab. Maros
Kab. Pangkep
Kab. Pinrang
Kab. Kep. Selayar
Kab. Sidenreng Rappang
Kab. Sinjai
Kab. Soppeng
Kab. Takalar
Kab. Tana Toraja
Kab. Wajo
Kota Palopo
Kab. Luwu Timur
Kab. Toraja Utara

1,920
960
960
-

80
40
40
-

2,000
1,000
1,000
-

2 35,520
960
960
2,880
960
960
960
2,880
960
1 6,720
1 6,720
1,920
1,920
2,880
2,880
960
-

1,480
40
40
120
40
40
40
120
40
280
280
80
80
120
120
40
-

37,000
1,000
1,000
3,000
1,000
1,000
1,000
3,000
1,000
7,000
7,000
2,000
2,000
3,000
3,000
1,000
-

106

15
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

69,120
960
960
3,840
960
960
1,920
960
3,840
1,920
14,400
14,400
1,920
9,600
3,840
960
5,760
960
960

2,880
40
40
160
40
40
80
40
160
80
600
600
80
400
160
40
240
40
40

72,000
1,000
1,000
4,000
1,000
1,000
2,000
1,000
4,000
2,000
15,000
15,000
2,000
10,000
4,000
1,000
6,000
1,000
1,000

18 43,200
1 1,920
1 1,920
1 3,840
1 1,920
1 1,920
1 2,880
1,920
1 1,920
1,920
1 2,880
1 1,920
1 2,880
960
1 3,840
1 1,920
1 2,880
1 2,880
1
960
1
1
960
1
960

1,800
80
80
160
80
80
120
80
80
80
120
80
120
40
160
80
120
120
40
40
40

45,000
2,000
2,000
4,000
2,000
2,000
3,000
2,000
2,000
2,000
3,000
2,000
3,000
1,000
4,000
2,000
3,000
3,000
1,000
1,000
1,000

20
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

TOTAL AREAL
PENGEMBANG
AN (SL+LL)

(Ha)

Kab

154,000
4,000
4,000
11,000
3,000
4,000
6,000
2,000
4,000
2,000
10,000
5,000
25,000
1,000
26,000
6,000
15,000
10,000
2,000
9,000
3,000
2,000

21
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

SL-PTT PADI KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)
NO.

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA

TOTAL PADI
SLPTT PADI SAWAH

SL(Ha)
20 SULSEL
1 Kab. Bantaeng
2 Kab. Barru
3 Kab. Bone
4 Kab. Bulukumba
5 Kab. Enrekang
6 Kab. Gowa
7 Kab. Jeneponto
8 Kab. Luwu
9 Kab. Luwu Utara
10 Kab. Maros
11 Kab. Pangkep
12 Kab. Pinrang
13 Kab. Kep. Selayar
14 Kab. Sidenreng Rappang
15 Kab. Sinjai
16 Kab. Soppeng
17 Kab. Takalar
18 Kab. Tana Toraja
19 Kab. Wajo
20 Kota Palopo
21 Kab. Luwu Timur
22 Kab. Toraja Utara

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)

LL (Ha) Total (Ha)

272,640 11,360
4,800
200
4,800
200
28,800
1,200
14,400
600
4,800
200
14,400
600
3,840
160
14,400
600
17,280
720
17,280
720
10,560
440
28,800
1,200
1,920
80
31,680
1,320
4,800
200
17,280
720
8,640
360
2,880
120
16,320
680
2,880
120
17,280
720
4,800
200

284,000
5,000
5,000
30,000
15,000
5,000
15,000
4,000
15,000
18,000
18,000
11,000
30,000
2,000
33,000
5,000
18,000
9,000
3,000
17,000
3,000
18,000
5,000

TOTAL JAGUNG
SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Kab

(Ha)

22 440,000
1
9,000
1
9,000
1
41,000
1
18,000
1
9,000
1
21,000
1
6,000
1
19,000
1
20,000
1
28,000
1
16,000
1
56,000
1
3,000
1
60,000
1
11,000
1
33,000
1
19,000
1
5,000
1
26,000
1
3,000
1
21,000
1
7,000

Kab

SL(Ha) LL (Ha)

22 16,320
1
1
1
960
1
1
960
1
960
1
960
1
960
1
960
1
960
1
1
960
1
960
1
960
1
960
1
960
1
960
1
1
960
1
960
1
960
1
960

680
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40

107

UBINAN UBINAN
PADI JAGUNG

SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Total (Ha)

Kab

17,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000

17
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

SL(Ha)
3,840
960
960
960
960
-

LL (Ha) Total (Ha) Kab


160
40
40
40
40
-

4,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

4
1
1
1
1
-

(Ha)

Kab

21,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
2,000
1,000
2,000
1,000
1,000
1,000
2,000
1,000
1,000
1,000

18
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

(Unit)
1,010
50
50
50
50
50
50
40
50
50
50
50
50
20
50
50
50
50
33
50
20
50
47

(Unit)
210
10
10
10
10
10
10
10
10
20
10
20
10
10
10
20
10
10
10

SL-PTT PADI KAWASAN PENGEMBANGAN (SAPRODI)


NO.

TOTAL AREAL
PENGEMBAN
GAN (SL+LL)

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK
LOKASI

SLPTT PADI LAHAN KERING


SPESIFIK LOKASI

SULTRA
Kab. Buton
Kab. Konawe
Kab. Kolaka
Kab. Muna
Kab. Konawe Selatan
Kab. Bombana
Kab. Wakatobi
Kab. Kolaka Utara
Kab. Konawe Utara
Kab. Buton Utara
Kota Bau-Bau
Kota Kendari
BALI
Kab. Badung
Kab. Bangli
Kab. Buleleng
Kab. Gianyar
Kab. Jembrana
Kab. Karangasem
Kab. Klungkung
Kab. Tabanan
Kota Denpasar
Kab Negara

4,800
1,920
960
960
960
2,880
960
960
960
-

200
80
40
40
40
120
40
40
40
-

5,000
2,000
1,000
1,000
1,000
3,000
1,000
1,000
1,000
-

4
1
1
1
1
3
1
1
1
-

5,760
960
1,920
1,920
960
-

240
40
80
80
40
-

108

6,000
1,000
2,000
2,000
1,000
-

4
1
1
1
1
-

TOTAL PADI
SLPTT PADI SAWAH

SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab

21
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
22
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

SL-PTT PADI KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)

(Ha)

11,000
1,000
2,000
1,000
2,000
3,000
2,000
3,000
1,000
1,000
1,000
-

Kab SL(Ha)

6
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
-

72,000
960
23,040
18,240
960
18,240
4,800
960
1,920
1,920
960
29,760
3,840
960
4,800
3,840
2,880
2,880
960
8,640
960
-

LL (Ha) Total (Ha)

3,000
40
960
760
40
760
200
40
80
80
40
1,240
160
40
200
160
120
120
40
360
40
-

75,000
1,000
24,000
19,000
1,000
19,000
5,000
1,000
2,000
2,000
1,000
31,000
4,000
1,000
5,000
4,000
3,000
3,000
1,000
9,000
1,000
-

Kab

10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

(Ha)

86,000
2,000
26,000
20,000
3,000
22,000
7,000
1,000
2,000
2,000
1,000
34,000
5,000
1,000
5,000
5,000
3,000
3,000
2,000
9,000
1,000
-

Kab

10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

SL-PTT JAGUNG KAWASAN PERTUMBUHAN (SAPRODI)


NO.

TOTAL
AREAL
PERTUMBUH
AN

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT JAGUNG HIBRIDA

SLPTT JAGUNG KOMPOSIT

SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab

21
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
22
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

SULTRA
Kab. Buton
Kab. Konawe
Kab. Kolaka
Kab. Muna
Kab. Konawe Selatan
Kab. Bombana
Kab. Wakatobi
Kab. Kolaka Utara
Kab. Konawe Utara
Kab. Buton Utara
Kota Bau-Bau
Kota Kendari
BALI
Kab. Badung
Kab. Bangli
Kab. Buleleng
Kab. Gianyar
Kab. Jembrana
Kab. Karangasem
Kab. Klungkung
Kab. Tabanan
Kota Denpasar
Kab Negara

2,880
960
960
960
-

120
40
40
40
-

3,000
1,000
1,000
1,000
-

3
1
1
1
-

960
960
-

40
40
-

1,000
1,000
-

109

1
1
-

(Ha)

4,000
1,000
2,000
1,000
-

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)

SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab

3
1
1
1
-

UBINAN UBINAN
PADI JAGUNG

TOTAL
JAGUNG

1,920
960
960
-

80
40
40
-

2,000
1,000
1,000
-

2
1
1
-

(Ha)

6,000
2,000
3,000
1,000
-

Kab

3
1
1
1
-

(Unit)
270
13
50
50
20
50
47
7
13
13
7
216
33
7
33
33
20
20
13
50
7
-

(Unit)
50
20
20
10
-

SL-PTT PADI KAWASAN PERTUMBUHAN (SAPRODI)


NO.

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT PADI SAWAH
PENINGKATAN IP
SL(Ha)

23
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

NTB
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kota
Kab.
Kab.
Kota
NTT
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.

Bima
Dompu
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Bima
Sumbawa Barat
Lombok Utara
Mataram
Belu
Ende
Flores Timur
Kupang
Lembata
Manggarai
Ngada
Sikka
Sumba Barat
Sumba Timur
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Rote-Ndao
Manggarai Barat
Alor
Nagekeo
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Manggarai Timur

1,920
960
960
-

LL (Ha)

80
40
40
-

Total (Ha)

2,000
1,000
1,000
-

SLPTT PADI LAHAN KERING


PENINGKATAN IP
Kab

SL(Ha)

LL (Ha)

2
1
1
-

29,760
960
3,840
1,920
1,920
1,920
960
960
1,920
1,920
1,920
960
960
2,880
960
4,800
960

1,240
40
160
80
80
80
40
40
80
80
80
40
40
120
40
200
40

110

Total (Ha)

31,000
1,000
4,000
2,000
2,000
2,000
1,000
1,000
2,000
2,000
2,000
1,000
1,000
3,000
1,000
5,000
1,000

TOTAL
AREAL
PERTUMBUH
AN

SL-PTT PADI KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)

SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK


LOKASI

Kab

(Ha)

Kab

SL(Ha)

LL (Ha)

16
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

2,000
1,000
1,000
31,000
1,000
4,000
2,000
2,000
2,000
1,000
1,000
2,000
2,000
2,000
1,000
1,000
3,000
1,000
5,000
1,000

2
1
1
16
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

4,800
960
960
960
960
960
10,080
960
480
960
960
960
960
960
480
960
960
480
960

200
40
40
40
40
40
420
40
20
40
40
40
40
40
20
40
40
20
40

Total (Ha) Kab

5,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
10,500
1,000
500
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
500
1,000
1,000
500
1,000

5
1
1
1
1
1
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

SL-PTT PADI KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)
NO.

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA

SL-PTT PADI KAWASAN PEMANTAPAN (SAPRODI)


TOTAL AREAL
PENGEMBAN
GAN (SL+LL)

DEMFARM PADI HIBRIDA


SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha)

23
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

NTB
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kota
Kab.
Kab.
Kota
NTT
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.

Bima
Dompu
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Bima
Sumbawa Barat
Lombok Utara
Mataram
Belu
Ende
Flores Timur
Kupang
Lembata
Manggarai
Ngada
Sikka
Sumba Barat
Sumba Timur
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Rote-Ndao
Manggarai Barat
Alor
Nagekeo
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Manggarai Timur

6,720
960
960
960
960
1,920
960
3,840
960
960
960
960
-

280
40
40
40
40
80
40
160
40
40
40
40
-

7,000
1,000
1,000
1,000
1,000
2,000
1,000
4,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

TOTAL AREAL
PEMANTAPAN
(SL+LL)
SLPTT PADI SAWAH

Kab

6
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
-

(Ha)

Kab

SL(Ha)

12,000
2,000
2,000
2,000
2,000
3,000
1,000
14,500
1,000
500
1,000
1,000
2,000
1,000
1,000
1,000
1,500
1,000
1,000
1,500
1,000

6
1
1
1
1
1
1
13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

164,160
21,120
19,200
20,160
32,640
21,120
26,880
1,920
9,600
9,600
1,920
82,080
4,800
2,880
4,800
7,680
5,760
3,840
5,280
5,760
2,880
2,880
4,800
5,760
5,760
5,760
5,760
7,680

LL (Ha) Total (Ha)

111

6,840
880
800
840
1,360
880
1,120
80
400
400
80
3,420
200
120
200
320
240
160
220
240
120
120
200
240
240
240
240
320

171,000
22,000
20,000
21,000
34,000
22,000
28,000
2,000
10,000
10,000
2,000
85,500
5,000
3,000
5,000
8,000
6,000
4,000
5,500
6,000
3,000
3,000
5,000
6,000
6,000
6,000
6,000
8,000

TOTAL PADI

SLPTT PADI LAHAN KERING


Kab

SL(Ha)

10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

28,800
9,600
4,800
960
1,920
1,920
8,640
960
-

LL (Ha) Total (Ha)

1,200
400
200
40
80
80
360
40
-

30,000
10,000
5,000
1,000
2,000
2,000
9,000
1,000
-

Kab

7
1
1
1
1
1
1
1
-

(Ha)

Kab

201,000
32,000
25,000
22,000
36,000
24,000
37,000
2,000
10,000
11,000
2,000
85,500
5,000
3,000
5,000
8,000
6,000
4,000
5,500
6,000
3,000
3,000
5,000
6,000
6,000
6,000
6,000
8,000

10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

(Ha)

215,000
34,000
27,000
24,000
38,000
28,000
39,000
2,000
10,000
11,000
2,000
131,000
6,000
4,000
4,500
8,000
2,000
11,000
9,000
5,000
8,500
9,000
3,000
6,000
6,000
8,500
3,000
7,000
8,000
12,500
10,000

Kab

10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
19
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PERTUMBUHAN (SAPRODI)
NO.

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA

TOTAL JAGUNG
SLPTT JAGUNG KOMPOSIT
SL(Ha)

23
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PEMANTAPAN (SAPRODI)

NTB
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kota
Kab.
Kab.
Kota
NTT
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.

Bima
Dompu
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Bima
Sumbawa Barat
Lombok Utara
Mataram
Belu
Ende
Flores Timur
Kupang
Lembata
Manggarai
Ngada
Sikka
Sumba Barat
Sumba Timur
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Rote-Ndao
Manggarai Barat
Alor
Nagekeo
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Manggarai Timur

1,920
960
960
11,520
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
960
-

SLPTT JAGUNG HIBRIDA

LL (Ha)

Total (Ha)

Kab

80
40
40
480
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
-

2,000
1,000
1,000
12,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

2
1
1
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

SL(Ha)

6,720
960
960
960
960
960
960
960
-

LL (Ha)

Total (Ha)

280
40
40
40
40
40
40
40
-

112

7,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

UBINAN UBINAN
PADI JAGUNG

SLPTT JAGUNG HIBRIDA


Kab

7
1
1
1
1
1
1
1
-

SL(Ha)

4,800
2,880
1,920
-

LL (Ha)

Total (Ha)

Kab

200
120
80
-

5,000
3,000
2,000
-

2
1
1
-

(Ha)

14,000
2,000
5,000
1,000
1,000
3,000
1,000
1,000
12,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

Kab

7
1
1
1
1
1
1
1
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

(Unit)
426
50
50
50
50
50
50
13
50
50
13
767
40
27
30
50
13
50
50
33
57
50
20
40
40
50
20
47
50
50
50

(Unit)
100
20
20
10
10
20
10
10
120
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
-

SL-PTT PADI KAWASAN PERTUMBUHAN (SAPRODI)


NO.

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT PADI SAWAH
PENINGKATAN IP
SL(Ha)

25
1
2
3
4
5
6
7
8
26
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

TOTAL
AREAL
PERTUMBUH
AN

MALUKU
Kab. MTB
Kab. Maluku Tengah
Kab. Maluku Tenggara
Kab. Pulau Buru
Kab. Seram Bag Barat
Kab. Seram Bag Timur
Kab. Buru Selatan
Kab. Maluku Barat Daya
PAPUA
Kab. Biak Numford
Kab. Jayapura
Kab. Jayawijaya
Kab. Merauke
Kab. Mimika
Kab. Nabire
Kab. Kep Yapen Waropen
Kota Jayapura
Kab. Sarmi
Kab. Keerom
Kab. Pegunungan Bintang
Kab. Mappi
Kab. Waropen
Kab.Intan Jaya
Kab. Nduga

17,376
480
14,784
192
672
480
192
288
288
-

LL (Ha) Total (Ha)


724
20
616
8
28
20
8
12
12
-

18,100
500
15,400
200
700
500
200
300
300
-

SLPTT PADI LAHAN KERING


PENINGKATAN IP
Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha)
8
1
1
1
1
1
1
1
1
-

3,648
1,152
192
768
384
384
768
3,360
2,496
96
384
96
96
96
96

152
48
8
32
16
16
32
140
104
4
16
4
4
4
4

113

3,800
1,200
200
800
400
400
800
3,500
2,600
100
400
100
100
100
100

Kab
6
1
1
1
1
1
1
7
1
1
1
1
1
1
1

(Ha)
3,800
1,200
200
800
400
400
800
21,600
500
18,000
200
700
100
500
200
700
100
100
300
100
100

SL-PTT PADI KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)
TOTAL PADI
SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK
LOKASI

Kab SL(Ha)
6
1
1
1
1
1
1
13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

12,480
4,800
5,760
960
960
-

LL (Ha) Total (Ha) Kab


520
200
240
40
40
-

13,000
5,000
6,000
1,000
1,000
-

4
1
1
1
1
-

(Ha)
16,800
1,200
5,200
800
6,400
1,000
1,400
800
21,600
500
18,000
200
700
100
500
200
700
100
100
300
100
100

Kab
7
1
1
1
1
1
1
1
13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

SL-PTT JAGUNG KAWASAN PERTUMBUHAN (SAPRODI)


NO.

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT JAGUNG HIBRIDA

SLPTT JAGUNG KOMPOSIT

SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab
25
1
2
3
4
5
6
7
8
26
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

MALUKU
Kab. MTB
Kab. Maluku Tengah
Kab. Maluku Tenggara
Kab. Pulau Buru
Kab. Seram Bag Barat
Kab. Seram Bag Timur
Kab. Buru Selatan
Kab. Maluku Barat Daya
PAPUA
Kab. Biak Numford
Kab. Jayapura
Kab. Jayawijaya
Kab. Merauke
Kab. Mimika
Kab. Nabire
Kab. Kep Yapen Waropen
Kota Jayapura
Kab. Sarmi
Kab. Keerom
Kab. Pegunungan Bintang
Kab. Mappi
Kab. Waropen
Kab.Intan Jaya
Kab. Nduga

1,920
960
960
-

80
40
40
-

2,000
1,000
1,000
-

2
1
1
-

2,880
960
960
960
960
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
-

120
40
40
40
40
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
-

3,000
1,000
1,000
1,000
1,000
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
-

114

3
1
1
1
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)
TOTAL
AREAL
PERTUMBUH
AN
SLPTT JAGUNG HIBRIDA

(Ha)
5,000
1,000
1,000
1,000
2,000
1,000
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
-

Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab


4
1
1
1
1
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

960
960
-

40
40
-

1,000
1,000
-

1
1
-

TOTAL
JAGUNG

(Ha)
6,000
2,000
1,000
1,000
2,000
1,000
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
-

Kab
4
1
1
1
1
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

UBINAN
PADI

UBINAN
JAGUNG

(Unit)

(Unit)

112
8
35
5
43
7
9
5
75
3
50
1
5
1
3
1
5
1
1
2
1
1

60
20
10
10
20
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

SL-PTT PADI KAWASAN PENGEMBANGAN (SAPRODI)


NO.

TOTAL
AREAL
PENGEMBA
NGAN
(SL+LL)

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA


SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK
LOKASI

SLPTT PADI LAHAN KERING


SPESIFIK LOKASI

SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab (Ha)

28
1
2
3
4
5
6
7
8
30
1
2
3
4
5
6
7
8

BANTEN
Kab. Lebak
Kab. Pandeglang
Kab. Serang
Kab. Tangerang
Kota Cilegon
Kota Serang
Kota Tangerang
Kota Tangerang Selatan
GORONTALO
Kab. Boalemo
Kab. Gorontalo
Kab. Pohuwato
Kab. Bone Bolango
Kab. Gorontalo utara
Kota Gorontalo
Kab. Limboto
Kab. Marisa

6,720
1,920
1,920
960
960
960
3,840
960
960
960
960
-

280
80
80
40
40
40
160
40
40
40
40
-

7,000
2,000
2,000
1,000
1,000
1,000
4,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

5
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
-

4,224
384
1,536
384
192
1,728
-

176
16
64
16
8
72
-

4,400
400
1,600
400
200
1,800
-

115

5
1
1
1
1
1
-

7,000
2,000
2,000
1,000
1,000
1,000
8,400
1,400
1,600
1,400
1,200
2,800
-

SL-PTT PADI KAWASAN PEMANTAPAN (SAPRODI)

SLPTT PADI SAWAH

Kab SL(Ha)

5 143,040
1 38,400
1 44,160
1 37,440
1 19,200
1
3,840
5 24,480
1
3,360
1 12,480
1
1,920
1
960
1
4,800
960
-

SLPTT PADI LAHAN KERING

LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab

5,960
1,600
1,840
1,560
800
160
1,020
140
520
80
40
200
40
-

149,000
40,000
46,000
39,000
20,000
4,000
25,500
3,500
13,000
2,000
1,000
5,000
1,000
-

5 24,768
1 9,600
1 11,520
1 2,496
1
960
1
192
6
1
1
1
1
1
1
-

1,032
400
480
104
40
8
-

25,800
10,000
12,000
2,600
1,000
200
-

5
1
1
1
1
1
-

NO.

TOTAL AREAL
PROVINSI & KABUPATEN/KOTA PEMANTAPAN
(SL+LL)

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PERTUMBUHAN (SAPRODI)

28
1
2
3
4
5
6
7
8
30
1
2
3
4
5
6
7
8

BANTEN
Kab. Lebak
Kab. Pandeglang
Kab. Serang
Kab. Tangerang
Kota Cilegon
Kota Serang
Kota Tangerang
Kota Tangerang Selatan
GORONTALO
Kab. Boalemo
Kab. Gorontalo
Kab. Pohuwato
Kab. Bone Bolango
Kab. Gorontalo utara
Kota Gorontalo
Kab. Limboto
Kab. Marisa

174,800
50,000
58,000
41,600
21,000
4,200
25,500
3,500
13,000
2,000
1,000
5,000
1,000
-

Kab

5
1
1
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
-

(Ha)

181,800
52,000
60,000
42,600
22,000
5,200
33,900
4,900
14,600
3,400
2,200
7,800
1,000
-

UBINAN UBINAN
PADI JAGUNG

TOTAL
JAGUNG

TOTAL PADI
SLPTT JAGUNG KOMPOSIT

(Ha)

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)

SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha) Kab

5 2,880
1
1
960
1
1
960
1
960
6 3,840
1
960
1
960
1
1
960
1
960
1
-

120
40
40
40
160
40
40
40
40
-

116

3,000
1,000
1,000
1,000
4,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

3 2,880
960
1
960
1
1
960
4
1
1
1
1
-

120
40
40
40
-

3,000
1,000
1,000
1,000
-

3
1
1
1
-

(Ha)

6,000
1,000
1,000
1,000
1,000
2,000
4,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-

Kab

5
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
-

(Unit)
235
50
50
50
50
35
178
33
50
23
15
50
7
-

(Unit)
60
10
10
10
10
20
40
10
10
10
10
-

SL-PTT PADI KAWASAN PERTUMBUHAN (SAPRODI)


NO.

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT PADI SAWAH PENINGKATAN
IP
SL(Ha)

27
1
2
3
4
5
6
7
8
29
1
2
3
32
1
2
3
4
5
6
7
8
9
33
1
2
3
4
5

TOTAL
AREAL
PERTUMBUH
AN

MALUT
Kab. Halmahera Tengah
Kab. Halmahera Barat
Kab. Halmahera Timur
Kab. Kepulauan Sula
Kab. Halmahera Selatan
Kab. Halmahera Utara
Kab. Pulau Morotai
Kota Tidore Kepulauan
BABEL
Kab. Bangka
Kab. Bangka Selatan
Kab. Blitung Timur
PAPUA BARAT
Kab. Sorong
Kab. Manokwari
Kab. Fak-Fak
Kab. Raja Ampat
Kab. Teluk Bintuni
Kab. Teluk Wondama
Kab. Sorong Selatan
Kab. Maybrat
Kab Tambrauw
SULBAR
Kab. Mamuju
Kab. Majene
Kab. Mamasa
Kab. Mamuju Utara
Kab. Polewali Mandar

8,640
960
960
4,800
960
960
960
960
4,992
1,920
1,920
960
192
3,840
1,920
960
960
-

LL (Ha)

Total (Ha)

360
40
40
200
40
40
40
40
208
80
80
40
8
160
80
40
40
-

9,000
1,000
1,000
5,000
1,000
1,000
1,000
1,000
5,200
2,000
2,000
1,000
200
4,000
2,000
1,000
1,000
-

SLPTT PADI LAHAN KERING


PENINGKATAN IP

Kab SL(Ha) LL (Ha)


5
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
3
1
1
1
-

4,128
384
576
384
288
960
960
384
192
960
960
480
192
96
96
96
3,840
960
960
960
960

117

172
16
24
16
12
40
40
16
8
40
40
20
8
4
4
4
160
40
40
40
40

Total (Ha)

Kab

4,300
400
600
400
300
1,000
1,000
400
200
1,000
1,000
500
200
100
100
100
4,000
1,000
1,000
1,000
1,000

8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
4
1
1
1
1

(Ha)
13,300
1,400
1,600
5,400
300
2,000
2,000
400
200
2,000
2,000
5,700
2,000
2,200
1,100
200
100
100
8,000
3,000
2,000
2,000
1,000

SL-PTT PADI KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)

SLPTT PADI SAWAH SPESIFIK


LOKASI

Kab SL(Ha) LL (Ha)


8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1

6,720
2,880
960
960
1,920

280
120
40
40
80

Total (Ha) Kab


7,000
3,000
1,000
1,000
2,000

4
1
1
1
1

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PERTUMBUHAN (SAPRODI)

SL-PTT PADI KAWASAN PEMANTAPAN (SAPRODI)


NO.

TOTAL AREAL
PEMANTAPA
N (SL+LL)

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT PADI SAWAH

SL(Ha)
27
1
2
3
4
5
6
7
8
29
1
2
3
32
1
2
3
4
5
6
7
8
9
33
1
2
3
4
5

MALUT
Kab. Halmahera Tengah
Kab. Halmahera Barat
Kab. Halmahera Timur
Kab. Kepulauan Sula
Kab. Halmahera Selatan
Kab. Halmahera Utara
Kab. Pulau Morotai
Kota Tidore Kepulauan
BABEL
Kab. Bangka
Kab. Bangka Selatan
Kab. Blitung Timur
PAPUA BARAT
Kab. Sorong
Kab. Manokwari
Kab. Fak-Fak
Kab. Raja Ampat
Kab. Teluk Bintuni
Kab. Teluk Wondama
Kab. Sorong Selatan
Kab. Maybrat
Kab Tambrauw
SULBAR
Kab. Mamuju
Kab. Majene
Kab. Mamasa
Kab. Mamuju Utara
Kab. Polewali Mandar

4,800
960
2,880
960
49,920
21,120
960
11,520
2,880
13,440

LL (Ha) Total (Ha)


200
40
120
40
2,080
880
40
480
120
560

5,000
1,000
3,000
1,000
52,000
22,000
1,000
12,000
3,000
14,000

TOTAL PADI

SLPTT PADI LAHAN KERING

Kab SL(Ha) LL (Ha) Total (Ha)


3
1
1
1
5
1
1
1
1
1

3,840
960
960
960
960

160
40
40
40
40

118

4,000
1,000
1,000
1,000
1,000

SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Kab

(Ha)

Kab

5,000
1,000
3,000
1,000
56,000
23,000
2,000
13,000
3,000
15,000

4
1
1
1
1

3
1
1
1
5
1
1
1
1
1

(Ha)
13,300
1,400
1,600
5,400
300
2,000
2,000
400
200
7,000
1,000
5,000
1,000
5,700
2,000
2,200
1,100
200
100
100
71,000
29,000
2,000
16,000
6,000
18,000

Kab

SL(Ha)

8
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1

960
960
960
960
-

LL (Ha) Total (Ha)


40
40
40
40
-

1,000
1,000
1,000
1,000
-

Kab
1
1
1
1
-

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PERTUMBUHAN (SAPRODI)
NO.

TOTAL
AREAL
PERTUMBUH
AN

PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
SLPTT JAGUNG KOMPOSIT

SL(Ha) LL (Ha)
27
1
2
3
4
5
6
7
8
29
1
2
3
32
1
2
3
4
5
6
7
8
9
33
1
2
3
4
5

MALUT
Kab. Halmahera Tengah
Kab. Halmahera Barat
Kab. Halmahera Timur
Kab. Kepulauan Sula
Kab. Halmahera Selatan
Kab. Halmahera Utara
Kab. Pulau Morotai
Kota Tidore Kepulauan
BABEL
Kab. Bangka
Kab. Bangka Selatan
Kab. Blitung Timur
PAPUA BARAT
Kab. Sorong
Kab. Manokwari
Kab. Fak-Fak
Kab. Raja Ampat
Kab. Teluk Bintuni
Kab. Teluk Wondama
Kab. Sorong Selatan
Kab. Maybrat
Kab Tambrauw
SULBAR
Kab. Mamuju
Kab. Majene
Kab. Mamasa
Kab. Mamuju Utara
Kab. Polewali Mandar

672
96
96
96
96
96
144
48
-

28
4
4
4
4
4
6
2
-

Total (Ha)
-

Kab
-

700
100
100
100
100
100
100
100
-

7
1
1
1
1
1
1
1
-

(Ha)
1,000
1,000
1,000
1,000
700
100
100
100
100
100
150
50
-

119

SL-PTT JAGUNG KAWASAN


PENGEMBANGAN (SAPRODI)
TOTAL
JAGUNG

UBINAN
JAGUNG

(Unit)

(Unit)

SLPTT JAGUNG HIBRIDA

Kab SL(Ha) LL (Ha)


1
1
1
1
7
1
1
1
1
1
1
1

UBINAN
PADI

3,168
384
384
480
480
480
480
480
3,840
960
960
960
960

132
16
16
20
20
20
20
20
160
40
40
40
40

Total (Ha)

Kab

3,300
400
400
500
500
500
500
500
4,000
1,000
1,000
1,000
1,000

7
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1

(Ha)
4,300
400
400
500
500
500
1,000
500
500
1,000
1,000
700
100
100
100
100
100
150
50
4,000
1,000
1,000
1,000
1,000

Kab
8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
7
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1

88
9
11
36
2
13
13
3
1
47
7
33
7
38
13
15
7
1
1
1
203
50
13
50
40
50

43
4
4
5
5
5
10
5
5
10
10
7
1
1
1
1
1
1
1
40
10
10
10
10

Lampiran 4
BLANKO CALON LOKASI BANTUAN SOSIAL BUDIDAYA (SL-PTT/KAWASAN)
TANAMAN PANGAN TAHUN 2013
KABUPATEN
PROVINSI

:
:

KOMODITI

: Padi Inbrida/Padi Hibrida/Padi Lahan Kering/Jagung Hibrida/Jagung Komposit/Kedelai *)

SASARAN

:
Peningkatan Produktivitas

Perluasan Areal Potensi


Lahan Non Tanaman Pangan

Peningkatan Indeks Pertanaman


No

Kecamatan/Desa

Luasan
(Ha)

Produktivitas Awal
(Ku/Ha)

1 KEC ....................
Ds. ......................
Ds. ......................
Ds. ......................
Ds. ......................
Ds. ......................

Target Peningkatan
Produktivitas (Ku/Ha)

Keterangan
SL-PTT Kawasan .................

2 KEC ....................
Ds. ......................
Ds. ......................
Ds. ......................
Ds. ......................
Ds. ......................
3 Dst

Ket :

Jumlah
*). Pilih salah satu
................., ........................... 2012
Kepala Dinas Pertanian .....................

................................................................
Nip. ..........................................................

120

DAFTAR CALON PETANI DAN CALON LOKASI


PENERIMA BANSOS SL-PTT TAHUN 2013
Nama Poktan / Gapoktan

Jumlah Anggota Kelompok

Desa

Kecamatan

Kabupaten

Kawasan

Komoditi

No.

Nama Petani

Luas Areal (ha) Kebutuhan Benih (kg)

Varietas

1
2
3
4
5
dst
Jumlah
Mengetahui

Ketua Kelompoktani

KCD/Penyuluh
Nama .

Nama .

121

Jadwal Tanam

DAFTAR CALON PETANI DAN CALON LOKASI


PENERIMA BANTUAN SOSIAL SL-PTT TAHUN 2013
Kabupaten
Kawasan
Komoditas

No

:
: Pertumbuhan / Pengembangan / Pemantapan
: Padi Inbrida Sawah / Padi Inbrida Pasang Surut / Padi Inbrida Rawa Lebak / Padi Inbrida Lahan Kering
Jagung Komposit / Jagung Hibrida

Kecamatan

Desa

Nama
Nama Ketua
Kelompok Tani

Jumlah
Anggota

Luas Areal
(Ha)

Jumlah
Kebutuhan Benih
(Kg)

Jadwal
Tanam

1
2
3
4
dst
Jumlah

Ditetapkan,Tgl.Bln.Tahun 2013
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten ,

Nama
NIP

122

Varietas

Lampiran 5

SURAT KEPUTUSAN
KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA
NOMOR : .............................................2013
TENTANG
PENETAPAN KELOMPOKTANI PENERIMA DANA BANTUAN SOSIAL
(BANSOS) SL-PTT
............................................................)*
TAHUN ANGGARAN 2013
KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA
Menimbang

Mengingat

a.

Bahwa ketahanan pangan nasional perlu terus


diupayakan melalui peningkatan produksi untuk
menjamin kecukupan pangan yang semakin meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.

b.

Bahwa peningkatan produksi padi dan jagung tahun


2013 difokuskan pada peningkatan produktivitas melalui
penerapan teknologi dalam SL-PTT.

c.

Bahwa pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung untuk


peningkatan produksi, produktivitas dan pendapatan
petani perlu ditetapkan kelompoktani penerima Bansos
SL-PTT tahun 2013.

d.

Bahwa sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c


perlu ditetapkan Kelompoktani Penerima Bantuan SLPTT Padi dan Jagung Tahun Anggaran 2013.

1.

Undang Undang Nomor .............. Tahun .............


tentang ................;
Surat Keputusan .......... Nomor .............. Tahun
............. tentang ................;
Peraturan Daerah Kabupaten / Kota Nomor ..............
Tahun ............. tentang ................;
dst

2.
3.
4.
Memperhatikan

1.

DIPA Dinas Pertanian


.............. Tanggal
Tahun ............

2.

Pedoman Teknis Sekolah Lapangan Pengelolaan


Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung Tahun 2013.

123

Kabupaten / Kota Nomor


............. Bulan ................

MEMUTUSKAN
Menetapkan

PERTAMA

Penetapan Kelompoktani penerima bantuan SL-PTT


....................................................*) tahun anggaran
2013 sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.

KEDUA

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan


apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini maka akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di :...............................
Pada Tanggal : ................................
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten / Kota
..........................................
NIP. .....................................

Tembusan :
1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI di Jakarta
2. Bupati / Walikota di ..............
3. Kepala Dinas Pertanian Provinsi di ................
4. dst.
*) disesuaikan dengan komoditi (SL-PTT padi inbrida, padi hibrida,padi lahan kering,
jagung hibrida dan jagung komposit)
**) disesuaikan dengan sumber bantuan

124

Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota Penetapan Kelompoktani


Penerima Dana Bansos untuk SL, LL dan Dana Pertemuan Kelompok SL-PTT Tahun 2013

No.

Nama
Poktan/Gapoktan

Nama Ketua

Alamat
Desa

Kec.

Nomor
Rekening

Jumlah
( Rp )

1
2
3
4
5
dst
Jumlah
Ditetapkan,, Bln. 2013
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten / Kota.,

Nama
NIP

125

Alamat Bank
Cabang, Unit

Lampiran 6

Rencana Usaha Kelompok (RUK)


Pelaksana SL-PTT Tahun 2013
Nama Kelompoktani
Alamat Kelompoktani
Luas Lahan
Jumlah Anggota Poktan
Rincian Kebutuhan Kel.
Komoditi
Varietas
No

:
:
:
:
:
:
:

Uraian
Kebutuhan

Volume
(Kg)

Jenis

1.
2.
3.
dst

Harga Satuan
(Rp.)

Jumlah
(Rp.)

Jumlah
Mengetahui,
Penyuluh/Petugas
Pertanian

., ..

Nama
NIP

126

Bendahara
Kelompok,

Ketua
Kelompok,

Nama

Nama

Lampiran 7
SURAT PERNYATAAN
PENERIMAAN BANSOS DAN PENGGUNAAN BANSOS

Yang bertandatangan dibawah ini adalah nama : .. selaku Ketua


Kelompoktani
..........................
Desa
.
Kecamatan
.. Kabupaten dengan ini menyatakan bahwa dana
yang kami terima sebesar Rpdan akan kami gunakan :
a. Untuk pembelian saprodi SL-PTT
b. Biaya pertemuan Kelompoktani
c. Bersedia dan sanggup untuk melaksanakan penanaman, pemeliharaan
sampai panen di areal SL-PTT dan sanggup mengembalikan dana apabila
tidak sesuai peruntukannya.
Demikian Surat Pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya .
............................... 2013
Ketua Kelompoktani

Mengetahui
Petugas Lapangan

Materai 6.000

(......................................)

(.....................................)

127

Lampiran 8
MEKANISME PENCAIRAN DANA BANTUAN SL-PTT
POLA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) TA. 2013

Pembentukan Tim
Teknis Kab/Kota

Menyusun Juknis dan


Kriteria Seleksi CP/CL
KPA/PPK
SPM-LS

SPP-LS

KPPN

Seleksi Tahap-I Administrasi

Seleksi Tahap-II Penilaian


Proposal/Usulan Kelompoktani
Menyusun RUK
didampingi PPL
& diverifikasi
Tim Teknis Kab/Kota

SP2D

Forum Musyawarah &


Berita Acara CP/CL

Penetapan Kelompoktani
Kelompok
Sasaran

Bank
terdekat
Membuka Rekening di Bank

Pencairan dana dari rekening melalui


persetujuan Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota setelah diverifikasi oleh Tim
Teknis/Tim Verifikasi Kabupaten/Kota

128

Lampiran 9

RENCANA JADWAL PELAKSANAAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG TAHUN 2013


NO

KEGIATAN

Penyusunan Pedum, Juklak, Juknis

Pembentukan Tim Teknis

Sosialisasi

CP/CL

Pengiriman RUK, RDKK, Rekening


Poktan/Gapoktan ke Kabupaten/Kota,
Provinsi, dan Pusat

Proses Administrasi Keuangan dan


Pengiriman Dana ke Rekening Kelompok

Pelatihan PL
1. Pelatihan PL I
2. Pelatihan PL II
3. Pelatihan PL III

Pelaksanaan
1. Tanam
2. Pemeliharaan
3. Panen

Pembinaan

10

Monitoring

11

Evaluasi

12

Pelaporan

JAN

FEB

MAR

APR

MEI

JUN

BULAN
JUL

AGUST

SEP

OKT

NOP

Lampiran 10
BLANGKO LAPORAN BULANAN KECAMATAN
REALISASI SL-PTT KAWASAN PERTUMBUHAN / PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN
PADI INBRIDA SAWAH/ PADI INBRIDA PASANG SURUT / PADI INBRIDA RAWA LEBAK / PADI HIBRIDA
PADI LAHAN KERING / JAGUNG KOMPOSIT / JAGUNG HIBRIDA
TAHUN 2013
KECAMATAN :
BULAN

Desa

Poktan

Luas
Areal
(Ha)

(2)

Jumlah

No
(1)

Jumlah
SL-PTT
( Unit )

Realisasi Tanam

Realisasi Panen

(Ha)

(%)

Luas
(Ha)

Provitas
(ku/ha)

Produksi
(ton)

Dilaksanakan
MH 13/14
(Ha)

Keterangan
(12)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

50

45

90.00

30

75.00

225

100

95

95.00

80

81.25

650

150

140

93.33

110

79.55

875

10

3
4

dst
Jumlah

., tgl,, bulan,.., tahun


Petugas Penyuluh Pertanian /
Kepala Cabang Dinas Pertanian
Nama
NIP

Lampiran 11
BLANGKO LAPORAN BULANAN KABUPATEN
REALISASI SL-PTT KAWASAN PERTUMBUHAN / PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN
PADI INBRIDA SAWAH/ PADI INBRIDA PASANG SURUT / PADI INBRIDA RAWA LEBAK / PADI HIBRIDA
PADI LAHAN KERING / JAGUNG KOMPOSIT / JAGUNG HIBRIDA
TAHUN 2013
KABUPATEN :
BULAN

:
Jumlah

No

Desa

Poktan

Luas
Areal
(Ha)

Kecamatan

SK
Penetapan
CPCL
(Ha)

Pengajuan Ke Bank

Realisasi Tanam

Proses
(Ha)

Cair
(Ha)

(Ha)

Realisasi Panen

(%)

Luas
(Ha)

Provitas
(ku/ha)

Produksi
(ton)

(11)

(12)

Dilaksanakan
MH 13/14 Keterangan
(Ha)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(13)

(14)

50

50

50

50

50

100.00

50

80.00

80

50

50

50

50

50

100.00

50

80.00

80

dst
Jumlah

., tgl,, bulan,.., tahun


Tim Teknis Tingkat Kabupaten/Kota /
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

Nama
NIP

(15)

Lampiran 12
BLANGKO LAPORAN BULANAN PROVINSI
REALISASI SL-PTT KAWASAN PERTUMBUHAN / PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN
PADI INBRIDA SAWAH/ PADI INBRIDA PASANG SURUT / PADI INBRIDA RAWA LEBAK / PADI HIBRIDA
PADI LAHAN KERING / JAGUNG KOMPOSIT / JAGUNG HIBRIDA
TAHUN 2013

PROVINSI :
BULAN
:

(3)

(4)

(5)

(6)

SK
Penetapan
CPCL
(Ha)
(7)

(8)

(9)

(10)

(14)

(15)

200

200

200

200

195

97.50

100

75.00

750

10

250

250

250

250

245

98.00

150

80.00

1200

17

18

450

450

450

450

440

97.78

250

78.00

1950

10

No

Jumlah

Kabupaten

(1)

(2)

Kecamatan

Desa

Poktan

Luas
Areal
(Ha)

Pengajuan Ke Bank
Proses
(Ha)

Realisasi Tanam

Cair
(Ha)

(Ha)

Realisasi Panen

(%)

Luas
(Ha)

Provitas
(ku/ha)

Produksi
(ton)

(11)

(12)

(13)

Dilaksanakan
MH 13/14 Keterangan
(Ha)

3
4
5

dst
Jumlah

., tgl,, bulan,.., tahun


Tim Teknis Tingkat Provinsi
Kepala Dinas Pertanian Provinsi

Nama
NIP

(16)

Lampiran 13
BLANGKO LAPORAN AKHIR PROVINSI/KABUPATEN
REALISASI SL-PTT KAWASAN PERTUMBUHAN / PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN
PADI INBRIDA SAWAH/ PADI INBRIDA PASANG SURUT / PADI INBRIDA RAWA LEBAK / PADI HIBRIDA
PADI LAHAN KERING / JAGUNG KOMPOSIT / JAGUNG HIBRIDA

TAHUN 2013
PROV/KAB :
BULAN :
SK
Penetapan
CPCL
Luas Area
(Ha)
(Ha)

Realisasi Tanam

Target
No

Kab/Kec
Unit

(1)

(2)

Realisasi Panen

Unit

(Ha)

(%)
(11)

Bulan
Tanam
(12)

Luas
(Ha)

Provitas
(ku/ha)

Produksi
(ton)

(13)

(14)

(15)

Provitas
Provitas
Provitas
Tidak
Non SL
dalam LL Sebelum pada MT Dilaksana
(ku/Ha) SL (ku/Ha) yang sama kan (Ha)
(ku/Ha)
(16)
(17)
(18)
(19)

(3)

(4)

(7)

(9)

(10)

200

200

195

97.50

Mar, Apr, Mei 100

75.00

750

80.00

70.00

70.00

250

250

245

98.00

Apr, Jun

150

80.00

1200

85.00

73.00

70.00

17

450

450

440

97.78

250

78.00

1950

82.50

71.50

70.00

3
4
5

dst
Jumlah

., tgl,, bulan,.., tahun


Tim Teknis Tingkat Provinsi/
Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupten

Nama
NIP

Ket

(20)

Lampiran 14
FORM ISIAN
HASIL UBINAN SL-PTT PADI / JAGUNG
Kabupten
Kawasan
Komoditas

No

Nama Petani

:
: PERTUMBUHAN / PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN
: PADI INBRIDA SAWAH/ PADI INBRIDA PASANG SURUT / PADI INBRIDA RAWA LEBAK / PADI HIBRIDA /
PADI LAHAN KERING / JAGUNG KOMPOSIT / JAGUNG HIBRIDA
Nama
KelompokTani

Alamat
Desa

Kecamatan

Jumlah
Ubinan
(Unit)

Tanggal
Ubinan

Petugas Ubinan
Nama

Hasil Ubinan (Ku/Ha GKG)

NIP

LL

Non LL / SL

Varietas

., tgl,, bulan,.., tahun


Kepala Dinas Pertanian Kabupten

Nama
NIP

You might also like