You are on page 1of 18

1

EVALUASI PRAKTIKUM
MANAJEMEN FEEDLOT
Manajemen Penggemukan Sapi Peranakan Ongole (PO) di Kelompok Tani Ternak (KTT) Sidodadi
di Desa Cepoko, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang

N2

Disusun oleh:

M. Yusuf Eko S.
Arry Kurniawanto

23010112130185
23010112140150

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

EVALUASI PRAKTIKUM MANAJEMEN FEEDLOT


No
KEADAAN
EVALUASI
1.
Lokasi Peternakan
a. Alamat:
: Dusun
a. Letak geografis yang a.
JetisTrawas,
sesuai
untuk
Desa Copoko,
penggemukan sapi.
Kecamatan
Gunung Pati,
Kota Semarang.
b. Kemudahan dijangkau : mudah

SOLUSI

REFERENSI
a.

b. Prasarana
mudah b.
untuk di jangkau.

b.

: 345 mdpl

c. Daerah
dengan c.
ketinggian 345 m dari
permukaan
laut
memiliki kelembaban
dan suhu yang sesuai
untuk ternak sapi

c. Keadaan ketinggian topografi


mempengaruhi
temperatur,
curah
hujan,
kelembaban
lingkungan,
dan
dapat
mempengaruhi ketersediaan air
disuatu lokasi dan kemudahan
transportasi (Abidin, 2008).

d. Suhu
- Siang
- Malam

: 27o C
: 22o C

d. Suhu tersebut sudah d.


bagus untuk usaha
peternakan sapi.

e. Kelembaban:
- Siang
- Malam

: 70%
: 80%

d. Suhu udara ideal untuk


peternakan berkisar antara
17oC-26oC, dengan curah hujan
245 mm/ tahun (Susilowati,
2007).
e. Kelembaban ideal bagi gternak
potong adalah 60-80% (Abidin,
2006)

c. Ketinggian
permukaan laut

dari

f. Jarak
dengan
pemukiman penduduk : 30 meter

e. Kelembaban tersebut
sudah
ideal
untuk e.
peternakan sapi potong.

f. Jarak peternakan terlalu


dekat
dengan
pemukiman
warga,
sehingga
dapat
mengganggu

f. Sebaiknya lokasi f. Lokasi untuk membangun


peternakan berada jauh
kandang yang ideal adalah
dari
pemukiman
daerah yang letaknya cukup
masyarakat.
jauh
dengan
pemukiman
penduduk tetapi mudah dicapai

No

KEADAAN

EVALUASI
kenyamanan
warga
sekitar.

g. Jarak dengan tempat : 29 km


pembelian bakalan

SOLUSI

REFERENSI
oleh kendaraan ( Anonim,
2013)

e. Tempat
pembelian
bakalan cukup jauh

2.

Identitas/Organisasi Peternakan
aNama Peternakan
: KTT Sidodadi

bNama Ketua

: Bapak
Suyitno

a. Harapan warga agar a.


peternakan
dapat
benar-benar
terwujud
keberhasilanya.

Amin b.-

cTahun
berdirinya : 2009
peternakan

dLatar
belakang : Berawal dari
berdirinya peternakan keinginan warga
untuk mempunyai
penghasilan
tambahan
di
bidang
peternakan, dan
guna
untuk
memudahkan
keperluan
peternak, maka
dibentuklah
Kelompok Tani

a.

b.

b.

c. Sudah cukup lama


sejak mulai didirikan
c.

c.

d.
Bagus
meningkatkan
perekonomian
sekitar.

untuk d.
warga

No

KEADAAN
Ternak
ePerijinan

EVALUASI

SOLUSI

REFERENSI
d.

e. Dari
Pemerintah Kota
Semarang

e. Dengan adanya ijin


resmi maka peternakan
mendapat perhatian dari
dinas peternakan

f Modal awal

: Rp.500.000.000,-

f.
Peternakan
dapat
kucuran dana yang cukup
besar dari pemodal.

gJumlah ternak awal

: 50 ekor
(gabungan antara
sapi milik warga
dan pemodal)

g. Ternak gabungan untuk


memperbesar
usaha
peternakan.

e. Seharusnya
saat e. Modal
pembibitan
untuk
mendirikan
suatu
membeli pakan yang tidak
usaha
dilengkapi
dikeluarkan dalam jumlah
dengan
perijinan
besar pada awal pemeliharaan
resmi sehingga usaha
(Hadi dan Ilham, 2002).
tersebut sudah diakui f.
secara hukum oleh
pemerintah.
f.
g.

g.

hJumlah ternak sekarang : 51 ekor

3.

Manajemen Perkandangan

h. -

h.

No

KEADAAN
aLuas lahan peternakan
: 900 m2
: Terbuka
b Jenis kandang

EVALUASI
a. Lahan untuk kadang a.
sudah cukup untuk
jumlah ternak.
b. Kandang
sehingga
udara bagus.

SOLUSI

terbuka b.
sirkulasi

cJenis bangunan yang : Terbuat dari kayu


ada
di
dan bambu
perkandangan dan
c. Kandang dibuat dari
jaraknya
kayu bambu agar lebih c. Perlu
peremajaan
ekonomis
atau
perbaikan
kandang bila ada
modal
untuk
: Kandang komunal
mengembangkan
d Model kandang
skala peternakan.
d.
Sesuai
untuk
peternakan
dengan d.
jumlah ternak yang cukup
banyak.

eKonstruksi kandang:
- Kerangka
- Atap
- Dinding
- Lantai

: kayu
: genting
: kayu
: semen
: 2 kandang

f Jumlah kandang

REFERENSI
a. Luas lahan menentukan volume
produksi dan tingkat pendapatan
peternak ( Saragih, 2004)
b. Pembangunan kandang harus
memberikan kemudahan dalam
perawatan sapi, mencegah sapi
supaya tidak berkeliaran dan
menjaga kebersihan lingkungan
(Siregar, 2008)
c. Dalam memilih bahan kandang
hendaknya dipilih yang banyak
tersedia dan minimal tahan
digunakan untuk jangka waktu 510 tahun (Sukmawati et al.,
2010)

d. Pemeliharaan sistem kandang


komunal
adalah
upaya
memindahkan ternak beserta
kandangnya oleh beberapa
pemilik ternak dalam satu
dusun ke suatu lokasi yang
relatif jauh dari pemukiman
untuk dikelola bersama-sama
(Widiyaningrum, 2012).

e. Bahan yang digunakan e. Kandang yang baik


e. Untuk memenuhi standar
sangat sederhana.
hendaknya
kegunaan,
kandang
harus
disesuaiakan dengan
terbuat dari bahan yang
kebutuhan
dan
berkualitas, tahan lama dan
kesehatan sapi.
tidak mudah rusak ( Soeprapto
dan Abidin, 2006)
f. Jumlah kandang sudah f.
mencukupi.

No

KEADAAN

EVALUASI

SOLUSI

: Kandang kayu
Jenis
dan
luas : 1. 4x6x6=144 m2
g.
masing-masing
2. 4x6x17= 408
kandang
m2
g. Luas kandang sudah
baik
karena
dapat
memenuhi
kebutuhn
Sekitar 150 ekor
ternak
seperti
untuk
Kapasitas kandang
pemeliharaan.

REFERENSI
f. Setiap usaha sapi potong yang
akan
didirikan
harus
merencanakan jumlah kandang
yang akan di bangun sesuai
dengan jumlah dan jenis sapi
yang akan di pelihara (Siregar,
2008)
g.

i Peralatan kandang

h. Kapasitas kandang h.
mampu
menampung
sebanyak 150 ekor ternak
150. Hal ini sudah baik
karena
ternak
yang
dipelihara ada 51 ekor
: ember, cangkul, sapi.
i.
sapu
i. Peralatan kadang sudah
mencukupi

a. Cara penempatan
ternak
dalam
kandang

i. Kandang yang baik harus


mempunyai alat penunjang
kebersihan dan dapat membantu
kinerja
pekerja
kandang
maupun dalam proses sanitasi
pada kandang (Ali et al., 2012).

sapi
yang
ditempatkan
di
kandang
tidak
pernah di pindah- j. Hal ini bertujuan agar
pindah tempat.
sapi tidak stres, dan bobot
badanya cepat naik.
j.

Manajemen Pemeliharaan

Umumnya kebutuhan luas


kandang sapi potong per ekor
sekitar 1.5 x 2.5 meter, 1.5 x 2
meter atau 1.5 x 1.5 meter
( Sudarmono A. S, 2008)

a. Pembangumam kandang harus


memberikan
kemudahan
perawatan sapi, mencegah sapi
supaya tidak berkeliaran, dan
menjaga
kebersihan
lingkungan (Siregar, 2008)

No

KEADAAN
a. Sistem
pemeliharaan
: intensif

b. Lama
pemeliharaan

: 8 bulan

EVALUASI
SOLUSI
a. Pemeliharaan intensif a. Perlu
manajemen
cocok untuk usaha
pemeliharaan
yang
penggemukan
sapi,
terpadu,
supaya a.
untuk memaksimalkan
dengan pasti kapan
PBBH.
ternaknya
akan
dijual.

REFERENSI

b. Lama
pemeliharaan b. Untuk hasil lebih
terbilang cukup lama
optimal,
perlu
karena memang pakan
perawatan
khusus
yang diberikan hanya
pada
tiap
fase
rumput lapangan.
fisiologis
ternak
dengan
memperhatikan
efisien
tidaknya
perawatan yang akan
dilakukan.

Manajemen Pemilihan Ternak Bakalan


a. Kriteria Pemilihan : sehat, kaki besar, a. Kriteria
pemilihan
ternak
kekar, mata
bakalan sudah benar, a.
bersinar, badanya
namun juga harus
panjang.
mempertimbangkan
aspek lain, yaitu harga.

a.

b.

b. Bangsa ternak

: Sapi Peranakan
Ongole (PO)

c. Asal ternak

: Pasar Hewan
Ambarawa

b. Sapi PO dipilih karena


mempunya
daya
adaptasi yang baik dan
masih dapat bertahan
hidup walau kuailtas
pakan tidak begitu c.
baik.
c. Di
Pasar
Ambarawa

Hewan
banyak

b. Sapi PO memiliki karakteristik


pertumbuhan yang cepat serta
memiliki kualitas daging yang
baik dan umumnya dijadikan
senagai sapi bakalan (Abidin,
2002)

No

KEADAAN

d. Umur

: 8 bulan

e. Bobot badan awal

: 140 kg

f. Harga ternak hidup

: 10-11 juta

EVALUASI
sekali ternak yang di
jual, sehingga pembeli
sapi bakalan lebih
leluasa memilih

SOLUSI

c. e. Pemilihan bakalan yaitu


ternak harus sehat, memiliki
bobot 15-20 kg, dan berumur
kurang
dari
satu
tahun
d. Pada umur 8 bulan d. Sebaiknya bobot awal
(Setiawan, 2011).
dirasa sapi sudah tepat
sapi bakalan untuk
untuk
digemukkan,
usaha penggemukan
karena ukuranya tidak
di atas 150 kg.
Berat awal sapi bakalan rata-rata
terlalu kecil.
e.
200 kg ( Setiawan, 2011)
e. Bobot badan awal sapi
bakalan sudah sesuai
f. Bakalan dengan harga
10 sampai 11 juta
sudah termasuk harga
yang normal.
f.

Manajemen Pakan
a. Jenis pakan

: rumput lapangan

a. Manajemen
pakan
kurang baik karena a.
hanya
menggunakan
hijauan sebagai pakan .
b.

b. Harga pakan

:-

REFERENSI

f.

a. Kebutuhan nutrisi pakan harus


tercukupi untuk mendapatkan
performa yang baik melalui
rasio formulasi yang tepat
untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi yang penting ( Krider
dan Caroll, 1971)

b. Tidak
ada
biaya
pengeluaran
untuk
pakan, karena rumput
didapat dari lahan c. Penggunaan ransum
sendiri
dan
lahan
dibutuhkan
untuk b.
pertanian masyarakat
menutupi kekuragan
sekitar.
PK.

No

KEADAAN
EVALUASI
SOLUSI
REFERENSI
: Lahan sendiri dan
lahan petani sekitar c. Pakan dari hasil jerih
c.
payah mencari rumput
sendiri.
Kandungan nutrisi
pakan:
PK
: 2,35%
d. .
SK
:3,6%
Mineral
:0,3%
e. Ketersediaan
pakan
TDN
:56%
sudah bagus karena d. Agar
tidak
selalu ada walaupun
kekurangan
pakan
pada musim kemarau
pada saat musim
pakan agak sulit untuk
kemarau
dapat
dicari.
melakukan
d. kemarau dapat dilakuakan
pengolahan hijauan
dengan
membuat
hijauan
seperti dikeringkan
kering (hay), penambahan urea
(hay) dan silase.
(amoniasi), dan awetan hijauan
Ketersediaan
: selalu ada
(silase) (Hanafi, 2008).
pakan
e.

c. Asal pakan

d.
-

e.

f. Pemberian
terlalu sedikit

pakan
f.
e.

g. Pakan diberikan pada


waktu pagi, sore, dan
malam hari
f.
h. Pakan
diberikan
sebanyak 3 kali agar
memenuhi kebutuhan g.
sapi.
f. Jumlah pemberian :30 kg/hari untuk i.
Tidak terdapat sisa h.
pakan
satu ekor
pakan.

g.
h.
i. Pemberian air minum secara
addlibitum pada domba yang
digemukkan (air, 2006).

10

No

KEADAAN
EVALUASI
g. Cara pemberian
: Pakan diletakkan j. Pada pemberian air i.
di tempat pakan.
minum ditambahkan
sedikit garam
h. Frekuensi
pemberian
: 3 kali

SOLUSI

REFERENSI
j.

k. Tidak air yang tersisa


dari
jumlah
pemberian.
j.

:i. Sisa pakan


j. Jumlah pemberian : 35 liter
air minum

:k. Sisa air minum


Manajemen Pencegahan dan Pengobatan
Penyakit:
a. Jenis Penyakit
: Kembung
a. Gejala kembung ini a. Peternak
harusnya a. Rumput muda memiliki gizi
ditandai
oleh
memberikan hijauan tinggidan disukai sapi namun
membesarnya
perut
yang berumur tidak dapat menyebabkan mencret atau
ternak,
dan
apabila
terlalu muda, karena kembung
(Mariyono
dan
ditepuk
akan
hijauan
muda Krishna, 2009).
menghasilkan
suara
mengandung kadar
bung-bung.
air yang masih tinggi
b. Gejala Penyakit
: Perut ternak
b. Penyakit kembung ini b. Peternak
harus b. Kembung adalah gejala suatu
menjadi besar
jarang terjadi di KTT
mengenali
gejala- penyakit
metabolisme
yang
Sidodi, tapi peternak
gejala
penyakit dicirikan oleh pembesaran rumen
harus tau apa yang harus
seperti dalam hal ini secara
berlebihan
akibat
dilakukan.
contohnya kembung, pembentukan gas atau busa
agar segera dapat selama proses fermentasi yang
diatasi.
tidak normal di dalam rumen

11

No

KEADAAN
c. Penanganan

Manajemen Pengolahan Limbah


a. Jenis limbah
: padat dan cair

b. Penanganan
limbah

: Menghubungi
dokter
hewan/mantri
hewan terdekat.

: Kotoran/feses
ternak dijual ke
petani

EVALUASI

SOLUSI

REFERENSI
(Priyanto, 2001).
c. Peternak biasanya tidak c. Peternak harus belajar c.mau
ambil
resiko, mengenai
penanganan
sehingga lebih memilih penyakit.
menghubungi
dokter
hewan.
a. Limbah
padat/feses a. Limbah cair yang a.
dan limbah cair/urin
berupa
urin
dan
ditampung di dekat
limbah padat berupa
kandang.
feses
memang
seharusnya
diolah
sehingga
tidak
menimbulkan polusi.
Pengolahan
limbah
padat dapat dijadikan
pupuk
sedangkan
limbah cair dapat
diolah
dengan
fermentasi.
b. Kotoran ternak/feses b. Kalau
bisa
ada b. Pengolahan limbah ternak yaitu
dijual langsung karena
penangan lebih lanjut,
pengolahan kotoran hewan
lebih praktis.
misalnya
dibuat
feses dan urin menjadi biogas,
kompos,
atau
pupuk cair, dan pupuk kandang
dimanfaatkan sebagai
(Abdullah et al, 2012). Limbah
biogas.
feses juga dapat digunakan
untuk memupuk tanah (Ali et
al, 2012).

Manajemen Tenaga Kerja


a. Asal tenaga kerja
: warga setempat a. Warga
yang
ikut a. yang ikut bergabung
menempatkan sapinya
dengan
KTT
di KTT sidodadi harus
sidodadi.
mencari rumput untuk

a. Demi mendapatkan tenaga


kerja yang baik haruslah
memiliki syarat-syarat seperti
mengetahui
kejujuran,

12

No

KEADAAN

b. Jenis kelamin,
umur, pendidikan

: laki-laki, 30-50
tahun, SD-SMP.

b. -

c. Tugas tenaga kerja

: mencari rumput
dan merawat sapi

c. Di musim kemarau
pekerja agak mengalami
kesulitan dalam mencari
rumput .

d. Jumlah
kerja.
10

EVALUASI
sapinya sendiri.

tenaga : 20 orang.

Manajemen Pemasaran
a. Bentuk
produk
yang dipasarkan
: ternak hidup

SOLUSI

b.-

REFERENSI
memiliki keahlian, dan pekerja
keras (Wibowo, 2008).
b. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam proses
seleksi tenaga kerja antara lain
pendidikan,
pengalaman,
keterampilan, kondisi fisik dan
jenis kelamin (Abidin, 2008).

c. Sebaiknya peternak c. Untuk menentukan jumlah


tenaga kerja dibutuhkan data
menyiapkan
pakan
mengenai sasaran pekerjaan
alternatif ketika musim
yang perlu dicapai secara total
kemarau,
misalnya
dan kemampuan karyawan
fermentasi jerami.
mencapai sasaran (Istijanto,
2005).
d. Jumlah tenaga kerja d.d. Jumlah tenaga kerja harus
sudah
cukup
untuk
disesuaikan
dengan
jenis
mencari rumput setiap
kegiatan yang ada dalam usaha.
harinya.
a. Penjualan ternak dalam a.
produk ternak hidup
sudak baik karena
peternakan ini menjual
ternaknya untuk acaraacara tertentu seperti
idul adha.

a. Penjualan ternak dapat diatur


apabila harga sapi sedang
naik, dan setiap peternak yang
akan melakukan penjualan
sapi hendaknya memonitor
harga sapi di pasaran ( Siregar
2008)

b. Tempat pemasaran : pasar hewan atau b. Tempat pemasaran di b.


belantik
datang
pasar hewan sudah

b. Jarak yang dekat antara


kandang dengan pasar akan

13

No

KEADAAN
langsung
peternakan

c. Cara pemasaran

di

EVALUASI
baik karena disana
banyak pembeli datang
yang ingin membeli
ternak serta lokasi
pemasaran yang dekat
sehingga
tidak
berpengaru
terhadap
ternak.

SOLUSI

REFERENSI
mengurangi faktor penyusutan
bobot badan selama perjalanan
karena mengalami cekaman
(stress) (Purbowati, 2009).

c.

c.

d.

d.

: melalui belantik c. Tempat


pemasaran
atau pedagang
sudah baik karena
tergolong dekat dengan
kandang
sehingga
dapat
mengurangi
faktor
penyusutan
bobot badan selama
perjalanan
karena
mengalami cekaman
(stress).

d. Kesulitan
pemasaran

:-

e. Alat pemasaran

: mobil truk

d. Tidak
ditemui
kesulitan
saat
pemasaran
karena
dijual ke pasar hewan
atau terkadang pembeli
sendiri yang datang ke
lokasi peternakan.
e. Pemasaran
produk e. Mobil truk yang e. Pemasaran
merupakan
dengan menggunakan
digunakan
harus
penentu keberhasilan usaha
mobil truk sudah baik
dalam kondisi baik
penggemukan
domba,
karena lebih efisien
agar tidak terjadi haltransportasi
dari
lokasi
dalam pengangkutan
hal
yang
tidak
peternakan
ke
daerah
hewan.
diinginkan
selama
pemasaran hendaknya baik
dalam perjalanan.
terkait dengan faktor jarak dan
infrastruktur
untuk

14

No

11

KEADAAN

EVALUASI

f. Waktu pemasaran

: ketika mendekati f. Alat transportasi yang f.


hari raya idul adha
digunakan
berupa
mobil truk sudah baik.

g. Harga jual

: antara 14-17 juta g. Harga pada hari-hari


per ekornya
biasa dapat meningkat g.
hingga 25% saat idul
adha dari harga di hari
biasa. Hal ini sudah
baik karena peternak
dapat
mendapatkan
untung yang berkali
lipat saat idul adha.

Analisis Usaha
a. Laba

: Rp 297.750.000
per periode
produksi/ 8 bulan

a. Laba yang diperoleh a.


per periode sudah
bagus,
sehingga
peternakan ini tidak
rugi.

SOLUSI

REFERENSI
mendukung kelancaran haasil
panen ke pasar. Jarak yang
dekat antara kandang dengan
pasar akan mengurangi faktor
penyusutan
bobot
badan
selama perjalanan karena
mengalami cekaman (stress)
(Purbowati,
2009).
Transportasi sangat penting
dalam suatu usaha peternakan
untuk
memudahkan
pemasaran dalam jumlah yang
besar, penyediaan bakalan dan
bibit ternak, serta pakan yang
bagus
(Chambers
and
Grandin, 2001).
f.

g.

a. Laba
merupakan
hasil
pengurangan
antara
biaya
produksi
dan penerimaan
(Pakage, 2008).

15

No

KEADAAN
b. B/C

12

: 0,50

EVALUASI

REFERENSI

b. Nilai B/C yang b.


diperoleh sebesar 0,50
menunjukkan usaha yang
dijalani sudah efisien
karena untuk setiap Rp
100,- yang dikeluarkan
dalam awal kegiatan
usaha peternakan akan c.
diperoleh
penerimaan
sebesar Rp. 0,50,-

b. Semakin tinggi nilai B/C


maka usaha yang dijalani
semakin efisien(Soekartawi,
2003).

c. BEP
diatas
nilai
nol
menunjukkan usaha tersebut
menguntungkan (Misniwati,
2004).

c. BEP unit dan harga


- Unit
- Harga

: 51
: Rp 93.680.000,-

c. Nilai BEP unit sebesar


34 dan BEP harga sebesar
Rp.11.662.353
mengindikasikan bahwa
usaha tersebut sudah
menguntungkan.

d. ROI

: 40,47 %

d. -

Evaluasi Usaha
a. Frekuensi
pemantauan
usaha

SOLUSI

d.-

a. Usaha
peternakan a.masih
dilakukan
dengan cara tradisional

d. Return on Investment (ROI)


adalah salah satu bentuk dari
rasio
profitabilitas
yang
dimaksudkan
untuk
dapat
mengukur
kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan
dana yang ditanamkan dalam
aktiva yang digunakan untuk
operasi
perusahaan
agar
menghasilkan keuntungan (Sonia
et al, 2014).
a.

16

No

KEADAAN
: setiap hari

b. Kendala

c. Tindakan
dilakukan
rugi

EVALUASI
seperti
pemberian
pakan,
dan
pengelolaannya.

: kesulitan mencari b. Kendala yang dijumpai


hijauan ketika musim
pada peternakan yaitu
kemarau tiba.
pada
saat
musim
kemarau hijauan agak
sulit
untuk
dicari
sehingga perlu usaha
yang lebih keras untuk
mendapatkan hijauan.
yang
bila

: ternak akan dijual c. Ternak segera dijual


untuk
menutup
kerugian

SOLUSI

REFERENSI

b. Peternakan harus b. Jalan


alternatif
untuk
mempunyai
pakan
mencegah kekurangan pakan
alternatif sebagai pakan
saat musim kemarau dapat
tambahan selama musim
dilakukan dengan membuat
kemarau, misalnya hay
hijauan
kering
(hay),
(jerami kering)
penambahan urea (amoniasi),
dan awetan hijauan (silase)
(Hanafi, 2008).
c.-

c.-

17

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A., M. Aminawar, A. H. Hoddi, dan H. M. Ali, J. A. Syamsu. 2012. Identifikasi kapasitas peternak dalam adopsi teknologi
pegembangan sapi potong yang terintegrasi dengan padi.
Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta
Abidin, Z., 2002, Penggemukan sapi potong, PT Agro Media Pustaka, Jakarta
Chambers P. G. dan T. Grandin. 2001. Guidelines for Humane Handling, Transport and Slaughter of Livestock, Chapter 6. Food and Agriculture
Organization of the United Nations Regional Office for Asia and the Pacific. RAP Publication.
Hadi, P. U. dan N. Ilham. 2002. Problem dan Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi Potong di Indonesia. Jurnal Litbang, Vol. 21 (4): 19.
Hanafi, N. D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. USU Repository. Universitas Sumatera Utara, Medan.
.
Istijanto, M. M. 2005. Riset Sumber Daya Manusia: Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-Dimensi Kerja Karyawan. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Misniwati, A. 2004. Analisa usaha penggemukkan kambing potong ditinjau dari sosial-ekonomi. Lokakarya Nasional Kambing Potong, Sumatra
Utara.
Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pakage, S. 2008. Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang). Jurnal Ilmu
PeternakanVol. 3 (2)Hal: 51 57.
Rohani, H. Hoddi, M. B. Rombe, dan M. Ridwan. 2011. Pengelolaan Usaha Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Saragih, B. 2004. Pertanian Mandiri. Pandangan Strategis para Pakar untuk Kemajuan Pertanian di Indonesia. Penebar Swadaya.Jakarta.
Sarwono B. 2012. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya,Jakarta.
.

18

Siregar, B. S. 2008. Penggemukan Sapi. Edisi revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.


Siregar, S.B., 2008. Penggemukan Sapi. Cetakan ke 16. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soekartawi. 2003. Agrisbisnis Teori Dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Soeprapto, H. dan Z. Abidin. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sonia, B.R., Zahroh Z., dan D.F. Azizah. 2014. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 9(1).Hal.1-9.
Sudarmono. A. S., 2008. Sapi Potong.Penebar Swadaya. Jakarta.
Sukmawati. 2010. Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian an Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian.
Susilowati, I. 2007. Analisis Profitabilitas pada Usaha Peternakan Sapi Perah di desa Baturejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. (Skripsi).
Wibowo, S. 2008. Petunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil. Penebar Swadaya, Jakarta.
Widiyaningrum, P. 2012. Motivasi Keikutsertaan Peternak Sapi Potong Pada Sistem Kandang Komunal (Studi Kasus di Kabupaten Bantul
Yogyakarta). Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Semarang, Semarang.
Mariyono dan N.H. Krishna. 2009. Pemanfaatan dan keterbatasan hasil ikutan pertanian serta strategi pemberian pakan berbasis limbah pertanian
untuk sapi potong. Wartazoa Vol. 19 No. 1.
Priyanto,L. 2001. Studi Kasus Pemberian Probiotik "S" Terhadap Kasus Kemhung Pada Sapi Fh Di Peternakan Metasari Farm Cimande Bogor.
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

You might also like