You are on page 1of 20

Pengendalian Banjir Sebagai Salah Satu Aspek

Pengelolaan
Sumber Daya Air di DAS Kali Brantas

1)

Perusahaan Umum (Perum) Jasa


Tirta I Jl. Surabaya 2A, Malang

I.

Pendahuluan
Sumber daya air adalah aspek vital yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, untuk dan demi peradaban manusia. Bahkan dapat
dipastikan, tanpa pengembangan sumber daya air, peradaban manusia tidak
akan mencapai tingkat yang dinikmati saat ini. Oleh karena itu tidak
berlebihan bila pengembangan dan pengelolaan sumber daya air disebut
sebagai pondasi peradaban manusia.
Indonesia patut bersyukur karena sebagai negara kepulauan, memiliki
keragaman alam yang kaya, dan dikaruniai potensi air yang berlimpah untuk
kawasan Asia-Oseania. Negara dengan 17.000 pulau yang memiliki garis
pantai 81.000 km dan lima pulau utama yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi dan Papua memiliki keragaman alam yang luar biasa. Aspek
geografis inilah yang menyebabkan permukaan daratan Indonesia menjadi
bervariasi sehingga menjadi rangkaian pegunungan, bukit, bantaran aluvial,
danau, rawa dan lain sebagainya. Ini pula yang menyebabkan Indonesia
dikaruniai potensi hidro-meteorologis yang unik.
Secara umum dapat disebutkan, potensi air permukaan di Indonesia
ditentukan oleh beberapa faktor ragawi maupun nir-ragawi, antara lain:
kondisi daerah aliran sungai (DAS) dan ragam fisik sumber daya air, luas
dan volume tampungannya (baik yang alami maupun buatan), pengaruh iklim
dan tentu saja campur tangan manusia. Curah hujan di pedalaman
Kalimantan misalnya, berkisar 6.000 mm/tahun, sedangkan di Teluk Palu,
Sulawesi, potensi curah hujan hanya sepersepuluhnya saja.
Suatu sifat fisik yang khas dari sumber daya air di Indonesia, ditandai pada
fluktuasi ketersediaannya sesuai musim. Pada saat musim penghujan,
umumnya kuantitas air (dalam pengertian volume air) cukup besar bahkan
cenderung berlebihan. Dalam kondisi demikian, pengelolaan sumber daya air
lazimnya diarahkan kepada pengendalian bencana banjir. Sebaliknya di
musim kemarau, ketersediaan air menurun secara drastis, sehingga
pengelolaan sumber daya air di musim ini dititikberatkan pada alokasi dan
distribusi air yang optimal guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan
lingkungannya.
Hal-hal yang berkaitan dengan air di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
No. 7 tahun 2005 tentang Sumber daya Air. Undang-Undang tersebut disusun
berdasarkan tiga landasan yang menjiwai seluruh pasal-pasal yaitu:

1)

Disampaikan pada Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu


dan Berkelanjutan, Universitas
Merdeka Malang Pemkot Malang HATHI Cabang Malang Perum Jasa Tirta I
Malang 15 Januari 2005

1.
Filosofis

Landasan

Menempatkan air sebagai sumber kehidupan sekaligus sumber


penghidupan yang dikaruniakan Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu,
hak
setiap
orang
untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok
minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan sehat, bersih dan
produktif perlu mendapat jaminan dari negara.
2.
Yuridis

Landasan

Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 menyatakan bahwa: Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sejalan dengan ketentuan itu,
Undang-undang ini menyatakan bahwa: Sumber daya air dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Penguasaan sumber daya air oleh negara tersebut kemudian diserahkan
penyelenggaraannya oleh negara kepada Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat
hukum adat setempat dan hak yang serupa itu, sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional dan peraturan perundangundangan.
3.
Teknis

Landasan

Selain kedua landasan diatas, penyelenggaraan pengelolaan sumber daya


air perlu memperhatikan beberapa kondisi alamiahnya, sehingga teknis
penyelenggaraan pengelolaannya perlu memperhatikan sifat alami air
yaitu:
a.

Air merupakan sumber daya yang terbaharukan dan keberadaannya


mengikuti siklus alami yang disebut dengan siklus hidrologi. Pada
saat-saat tertentu air tersedia berlimpah bahkan sangat berlebihan,
dan ada saat terjadi kekurangan air bahkan kekeringan.

b. Meskipun jumlah air secara global relatif tetap, tetapi keberadaannya


di masing- masing tempat sangat bervariasi sesuai dengan kondisi
geografis setempat. Ada wilayah-wilayah yang secara alami banyak
hujannya dan ada pula yang kurang hujan.
c.

Ketersediaan air permukaan dan air tanah saling mempengaruhi satu


sama lain, karena itu pengelolaan keduanya perlu dipadukan.

d. Air merupakan sumber daya yang mengalir secara dinamis tanpa


mengenal batas wilayah administrasi pemerintahan dan negara,
karenanya basis wilayah pengelolaannya tidak dapat hanya
didasarkan pada batas wilayah administratif saja, tetapi harus
berdasarkan pula pada sistim wilayah hidrologis atau disebut dengan
wilayah sungai.
II. Pengembangan dan Pengelolaan Sumber daya Air
A.

Permasalahan
Permasalahan yang berkaitan dengan sumber daya air sangat luas dan
3

bervariasi tergantung dari waktu, ruang (tempat), jumlah dan mutu. Pada
umumnya masalah yang ada dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga):

1.
air

Kecukupan
Dalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya air, pemenuhan
berbagai macam kebutuhan harus dilakukan secara efisien, cukup dan
adil. Norma-norma tersebut digunakan sebagai dasar kebijakan dalam
investasi, penerbitan peraturan- perundangan, penetapan tarif, prosedur
pengelolaan, dlsb.

2.
Kelestarian sumber
daya air
Kelestarian sumber daya air tidak hanya dimengerti dan diakui, tetapi
juga harus diupayakan dalam seluruh proses pengembangan dan
pengelolaan melalui pemeliharaan
(preservation),
pelestarian
(conservation), perlindungan (protection) dan perbaikan (improvement).
3.
Keselarasan antara pengembangan dan
pengelolaan
Masalah pokok dalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya air
adalah mencari keterpaduan program antar sektor dan kerangka pikir
yang dapat dilaksanakan,
dimana
bermacam-macam
perangkat
kebijakan dapat menemukan suatu tempat untuk berperan. Masalah ini
memerlukan peningkatan atau perbaikan sumber daya manusia,
teknologi, institusi dan hal-hal lain yang penting dalam kegiatan
pengembangan pengelolaan sumber daya air yang lestari untuk
mendukung dan memperkuat pengembangan sumber daya air. Dalam
kerangka ini, pengembangan sumber daya air harus meliputi tata
ruang, sektoral dan dimensi intitusi pengembangan yang diharapkan.
B.

Karakteristik Sumber daya Air


Karakteristik sumbedaya air amat dipengaruhi oleh aspek hidrologis, topografi
dan geologi, keragaman penggunaannya, keterkaitannya (hulu-hilir, instreamoffstream, kuantitas-kualitas), waktu serta siklus alaminya. Karena faktor
topografi dan geologi, sumber daya air dapat bersifat lintas wilayah
administrasi.
Kuantitas dan kualitas air sangat tergantung pada tingkat pengelolaan
sumber daya air masing-masing daerah, keragaman penggunaan air yang
bervariasi (pertanian, air baku domestik dan industri, pembangkitan listrik,
perikanan dan pemeliharaan lingkungan), musim (waktu), sifat ragawi alam
(topografi dan geologi) dan kondisi kependudukannya.
Karakteristik dasar sumber daya air antara lain:
1.
Dapat mencakup beberapa wilayah
administratif,
2.
Dipergunakan oleh berbagai
sektor,
3. Bersifat sumber daya yang mengalir (flowing/dynamic resources)
sehingga mempunyai keterkaitan yang sangat erat antara kuantitas
dengan kualitas, hulu dengan hilir, instream dengan offstream, air
permukaan dengan air bawah tanah,
4.
Dipergunakan oleh generasi sekarang maupun generasi mendatang
(antar generasi)
5

5. Merupakan
bagian
dari
siklus
alam
(daur
hidrologi)
yang
mengakibatkan ketersediaannya tidak merata baik dalam aspek waktu,
tempat, jumlah maupun mutu.
Mempertimbangkan
hal-hal
tersebut,
maka sumber daya air
merupakan sumber daya alam yang sangat vital bagi hidup dan kehidupan
mahluk serta sangat strategis bagi pembangunan perekonomian, menjaga
kesatuan dan ketahanan nasional yang harus dikelola secara bijaksana dan
profesional.

C.

Prinsip-prinsip Dasar Pengelolaan Sumber daya Air


Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air.
Prinsip-prinsip dasar dalam pengelolaan sumber daya air
antara lain:
1. Pola pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam
merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air.
2. Penyelenggaraannya berlandaskan azas kelestarian, kemanfaatan umum,
keadilan dan kemandirian (kelayakan usaha) serta akuntabilitas.
3. Pengelolaan sumber daya air direncanakan dan dilaksanakan
secara terpadu (multisektor), menyeluruh (hulu-hilir, kualitas-kuantitas,
instream-offstream), berkelanjutan
(antar
generasi),
berwawasan
lingkungan (konservasi ekosistem) dengan daerah pengaliran sungai
(satuan wilayah hidrologis) sebagai kesatuan pengelolaan dengan
berdasar atas prinsip Satu sungai, satu rencana, satu sistem pengelolaan
terpadu
dengan
memperhatikan
sistem
pemerintahan
yang
desentralistis sesuai jiwa otonomi :
a.

Satu sungai (dalam artian Daerah Aliran Sungai - DAS) merupakan


kesatuan wilayah hidrologis yang dapat mencakup beberapa wilayah
administratif yang ditetapkan sebagai satu kesatuan wilayah
pembinaan yang tidak dapat dipisah- pisahkan;
b. Dalam satu sungai hanya berlaku satu rencana induk dan satu
rencana kerja yang terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan;
c. Dalam satu sungai diterapkan satu sistem pengelolaan yang dapat
menjamin keterpaduan kebijaksanaan, strategi dan perencanaan serta
operasional dari hulu sampai dengan hilir.
4. Untuk menjamin pengelolaan yang optimum dan menjaga kelestarian
sumber daya air, maka bidang manajemen yang terkait dengan
pengelolaan sumber daya air meliputi :
a. Pengelolaan daerah tangkapan
hujan b. Pengelolaan kuantitas air
c. Pengelolaan kualitas
air d. Pengendalian
banjir
e. Pengelolaan lingkungan sungai
f. Pengelolaan prasarana pengairan
D.

Prinsip Dasar Pengendalian Daya Rusak Air


Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi,
dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya
rusak air.
1.

Pengendalian

daya

rusak

air

dilakukan

secara

menyeluruh

yang
7

mencakup upaya pencegahan,


penanggulangan
Pengendalian ini dilakukan pada

dan

pemulihan.

sungai, danau, waduk dan atau bendungan, rawa, cekungan air tanah,
sistim irigasi, air hujan, dan air laut yang berada di darat.
2.

Pengendalian
daya
rusak
air
diutamakan
pada
upaya
pencegahan
melalui perencanaan pengendalian daya rusak air
yang
disusun
secara
terpadu
dan menyeluruh dalam pola
pengelolaan sumber daya air.

3.

Pengendalian daya rusak air menjadi tanggung jawab Pemerintah,


badan pengelola sumber daya air wilayah sungai dengan melibatkan
masyarakat.

4.

Penanggulangan daya rusak air dilakukan secara terpadu oleh instansi


terkait dan masyarakat melalui suatu badan koordinasi penanggulangan
bencana pada tingkat nasional, propinsi dan kabupaten/kota.

III. Deskripsi DAS Brantas


Kali Brantas mempunyai beberapa anak sungai utama, yaitu; Kali Amprong,
Kali Lesti, Kali Metro, Kali Lekso, Kali Ngrowo, Kali Konto, Kali Widas, dan lain2
lain dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) sebesar 11.800 km atau 25%
dari luas wilayah Jawa Timur. Panjang sungai ini 320 km, bermata air di
kaki gunung Arjuno, selanjutnya mengalir melingkari sebuah gunung berapi
yang masih aktif, yaitu Gunung Kelud (Gambar 1 ).
Penduduk yang tinggal di wilayah DAS Kali Brantas lebih dari 14,6 juta
2
(2002) dengan tingkat kepadatan 1.278 orang/km , atau 1,6 kali lebih tinggi
dibandingkan rata- rata kepadatan penduduk Jawa Timur.
Tinggi curah hujan rata-rata yang ada di DAS Kali Brantas adalah +
2.000 mm/ tahun, dari jumlah tersebut sekitar 85% jatuh pada musim hujan.
Sehingga pada musim kemarau rentan terhadap bahaya kekeringan,
sebaliknya pada saat musim hujan rentan terhadap bahaya banjir.
IV. Sistim Pengendalian Banjir
A.

Upaya Pengendalian Teknis


1.
Waduk
Pengendalian banjir di suatu DAS yang telah dikembangkan seperti Kali
Brantas, dilakukan melalui konservasi potensi air permukaan yang tersedia
secara alami dengan melakukan pengelolaan tampungan permukaan dan
proses pendistribusian air pada alur banjir yang tersedia sesuai kebutuhan.
Pengendalian banjir melalui waduk dapat dilakukan dengan cara
menahan/ menampung debit banjir di dalam waduk, selanjutnya air dilepas
setelah keadaan di hilir memungkinkan untuk menyalurkan debit, atau pada
saat di hilir membutuhkan tambahan debit air.
Ada dua macam waduk, yaitu waduk permukaan dan waduk dalam
tanah. Waduk dalam tanah difungsikan dengan cara memanfaatkan vegetasi
hutan dan sumur-sumur resapan.
9

Beberapa waduk pengendali banjir yang ada di DAS Kali Brantas antara lain:
Waduk

Selorej
o
Sutami

Lua
s
Daerah
Tangka
pan
90
2,050

Lahor

16
0

Bening

23
8
12
6

Wonore
jo
2.

Fung
si
Irigasi, PLTA,
Pengendali
Banjir
PDAM & Industri,
PLTA, Irigasi,
Pengendali
Banjir
PDAM & Industri,
PLTA, Irigasi,
Pengendali
Banjir
Irigasi, PLTA,
Pengendali
Banjir
PDAM & Industri,

Tampungan Efektif (juta m3)


Tahu Tampung Tahun Tampung (%)
n
an
an
1970

50.
1

2003

41.
5

83%

1972

253.0

2003

145.2

57%

1977

29.
4

2001

25.
8

88%

1981

28.
4

1999

22.
3

81%

105.8

2001

105.8

100
%

2001
PLTA, Irigasi,
Pengendali Banjir
Diversion/ Flood way/ Shortcut

Floodway adalah suatu kanal pengelak banjir, yaitu suatu saluran


yang berfungsi untuk mengurangi beban/volume banjir di suatu daerah
untuk kemudian dialirkan ke suatu daerah yang aman (laut).
Di DAS Kali Brantas terdapat 5 (lima) flood way yang cukup
besar, yaitu :
a.
Porong

Kali

Berfungsi untuk mengurangi/mengelakkan beban banjir Kali Surabaya


dari Kali Brantas dengan membuang langsung ke laut melalui pintu
pengatur Bendung Lengkong Baru.
b.
Wonokromo

Kali

Berfungsi
untuk
mengurangi/mengelakkan
beban
banjir
di
jantung
Kota Surabaya dari Kali Surabaya dengan membuang
langsung ke laut melalui pintu pengatur Dam Jagir.
c.
Nganjuk/Ulo
Diversion

Flood

Berfungsi untuk mengurangi/mengelakkan beban banjir Kota Nganjuk


dari Kali
Ulo dan sekitarnya dengan membuang/memotong langsung ke
Kali Widas.
d.
Parit Raya, Parit Agung dan Terowong Tulungagung
Selatan
Berfungsi untuk membebaskan daerah Tulungagung dari banjir yang
1
0

datang dari Kali Ngasinan, Kali Dawir dan lain-lain dengan cara
mengalirkan langsung ke Laut Selatan melalui pintu pengatur Dam
Bendo (Kali Ngasinan) dan Pintu Terowong Tulungagung Selatan.
e.
Shortcut/Sudetan Kali
Putih

1
1

Berfungsi untuk mengurangi/ mengelakkan beban banjir/ sedimen/


lahar dingin yang datang dari Gunung Kelud langsung ke hilir
Bendung Lodoyo.
3.

River Improvement/Perbaikan Alur Sungai


River
Improvement/Perbaikan
Alur
Sungai
dilakukan
dengan
meningkatkan dan menambah kapasitas pengaliran banjir di sungai
melalui perbaikan alur sungai dan peninggian tanggul.
Perbaikan alur sungai dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas
aliran sungai melalui
kegiatan/pekerjaan
pelurusan
alur
sungai,
pengerukan
dasar
sungai, perkuatan tebing, parapet dan lain-lain.
Beberapa perbaikan alur sungai yang telah dilaksanakan di DAS Kali
Brantas antara lain Kali Brantas, Kali Wonokromo, Kali Ngrowo, Kali
Porong, Kali Ngasinan, Kali Mas, Kali Surabaya, Kali Widas dan Kali
Kedungsoko
Peninggian tanggul, di samping untuk meningkatkan kapasitas
penampang sungai juga melindungi daerah kanan/kiri sungai terhadap
kemungkinan terjadinya luapan air banjir. Beberapa sungai yang telah
dilengkapi dengan tanggul antara lain Kali Brantas, Kali Porong, Kali
Surabaya, Kali Wonokromo, Kali Ngasinan, Kali Parit Raya, Kali Termas,
Kali Beng, Kali Wudu, Kali Dawir, Kali Konto, Kali Ulo, Kali Widas dan Kali
Kedungsoko.

4.

Retardasi (Waduk Alam, Boezem)


Retarder adalah suatu daerah yang topografinya rendah, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk menampung banjir sementara/sesaat, selanjutnya air
genangan ini dikeluarkan/dilepas apabila elevasi muka air (debit) di hilir
sudah memungkinkan.
Beberapa retarder yang terdapat di DAS Kali Brantas adalah
sebagai berikut :
a.

Boezem Morokrembangan di pantai utara

Surabaya b.

Retarder Desa Paras di Kabupaten

Jombang
c.
Retarder Muara Kali Widas di Kab.
Nganjuk
d.

Retarder Muara Kali Ulo/ Kali Kedungsoko di Kab.

Nganjuk e.
f.

Retarder Kedungsoko di Kab. Nganjuk

Retarder Muara Kali Ngrowo di Kabupaten

Tulungagung g.
B.

Retarder Kedurus

Upaya Pengendalian Non Teknis


1.

Flood Planning Zoning (Pengaturan Dataran Banjir)


a.

Pengaturan Bantaran

1
2

Sungai
Pengaturan pemanfaatan lahan/bantaran sungai dalam rangka
mengurangi atau mencegah kerugian terhadap dampak terjadinya
banjir.

1
3

b.
Zoning Daerah
Banjir
Sebagai salah satu upaya pengendalian non-teknis terhadap banjir
perlu disusun suatu peta yang menetapkan daerah-daerah (zone)
yang secara fisik terancam oleh banjir.
2.

Flood Forecasting and Warning System (FFWS)


Flood Forecasting and Warning System atau Sistem Peramalan
Banjir dan Peringatan Dini meliputi kegiatan peramalan (memperkirakan)
besaran dan kapan akan terjadi banjir sekaligus pemberitahuan kepada
masyarakat yang kemungkinan akan terkena dampak banjir tersebut,
sehingga kerugian akibat banjir dapat dihindari atau dikurangi.
Sejak akhir tahun 1990 di DAS Kali Brantas telah dipasang peralatan
gawar banjir
(telemetri) yang dilengkapi
dengan:
a.

Stasiun pemantau curah hujan


:
b. Stasiun pemantau tinggi muka air sungai
:
c. Stasiun pemantau tinggi muka air
bendung/waduk
:
d. Stasiun pemantau debit outflow bendung/waduk
:
e. Sistem komunikasi radio frekuensi 150 MHz
:
f.
Sistem tanda bahaya (peringatan dini)
1) Siaga Curah Hujan

26 lokas
i
10 lokas
i
11 lokas
i
10 lokas
i
12 lokas
i

Diberikan apabila akumulasi curah hujan di suatu stasiun


mencapai ketinggian 100 mm, berupa bel dan tampilan berkedip
pada panel.
2)

Siaga Ketinggian Muka Air


Diberikan apabila tinggi muka air mencapai tetinggian tertentu,
dengan tingkat/ gradasi bahaya; Siaga Hijau, Siaga Kuning dan
Siaga Merah

3)

Sirine
Ditempatkan di Bendung Lodoyo, dimaksudkan untuk memberikan
peringatan kepada masyarakat yang berada disekitar Kali Brantas
di hilir Bendung Lodoyo, apa bila debit outflow Lodoyo mencapai
besaran tertentu.

4)

Model Matematik Simulasi Banjir


Di Kantor Pusat Malang disediakan sarana komputer yang
dilengkapi dengan model matematik untuk menghitung besarnya
debit banjir yang mungkin akan terjadi berdasarkan data hasil
pemantauan telemetri yang tersimpan di DSE (Data Storage
1
4

Equipment).
3.

Asuransi Banjir

1
5

Merupakan kegiatan yang perlu dikembangkan dan diharapkan dapat


meringankan beban masyarakat dengan mengansuransikan segenap
masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir. Sampai saat ini,
kegiatan tersebut belum bisa dilakukan mengingat kemampuan
masyarakat belum memungkinkan.

C.

Kegiatan Pengendalian Banjir


Di dalam Undang - Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
disebutkan bahwa
pengendalian
banjir/daya
rusak
air
menjadi
tanggung
jawab
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pengelola SDA dan
masyarakat. Sehingga di dalam pelaksanaan pengendalian banjir seluruh
komponen tersebut diatas ikut berpartisipasi baik dalam koordinasi maupun
penyampaian informasi.
Tahapan yang harus dilakukan untuk pengendalian banjir, baik persiapan
menghadapi musim hujan maupun pada saat terjadi banjir adalah sebagai
berikut :
1.
Pembentukan
Penanggulangan Banjir

Organisasi

Organisasi ini terdiri dari beberapa tingkatan koordinasi


sebagai berikut:
a. Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan
(BAKORNAS PBP). Organisasi ini berfungsi sebagai wadah koordinasi
lintas sektor dalam penanggulangan dampak bencana.
b. Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan
Penanganan Pengungsi (SATKORLAK PBP). Organisasi ini sebagai
pelaksana langsung di bawah BAKORNAS, tugasnya adalah:
1)

Mengkoordinasikan dan memberikan petunjuk pengarahan,


pembinaan serta pengendalian upaya kegiatan penanggulangan
banjir dan penanganan pengungsi

2)

Melakukan koordinasi dan pengendalian teknis & administrasi

3) Mengkoordinasikan penerimaan dan penyaluran bantuan yang


dilaksanakan
Bupati/Walikota di Jawa
Timur
4)

c.

Membuat petunjuk teknis pelaksanaan dan melaporkan hasil


kegiatan kepada Ketua BAKORNAS PBP melalui Gubernur Jawa
Timur.

Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Penanganan


Pengungsi (SATLAK PBP). Organisasi ini berfungsi melaksanakan
kegiatan pencegahan, penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi
akibat bencana di masing-masing kabupaten dan kota di Propinsi Jawa
1
6

Timur.
d. Satuan Tugas Pengendalian Bencana dan Penanganan Pengungsi
(SATGAS PBP) Propinsi Jawa Timur. SATGAS PBP merupakan
organisasi yang bertugas

1
7

untuk membantu pelaksanaan penanggulangan


sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi.
2.

bencana

Inspeksi Lapangan Sebelum Musim Banjir


Merupakan kegiatan penelusuran ke lokasi bangunan prasarana
pengendali banjir untuk melakukan inventarisasi bangunan yang
kritis/rawan terhadap penyebab terjadinya bencana banjir, baik terhadap
tanggul maupun bangunan prasarana pengendali banjir yang lain.

3.

Material Banjiran
Penyiapan material banjiran merupakan hal yang perlu diperhatikan,
sehingga apabila diperlukan tindak darurat setiap saat selalu siap untuk
digunakan.

4.

Pedoman Siaga Banjir


Sebagai petunjuk teknis operasional pengendalian banjir setiap
menjelang musim hujan dibuatkan Buku Pedoman Siaga Banjir, yang
diantaranya memuat :
a.
Pendahuluan : Berisi tentang gambaran kondisi DAS Kali Brantas,
Maksud dan
Tujuan, Dasar Hukum, Kebijakan dan Strategi.
b. Perencanaan Siaga Banjir : Berisi tentang Kelembagaan, Pos
Komando Siaga Banjir, Sistem Komunikasi, Peralatan dan Bahan
Banjiran, Prinsip Pengendalian Banjir, Teknik Pengendalian Banjir,
Tahapan Siaga Banjir dan Persiapan Menghadapi Banjir.
c. Pelaksanaan Siaga Banjir di DAS Kali Brantas : Berisi tentang
Prosedur
Pengendalian Banjir, Prosedur Penanganan Banjir dan Perbaikan
Darurat.
d. Evaluasi dan Pelaporan : Berisi tentang evaluasi
pengendalian banjir serta pelaporan kejadian banjir.

5.

kegiatan

Simulasi Banjir
Merupakan perangkat lunak yang dapat melakukan simulasi/perhitungan
debit banjir berdasarkan data yang diperoleh melalui peralatan telemetri.
Hasil simulasi ini diharapkan dapat digunakan sebagai peringatan bagi
daerah yang rawan banjir.

10
10

V.

Kesimpulan

1.

Di dalam Undang - Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
disebutkan bahwa pengendalian banjir/daya rusak air menjadi tanggung
jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pengelola SDA dan masyarakat.
Sehingga di dalam pelaksanaan pengendalian banjir seluruh komponen
tersebut diatas ikut berpartisipasi baik dalam koordinasi maupun
penyampaian informasi.

2.

Pengendalian daya rusak air, dalam hal ini pengendalian banjir


merupakan
salah
satu bidang manajemen yang terkait dengan
pengembangan dan pengelolaan sumber daya air untuk menjamin
pengelolaan yang optimum dan menjaga kelestarian sumber daya air. Bidang
manajemen yang lain meliputi pengelolaan daerah tangkapan hujan,
pengelolaan kuantitas air, pengelolaan kualitas air, pengelolaan lingkungan
sungai dan pengelolaan prasarana pengairan. Seluruh
bidang tersebut
merupakan satu kesatuan dan saling terikat satu sama lain.

3.

Pengendalian banjir pada sistem sungai di DAS Brantas telah


dilakukan melalui bangunan pengendali banjir dan bangunan infrastruktur
lainnya yang didukung oleh Sistem Peramalan Banjir dan Peringatan Dini
(Flood Forecasting and Warning System) sebagai salah satu Aspek
Pengembangan dan Pengelolaan Sumber daya Air Terpadu di DAS Kali
Brantas.

4.

Komunikasi dan pertukaran informasi antar institusi terkait, termasuk


informasi kepada masyarakat sangat diperlukan agar banjir dapat
dikendalikan dan kerugian banjir dapat ditekan.

11
11

D:\Yus2\Makalah Pengendalian Banjir%4.doc

12
12

You might also like