You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN
Kejang bukan suatu penyakit, tetapi gejala dari suatu atau beberapa
penyakit, yang merupakan manifestasi dari lepasnya muatan listrik yang
berlebihan di sel-sel neuron otak oleh karena terganggu fungsinya. Kejang demam
pada anak merupakan kelainan neurologik yang paling sering dijumpai pada bayi
dan anak. Kejang demam adalah tipe kejang yang paling sering terjadi pada anak.
Walaupun telah dijelaskan oleh bangsa Yunani , baru pada abad ini kejang demam
dibedakan dengan epilepsy. 1,2
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal daiatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Suhu badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial
(ekstrakranial : ekstra = di luar, kranium : rongga tengkorak. Ekstrakranial : di
luar rongga tengkorak).3
Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain tidak sama,
tergantung dari nilai ambang kejang masing-masing. Setiap serangan kejang pada
anak harus mendapat penanganan yang cepat dan tepat apalagi pada kasus kejang
yang berlangsung lama dan berulang. Karena keterlambatan dan kesalahan
prosedur akan mengakibatkan gejala sisa pada anak atau bahkan menyebabkan
kematian.2
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan 5 tahun. Angka
kejadia Kejang demam 2-5 anak dari 100 anak berumur <5 tahun. Jumlah
penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2-4% dari jumlah penduduk di
AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia dilaporkan penderitanya
lebih tinggi. Sekitar 20% diantara jumlah penderita mengalami kejang demam
kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti. Bila dilihat jenis kelamin
penderita, kejang demam sedikit lebih banyak menyerang anak laki-laki. Penderita
pada umumnya mempunyai riwayat keluarga (orang tua atau saudara kandung)
penderita kejang demam.
BAB II
1

LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama

: An. A

Umur

: 6 Bulan

Jenis Kelamin

: Perempuan

MPKM

: 15 November 2013

Agama

: Islam

Alamat

: RT.10 Kelurahan Tanjung Raden

Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


Anak ke

: 1 (pertama )

Jumlah anak/saudara

: 1 (satu)

Status ekonomi keluarga

: Menengah ke bawah

Aspek Psikologis di Keluarga


Hubungan dengan orang tua dan antar saudara baik. Orang tua pasien
mempunyai pekerjaan seorang buruh dan ibu rumah tangga.
Anamnesis
Keluhan Utama :
Demam sejak 5 hari yang lalu
Keluhan tambahan :
Batuk (+) berdahak, Pilek (+), Kejang (+)
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 5 hari sebelum dirawat di Puskesmas Perawataan Pasir Panjang
anak mengalami demam. Demam tinggi mendadak dan terus- menerus. Yang
sebelumnya disertai batuk (+) dan pilek (+). Kemudian anak dibawa berobat dan
diberi obat penurun panas. Demam hilang dengan obat penurun panas sebentar,
lalu tinggi kembali. Mengigil (-), bintik-bintk merah (-).

Anak juga 2 hari

sebelumnya ada batuk dan pilek. Batuk nya berdahak dan pilek berwarna putih
bening. Mencret dan muntah tidak ada.
Sejak 1 hari sebelum dirawat di Puskesmas Perawataan Pasir Panjang
anak masih demam tinggi kemudian mengalami kejang selama 2 menit
sebanyak 1x, tidak berulang . Kedua telapak tangan seperti menggenggam dan
tegang, mata mendelik ke atas (-), kaku kuduk (-). Setelah kejang anak kembali
sadar dan menangis, BAK tidak ada keluhan. Kemudian anak dibawa kembali
berobat kepuskesmas dan diberi obat yang dimasukin lewat anus.
Dikarenakan setelah mengalami kejang suhu tubuh anak masih panas,
anak dirawat di Puskesmas Perawataan Pasir Panjang
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran:
Masa kehamilan

: 9 bulan

Partus

: spontan

Tempat

: dirumah

Ditolong oleh

: bidan

BBL

: 4400 gr

PB

: 49 cm

Riwayat Makanan:
ASI

: sejak lahir sampai usia 1 bulan

Susu botol

: sejak usia 1 bulan sampai 6 bulan

Bubur sun

: sejak 3 bulan sampai 6 bulan

Riwayat Penyakit Dahulu


- Pasien mempunyai riwayat sering batuk pilek .
- Pasien tidak mempunyai riwayat kejang sebelumnya
Riwayat Alergi
- Pasien tidak mempunyai riwayat alergi susu, makanan dan obat-obatan
Pemeriksaan Fisik
:
Keadaan Umum

1.
2.
3.
4.
5.

Keadaan sakit
Kesadaran
Suhu
Nadi
Pernafasan
- Frekuensi
- Irama
- Tipe
6. Berat badan
7. Kulit
- Turgor
- Lembab / kering
- Lapisan lemak

: tampak sakit sedang


: compos mentis
: 38C
: 160 x/menit
: 40 x/menit
: reguler
: abdominalthorakal
: 8000 gram
: kembali cepat
: lembab
: ada

Pemeriksaan Organ
- Kepala
Bentuk normocephal, rambut warna hitam, sukar dicabut
- Mata
Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), isokor, cekung (-)
- Telinga
nyeri tarik daun telinga (-)
- Hidung
Hidung terasa tersumbat (-), bersin bersin (-), terasa ada lendir yang
-

tertelan (-),nafas cuping hidung (-), sekret (+)


Mulut
Mukosa kering (-), sianosis (-)
Leher
KGB tidak membesar, glandula thyroid tidak membesar, kaku kuduk (-)
Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-)
Cor
:
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis kuat angkat
Perkusi
: batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi
: BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo
:
Inspeksi
: Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi
: Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
: Ekspirasi memanjang, Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : Dinding perut datar
Palpasi : Lemas, turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi : Timpani

Auskultasi : bising usus normal


-

Ekstremitas
Atas
: Edema (-), akral hangat, kekuatan otot 5 5
Bawah
: Edema (-), akral hangat., kekuatan otot 5 5

Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin (15 November 2013)
WBC

: 18.300 /mm3

RBC

: 4,06 106/mm3

HGB

: 10,9 gr%

HCT

: 35,7 %

PLT

: 437 103/mm3

PCT

: 0,45 %

Diagnosa Kerja
Kejang Demam Sederhana

Manajemen
1. Promotif :
- Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa kejang dapat timbul apabila
suhu tubuh panas
- Menyediakan obat penurun panas dan obat kejang dirumah
- Bila pasien kejang miringkan kepala kesamping agar bila muntah
tidak tersedak
- Jangan memasukkan apapun kedalam mulut pada saat anak kejang
2. Preventif :
- Kompres apabila anak demam dan segera bawa kedokter
- Kendorkan pakaian yang ketat, terutama sekitar leher
- Bila kejang berikan diazepam per rektal. Jangan diberikan jika
kejang telah berhenti.
3. Kuratif
:

Non Farmakologik

Pemberian ASI atau susu formula

Farmakologik

IVFD RL 600 cc/24 jam


Paracetamol drop 4x 0,6 ml
Diazepam supp 5 mg
Ambroxol HCL drop 3x0.3ml
Ceftriaxone 1x400 mg iv
- Tradisional
Meningkatkan asupan bergizi
Kompres hangat
4. Disability Limitation
Pasien menggunakan kartu jamkesmas sehingga mampu untuk berobat.
5. Rehabilitatif :
- Minum obat sesuai anjuran.
- Jika sakit semakin bertambah berat, maka segera ke RS

Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Perawatan Pasir Panjang
Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk
Dokter : Ricky Sukyanti
SIP

: No. 6032/SIK/2013
Tanggal: 15 November 2013

R/ IVFD RL Kolf

no.II

Infus Set

no.I

Abocath

no.24

Ceftriaxone vial

R/

no.I
400mg

no.I

Paracetamol drop mL 0,6


S4ddrop1
Diazeoam supp 5 mg
SIsupp p.r.n
Ambroxol HCL drop mL 0.3
S3ddrop1

no.I

Pro

: An.A

Umur : 6 bulan
Alamat: RT.10 Kel.Tamjung Raden

no. I
no.I

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Kejang didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsi otak yang involunter
yang dimanifestasikan sebagai penurunan atau kehilangan kesadaran, aktivitas
motorik yang abnormal, perilaku yang abnormal, gangguan sensorik, atau
kelainan otonom2.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat kenaikan
suhu tubuh (suhu rectal diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.3
Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam
adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan
sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi
intracranial atau penyebab tertentu4
Definisi ini menyingkirkan penyakit saraf separti meningitis, ensefalitis
atau enselopati. Kejang keadaan ini mempunyai prognosis berbeda dengan kejang
demam karena keadan yang mendasarinya mengenai susunan saraf pusat. Kejang
demam harus dibedakan mengenai epilepsi, yaitu yang ditandai dengan
kejang berulang tanpa demam.3,4
3.2 EPIDEMIOLOGI
Sebanyak 2-5 % anak- anak yang berumur antara 6 bulan sampai 5 tahun
pernah mengalami kejang yang disertai demam. Kira-kira dari tiap 25 orang anak,
setidaknya satu kali akan mengalami kejang demam dan 1-3 dari anak-anak ini
akan mengalami kejang demam tambahan. Beberapa anak mengalami lebih dari 3
kali kejang selama hidupnya. Makin tua umur anak saat kejang pertama timbul,
makin kecil kemungkinan terjadinya kejang tambahan4.
Kejang demam adalah tergantung umur dan jarang sebelum umur 9 bulan
dan sesudah umur 5 tahun. Puncak umur mulainya adalah sekitar 14-18 bulan dan
insiden mendekati 3-4 % anak kecil. Ada riwayat kejang demam keluarga yang

kuat pada saudara kandung dan orang tua, menunjukkan bahwa vasopressin
arginindapat merupakan mediator penting pada patogenesis kejang akibat
hipertermia.
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika
Selatan, Eropa Barat. Di negara Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira- kira 80% dan
mungkin mendekati 90% dari seluruh kejang demam sederhana.
3.3 ETIOLOGI
Pada tingkat pengetahuan kita saat ini dapat dikatakan bahwa infeksi pada
sebagian besar kejang demam adalah tidak spesifik dan timbulnya serangan
terutama didasarkan atas reaksi demam yang terjadi. Faktor-faktor yang mungkin
berperan dalam menyebabkan kejang demam, misalnya:
1. Demam itu sendiri
2. Efek produk toksin pada mikroorganisme (kuman dan virus) terhadap
otak.
3. Respon alergik atau keaadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan elektrolit
5. Ensefakitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak
diketahui atau encefalopati toksik sepintas
6. Gabungan semua faktor diatas.
Kebanyakan kejang demam terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang
mendadak, dan paling sering terjadi selama hari pertama demam. Biasanya
demam yang mencetuskan kejang demam pada disebabkan oleh suatu infeksi pada
tubuh anak. Infeksi yang paling sering adalah infeksi saluran atas, otitis media,
campak, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.3
3.4 PATOFISIOLOGI
Meskipun mekanisme pasti terjadinya kejang tidak diketahui, beberapa
faktor fisiologis dianggap bertanggung jawab atas berkembangnya suatu kejang.
Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak, diperlukan suatu energy yang
didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk memetabolisme otak yang terpenting
adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan

10

dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem


kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses
oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang
terdiri dari permukaan dalam adalah lipid dan permukaan luar adalah ionik.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,
kecuali ion klorida (Cl-).
Akibatnya kosentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+
menjadi rendah sedangkan di luar sel neuron terjadi keadaan sebaliknya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron.
Untuk menjaga keseimbangan petensial membran ini diperlukan energi
dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh adanya : 1.Perubahan
konsentrasi ion diruang ekstraseluler.2.Rangsangan yang datangnya mendadak,
misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.3.Perubahan dari
patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.Pada keadaan
demam, kenaikan 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15%
dan kebutuhan oksigen akan meningkat sampai 20%.
Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron, dan dalam waktu yang singkat dapat
terjadi difusi ion kalium listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran tetangganya dengan
bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya
ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tubuh tertentu.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang sudah dapat terjadi pada
suhu 38oC, sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru
dapat terjadi pada suhu 40oC atau lebih 5.
Pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet

11

sedangkan otot pernafasan tidak efisien sehingga tidak sempat bernafas yang
akhirnya

terjadi

hipoksemia,

hiperkapnea,

hipoglikemia,

laktat

asidosis

disebabkan metabolism anaerob, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang


tidak teratur dan suhu tubuh yang semakin meningkat oleh karena meningkatnya
aktivitas otot dan selanjut nyamenyebabkan metabolisme otot meningkat. Faktor
terpenting adalah gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul oedem otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron.Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa berulangnya
kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga di
dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita
menjadi kejang.
Demam
(kenaikan suhu tubuh 1 C)

Kebutuhan O2
meningkat (20%)

Metabolisme basal
meningkat (10-15 %)
perubahan
keseimbangan
(membran sel neuron)
Difusi melalui membran
(ion K+ menjadi ion
N+)
Lepas muatan listrik

Neurotransmiter
Kejang

3.5 KLASIFIKASI

12

Dahulu di Sub bagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI,
Jakarta digunakan klasifikasi kriteria Livingston sebagai pedoman untuk
membuatdiagnosis kejang demam sederhana sebagai berikut:
1.Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
2.Kejang berlangsung sebentar tidak melebihi 15 menit
3.Kejang bersifat umum
4.Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5.Pemeriksaan neurologis sebelum dan setelah kejang normal
6.Pemerisaksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu setelah
suhunormal tidak menunjukan kelainan
7.Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tadak melebihi 7 kali
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ke tujuh
kriteria di atas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Namun
kriteria

ini

sudah

tidak

digunakan

lagi

karena

studi

epidemilogi

membuktikan bahwa resiko berkembangnya epilepsi atau berulangnya kejang


tanpa demam tidak sebanyak yang diperkirakan6,7.
Saat ini klasifikasi yang dipakai adalah klasifikasi berdasarkan
kesepakatan UKK Neurologi IDAI, Saraf Anak PERDOSSI, yang membagi
kejang demam menjadi 2 yaitu :8
1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)
2. 2.Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)
Kriteria kejang demam sederhana :
- Kejang berlangsung singkat umumnya serangan akan berhenti sendiri
-

dalam waktu kurang dari 15 menit.


Bangkitan kejang tonik atau tonik- klonik tanpa gerakan fokal.
Tidak berulang dalam waktu 24 jam

Kriteria kejang demam kompleks:


-

Kejang berlangsung lama lebih dari 15 menit.


Kejang fokal atau partial satu sisi atau kejang umum didahului kejang
partial.

13

Kejang berulang atau lebih dari 24 jam.

3.6 MANIFESTASI KLINIK


Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak terkait dengan kenaikan
suhu yang cepat dan biasanya terjadi jika suhu tubuh (rectal) mencapai 380C atau
lebih.Manifestasi klinik yang sering dijumpai adalah:
-

Didahului oleh kenaikan suhu yang cepat, biasanya terjadi bila suhu

diatas 390 C
Kehilangan kesadaran
Kejang menyeluruh
Serangan berupa kejang klonik atau tonik- klonik bilateral
Mata mendelik ke atas
Anak dapat menahan napasnya tanpa sadar
Dapat mengeluarkan suara seperti teriakan melengking atau menangis
Mungkin mengompol
Selanjutnya diikuti gerakan ritmis berulang seluruh tubuh yang

involunter yang tidak dapat dihentikan


Setelah kejang pasien mengalami periode mengantuk singkat
Setelah beberapa detik atau menit anak akan bangun dan sadar kembali

tanpa adanya defisit neurologis


Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara (hemiparesis Tood)
yang berlangsung beberapa jam atau beberapa hari

3.7 FAKTOR RESIKO KEJANG DEMAM


Faktor resiko kejang demam pertama
- Riwayat keluarga dengan kejang demam.
- Permulaan noenatus >28 hari.
- Perkembangan terlambat.
- Anak dengan pengawasan.
- Kadar natrium rendah.
- Temperatur yang tinggi.
Bila seorang anak mempunyai 2 atau lebih faktor resiko tersebut
diatas,maka resiko untuk mendapatkan kejang demam kira- kira 30%6.
Faktor resiko kejang demam berulang
-

Usia muda kurang dari 12 bulan


Riwayat kejang demam

14

Cepat timbulnya kejang setelah demam


Temperatur yang rendah saat timbulnya kejang(< 380C)
Riwayat keluarga epilepsi.

Rekurensi lebih sering bila serangan pertama terjadi pada bayi


berumur kurang dari 1 tahun yaitu sebanyak 50% dan bila terjadi pada usia lebih
dari 1tahun resiko rekurensi menjadi 28%6.
Faktor resiko menjadi epilepsi
Seluruh jenis epilepsi termasuk absens, tonikklonik umum, dan partial
kompleks dapat terlihat pada pasien dengan riwayat kejang demam. National
Institute of Neurologic Disoder and Stroke (NINDS) Perinatal Colaborative
project (NCPP) melaporkan tingginya resiko epilepsi seperti berikut:
-

Perkembangan abnormal sebelum kejang demam pertama.


Riwayat keluaga dengan epilepsi.
Kejang demam kompleks

Enam puluh persen anak dengan kejang demam tidak memiliki satupun
dari faktor resiko diatas, 2% akan berkembang epilepsi sebelum usia 7 tahun. Dari
34%anak dengan 1 faktor resiko 3% akan menjadi epilepsi dan jika mempunyai 2
atau 3 faktor resiko maka kejadian epilepsy akan menjadi 13%4.
3.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada anak kejang ditujukan selain untuk
mencari etiologi kejang juga untuk mencari komplikasi akibat kejang yang lama.
Jenis pemeriksan laboratorium disesuaikan dengan kebutuhan. Pemeriksaan yang
dianjurkan pada kejang yang pertama adalah kadar glukosa darah, elektrolit,
hitung jenis dan protrombin time. Pada kejang demam beberapa peneliti
menemukan kadar yang normal terhadap pemeriksaan diatas, oleh karenanya tidak
diindikasikan pada kejang demam, kecuali bila didapatkan kelainan pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Bila dicurigai adanya meningitis bakterialis
dilakukan pemeriksaan kultur darah, dan kultur cairan cerebrospinalis.8,9
2. Pungsi lumbal

15

Pemeriksaan cairan cerebrospinalis dilakukan untik menyingkirkan


kemungkinan meningitis, terutama pada pasien dengan kejang demam
yang pertama. Selain itu pungsi lumbal dapat dipertimbangkan pada pasien
dengan kejang disertai penurunan status kesadaran, kaku kuduk, perdarahan kulit,
gejala infeksi, paresis, peningkatan sel darah putih, atau tidak adanya faktor
pencetus yang jelas. Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas
sehingga pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 12
bulan,dianjurkan pada pasien berumur 12- 18 bulan dan dipertimbangkan pada
anak berumur diatas 18 bulan.
3. Elektroensefalografi
Saat ini EEG tidak diindikasikan untuk anak-anak dengan kejang demam
sederhana, karena hasil studi menunjukan bahwa mayoritas dari anak-anak dengan
kejang demam sederhana mempunyai gambaran EEG yang normal. Akan tetapi
EEG yang dikerjakan 1 minggu setelah kejang demam dapat abnormal, biasanya
berupa perlambatan di bagian posterior. Kira- kira30% penderita yang mengalami
perlambatan di posterior akan menghilang 7-10 hari kemudian. Menurut American
Academy of Pediatric EEG tidak dianjurkan pada penderita kejang demam
sederhana maupun kompleks.10
4. Neuroimaging
Pemeriksaan ini meliputi CT Scan dan MRI. Kedua pemeriksaan ini
diindikasikan pada pasien yang dicurigai terdapat lesi intrakranial berdasarkan
adanya

riwayat

pemeriksaan

neurologis

yang

abnormal.

MRI

dapat

dipertimbangkan pada anak dengan kejang yang sulit diatasi, epilepsi lobus
temporalis, perkembangan terlambat tanpa adanya kelainan pada kelainan pada
CT Scan dan bila terdapat lesi ekuivokal pada CT Scan.
3.9 DIFERENSIAL DIAGNOSIS
1. Meningitis
2. Ensefalitis

16

3. Obat- obatan tertentu seperti difehidramin, anti depresan


trisiklik,ametamin, dan kokain.
4. Dehidrasi yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air dan elektrolit
3.10 KOMPLIKASI
Komplikasi jarang terjadi pada kejang demam sederhana, sedang kejang
demam kompleks dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang mungkin
dapat terjadi,yaitu:10,11
1. Kerusakan sel otak
Pada kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) biasanya disertai
terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan O2 dan energi untuk kebutuhan
otot skelet yang akhirnya hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat oleh
karena metabolism anaerob, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh meninggi disebabkan meningkatnya aktivitas
dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian di
atas adalah penyebab tejadinya kerusakan neuron otak. Faktor terpenting
adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga
meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
2. Epilepsi
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat
serangankejang

yang

berlangsung

lama.

Dapat

menjadi

matang

dikemudian hari,sehingga sering terjadi serangan epilepsi spontan


dikemudian hari.
3. Penurunan IQ
Ganguan intelek dan gangguan belajar jarang terjadi pada kejang
demam sederhana. Ellenberg dan Nelson melaporkan bahwa IQ pada 42
pasien kejan gdemam tidak berbeda bila dibandingkan dengan saudara
kandungnya yang tidak menderita kejang demam. IQ lebih rendah

17

ditemukan pada pasien kejang demam yang berlangsung lama dan


sebelumnya

telah

terdapat

gangguan perkembangan

atau

kelainan

neurologis. Selain itu resiko retardasi mental pada pasien dengan kejang
demam yang berulang menjadi 5x lebih besar 4,9,11.
4. Kelumpuhan
Hemiperesis biasanya terjadi pada penderita yang mengalami
kejang lama (berlangsung lebih dari setengah jam) baik bersifat umum
atau fokal. Mula mula kelumpuhan bersifat flasid tetapi setelah 2 minggu
spastisitas.
3.11 PENATALAKSANAAN
Pada tatalaksana kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan4:
1.Pengobatan pada fase akut
2.Mencari dan mengobati penyakit
3.Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam

1.Pengobatan pada fase akut


Pada sebagian kejang besar kasus kejang demam sering kali kejang
berhenti sendiri. Dan untuk mencegah agar kejang tidak berulang kembali
sebaiknya diberikan profilaksis anti konvulsan karena kejang masih dapat kambuh
selama anak masih demam. Pada anak yang masih mengalami kejang dilakukan
perawatan yang adekuat meliputi: semua pakaian yang ketat dilonggarkan,
kemudian penderita dimiringkan agar jangan terjadi aspirasi ludah atau lendir dari
mulut, jalan napas harus bebasagar oksigenasi terjamin, bila perlu diberikan
tambahan oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran, keadaan jantung, tekanan darah,
suhu tubuh, pernapasan perlu diikuti dengan seksama. Suhu yang tinggi harus
segera diturunkan dengan kompres atau pemberian antipiretik. Kejang harus
segera dihentikan untuk mencegah agar tidak terjadi kerusakan pada otak,

18

meninggalkan gejala sisa atau bahkan menyebabkan kematian. Obat yang paling
cepat menghentikan kejang adalah diazepam.
Diazepam dapat diberikan secara intravena atau intratekal. Dosis intravena
0,3-0,5 mg diberikan secara perlahan- lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit
dengan dosis maksimal 20 mg, bila kejang berhenti sebelum dosis habis hentikan
penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak
masih kejang selain itu diazepam tidak boleh diberikan secara intramuskuler
karena absorpsinya tidak baik. Bila kejang belum berhenti juga setelah pemberian
diazepam ulangan diberikan fenitoin dengan dosis awal 20mg/kgBB/menit atau
kurang dari50mg/menit. Dosis selanjutnya diberikan 4-8mg/kgBB/hari (dosis
pemeliharaan),12- 24 setelah dosis awal. Jika masih kejang rawat di Ruang Rawat
Intensif, berikan fenobarbital dosis 10- 20 mg/kgBB dan pasang ventilator bila
perlu.
2. Mencari dan mengobati penyakit
Mencari faktor penyebab sesuai dengan pemeriksaan penunjang yang
tersedia. Kejang demam biasanya disebabkan oleh suatu infeksi sehingga
pemberian antibiotik yang tepat sangat di perlukan. Efektif menurunkan suhu
tubuh sehingga anak tampak lebih tenang, meskipun tidak terbukti dapat
mengurangi resiko rekurensi. Antipiretik yang digunakana ntara lain:
-

Parasetamol atau Asetaminofen 10- 15 mg/kgBB/x dan diberikan

sebanyak 4x sehari
Ibuprofen 10 mg/kgBB/x diberikan sebanyak 3x sehari
Antikonvulsan
Antikonvulsan hanya diberikan pada waktu pasien demam dengan

ketentuan orang tua atau pengasuh pasien mengetahui dengan cepat


adanya demam pada anak. Dapat diberikan diazepam oral dengan dosis 0,3
mg/kgBB/hari tiap 8 jam saat demam atau diazepam rectal 0,5
mg/kgBB/hari setiap 8 jam bila demam diatas 380C. Efek samping
diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia4,9.
3. Profilaksis jangka panjang ( rumat)

19

Pengobatan rumat adalah pengobatan yang diberikan terus- menerus


untuk waktu yang cukup lama. Pengobatan ini diberikan bila terdapat lebih dari
sat ukeadaan dibawah ini6:
-

Kejang demam lebih dari15 menit


Adanya defisit neurologist yang jelas baik sebelum demam maupun

setelah demam
Kejang demam fokal
Adanya riwayat epilepsi dalam keluarga

Dipertimbangkan bila terdapat lal- hal dibawah ini:


Kejang demam pertama pada umur dibawah 12 bulan.
Kejang berulang dalam waktu 24 jam
Kejang demam berulang (lebih dari 4 kali pertahun)

Obat rumat yang dapat menurunkan resiko berulangnya demam hanya


fenobarbital (3-5mg/kgBB/hari.dibagi dalam 2-3 dosis) dan asam valproat (15-40
mg/kgBB/hari dan dibagi dalam 2 dosis per hari), obat ini diberikan terus menerus
selama satu tahun setelah kejang terakhir kemudian dihentikan secara bertahap
selama 1-2 bulan. Gangguan prilaku dan kesulitan belajar adalah efek samping
pemakaian fenobarbital setiap harinya, sedangkan pemakaian asam valproat pada
usia kurang dari 2 tahun dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hati, sehingga
jangan lupa diperiksakan kadar SGOT dan SGPT setelah 2 minggu, satu bulan
kemudian setiap 3 bulan2,7.
3.12 PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang cepat dan tepat, prognosisnya baik dan
tidak menyebabkan kematian. Frekuensi berulangnya kejang berkisar antara 2550% dan umumnya terjadi pada 6 bulan pertama,11.
3.13 PENCEGAHAN
Meskipun

belum

diketahui

dengan

pasti

efektifitasnya

dalam

meminimalkan resiko kejang demam namum cukup beralasan bila dilakukan


pengawasan dan pengontrolan demam, oleh karena kejang diprovokasi oleh
demam. Obat yang biasanya diberikan adalah Asetamonofen atau Ibuprofen yang

20

diberikan sebanyak 3-4 kali sehari. Menurunkan demam juga dapat dilakukan
dengan kompre smenggunakan air hangat.
Walaupun kejang demam tidak terlalu berbahaya tetapi disarankan kepada
orang tua untuk membawa anak dengan kejang demam bila:
-

Keaadan anak tidak cepat membaik, meskipun kejang telah berhenti


Kejang berlangsung lebih dari 5 menit
Terdapat kejang berulang segera setelah kejang pertama berhenti
Anak kesulitan bernapas

Selain itu pasien dengan kejang demam dapat pula dirujuk kerumah sakit
apabila menunjukkan tanda- tanda9:
-

Kejang demam kompleks


Hiperpireksia
Kejang demam pertama
Usia dibawah 6 bulan
Dijumpai kelainan neurologis

21

BAB IV
ANALISIS KASUS
a.

Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


-

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat kenaikan
suhu tubuh (suhu rectal diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.

Kebanyakan kejang demam terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang


mendadak, dan paling sering terjadi selama hari pertama demam. Biasanya
demam yang mencetuskan kejang demam pada disebabkan oleh suatu
infeksi pada tubuh anak. Infeksi yang paling sering adalah infeksi saluran
atas, otitis media, campak, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran
kemih.

Pada pasien ini terjadi infeksi saluran pernapasan atas seperti adanya
gejala batuk, pilek sebelum terjadinya kejang. Gejala tersebut dapat
dicetuskan dengan keadaan rumah pasien yang jendela kamarnya jarang
dibuka, sehingga cahaya tidak dapat masuk dan kamar menjadi lembab
dan menyebabkan sirkulasi udara didalam ruangan tidak bagus.

Terdapat hubungan antara diagnose dengan keadaan rumah dan


lingkungan sekitar

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga


- Pasien anak pertama .Orang tua pasien mempunyai pekerjaan seorang
c.

buruh dan ibu rumah tangga.


Tidak ada anggota keluarga yang pernah kejang- kejang
Tidak terdapat hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan

hubungan keluarga
Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini.

Dilihat dari usia


Menurut konsesus kejang demam terjadi pada 2-4 % anak berumur
6 bulan 5 tahun.

22

Dan pada kasus ini didapatkan usia anak 6 bulan dan masih
dikaegorikan dalam kejang demam.

Penyebab kejang demam


Pada kasus ini penyebab kejang demamnya tidak di ketahui. Tetapi
perlu dilakukan pemeriksaan yaitu perlu di konsulkan pada Sp.THT.

Tinggi suhu badan pada KD


Pada kasus ini KD pada anak ini didapatkan suhu 38C dimana
pada mayoritas kasus, KD timbul dalam kurun waktu 24 jam pertama
mulainya demam. Dimana pada anak ini 3 hari sebelumnya ada riwayat
demam, batuk dan pilek.

Lama KD
Pada kasus ini kejangnya bersifat umum yang berlangsung
singkat . Dimana pada kasus ini kejangnya kurang dari 15 menit.
Pada pemeriksaan fisik pada pasien ini tidak ditemukan kelainan
defisit neurologis, dimana pada pasien ini normal. Pertumbuhan dan
perkembangannya pada anak ini juga normal.

d. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutus rantai penularan dengan


factor risiko atau etiologi pada pasien ini.
- Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa kejang dapat timbul apabila suhu
-

tubuh panas
Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa faktor resiko kejang ini dapat

disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas seperti batuk dan pilek
Menyediakan obat penurun panas dan obat kejang dirumah
Bila pasien kejang miringkan kepala kesamping agar bila muntah tidak

tersedak
Longgarkan pakain anak dan jangan diselimuti
Jangan memasukkan apapun kedalam mulut pada saat anak kejang
Kompres apabila anak demam dan segera bawa kedokter
Kendorkan pakaian yang ketat, terutama sekitar leher
Bila kejang berikan diazepam per rektal. Jangan diberikan jika kejang
telah berhenti.

23

DAFTAR PUSTAKA

24

1. Dwi Wastoro dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Departemen Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
2011
2. Behrman RE, Kliegman RM, Arvio, Nelson Ilmu Kesehatan anak, volume
3,edisi 15. Jakarta: EGC 2005, hal 2059- 2066.
3. Pusponegoro HD, dkk. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit
Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 2006. Hal 1-15.
4. Soetomenggolo, Taslim. Kejang demam. Buku Ajar neorologi
Anak.Jakarta:Ikatan Dokter Anak Indonesia. 1999, hal 244- 251.
5. Dwi Putro Widodo. Kejang demam apa yang perlu diwaspadai.
Penanganandemam pada anak secara professional, Departemen Ilmu
Kesehatan Anak,Jakarta, RCSM 2005, hal 58-66.
6. Kesepakatan UUK Neurologi IDAI, kejang
Anak PERDOSSSI, Jakarta, 2004.
7. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi

ketiga,Jilid

demam,
kedua.

Saaf

Penerbit

MediaAesculapius fakultas kedokteran Universitas Indonesia,2000, hal


434-437.
8. Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan
Anak RSMH, 2008.
9. Paduan Pelayanan Kesehatan Medis, Kejang Demam, Departemen
IlmuKesehatan Anak, Jakarta:EGC 2005. hal 151- 154.
10. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, 1985 hal 847-855.
11. Deliana, Melda. Tatalaksana Kejang Demam Pada Anak. Sari Pediatri vol
4. Diunduh dari : http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/4-2-4.pdf

You might also like