Professional Documents
Culture Documents
Pengelolaan
Sumber Daya Air di DAS Kali Brantas
1)
I.
Pendahuluan
Sumber daya air adalah aspek vital yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, untuk dan demi peradaban manusia. Bahkan dapat
dipastikan, tanpa pengembangan sumber daya air, peradaban manusia tidak
akan mencapai tingkat yang dinikmati saat ini. Oleh karena itu tidak
berlebihan bila pengembangan dan pengelolaan sumber daya air disebut
sebagai pondasi peradaban manusia.
Indonesia patut bersyukur karena sebagai negara kepulauan, memiliki
keragaman alam yang kaya, dan dikaruniai potensi air yang berlimpah untuk
kawasan Asia-Oseania. Negara dengan 17.000 pulau yang memiliki garis
pantai 81.000 km dan lima pulau utama yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi dan Papua memiliki keragaman alam yang luar biasa. Aspek
geografis inilah yang menyebabkan permukaan daratan Indonesia menjadi
bervariasi sehingga menjadi rangkaian pegunungan, bukit, bantaran aluvial,
danau, rawa dan lain sebagainya. Ini pula yang menyebabkan Indonesia
dikaruniai potensi hidro-meteorologis yang unik.
Secara umum dapat disebutkan, potensi air permukaan di Indonesia
ditentukan oleh beberapa faktor ragawi maupun nir-ragawi, antara lain:
kondisi daerah aliran sungai (DAS) dan ragam fisik sumber daya air, luas
dan volume tampungannya (baik yang alami maupun buatan), pengaruh iklim
dan tentu saja campur tangan manusia. Curah hujan di pedalaman
Kalimantan misalnya, berkisar 6.000 mm/tahun, sedangkan di Teluk Palu,
Sulawesi, potensi curah hujan hanya sepersepuluhnya saja.
Suatu sifat fisik yang khas dari sumber daya air di Indonesia, ditandai pada
fluktuasi ketersediaannya sesuai musim. Pada saat musim penghujan,
umumnya kuantitas air (dalam pengertian volume air) cukup besar bahkan
cenderung berlebihan. Dalam kondisi demikian, pengelolaan sumber daya air
lazimnya diarahkan kepada pengendalian bencana banjir. Sebaliknya di
musim kemarau, ketersediaan air menurun secara drastis, sehingga
pengelolaan sumber daya air di musim ini dititikberatkan pada alokasi dan
distribusi air yang optimal guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan
lingkungannya.
Hal-hal yang berkaitan dengan air di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
No. 7 tahun 2005 tentang Sumber daya Air. Undang-Undang tersebut disusun
berdasarkan tiga landasan yang menjiwai seluruh pasal-pasal yaitu:
1)
1.
Filosofis
Landasan
Landasan
Landasan
Permasalahan
Permasalahan yang berkaitan dengan sumber daya air sangat luas dan
3
bervariasi tergantung dari waktu, ruang (tempat), jumlah dan mutu. Pada
umumnya masalah yang ada dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga):
1.
air
Kecukupan
Dalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya air, pemenuhan
berbagai macam kebutuhan harus dilakukan secara efisien, cukup dan
adil. Norma-norma tersebut digunakan sebagai dasar kebijakan dalam
investasi, penerbitan peraturan- perundangan, penetapan tarif, prosedur
pengelolaan, dlsb.
2.
Kelestarian sumber
daya air
Kelestarian sumber daya air tidak hanya dimengerti dan diakui, tetapi
juga harus diupayakan dalam seluruh proses pengembangan dan
pengelolaan melalui pemeliharaan
(preservation),
pelestarian
(conservation), perlindungan (protection) dan perbaikan (improvement).
3.
Keselarasan antara pengembangan dan
pengelolaan
Masalah pokok dalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya air
adalah mencari keterpaduan program antar sektor dan kerangka pikir
yang dapat dilaksanakan,
dimana
bermacam-macam
perangkat
kebijakan dapat menemukan suatu tempat untuk berperan. Masalah ini
memerlukan peningkatan atau perbaikan sumber daya manusia,
teknologi, institusi dan hal-hal lain yang penting dalam kegiatan
pengembangan pengelolaan sumber daya air yang lestari untuk
mendukung dan memperkuat pengembangan sumber daya air. Dalam
kerangka ini, pengembangan sumber daya air harus meliputi tata
ruang, sektoral dan dimensi intitusi pengembangan yang diharapkan.
B.
5. Merupakan
bagian
dari
siklus
alam
(daur
hidrologi)
yang
mengakibatkan ketersediaannya tidak merata baik dalam aspek waktu,
tempat, jumlah maupun mutu.
Mempertimbangkan
hal-hal
tersebut,
maka sumber daya air
merupakan sumber daya alam yang sangat vital bagi hidup dan kehidupan
mahluk serta sangat strategis bagi pembangunan perekonomian, menjaga
kesatuan dan ketahanan nasional yang harus dikelola secara bijaksana dan
profesional.
C.
Pengendalian
daya
rusak
air
dilakukan
secara
menyeluruh
yang
7
dan
pemulihan.
sungai, danau, waduk dan atau bendungan, rawa, cekungan air tanah,
sistim irigasi, air hujan, dan air laut yang berada di darat.
2.
Pengendalian
daya
rusak
air
diutamakan
pada
upaya
pencegahan
melalui perencanaan pengendalian daya rusak air
yang
disusun
secara
terpadu
dan menyeluruh dalam pola
pengelolaan sumber daya air.
3.
4.
Beberapa waduk pengendali banjir yang ada di DAS Kali Brantas antara lain:
Waduk
Selorej
o
Sutami
Lua
s
Daerah
Tangka
pan
90
2,050
Lahor
16
0
Bening
23
8
12
6
Wonore
jo
2.
Fung
si
Irigasi, PLTA,
Pengendali
Banjir
PDAM & Industri,
PLTA, Irigasi,
Pengendali
Banjir
PDAM & Industri,
PLTA, Irigasi,
Pengendali
Banjir
Irigasi, PLTA,
Pengendali
Banjir
PDAM & Industri,
50.
1
2003
41.
5
83%
1972
253.0
2003
145.2
57%
1977
29.
4
2001
25.
8
88%
1981
28.
4
1999
22.
3
81%
105.8
2001
105.8
100
%
2001
PLTA, Irigasi,
Pengendali Banjir
Diversion/ Flood way/ Shortcut
Kali
Kali
Berfungsi
untuk
mengurangi/mengelakkan
beban
banjir
di
jantung
Kota Surabaya dari Kali Surabaya dengan membuang
langsung ke laut melalui pintu pengatur Dam Jagir.
c.
Nganjuk/Ulo
Diversion
Flood
datang dari Kali Ngasinan, Kali Dawir dan lain-lain dengan cara
mengalirkan langsung ke Laut Selatan melalui pintu pengatur Dam
Bendo (Kali Ngasinan) dan Pintu Terowong Tulungagung Selatan.
e.
Shortcut/Sudetan Kali
Putih
1
1
4.
Surabaya b.
Jombang
c.
Retarder Muara Kali Widas di Kab.
Nganjuk
d.
Nganjuk e.
f.
Tulungagung g.
B.
Retarder Kedurus
Pengaturan Bantaran
1
2
Sungai
Pengaturan pemanfaatan lahan/bantaran sungai dalam rangka
mengurangi atau mencegah kerugian terhadap dampak terjadinya
banjir.
1
3
b.
Zoning Daerah
Banjir
Sebagai salah satu upaya pengendalian non-teknis terhadap banjir
perlu disusun suatu peta yang menetapkan daerah-daerah (zone)
yang secara fisik terancam oleh banjir.
2.
26 lokas
i
10 lokas
i
11 lokas
i
10 lokas
i
12 lokas
i
3)
Sirine
Ditempatkan di Bendung Lodoyo, dimaksudkan untuk memberikan
peringatan kepada masyarakat yang berada disekitar Kali Brantas
di hilir Bendung Lodoyo, apa bila debit outflow Lodoyo mencapai
besaran tertentu.
4)
Equipment).
3.
Asuransi Banjir
1
5
C.
Organisasi
2)
c.
Timur.
d. Satuan Tugas Pengendalian Bencana dan Penanganan Pengungsi
(SATGAS PBP) Propinsi Jawa Timur. SATGAS PBP merupakan
organisasi yang bertugas
1
7
bencana
3.
Material Banjiran
Penyiapan material banjiran merupakan hal yang perlu diperhatikan,
sehingga apabila diperlukan tindak darurat setiap saat selalu siap untuk
digunakan.
4.
5.
kegiatan
Simulasi Banjir
Merupakan perangkat lunak yang dapat melakukan simulasi/perhitungan
debit banjir berdasarkan data yang diperoleh melalui peralatan telemetri.
Hasil simulasi ini diharapkan dapat digunakan sebagai peringatan bagi
daerah yang rawan banjir.
10
10
V.
Kesimpulan
1.
Di dalam Undang - Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
disebutkan bahwa pengendalian banjir/daya rusak air menjadi tanggung
jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pengelola SDA dan masyarakat.
Sehingga di dalam pelaksanaan pengendalian banjir seluruh komponen
tersebut diatas ikut berpartisipasi baik dalam koordinasi maupun
penyampaian informasi.
2.
3.
4.
11
11
12
12