You are on page 1of 43

THERAPI CAIRAN

Pada orang dewasa, tubuhnya terdiri dari 40%


berupa benda padat dan 60% adalah cairan (total
body water). Total cairan tubuh bervariasi
menurut umur, berat badan dan jenis kelamin.
Cairan
tubuh
didistribusi
dalam
dua
kompartemen
utama
yaitu
kompartemen
intraselular dan kompartemen ekstraselular

DISTRIBUSI CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH

Cairan Intraselular (ICF)

ICF merupakan cairan yang terkandung di


dalam sel. Jumlahnya sekitar 2/3 dari total
cairan tubuh.

Cairan ekstraselular (ECF)

ECF merupakan cairan di luar sel. Meskipun


cairan ekstraseluler jumlahnya hanya sedikit
dalam tubuh, cairan ekstraseluler berperan
dalam membawa nutrisi ke sel dan membuang
produk dari sel. Misalnya plasma membawa
oksigen dalam hemoglobin sel darah merah dari
paru-paru. ECF dibagi menjadi

Komposisi cairan tubuh berbeda pada


kompartemen satu dengan yang lain. Ion utama
pada cairan ekstraselular adalah Na+ dan Cl-,
sedangkan ion utama pada cairan intraselular
adalah K+ dan Fosfat. Komposisi ion pada cairan
ekstraseluler adalah sama, perbedaan utama
adalah cairan intravaskuler (plasma) mempunyai
kadar protein yang lebih tinggi daripada cairan
interstitiil. Hal ini disebabkan protein
mempunyai partikel yang besar sehingga sulit
melewati membran kapiler ke cairan interstitiil.

ELECTROLYTE CONTENT OF
VARIOUS BODY FLUIDS (MEQ)

Na

Mg

Ca

Cl

HCO HPO2 SO4


2

Plasm
a
darah 142

103

25

Cairan
intersti
145
sial

115

30

Cairan
intrasel
10
ular

160

35

160

140

Protei
n

16

55

KEBUTUHAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT

Pada orang dewasa kebutuhan cairan yang diperlukan


per hari pada keadaan normal dapat dihitung dengan
rumus:
30-40 ml/kgBB/hari, atau dengan rumus 1500 ml+20
ml/kgBB untuk kenaikan BB di atas 20 kg-nya.

Sedangkan pada bayi atau anak kebutuhan cairan


perharinya dapat dihitung dengan rumus:

100 ml/kgBB untuk 10 kg pertama

50 ml/kgBB untuk 10 kg kedua

20 ml/kgBB diatasnya

UNTUK KEBUTUHAN ELEKTROLIT


TERUTAMA NATRIUM DAN KALIUM

Na+
= 1-2 mEq/kgBB/hari (dewasa), 3 mEq/kgBB/hari
(anak)

K+
= 1 mEq/kgBB/hari (dewasa), 2,5 mEq/kgBB/hari
(anak)

Penambahan cairan perlu diperhatikan apabila seseorang


mengalami keadaan kehilangan cairan per NGT, diare,
demam (setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius = 2,5
ml/kgBB/hari), luka bakar, drain, hilangnya cairan ke
ruang ketiga, dll.

DEFINISI TERAPI CAIRAN

Terapi cairan adalah suatu tindakan pemberian


air dan elektrolit dengan atau tanpa zat gizi
kepada pasien-pasien yang mengalami dehidrasi
dan tidak bisa dipenuhi oleh asupan oral biasa
melalui minum atau makanan

Untuk dehidrasi ringan, umumnya digunakan


terapi cairan oral (lewat mulut).
Sedangkan pada dehidrasi sedang sampai berat,
atau asupan oral tidak memungkinkan, misal
jika ada muntah-muntah atau pasien tidak
sadar, biasanya diberikan cairan melalui infus.

TUJUAN TERAPI CAIRAN ANTARA LAIN :


IV line : Berjaga-jaga, jalan obat.
Resusitasi
Pemberian elektrolit rumatan
Parenteral feeding

IV LINE : BERJAGA-JAGA, JALAN OBAT.

IV line sering disebut juga infus jaga, artinya


diberikan sebagai jalan masuk obat suntik ke
dalam pembuluh darah balik (catatan i.v artinya
intravena atau di dalam pembuluh darah balik).
Pada infus jaga, pasien umumnya masih bisa
mendapat air cukup dari minum, jadi jumlah
cairan yang diperlukan tidak banyak, misal
hanya 500 ml per hari atau kurang

RESUSITASI

Terapi cairan resusitasi adalah pemberian cairan


untuk menyelamatkan jiwa pasien yang
mengalami syok karena dehidrasi akut dan berat
atau perdarahan. Di sini cairan infus diberikan
dengan cepat dan dalam jumlah cairan yang
besar sesuai dengan derajat dehidrasi atau
perdarahan yang terjadi.

PEMBERIAN ELEKTROLIT
RUMATAN

Terapi cairan rumatan bertujuan mengganti


kehilangan air normal harian pada pasien rawat
inap. Seringkali pasien rawat-inap karena
kondisi sakitnya tidak bisa mengkonsumsi air
dan elektrolit dalam jumlah cukup melalui
minum, sehingga memerlukan dukungan infuse
untuk memenuhi kebutuhan hariannya agar
tidak jatuh dalam gangguan keseimbangan air
dan elektrolit yang bisa mengancam jiwa. Jenis
dan jumlah dan kecepatan cairan rumatan yang
diberikan kepada pasien berbeda dengan cairan
resusitasi.

PARENTERAL FEEDING

Terakhir adalah Parenteral feeding atau nutrisi


parenteral. Parenteral artinya pemberian selain
melalui enteral. Dengan kata lain, nutrisi
parenteral adalah pemberian infus zat gizi (bisa
asam amino, karbohidrat dan lipid) ke dalam
pembuluh balik atau vena. Nutrisi parenteral ini
diberikan pada pasien yang kekurangan gizi atau
asupan gizi melalui oral diperkirakan akan
terhambat oleh kondisi penyakit pasien.

JENIS CAIRAN

JENIS CAIRAN
KRISTALOID
Cairan yang berisi elektrolit disebut cairan
kristaloid
Larutan ini dapat berpindah dengan bebas
antara
kompartemen
intravaskular
dan
interstitial.
Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar
akan keluar dari intravaskular, sehingga volume
yang diberikan harus lebih banyak (2,5 - 4 kali)
dari volume darah yang hilang.

KRISTALOID
Kristaloid
mempunyai
waktu
paruh
intravaskuler 20-30 menit.
Ekspansi cairan dari ruang intravaskuler ke
interstital berlangsung selama 30-60 menit
sesudah infus dan akan keluar dalam 24-48 jam
sebagai urine.
Secara
umum kristaloid digunakan untuk
meningkatkan volume ekstrasel dengan atau
tanpa peningkatan volume intrasel.

KRISTALOID

Cairan kristaloid diklasifikasikan menjadi cairan


hipertonik, isotonik dan hipotonik

Cairan isotonis
cairan yang mempunyai osmolalitas total yang
mendekati cairan ekstraseluler, menghasilkan
tekanan osmotik yang sama dengan ECF dalam
keadaan normal dan stabil dan tidak
menyebabkan sel darah merah mengkerut atau
membengkak.
Cairan
isotonis
meningkatkan
cairan
ekstraseluler.

MANFAAT DAN RESIKO


Pada pasien yang mengalami hipovolemi
(kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan
darah terus menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan
cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongestif dan hipertensi.

CONTOH ISOTONIS


NaCl 0,9%
Na+ 154 mEq/L

Cl- 154 mEq/L


(308 mOsm/L)
Juga
tersedia
dalam
berbagai
konsentrasi
dekstrosa
(yang
paling
sering digunakan adalah
konsentrasi dekstrosa 5%)

Larutan isotonik yang digunakan dalam


keadaan hipovolemik
Kelebihan Na+ dan Cl- dapat menyebabkan
kelebihan
volume
cairan
dan
asidosis
hiperkloremik jika digunakan pada volume
yang berlebihan terutama pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal.
Tidak diharapkan sebagai larutan rumatan
rutin karena karena hanya memberikan Na+
dan Cl- (dan ini diberikan dalam jumlah besar)
Kadang-kadang digunakan untuk memperbaiki
kekurangan Na+
Jika dicampur dengan Dekstrosa 5% larutan
yang dihasilkan menjadi hipertonis dalam
kaitannya dengan plasma dan sebagai
tambahan memberikan 170 kalori perliter.
Satu-satunya larutan yang dapat diberikan
bersama produk darah
Suatu larutan isotonis yang mengandung
berbagai elektrolit dalam konsentrasi yang
kurang lebih sama dengan yang terkandung
dalam plasma.
Digunakan
untuk
menambah
volume
intravaskular dan menggantikan kehilangan

Larutan Ringer Laktat


(larutan Hartmann)
Na+ 130 mEq/L
K+ 4 mEq/L
Ca2+ 3 mEq/L
Cl- 109 mEq/L
Laktat
(dimetabolisme
menjadi bikarbonat) 28
mEq/L
(274 mOsm/L)

Laktat dengan cepat dimetabolisme menjadi


HCO3- dalam tubuh
Larutan Ringer Laktat tidak boleh digunakan
pada asidosis laktat karena kemampuan untuk
mengubah laktat menjadi HCO3- mengalami
kerusakan dalam gangguan ini.
Tidak untuk diberikan pada pH > 7,5 karena
bikarbonat dibentuk saat laktat dipecahkan
sehingga menyebabkan alkalosis.
Mirip dalam komposisi dengan plasma
normal kecuali ini tidak mengandung Mg2+
Digunakan untuk mengatasi kehilangan akibat
luka bakar dan saluran GI bagian bawah
Dapat digunakan untuk mengatasi asidosis
metabolik ringan
Tidak memberikan air bebas maupun kalori

HIPOTONIS

Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah


dibandingkan serum (konsentrasi ion Na + lebih rendah
dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum,
dan menurunkan osmolaritas serum.
Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah
keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas
tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju.
Cairan ini digunakan pada keadaan sel mengalami
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis)
dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia
(kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
Larutan ini menghasilkan tekanan osmotik yang
kurang dari cairan ekstraseluler.

TUJUAN
Salah satu tujuan larutan hipotonik adalah
untuk menggantikan cairan seluler karena
cairan ini bersifat hipotonis dibandingkan
plasma.
Tujuan lainnya adalah untuk menyediakan air
bebas untuk ekskresi sampah tubuh.
Infus cairan hipotonik yang berlebihan dapat
menyebabkan
terjadinya
deplesi
cairan
intravaskuler, penurunan tekanan darah, edema
seluler, dan kerusakan sel

KOMPLIKASI

Komplikasi yang membahayakan adalah


perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam
pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps
kardiovaskular dan peningkatan tekanan
intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.

Larutan Hipotonis
NaCl 0,45 %
Na+ 77 mEq/L
Cl- 77 mEq/L
(154 mOsm/L)

Keterangan
Memberikan Na+, Cl-, dan air bebas
Air bebas diharapkan untuk membantu
ginjal dalam eliminasi zat terlarut
Kurang dalam elektrolit selain Na+ dan
ClDigunakan
untuk
menggantikan
kehilangan cairan hipotonik
Digunakan untuk mempertahankan
larutan meskipun tidak menggantikan
kehilangan elektrolit lain.
Tidak memberikan kalori
Bila dicampur dengan Dekstrosa 5%
larutan menjadi sedikit hipertonis
terhadap plasma dan sebagai tambahan
memberikan kalori 170.

HIPERTONIS

Larutan
hipertonik
menarik
air
dari
kompartemen interseluler ke kompartemen
ekstraseluler
dan
menyebabkan
sel-sel
mengkerut.
Jika diberikan dengan cepat atau dalam jumlah
besar mungkin menyebabkan kelebihan volume
ekstraseluler dan mencetuskan kelebihan cairan
sirkulatori dan dehidrasi. Akibatnya larutan ini
diberikan dengan hati-hati dan biasanya hanya
jika osmolalitas serum menurun sampai ke batas
rendah yang berbahaya. Larutan hipertonik
menghasilkan tekanan osmotik yang lebih besar
dibandingkan cairan ekstraseluler.

Larutan Hipertonis
NaCl 3 % (saline hipertonik)
Na+ 513 mEq/L
Cl- 513 mEq/L
(1026 mOsm/L)

Keterangan
Larutan yang sangat hipertonis yang hanya digunakan pada situasi
kritis untuk mengatasi hiponatremia
Harus diberikan secara perlahan-lahan dan hati-hati karena dapat
menyebabkan kelebihan cairan intravaskuler dan edema pulmonal

NaCl 5 % (larutan hipertonik)


Na+ 855 mEq/L
Cl- 855 mEq/L
(1710 mOsm/L)

Dekstrosa 10 % dalam air


Tanpa elektrolit
100 gr dekstrosa
(556 mOsm/L)
Dekstrosa 10 % dalam NaCl 0,45%
Na+ 77 mEq/L
Cl- 77 mEq/L
50 gr dekstrosa
(586 mOsm/L)

Hanya memberikan air bebas dan tidak ada elektrolit


Memberikan 340 kcal/L

Sama dengan NaCl 0,45% kecuali ini memberikan 170 kcal/L


Digunakan untuk mengatasi hipovolemia dan untuk memperbaiki
diuresis pada dehidrasi
Digunakan untuk mempertahankan masukan cairan, mempertahankan
cairan pilihan jika tidak ada abnormalitas elektrolit

Dekstrosa 10 % dalam NaCl 0,9 %


Na+ 154 mEq/L
Cl- 154 mEq/L
50 gr dekstrosa
(586 mOsm/L)

Larutan yang sangat hipertonis digunakan untuk mengatasi


hiponatremia simptomatis
Diberikan secara perlahan dan hati-hati karena dapat mengakibatkan
kelebihan cairan intravaskuler dan edema pulmonal.

Sama dengan NaCl 0,9 % kecuali ini memberikan 170 kcal/L

KOLLOID
Molekul-molekul besar yang tidak dapat dengan
mudah melewati atau keluar dari pembuluh
darah disebut koloid
Koloid biasanya juga dilengkapi dengan elektrolit
Kolloid disebut juga sebagai cairan pengganti
plasma atau biasa disebut plasma substitute
atau plasma expander.
Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang
mempunyai berat molekul tinggi dengan
aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini
cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6
jam) dalam ruang intravaskuler.

KEGUNAAN
Sering digunakan untuk resusitasi cairan secara
cepat
terutama
pada
syok
hipovolemik/hermorhagik atau
Pada penderita dengan hipoalbuminemia berat
dan kehilangan protein yang banyak (misal luka
bakar).
Koloid apabila diberikan secara intravena akan
tetap tinggal di dalam ruang intravaskuler.

PEMBAGIAN CAIRAN KOLOID

Koloid dibagi menjadi koloid protein


Koloid

protein meliputi human serum albumin(5%


dan 25%) dan cairan gelatin (Plasmagel, Haemacell,
Gellifundol)

Koloid non-protein.
meliputi

starches (6% hetastarch, 10% pentastarch)


dan dextrans (dextran-40 in normal saline, dextran70 in 5% dextrose in water)

PEMBAGIAN CAIRAN KOLOID


Koloid juga dapat dibagi atas koloid alamiah
seperti albumin
Fraksi protein plasma ( FPP )
Koloid artifisial seperti gelatin, dektran dan
kanji hidroksi ( HES ).

KOLOID DIPERGUNAKAN UNTUK :


1. Resusitasi cairan pada penderita dengan
defisit cairan berat (shock hemoragik) sebelum
transfusi tersedia.
2. Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia
berat, misalnya pada luka bakar.

KEUNTUNGAN DARI PEMBERIAN KOLOID


ADALAH:

Keuntungan dari pemberian koloid adalah:

Cairan tetap berada di ruang intrasel


Albumin bersifat fisiologis
Sedikit menyebabkan edema karena sedikit yang berpindah
ke ruang interstisiil.

Sedangkan kerugian dari pemberian koloid


adalah:
Harganya mahal
Beberapa kasus dilaporkan menimbulkan reaksi alergik.

DAN KRISTALOID) MANAKAH YANG TEPAT UNTUK


RESUSITASI?
DALAM MELAKUKAN RESUSITASI CAIRAN, PADA
PRINSIPNYA ADALAH:

Koloid digunakan untuk


intravaskuler
Kristaloid digunakan untuk
interstisiil
Albumin merupakan produk
darah dimana pada beberapa
kasus dilaporkan terjadinya
reaksi alergik.

PENDEKATAN PADA RESUSITASI CAIRAN

Definisikan masalah

cari penyebab dari kehilangan cairan


kaji berat ringannya masalah
kaji jenis kehilangan cairan
kaji kejadian dan kehilangan cairannya termasuk yang sedang
berlangsung

Mulailah pemberian terapi secara tepat

Hitung berapa cairan yang diberikan/diganti


Pilih jenis cairan yang dibutuhkan: koloid, kristaloid atau gabungan
Resusitasi cairan dengan urutan:

Intravaskuler Interstisiil Intrasel

Pertama beri volume, lalu beri produk-produk darah dan yang


terakhir adalah pemberian nutrisi

Terapi penyakit yang mendasari


Kaji ulang pasien sesering mungkin

TERAPI CAIRAN PADA SYOCK

Syock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya


pengiriman oksigen ke jaringan. Syock dapat
terjadi secara global ataupun regional. Syock
dapat diklasifikasikan dalam:
Hipovolemik
Cardiogenik
Distributif (sepsis, anafilaktik, spinal)

Obstruktif (atau mekanik)

PENGKAJIAN STATUS CAIRAN


Volume intravaskuler dapat dilihat dari: Heart
Rate, Tekanan darah, tekanan vena jugularis,
urin output
Volume interstisiil dapat dilihat dari: turgor
kulit dan membran mukosa
Volume
intrasel dapat dilihat dari nilai
osmolalitas.
Untuk
pengkajian tingkat berat ringannya
dehidrasi
harus
dilakukan
dengan
memperhatikan susunan cairan tubuh.

You might also like