Professional Documents
Culture Documents
Kelompok : A1
Anggota
(10.2007.088)
(10.2008.088)
(10.2008.265)
4. Berliana Natalia
(10.2009.076)
5. Alessandrasesha Santoso
(10.2009.115)
(10.2009.195)
(10.2009.279)
(10.2009.293)
(10.2009.335)
Pendahuluan
Masalah-masalah kesehatan yang terjadi dalam masyarakat merupakan hal yang
perlu diperhatikan serta ditanggulangi oleh para petugas atau pelayanan kesehatan agar
dapat memperbaiki dan mengurangi dampak yang lebih buruk. Untuk mengetahui masalah
kesehatan dalam masyarakat perlu dilakukan survei atau studi epidemiologi. Sementara itu,
untuk kasus KLB tidak mungkin hanya melakukan survei, karena KLB terjadi sewaktuwaktu, sedangkan survei perlu direncanakan dan biayanya dianggarkan. Karena itu
diperlukan adanya petunjuk atau indikasi terjadinya KLB di masyarakat melalui fasilitas
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, klinik swasta, dll. Tujuan khusus sistem
kewaspadaan dini adalah mengetahui tanda-tanda awal yang merupakan indikasi
kemungkinan terjadinya KLB dari penyakit menular tertentu dalam masyarakat. 1
Kejadian Luar Biasa (KLB) itu sendiri definisinya adalah timbulnya dan / atau
meningkatnya suatu kejadian kesakitan dan/ atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. Bila atas dasar
kewaspadaan dini, dicurigai bahwa di suatu tempat terjadi KLB, maka penyelidikan
lapangan dilakukan ke tempat tersebut untuk mendapatkan informas dalam rangka
penanggulangan dan pengendalian KLB.1
KLB
menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
5. Kesimpulan
6.
Saran
dan
Penanggulangan
Sementara
3. Menentukan penyebab kasus dalam KLB
4. Menenukan sumber dan cara penularan
Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare dan Campak
1. KLB pada Diare
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih
tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari
tahun 2000 s/d 2010 terlihat kencenderungan insidens naik. Kejadian Luar Biasa (KLB)
diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Penyakit diare sering
menyerang bayi dan balita. 3
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari
biasanya
(3 kali atau lebih dalam sehari). Penyakit diare merupakan salah satu
penyakit yang berbasis pada lingkungan. Dua faktor lingkungan yang dominan
berpengaruh adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Hal ini saling berinteraksi
bersama perilaku manusia maka akan dapat menimbulkan penyakit diare.
KLB diare adalah kejadian peningkatan kesakitan atau kematian akibat diare, kejadian
ini diketahui dari hasil laporan.
Kriteria kerja KLB diare :
1. Angka kesakitan dan atau kematian penderita diare di suatu kecamatan menunjukan
kenaikan yang menyolok selama 3 kali waktu observasi berturut-turut (periode
observasi itu adalah harian/mingguan)
2. Jumlah penderita dan atau kematian oleh karena diare di suatu kecamatan
menunjukkan 2x lipat atau lebih dalam suatu periode (harian,mingguan, bulanan)
dibandingkan dengan angka rata-rata tersebut diperoleh dari perhitungan incidence
rate atau death rate diare dalam setahun yang lalu.
3. Kenaikan mencolok Case Fetality Rate di suatu kecamatan dalam satu bulan
dibandingkan dengan CFR penyakit tersebut bulan yang lalu.
4. Kenaikan jumlah penderita dan atau kematian oleh karena diare dalam periode
waktu (minggu,bulan) dibandingkan dengan periode yang sama tahun yang lalu.5
Sumber:
Subdit
Surveilans
dan Respon
KLB Ditjen
PP dan PL
Gambar 1
Jumlah Kasus
dan CFR
KLB Diare
Menurut
Bulan, Tahun
2009 2010
1. Tersangka KLB campak: adanya 5 atau lebih kasus tersangka campak dalam waktu
4 minggu berturut-turut mengelompok dan mempunyai hubngan epidemiologis satu
sama lain
2. KLB Campak Pasti: apabila minimum 2 spesimen positif IgM campak dari hasil
pemeriksaan kasus pada tersangka KLB campak.
3. KLB Rubella: minimum 2 spesimen positif IgM rubella
KLB Mixed(campuran): ditemukan adanya IgM rubella positif dan IgM campak
positif dalam satu KLB.6
Penyelidikan Epidemiologi
Tujuan:
Tujuan dari penyelidikan epidemiologi adalah untuk memastikan benar adanya KLB
campak dan diare di wilayah Bojong Gede tersebut.
Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan :
Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLB
Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutan
Cara atau langkah-langkah yang ditempuh:
Konfirmasi dilakukan oleh petugas apabila dilaporkan ada kasus diare atau campak
dengan melihat tanda-tanda klinis atau status imunisasi.
Bila atas dasar SKD , dicurigai bahwa di suatu tempat terjadi KLB,maka penyelidikan
lapangan dilakukan ke tempat tersebut. Tujuan umum dari penyelidikan KLB adalah untuk
mendapatkan informasi dalam rangka penanggulangan dan pengendalian KLB. Untuk
mencapai tujuan umum, maka dirumuskan tujuan khusus sebagai berikut :1
1. Memastikan diagnosis penyakit
Dalam memastikan diagnosis penyakit, terlebih dahulu dijelaskan tingkatan kasus
penyakit yang bersangkutan
a. Kepastian diagnosis
Kasus pasti
laboratorium
parasitologi.
: tanda/gejala
: ada
serologi,
kepastian
bakteriologi,
pemeriksaan
virology,
atau
Kasus mungkin
laboratorium
Kasus tersangka : tanda/gejala sesuai dengan penyakitnya tetapi pemeriksaan
laboratorium negatif
b. Hubungan epidemiologi
Kasus primer
Kasus sekunder :
sesuai
penyakitnya
tanpa
dukungan
pertama
kasus yang sakit karena adanya kontak dengan kasus primer
Kasus tak ada : Terjadinya sakit bukan karena paparan
sudah dipelajari dari kepustakaan atau oleh guru/dosen yang bersangkutan. Namun
tidak mudah memastikan diagnosis penyakit berdasarkan penyesuaian gejala dan
tanda, karena itu dilapangan pemastian diagnosis berdasarkan :
- Urutan frekuensi tertinggi sampai terendah dari gejala dan tanda penyakit
- Gejala dan / atau tanda patognomonis yaitu gejala dan tana yang khusus untuk
-
penyakit tertentu
Perimbangan antara sensitivitas dan spesifitas
2. Penetapan KLB1
Distribusi kasus menurut waktu, dimana kurve dibuat berdasarkan waktu (absis) dan
frekuensi kasus (ordintnya), maka aa 3 jenis kurve epidemi yaitu :
A. Common source epidemic, yang menunjukkan adanya sumber penyakit yang sama.
Misalnya : keracunan makanan, muntaber setelah meminum dari satu sumber. Ada
pula yang sifatnya kronis yakni ISPA dalam satu komunits yang terpapar pada
polusi dari satu pabrik.
B. Propagated epidemic, yang menunjukkan terjadinya penyebaran penyakit dari orang
ke orang secara langsung atau melalui lingkungan.
Misalnya : pada penyakit campak, cacar, difteri, dll yang ditularkan melalui jalan
pernapasan
C. Combination of common source and propagated epidemic
Kombinasi dari 1 dan 2. Diamana penyakit tersebut dapat terjadi / menular ke
oerang lain tanpa ada kaitan dengan sumber penularan yang sama sebelumnya.
3. Menentukan penyebab kasus dalam KLB
A. Common source epidemic, untuk jenis KLB dengan kurve ini terlebih dulu
ditentukan median dari waktu terjainya KLB.
B. Propagated epidemic, penetapan diagnosis berdasarkan atas gejala dan tanda
penyakit yang kemudian dikonfirmasikan dengan pemeriksaan laboratorium,
sehingga didapatkan penyebabnya
C. Combination of common source and propagated epidemic, penetapan diagnosis
berdasarkan atas gejala dan tanda penyakit yang kemudian dikonfirmasikan dengan
pemeriksaan laboratorium, sehingga didapatkan penyebabnya
4. Menenukan sumber dan cara penularan
A. Common source epidemic, melanjutkan apa yang dari 3a
sangat
perlu
dilakukan
penyelidikan
lebih
lanjut
dan
dilakukan
penanggulangan seperlunya
c. Bila penyebab penyakit tidak diketahui, tetapi sumber & cara penularan diketahui,
maka sangat perlu dilakukan penanggulangan dan penyelidikan terhadap penyebab
penyakit itu
d. Bila penyebab penyakit tidak diketahui, begitu pula sumber dan cara penularan
belum diketahui, maka sangat perlu melakukan penyelidikan dan dapat melakukan
penanggulangan yang relevan
Segitiga Epidemiologi
Model segitiga epidemiologi menggambarkan kejadian suatu penyakit yang ditentukan
oleh tiga faktor: yaitu host, agent, dan environment.2
Host atau penjamu adalah manusia yang mudah terkena atau rentan (susceptible)
terinfeksi suatu bibit penyakit yang menyebabkan sakit. Faktor utama pada host yang
mempengaruhi mudah tidaknya ia terkena penyakit adalah sistem kekebalan atau
sangat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, satus sosial ekonomi, dan ras.
Agent adalah faktor yang menjadi penyebab suatu penyakit. Penyebab penyakit dapat
bersifat biologis, fisik, kimia, atau sosio-psikologis seperti :
1. Faktor biologis : kuman mikrobakterium tuberkulosa menyebabkan penyakit
tuberkulosa paru-paru. HIV menjadi penyebab AIDS
2. Faktor fisik : sinar UV
3. Faktor kimia : nikotin dan dalam rokok menyebabkan kanker paru-paru
4. Faktor psikologis : suasana kerja sehari-hari yang selalu menegangkan akan
A. Diare
Pada kasus diare dimana ada faktor agent yaitu kuman/ bakteri (E.coli, Vibrio
cholera) yang bersifat biologis. Dari faktor host dapat kita lihat dari skenario yaitu dari
perilaku penjamu. Dimana para penduduk wilayah tersebut tidak menjaga hygene
mereka dengan tidak menggunakan sarana MCK yang telah dibangun, tetapi warga
setempat menggunakan sungai sebagai sumber untuk mencucui, mandi, dan BAB. Dari
faktor lingkungan atau environment yaitu sarana air bersih yang sudah tercemar
( sanitasi yang buruk).
Cara penularan (transmisi) penyakit diare melalui fecal-oral antara lain melalui
makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
penderita.5
B. Campak
Pada kasus penyakit campak dimana cenderung untuk menyerang anak-anak,
khususnya di bawah lima tahun. Dapat kita lihat dari faktor host, yaitu : sistem
kekebalan dari pejamu. Kekebalan terhadap campak dibawa sejak lahir, dan mulai
menurun pada usia 9 bulan, sehingga diajurkan untuk diberikan imunisasi dalam rangka
untuk meningkatkan kekebalannya terhadap virus campak.6
Pada umumnya epidemi terjadi pada permulaan musim hujan, mungkin disebabkan
karena meningkatnya kelangsungan hidup virus pada keadaan kelembaban yang relatif
rendah (faktor environment). Sementara pada faktor agent, penyakit campak disebabkan
oleh penyebab yang bersifat biologis yaitu virus campak (family paramyxovirus). 6
Cara penularan (transmisi) penyakit campak secara langsung dari doplet infeksi atau
agak jarang dengan penularan lewat udara (airbone spread). 6
Langkah-Langkah Penanggulangan 2
A.
B.
keluarga
Pengambilan contoh air sumur, sungai, air pabrik dll yang diduga tercemari dan
penyebarannya
Pencegahan dehidrasi dengan pemberian oralit bagi setiap penderita yang
ditemukan di lapangan.
Penyuluhan baik perorangan maupun keluarga
Membuat laporan tentang kejadian wabah dan cara penanggulangan secara
lengkap .2
Tujuan umum program Puskesmas dibuat oleh Depkes RI. Berikut ini adalah konsep umum
yang dapat digunakan untuk mengkaji program pokok Puskesmas yaitu tujuan
program/kegiatan, target sasaran dan ruang lingkup kegiatan Puskesmas : 2
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Tujuan umum :
a. Menurunkan kematian (mortality) dan kejadian sakt (morbility) di kalangan ibu.
Kegiatan program ini ditunjukan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan,
pada saat bersalin dan saat ibu menyusui.
b. Meningkatkan derajat kesehatan anak melalui pemantauan status gizi dan
pencegahan sedini mungkin berbagai penyakit menular yang bisa dicegah dengan
imunisasi dasar sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Sasaran : ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak (s/d 5 tahun)
Ruang lingkup kegiatan :
Kegiatan KIA terdiri dari kegiatan pokok dan integratif. Kegiatan integratif adalah
kegiatan program lain (misalnya kegiatan imunisasi merupakan kegiatan pokok P2M)
yang dilaksanakan pada program KIA karena sasaran penduduk program P2M juga
menjadi sasaran program KIA (ibu hamil dan anak anak).
a. Memeriksa kesehatan ibu hamil (ANC).
b. Mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak anak balita (integrasi program
gizi).
c. Memberikan nasihat tentang makanan, mencegah timbulnya masalah gizi karena
kekurangan protein dan kalori dan memperkenalkan jenis makanan tambahan
(vitamin dan garam yodium). Integrasi program PKM dan gizi.
d. Memberikan pelayanan KB kepada pasangan usia subur (Integrasi program KB).
e. Merujuk ibu ibu atau anak anak yang memerlukan pengobatan (Integrasi
program pengobatan).
f. Memberikan pertolongan persalinan dan bimbingan selama masa nifas. (Integrasi
dengan program perawatan kesehatan masyarakat).
Tujuan : Meningkatkan status gizi masyarakat melalui usaha pemantauan status gizi
kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi (ibu hamil dan balita),
pemberian makanan tambahan (PMT) baik yang bersifat penyuluhan maupun
pemulihan.
Sasaran : ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak yang berumur di bawah lima tahun
Ruang Lingkup Kegiatan :
a. Memantau pertumbuhan anak melalui penimbangan anak secara rutin setiap bulan,
di Puskesmas atau di pos timbang/posyandu.
b. Melakukan pemeriksaan Hb dan BB ibu hamil secara rutin
c. Mengembangkan kegiatan perbaikan gizi bekerjasama dengan masyarakat setempat,
sektor agama, pertanian, peternakan dan penerangan yang ada di tingkat kecamatan.
4. Usaha Kesehatan Lingkungan
Tujuan : Menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan
sehingga faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor risiko timbulnya
penyakit di masyarakat.
Sasaran : Tempat-tempat umum (seperti pasar, restoran,tempat ibadah, sumber air
minum penduduk, dan pembuangan limbah, dsb). Sasaran yang diperiksa selain
lingkungan fisiknya, juga para pengelolah makanan (food handler).
Ruang Lingkup Kegiatan :
a. Memperbaiki sistem pembuangan kotoran manusia
- Pembuatan dan penyediaan jamban keluarga
- Penyuluhan kesehatan lingkungan dilakukan melalui demonstrasi pembuatan
jamban keluarga.
b. Menyediakan air bersih
- Perlindungan terhadap sumber mata air yang digunakan penduduk. Misalnya :
-
lainnya.
- Mengadakan penyuluhan kesehatan tentang air minum
c. Pembuangan sampah
d. Pengawasan terhadap tempat-tempat umum
5. Pengobatan
Tujuan : member pengobatan dan perawatan di Puskesmas
Sasran : masyarakat yang mengunjungi Puskesmas yang mencari pengobatan
Ruang lingkup kegiatan :
a. Menegakkan diagnose, memberikan pengobatan bagi penderita yang berobat jalan
atau pelayanan rawat tinggal
b. Mengirim (merujuk) penderita sesuai jenis pelayanan yang diperlukan
c. Menyelenggarakan Puskesmas keliling terutama untuk wilayah kerja Puskesmas
yang belum mempunyai Puskesmas pembantu dan wilyah pemukiman penduduk
yang masih sulit transportasinya.
6. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Tujuan : Meningkatakan kesaaran penduduk akan nilai kesehatan, melalui upaya
promosi kesehatan sehingga masyarakat dengan sadar mau mengubah perilakunnya
menjadi perilaku sehat.
Sasaran : Sasaran PKM adalah kelompok-kelompok masyarakat yang beresiko tertular
penyakit maupun masyarakat umum
Ruang Lingkup Kegiatan : Kegiatan penyuluhan dilakukan secara berkala untuk
kelompok-kelompok masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Penyuluhan dilakukan
tidak hanya dengan ceramah (kurang efektif), melainkan juga dengan alat peraga
(demontrasi), dan dapat melalui poster/leaflet/pamplet.9-13
Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi
mengenai promosi kesehatan :
Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and
improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being,
an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and
to change or cope with the environment .
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah
proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik,
mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan
pemberdayaan
masyarakat
agar
mampu
memelihara
dan
meningkatkan
kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat; Artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok
potensial di masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Proses pemberdayaan
tersebut juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosial budaya setempat. Proses
pembelajaran tersebut juga dibarengi dengan upaya mempengaruhi lingkungan, baik
lingkungan fisik termasuk kebijakan dan peraturan perundangan.3
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang
penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran,
kemauan dan kemampuan.
2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya
pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang
tekanannya pada penyebaran informasi.
global
promosi
kesehatan
dari
WHO(1984)
dikenal
dengan
strategi
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain
sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat
(empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting
dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi
kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali
menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.Tokoh
masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat
menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat
keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan
dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh
kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder
maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).
Menurut Depkes RI(2007), jenis kegiatan promosi kesehatan meliputi:
a. Pemberdayaan masyarakat: upaya meningkatkan kemampuan dan kemandirian
semua komponen masyarakat untuk dapat hidup sehat.
b. Pengembangan kemitraan: upaya membangun hubungan para mitra kerja
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling memberi manfaat.
c. Upaya advokasi: upaya mendekati, mendampingi dan mempengaruhi para pembuat
kebijakan secara bijak sehingga mereka sepakat untuk memberi dukungan terhadap
pembangunan kesehatan
d. Pembinaan suasana: kegiatan untuk membuat suasana atau iklim yang mendukung
terwujudnya perilaku sehat dengan mengembangkan opini publik yang positif
melalui media massa,tokoh masyarakat dan figur publik.
e. Pengembangan SDM(sumber daya manusia): meliputi kegiatan pendidikan,
pelatihan dan pertemuan unutk meningkatkan wawasan, kemauan dan keterampilan,
baik petugas kesehatan maupun kelompok-kelompok potensial masyarakat.
f. Pengembangan
iptek(ilmu
pengetahuan
dan
teknologi):
untuk
selalu
Elemen-Elemen Surveilens
Elemen surveilens dapat diartikan sebagai sumber data dari surveilens itu. Sumbersumber data itu adalah sebagai berikut :
1. Pencatatan kematian, terdiri dari pengumpulan data kematian dalam komunitas dan
di rumah sakit)
2. Laporan morbiditas, terdiri dari diagnosis penyakit, distribusi penyakit.
3. Laporan epidemi
Pada setiap kejadian epidemic perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi untuk
mengetahui penyebab dan sumber epidemi.
4. Pemeriksaan Laboratorium
5. Investigasi kasus
6. Penyelidikan letusan penyakit
7. Survei
8. Investigasi distribusi vector dan reservoir
9. Penggunaan obat, serum, dan vaksin
10. Informasi tentang penduduk, makanan, dan lingkungan
11. Informasi mengenai program kesehatan
Kegunaan Surveilens Epidemiologi
1.
2.
3.
4.
Kesimpulan
Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan suatu masalah kesehatan yang harus segera
ditanggulangi dan dkendalikan dengan cepat sehingga dapat menciptakan kesehatan di
masyrakat. Penanganan terhadap KLB harus dengan menggunakan metode pendekatan
epidemiologi
serta
kerjasama
dengan
pihak-pihak
pelayanan
kesehatan.
Upaya
penanggulangan
diare.
Diunduh
dari
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24625/4/Chapter%20II.pdf tanggal
17 juni 2012
12. Kemal Zachariah. Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Diare Di Puskesmas
Kelurahan Jelambar Baru. Jakarta : Universitas Kristen Krida Wacana; 2008
13. Mc mahon Rosemary. Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer. Ed 2. Jakarta:
EGC; 2003