Professional Documents
Culture Documents
Lidya Ariyani
123020163
Anis Hamidah
123020163
Aulia Rahmani
123020166
123020169
Yolanda Agustina
123020170
123020171
Yulia Erlanda
123020172
123020173
123020174
Maysharah Derianty
123020175
Ai Teti
123020176
Nurul Hikmah
123020178
Blansing merupakan suatu perlakuan pemanasan dengan menggunakan suhu 6075oC, dengan waktu kurang dari 10 menit.
Tujuan dari blansing adalah (i) menonaktifkan
enzim,
terutama
produk
makanan
dengan
mematikan
mikroorganisme
dan
mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara
menguapkan sebagian besar air yang terkandung dalam bahan pangan dengan
menggunakan energi panas.
Pengeringgan dengan alat pengering buatan disebut dengan dehidrasi yaitu
suatu operasi yang melibatkan baik transfer panas atau masa dibawah kondisi
pengeringan yang terkendali dengan menggunakan berbagai metode pengeringan.
Panas akan dihantarkan pada air dalam bahan pangan yang hendak dikeringkan dan
air akan menguap dan dipindahkan keluar dari pengering.
Energi yang diberikan untk mengurangi kadar air dalam pengeringan bahan
pangan biasanya berupa energi panas. Dengan pemberian panas diharapkan
mobilitas air dalam bahan pangan akan meningkat dan tekanan uapnya bertambah
sehingga air tersebut dapat keluar dari bahan pangan.
Berbagai cara pengeringan telah banyak dilakukan dalam proses pengolahan
bahan pangan. Secara garis besar cara pengeringan dilakukan dengan pengeringan
kimia
adalah
senyawa-senyawa
yang
mampu
menghambat,
sebagai
probiotik
(AGAWANE
dan
LONKAR,
2004).
dalam rentang waktu yang sama sehingga A. flavus tidak dapat bersaing dengan S.
cerevisiae dalam penyerapan nutrisi.
2. Bagaimana hubungkan dan keterkaitan satu sama teknologi pengawetan tersebut jika
diaplikasikan pada olahan bahan pangan (berikan contoh)
Jawab :
Sayuran hijau yang dibekukan perlu dilakukan blansing agar aktivitas enzim
katalase dan peroksidase menjadi terhambat, sehingga sayuran hijau tersebut tidak
mengalami perubahan bau dan flavor selama penyimpanan. Sayuran hijau yang
tidak mengalami blansing mempunyai warna hijau keabu-abuan, serta mempunyai
flavor dan baunya yang tidak dikehendaki.
Pada proses pengalengan, bahan makanan yang akan dikalengkan misalnya buah
ditambahkan larutan gula setelah itu dipasteurisasi dengan suhu dan waktu yang
disesuaikan dengan bahan. Pada makanan seperti daging dan ikan ditambah bahan
pengawet lalu setelah dikalengkan dipasteurisasi.
3. Bagaimana pengaruh suhu tinggi (blansing, pasteurisasi, sterilisasi) terhadap
pertumbuhan mikroba. Jelaskan hubungannya terhadap nilai D, Z dan F.
Jawab :
Proses blansing akan meningkatkan kualitas pada bahan pangan, karena bahan
menjadi bersih dan mengurani populasi bakteri. Mikroba tidak akan mati semua hanya
sebagian saja karena pengaruh pemanasan blansing.
Pada pasteurisasi tidak membunuh mikroorganisme
hanya
mengurangi
mikroorganisme patogennya saja sedangkan spora masih terdapat dalam sel mikroba.
Pada sterilisasi membunuh seluruh sel vegetatif mikroorganisme beserta sporanya
karena dilakukan pada suhu diatas 100oC.
Para ahli mikrobiologi dan insinyur telah banyak menggunakan parameter termal
seperti D, Z, dan F untuk menggambarkan proses termal yang diterapkan dalam
mikroba yang mati di dalam atau di produk, dihitung dengan menggunakan spesifik
nilai Z.
L (tingkat kematikan): Tingkat kerusakan mikroba pada suhu T dinyatakan
dalam suhu referensi, tREF. Unit tingkat kematikan beberapa menit pada ref T per
4. Produk keju oles memiliki pH diatas 4,5 dengan aw diatas 0,85. Supaya produk ini
memiliki umur simpan yang panjang dan tetap terjamin keamanan pangannya, maka
produk ini perlu dilakukan pengawetan dengan metode yang mana, apakah perlu
mengkombinasikan metode pengawetan bagaimana dengan kualitas secara kimia,
fisik, dan organoleptiknya.
Jawab :
myoglobin (NOMb). Nitrit yang digunakan dalam pengasinan daging ini telah
diproduksi secara komersial dengan nama sodium nitrite.
Gula berfungsi untuk memperbaiki flavor, mengurangi rasa asin akibat
penambahan garam,mengurangi kekerasan akibat adanya penambahan garam
(pelunak), mempengaruhi warna melalui karamelisasi. Waktu curing yang lama akan
memberi kesempatan bakteri untuk memanfaatkan gula sebagai sumber nutrient. Gula
efektif sebagai pemgawet karena menghambat pertumbuhan bakteri.
Jadi pada pengolahan daging asap yang berfungsi sebagai penstabil adalah nitrit
yang merupakan zat yang digunakan sebagai pengawet dan penstabil warna pada
pengolahan daging. Nitrit berfungsi sebagai bahan pembentuk faktor-faktor sensori
yaitu warna, aroma, dan cita rasa. Oleh karena itu dalam industri makanan kaleng
penggunaan zat pengawet ini sangat penting karena dapat menyebabkan warna daging
olahannya menjadi merah atau pink dan nampak segar sehingga produk olahan daging
tersebut disukai oleh konsumen.