You are on page 1of 15

Pengaruh Faktor Personal, Usaha, Dan Pinjaman Terhadap

Tingkat Pengembalian Dana UPPKS Di Kota Pontianak


Abstrak
This study aims to conduct a study of the implementation of Law no. 52 and Presidential Decree No.
2009. 62 The year 2010 is to provide opportunities to the community in improving the welfare of the
family planning acceptors to give them a better life. This policy is primarily aimed at families who are
still in the stage of pre Prosperous and Prosperous I, in order to have knowledge, attitudes and
behavior planning ahead and want to try to improve the family income by opening a home business
industry and micro enterprises. This research used descriptive survey approach. polulasi is the
population in this study were all members of UPPKS in Pontianak, with a sample of 100 people. the
results showed that personal factors, which consist of the age and level of education, have a positive
regression coefficient with direction respectively 0,020 and 0,030, while the customer status and
number of dependents has a regression coefficient of -0.082 with a negative direction and -0.049. In
business factors, which consist of business experience and sales turnover, with a regression
coefficient has the positive direction of 0.028 and 1.4097, while on the premises has a negative
regression coefficient of -0.242 with a 5-way. Factors having a loan with a regression coefficient of
0.133 positive direction. While the repayment term has a coefficient of -0.005 with a negative direction.

Maulidia
Universitas Muhammadiyah Pontianak

Pendahuluan
Berbagai upaya dan kebijakan telah
dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan peluang pada masyarakat dalam
meningkatkan kesejahteraan bagi keluarga akseptor KB agar mereka memperoleh kehidupan yang lebih baik. Salah
satu bentuk upaya tersebut mengacu
pada UU No.52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang pelaksanaannya
diatur dalam Kepres Nomor 62 Tahun
2010 tentang Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional.
Melalui Undang-Undang dan Kepres
tersebut, diperlukan usaha terpadu dan
menyeluruh yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan keluarga untuk
meningkatkan kemampuan pada keluarga, terutama keluarga yang masih dalam tahap Pra Sejahtera dan Sejahtera I,
agar memiliki wawasan, sikap dan perilaku perencanaan ke depan dan mau
141

berusaha meningkatkan pendapatan


keluarga dengan cara membuka usaha
home industri maupun usaha mikro.
Dalam upaya mewujudkan tugas
tersebut, setiap keluarga, terutama PUS
(Pasangan Usia Subur) Pra Sejahtera
dan Keluarga Sejahtera I (KS I), sesuai
dengan potensi dan peluang yang ada,
akan dibantu untuk mengembangkan
dirinya. Upaya tersebut dilakukan dengan menumbuhkan minat dan motivasi
berusaha serta meningkatkan ketrampilan keluarga bagi para ibu/wanita,
melalui pendekatan kelompok, yaitu
kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS).
Kegiatan UPPKS dimulai sejak 1979
dengan nama Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
yang diarahkan untuk meningkatkan
peran serta ibu rumah tangga dalam
mengisi waktu luang guna meningkatkan
pendapatan keluarga. Kegiatan UPPKA
tersebut telah terbukti dapat membina
kemantapan, kelestarian dan peningkatan penghasilan tambahan akseptor KB
dan merupakan wadah proses belajar
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang ekonomi produktif keluarga. Pada 1990 UPPKA diubah menjadi
UPPKS untuk mencakup sasaran yang
lebih luas yaitu dengan melibatkan
Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum
ber -KB, Keluarga pra sejahtera (KPS),
Keluarga sejahtera I, Keluarga Sejahtera
II, Sejahtera III dan seterusnya dan
keluarga lain yang berminat menjadi
anggota Kelompok UPPKS.
Membangun suatu usaha merupa-kan
upaya yang harus dilakukan oleh

siapapun yang ingin meningkatkan


kualitas hidupnya, apalagi bagi keluarga
Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I.
UPPKS mengembangkan wadah memperjuangkan aspirasi praktisi pelaku
usaha mikro khususnya untuk keluarga
Akseptor KB (Keluarga Berencana) prioritas Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I.
Tujuan umum dari program ini adalah
membantu Keluarga Pra Sejahtera
sampai dengan Keluarga Sejahtera III
Plus untuk meningkatkan keluarga
sejahtera melalui ekonomi produktif.
Tujuan khusus dari program ini adalah:
(1) Mengembangkan dinamika kelompok
sehingga setiap kelompok peserta KB
berkembang menjadi kelompok mandiri.
(2) Meningkatkan pendapatan keluarga
dalam kegiatan ekonomi produktif. (3)
Mengembangkan ketahanan dan kemandirian dalam keluarga. (4) Membantu keluarga mendapatkan modal usaha
dengan syarat ringan, mudah dan cepat.
(5) Merangsang kesadaran motivasi dan
semangat keluarga untuk berwirausaha.
(6) Membantu keluarga mengembangkan kegiatan kemitraan dalam usaha di
bidang ekonomi. (7) Untuk merealisasikan Program UPPKS sebagai penerima
kredit usaha keluarga adalah Kelompok
kegiatan ekonomi produktif yang umumnya beranggotakan ibu-ibu yang antara
lain berasal dari keluarga sejahtera I, II,
III dan III Plus baik yang belum, sedang
maupun pernah ber KB guna meningkatkan pendapatan keluarga dalam rangka
mewujudkan keluarga sejahtera.
Adapun jumlah keluarga sejahtera
berdasarkan tahapannya di Kota Ponti142

anak adalah sebagai berikut; keluarga


Pra Sejahtera berjumlah 1.316 KK atau
0.93 persen dan Keluarga Sejahtera I
sebanyak 19.883 KK atau 14,02% dari
Jumlah Kepala Keluarga.
Bantuan pinjaman modal untuk anggota kelompok UPPKS di Kota Pontianak dimulai 2005, yang sampai saat ini
telah terbentuk 201 kelompok, dengan
jumlah anggota 603 orang. Dana pinjaman diberikan berdasarkan pengajuan
pinjaman dari kelompok UPPKS yang
ada. Kredit Usaha untuk Kelompok UPP
KS ini diberikan mulai dari Rp 2.500.000
dan maksimum Rp 6.000.000. Setiap
kelompok, bagi kelompok yang sudah
melunasi kreditnya dapat mengajukan
pinjaman kembali dengan meningkatkan
jumlah pinjaman sesuai dengan batas
maksimum plafond pinjaman. Kucuran
dana UPPKS ini diharapkan dapat
menambah modal usaha sehingga dapat
meningkatkan pendapatan usaha para
anggota UPPKS.
Gambaran tentang pinjaman Kelompok UPPKS dan realisasinya adalah;
untuk 2011, dari 390 anggota yang
menerima bantuan pinjaman dana bergulir sebanyak 369 anggota. Aktif bayar
183 anggota dan yang macet bayar
sebanyak 186 anggota atau 50,41%.
Sedangkan 2012 jumlah anggota yang
ada sebanyak 603 orang, yang
menerima guliran pinjaman bantuan
modal sebanyak 420 anggota. Dari 420
anggota yang menerima bantuan pinjaman dana guliran sebanyak 207
anggota Aktif bayar dan yang bermasalah dalam pembayaran sebanyak 213
anggota atau 50,71%.

Bantuan modal pinjaman tersebut


masih terdapat tunggakan yang cukup
tinggi yaitu lebih dari 50% dari dana
yang terserap. Pada 2011 menun-jukkan
bahwa Kelompok UPPKS yang melunasi
pinjamannya sebesar Rp. 94.044.050
atau 45,34% dari dana yang digulirkan,
sedangkan jumlah tunggakan pinjaman
sebesar Rp.113.348.950 atau 54,65%
dari
serapan
dana
sebesar
Rp.207.393.000. Pada 2012, Kelompok
UPPKS yang melunasi pinjamannya
sebesar Rp 193.044.360 sekitar 54,73%
dari dana yang digulirkan sedangkan
yang tidak dapat melunasi pinjamannya
sebesar Rp.159.647.070 atau 45,27%
persen, dari serapan dana sebesar
Rp. 352.691.430.
Menurut kriteria BKKBN bahwa
pengembalian modal UPPKS dapat
dikatagorikan baik jika >75%, berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa
anggota kelompok UPPKS memperoleh
pinjaman hanya bisa mengembalikan
pinjamannya rata-rata sebesar 45%.
Secara persentase ini sangat memprihatinkan karena tidak sampai 75% dari
alokasi dana yang diterima. Rendahnya
tingkat pengembalian pinjaman ini disebabkan oleh banyak faktor baik ekonomi
maupun non ekonomi yang mempengaruhi usaha mereka, sehingga secara
langsung menurunkan produktivitas
usaha yang pada gilirannya menyebabkan rendahnya tingkat pengembalian
pinjaman.
METODE
Bentuk ini adalah deskriptif dengan
menitik beratkan pada metode survei.
143

Pengumpulan data dilakukan dengan


wawancara dan penyebaran kuestioner.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh
anggota
UPPKS
yang
mengalami kredit bermasalah yang
masih aktif hingga akhir Mei 2012.
Jumlah
anggota
populasi
dalam
penelitian ini berjumlah 213 anggota
kelompok. Teknik pengambilan sampel
adalah dengan metode konvenience
sampling, yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan
saja, anggota populasi yang ditemui
peneliti dan bersedia meluangkan
waktunya untuk menjadi responden
(sampel). Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 100 responden.
Analisis data yang digunakan adalah
regresi berganda, dengan variabel
personal, usaha, dan pinjaman.
HASIL
Karakteristik personal dalam penelitian ini terdiri atas: (1) usia yang menggambarkan bahwa sebagian besar responden berada pada kisaran usia 36-55
tahun yakni sebesar 73,46% (46,93% +
26,53%). Penggabungan usia responden
antara 36-55 tahun karena pada usia
tersebut adalah usia produktif dari
semua responden. Responden yang
berkisar 36-55 tahun Sebagian besar
responden yang lancar dalam pengembalian kredit berada pada kisaran usia
36 tahun hingga 45 tahun yakni sebesar
46,93%, sedangkan sebagian besar responden
yang
menunggak
dalam
pengembalian kredit berada pada
kisaran usia 46 tahun hingga 55 tahun.
(2) Tingkat pendidikan responden mem-

perlihatkan bahwa sebagian besar


responden berpendidikan SMP hingga
SMA yakni sebesar 91% (32% + 59%).
Penggabungan tingkat pendidikan responden SMP hingga SMA dikarenakan
jumlahnya terbanyak dari semua tingkat
pendidikan, dan sebagian besar responden yang lancar dalam pengembalian
kredit berpendidikan SMA yakni sebanyak 60,37 persen atau sebanyak 32
orang/responden. (3) Status Nasabah
memperlihatkan bahwa semua responden merupakan nasabah lama. Responden yang lancar dalam pengembalian
berjumlah 51 orang dan yang menunggak sebanyak 49 orang. Nasabah lama
dilihat dari berapa lama menjadi anggota
UPPKS yaitu lebih dari tiga tahun,
sedangkan yang termasuk nasabah baru
yaitu anggota UPPKS yang kurang dari
tiga tahun menjadi anggota ayau
nasabah. Semua responden merupakan
nasabah lama, karena semua anggota
UPPKS yang menjadi responden adalah
nasabah lama yaitu lebih dari tiga tahun
menjadi nasabah. (4) Jumlah Tanggungan Keluarga memperlihatkan bahwa
sebagian besar responden memiliki
jumlah tanggungan keluarga di atas 3
orang yakni sebesar 64%. Sebagian
besar responden yang lancar dalam
pengembalian kredit memiliki tanggungan keluarga diatas 3 orang sebesar
57,69%, dan responden yang menunggak dalam pengembalian kredit umumnya juga memiliki tanggungan keluarga
diatas 3 orang adalah sebesar 70,83%.
Sedangkan besar responden yang lancar dalam pengembalian kredit memiliki
tanggungan keluarga 2-3 orang sebesar
144

42,30%, dan responden yang menunggak dalam pengembalian kredit umumnya memiliki tanggungan keluarga 2-3
orang sebanyak 29,16%.
Karakteristik usaha responden diidentifikasi berdasarkan pengalaman usaha,
tempat usaha, dan omzet usaha atau
pendapatan kotor per bulan yaitu (1)
Pengalaman Usaha memperlihatkan
bahwa sebagian besar responden memilki pengalaman usaha di bawah 10 tahun
yakni antara 4-9 tahun yaitu sebesar
74% (50%+24%). Pengalaman usaha
antara 1-3 tahun tidak digabungkan
karena diperkirakan usaha tersebut
masih dalam proses pertumbuhan.
Sebagian responden yang lancar dalam
pengembalian pinjamannya memiliki
pengalaman usaha kurang dari 10 tahun
yakni antara 4-6 tahun sebesar 48,07%,
demikian juga responden yang menunggak dalam pengembalian pinjaman
sebagian besar memiliki pengalaman
usaha kurang dari sepuluh tahun yakni
sebesar 79,16% (52,08%+27,08%). (2)
Status Tempat Usaha mempelihatkan
bahwa sebagian besar status tempat
usaha responden adalah milik sendiri
yaitu sebesar 79%, sedangkan yang
menyewa tempat yaitu 21%. Jumlah responden yang lancar dalam pengembaliannya sebagian besar memiliki tempat
usaha sendiri yaitu sebesar 73,08%, dan
yang menunggak juga yang mempunyai
tempat usaha sendiri yaitu 84,41%. (3)
Omzet penjualan memperlihatkan bahwa
sebagian besar responden memiliki omzet usaha per bulan di bawah satu juta
rupiah yakni sebesar 73% (44%+29%).
Responden yang lancar dalam pengem-

balian pinjaman sebagian besar memiliki


omzet per bulan di atas lima ratus ribu
rupiah yaitu sebesar 98,07% (46,15%+
51,92%), sedangkan responden yang
menunggak dalam pengembalian pinjaman sebagian besar memiliki omzet
usaha per bulan di bawah lima ratus ribu
rupiah yakni 89,58%.
Karakteristik pinjaman responden baik
dengan
kategori
lancar
maupun
menunggak diklasifikasikan berdasarkan
variabel jumlah pinjaman dan jangka
waktu pengembalian yaitu: (1) Jumlah
Pinjaman memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memperoleh
jumlah pinjaman kurang dari atau sama
dengan dua juta lima ratus ribu rupiah
yakni sebear 62%. Responden yang tergolong lancar maupun yang menunggak
dalam pengembalian pinjaman juga
memperoleh jumlah pinjaman kisaran
nilai tersebut yaitu sebanyak 52,94%
dari responden yang lancar dan 71,43%
dari responden yang menunggak. (2)
Jangka Waktu Pelunasan Pinjaman
memperlihatkan bahwa sebagian besar
responden menerima pinjaman dengan
jangka waktu di atas dua belas bulan
yakni sebesar 54%. Responden yang
lancar dalam pengembalian pinjaman
sebagian besar menerima pinjaman
dengan jangka waktu di atas dua belas
bulan yakni sebesar 60,38%, sedangkan
responden yang menunggak dalam
pengembalian pinjaman menerima sebagian besar menerima pinjaman dengan
jangka waktu di bawah dua belas bulan
atau sama dengan dua belas bulan
yakni sebesar 53,19%.

145

PEMBAHASAN
Deskriptif variabel dalam statistik deskriptif yang digunakan pada penelitian ini
meliputi nilai minimum, maximum, mean
dan standar deviasi dari satu variabel
dependen yaitu tingkat pengembalian
pinjaman dan sembilan variabel independen yaitu usia, tingkat pendidikan,
status nasabah, jumlah tanggungan,
pengalaman usaha, tempat usaha,
omzet penjualan, jumlah pinjaman, dan
jangka waktu pelunasan. Statistik deskriptif berkaitan dengan Statistik deskriptif menggambarkan karakter sampel
yang digunakan dalam penelitian ini.
Distribusi statistik deskriptif untuk
masing-masing variabel terdapat pada
berikut:
Tngkt Pengembalian (Y)
Usia (X1,1)
Tingkat Pendidikan (X1,2)
Status Nasabah (X1,3)
Jumlah Tanggungan (X1,4)
Pengalaman
Usaha (X2,1)
Tempat
Usaha (X2,2)
Omzet Penjualan (X2,3)
Jumlah Pinjaman (X3,1)
Jangkat waktu pelunasan
(X3,2)
Valid N
(listwise)

Minimum

100

0,00

1,00

0,5200 0,50212

100 22,00

74,00

44,0300 9,11371

100

6,00

15,00

10,8300 1,94913

100

0,00

3,00

1,0100 0,22451

100

2,00

6,00

3,8200 1,09526

100

1,00

4,00

2,6100 0,87496

100

0,00

1,00

0,7900 0,40936

Maximum Mean

Std.
Deviation

100 500000 12000000 1064250 1518755


100

1,00

5,00

3,2700 1,19642

100 12,00

24,00

18,3600 6,01936

100

Sumber : Data Sekunder yang diolah

Uji Validitas dan Reliabilitas

Dari semua variabel dapat diketahui


bahwa nilai total correlation nya lebih
kecil dari nilai r tabel (df), yaitu tingkat
pengembalian (Y) sebesar 0,422, usia
(X2) sebesar 0,250, tingkat pendidikan
(X3) sebesar 0,27, status nasabah (X4)
sebesar 0,27, jumlah tanggungan (X5)
sebesar 0,132, pengalaman usaha (X6)
146

sebesar 0,258, tempat usaha (X7)


sebesar 0,370, omzet usaha (X8) yaitu
sebesar 0,340 dan jangka waktu
pelunasan (X9) sebesar 0,259 hasil
tersebut dibandingkan dengan nilai df
yaitu sebesar 9,00 yang mana jika nilai
total correlation lebih kecil dibanding nilai
df maka dapat dinyatakan bahwa data
tersebut valid.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha

N of Items

0.7068

100

Sumber: data Sekunder, diolah (2012)

Dalam Zulganef tahun 2006 yang


menyatakan bahwa suatu instrumen
penelitian mengindikasikan memiliki
reliabilitas yang memadai jika koefisien
alpha Cronbach lebih besar atau sama
dengan 0,70. Sementara hasil uji
menunjukkan koefisien Cronbach alpha
sebesar 0.7068 dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa variabel ini adalah
reliabel.
Untuk menguji hipotesis akan digunakan analisis regresi linier berganda.
Namun akan terlebih dahulu diuji
mengenai ada tidaknya penyimpangan
terhadap asumsi klasik yang diperlukan
untuk mendapatkan model regresi yang
baik.

a. Uji Normalitas

Dari analisis kurva dapat dilihat


bahwa data menyebar disektar diagram
dan mengikuti model regresi sehingga
dapat disimpulkan bahwa data yang
diolah
merupakan
data
yang
berdistribusi
normal
sehingga
uji
normalitas terpenuhi.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan dengan
tujuan
untuk
mengetahui
adanya
korelasi antara variabel independen
dalam suatu model regresi. Untuk
mengetahui
apakah
terjadi
multikolinearitas atau tidak dalm model
147

regresi adalah dengan melihat nilai


tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai
VIF >10 (Imam Ghozali, 2001). Nilai
tolerance dan variance inflation factor
(VIF) yang terdapat pada masing-masing
variabel penelitian ini seperti terlihat
pada tabel 4.11 berikut :

menggunakan bantuan program SPSS


17.00. Koefisien regresi dilihat dari nilai
unstandardized
coefficient
karena
semua variabel independen maupun
dependen memiliki skala pengukuran
yang sama yaitu rasio.
1. Faktor Personal
Faktor personal yang terdiri dari 4
karakteristik
yaitu
usia,
tingkat
pendidikan, status nasabah dan jumlah
tanggungan.

Tabel 4.14
Suatu model regresi dinyatakan
bebas dari multikolinearitas adalah jika
VIF di bawah 10. Dari tabel tersebut
diperoleh bahwa semua variabel bebas
memiliki nilai VIF yang rendah berada di
bawah angka 10. Dengan demikian
diperoleh
tidak
adanya
masalah
multikolinearitas dalam model regresi.
Analisis Regresi Berganda
Penelitian ini menggunakan analisis
linier berganda untuk menguji hipotesis,
yaitu untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas yaitu usia, tingkat
pendidikan, status nasabah, jumlah
tanggungan, pengalaman usaha, tempat
usaha, omzet penjualan, jumlah pinjaman dan jangka waktu pelunasan.
Pengolahan data dilakukan dengan

Hasil pengujian persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


Tingkat Pengembalian Pinjaman =

148

Persamaan regresi tersebut memiliki


makna:
Karakteristik usia memiliki koefisien
regresi dengan arah positif sebesar
0,020. Jika diasumsikan variabel independen lain konstan, hal berarti setiap
kenaikan usia sebesar 1 satuan maka
tingkat pengembalian pinjaman akan
mengalami kenaikan sebesar 0,020
satuan. Karakteristik tingkat pendidikan
mempunyai koefisien dengan arah positif
sebesar 0,030. Hal ini berarti setiap
kenaikan tingkat pendidikan sebesar 1
satuan maka tingkat pengembalian pinjaman akan mengalami kenaikan 0,030
satuan. Karakteristik status nasabah
memiliki koefisien regresi dengan arah
negatif sebesar 0,082. Hal ini berarti
bahwa kenaikan 1 satuan pada karakteristik status nasabah akan menurunkan tingkat pengembalian pinjaman sebesar 0,082 satuan. Karakteristik jumlah
tanggungan
mempunyai
koefisien
regresi dengan arah negatif sebesar
0,049. Hal ini berarti bahwa kenaikan 1
satuan
pada
karakteristik
jumlah
tanggungan akan menurunkan tingkat
pengembalian pinjaman sebesar 0,049
satuan.
2. Faktor Usaha
Faktor usaha terdiri dari pengalaman
usaha, tempat usaha, dan omzet penjualan. Perhitungannya sebagai berikut:

Hasil pengujian persamaan regresi


tersebut dapat dijelaskan sesuai dengan
tabel di atas yaitu:
Tingkat Pengembalian Pinjaman =

Persamaan regresi diatas memiliki


makna:
Pada karakteristik pengalaman usaha
mempunyai koefisien regresi dengan
arah positif sebesar 0,028. Hal ini berarti
setiap kenaikan pengalaman usaha
sebesar 1 satuan maka tingkat pengembalian pinjaman akan mengalami kenaikan sebesar 0,028 satuan. Karakteristik
tempat usaha mempunyai koefisien
149

regresi dengan arah negarif sebesar


0,242. Hal ini berarti bahwa kenaikan 1
satuan pada karakteristik tempat usaha
akan menurunkan tingkat pengembalian
pinjaman sebesar 0,242 satuan. Karakteristik omzet penjualan mempunyai
koefisien regresi dengan arah positif
sebesar 1,4097. Hal ini berarti bahwa
kenaikan omzet penjualan sebesar 1
satuan maka tingkat pengembalian
pinjaman akan mengalami kenaikan
sebesar 1,4097 satuan.
3. Faktor Pinjaman
Faktor pinjaman terdiri dari dua
karakteristik yaitu jumlah pinjaman dan
jangka waktu pelunasan.

Hasil pengujian persamaan regresi


tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
sesuai dengan tabel di atas yaitu:
Tingkat Pengembalian Pinjaman =
0,182 + 0,133X3.1 0,005X3.2
Persamaan regresi tersebut memiliki
makna :
Karakteristik jumlah pinjaman mempunyai koefisien regresi dengan arah positif
sebesar 0,133. Hal ini berarti setiap
kenaikan jumlah pinjaman sebesar 1
satuan maka tingkat pengembalian
pinjaman akan mengalami kenaikan
sebesar 0,133 satuan. Karakteristik
jangka waktu pelunasan mempunyai
koefisien regresi dengan arah negatif
sebesar 0,005. Hal ini berarti bahwa
kenaika 1 satuan pada jangka waktu
pelunasan akan menurunkan tingkat
pengembalian jumlah pinjaman sebesar
0,005 satuan.
A. Hasil Pengujian Secara Simultan
(Uji F)
Pengujian hipotesis uji F ini digunakan
untuk
melihat
apakah
secara
keseluruhan variabel bebas mempunyai
pengaruh yang bermakna terhadap
variabel terikat. Dari hasil pengujian
simultan diperoleh sebagai berikut :

150

pengembalian pinjaman
sebagai berikut:

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa


model persamaan ini memiliki nilai Fhitung
sebesar 3,312 dan dengan tingkat signifikansi 0,002. Karena memiliki signifikansi lebih kecil dari (0,05) yaitu
sebesar 0,002 menunjukkan bahwa
tingkat pengembalian pinjaman dapat
dijelaskan oleh karakteristik usia,tingkat
pendidikan, status nasabah, jumlah
tanggungan, pengalaman usaha, tempat
usaha, omzet penjualan, jumlah pinjaman, dan jangka waktu pelunasan. Hasil
analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat
pengembalian pinjaman dapat dijelaskan
dengan kondisi usia, tingkat pendidikan,
status nasabah, jumlah tanggungan,
pengalaman usaha, tempat usaha,
omzet penjualan,jumlah pinjaman, dan
jangka waktu pelunasan. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa independen dalam penelitian ini secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu tingkat
pengembalian pinjaman.
B. Hasil Uji Secara Parsial (Uji-t)
Dari hasil pengujian analisis regresi
diketahui nilai thitung. Untuk mendapatkan
signifikansi pengaruh dari kesembilan
variabel tersebut terhadap tingkat

dapat

diuji

a. Pengujian Hipotesis Usia (X1.1)


Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil estimasi variabel usia sebesar
nilai t = 3,082 dengan probabilitas 0,003.
Nilai signifikan lebih kecil dari 0,05. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel usia
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian pinjaman.
Dengan demikian berarti bahwa hipotesis usia Diterima. Arah koefisien
regresi bertanda positif. Hal ini berarti
bahwa peningkatan usia nasabah akan
meningkatkan tingkat pengembalian
pinjaman.
b. Pengujian Hipotesis Tingkat Pendidikan (X1.2)
Dari hasil estimasi variabel tingkat
pendidikan diperoleh nilai t = 1,024
dengan probabilitas sebesar 0,308. Nilai
signifikan diatas 0,05 menunjukkan
bahwa variabel tingkat pendidikan tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian pinjaman.
Dengan demikian berarti bahwa hipotesis tingkat pendidikan Ditolak. Koefisien regresi bertanda positif, berarti
peningkatan tingkat pendidikan akan
meningkatkan tingkat pengembalian
pinjaman.
c. Pengujian Hipotesis Status Nasabah
(X1.3)
Dari hasil estimasi variabel status
nasabah diperoleh nilai t = -0,291
dengan probabilitas sebesar 0,772. Nilai
151

signifikan diatas 0,05 menunjukkan


bahwa variabel status nasabah tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian pinjaman.
Dengan demikian berarti bahwa hipotesis status nasabah Ditolak. Koefisien
regresi bertanda negatif, hal ini berarti
bahwa peningkatan status nasabah akan
menurunkan
tingkat
pengembalian
pinjaman.
d. Pengujian
Hipotesis
Jumlah
Tanggungan (X1.4)
Dari hasil estimasi variabel jumlah
tanggungan diperoleh nilai t = -1,676
dengan probabilitas sebesar 0,097. Nilai
signifikan diatas 0,05 menunjukkan
bahwa variabel jumlah tanggungan tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian pinjaman.
Dengan demikian hipotesis jumlah
tanggungan Ditolak. Arah koefisien
regresi bertanda negatif, hal ini berarti
bahwa peningkatan jumlah tanggungan
akan menurunkan tingkat pengembalian
pinjaman.
e. Pengujian Hipotesis Pengalaman
Usaha (X2.1)
Dari hasil estimasi variabel pengalaman usaha diperoleh nilai t = -0,211
dengan probabilitas sebesar 0,834. Nilai
signifikan diatas 0,05 menunjukkan bahwa variabel pengalaman usaha tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian pinjaman.
Dengan demikian hipotesis pengalaman
usaha Ditolak. Arah koefisien regresi
bertanda negatif, hal ini berarti bahwa
peningkatan pengalaman usaha akan

menurunkan tingkat pengembalian pinjaman.


f. Pengujian Hipotesis Tempat Usaha
(X2.2)
Dari hasil estimasi variabel tempat
usaha diperoleh nilai t = -2,357 dengan
probabilitas sebesar 0,021. Nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa variabel tempat usaha
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian pinjaman.
Dengan demikian berarti hipotesis
tempat usaha Diterima. Arah koefisien
regresi bertanda negatif, hal ini berarti
bahwa peningkatan tempat usaha akan
menurunkan
tingkat
pengembalian
pinjaman.
g. Pengujian Hipotesis Omzet Penjualan
(X2.3)
Dari hasil estimasi variabel omzet
penjualan diperoleh nilai t = 3,803
dengan probabilitas sebesar 0,000. Nilai
signifikan yang lebih kecil daro 0,05
menunjukkan bahwa variabel omzet
penjualan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pengembalian
pinjaman. Dengan demikian berarti hipotesis omzet penjualan Diterima. Arah
koefisien regresi bertanda positif, hal ini
berarti bahwa peningkatan omzet
penjualan anggota akan meningkatkan
tingkat pengembalian pinjaman.

h. Pengujian Hipotesis Jumlah Pinjaman


(X3.1)
152

Dari hasil estimasi variabel jumlah


pinjaman diperoleh nilai t = 1,036
dengan probabilitas sebesar 0,303. Nilai
signifikan yang lebih besar dari 0,05. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel jumlah
pinjaman tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pengembalian
pinjaman. Dengan demikian berarti
hipotesis jumlah pinjaman Ditolak. Arah
koefisien regresi bertanda positif, hal ini
berarti bahwa peningkatan jumlah
pinjaman akan meningkatkan tingkat
pengembalian pinjaman.
i. Pengujian Hipotesis Jangka Waktu
Pelunasan (X3.2)
Dari hasil estimasi variabel jangka
waktu pelunasan diperoleh nilai t = 0,004 dengan probabilitas sebesar
0,318. Nilai signifikan yang lebih besar
dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel jangka waktu pelunasan tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian pinjaman.
Dengan demikian berarti hipotesis
jangka waktu pelunasan Ditolak. Arah
koefisien regresi bertanda negatif, hal ini
berarti bahwa peningkatan jangka waktu
pelunasan akan menurunkan tingkat
pengembalian pinjaman.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, setelah melalui tahap
pengumpulan data, pengolahan data,
analisis data, dan terakhir interprestasi
hasil analisis mengenai pengaruh faktor
personal, faktor usaha dan faktor
pinjaman terhadap tingkat pengembalian
pinjaman dana UPPKS, dengan meng-

gunakan data yang terdistribusi normal


dan tidak terdapat multikolinearitas,
maka dihasilkan kesimpulan sebagai
berikut:
o Dari analisis kurva dapat dilihat bahwa data menyebar disektar diagram
dan mengikuti model regresi sehingga
dapat disimpulkan bahwa data yang
diolah
merupakan
data
yang
berdistribusi normal sehingga uji
normalitas terpenuhi.
o Suatu model regresi dinyatakan
bebas dari multikolinearitas adalah
jika VIF di bawah 10. Dari tabel
tersebut diperoleh bahwa semua
variabel bebas memiliki nilai VIF yang
rendah berada di bawah angka 10.
Dengan demikian diperoleh tidak
adanya masalah multikolinearitas
dalam model regresi.
o Dari hasil penelitian data menggunakan regresi berganda diperoleh bahwa faktor personal yang terdiri dari
usia dan tingkat pendidikan mempunyai koefisien regresi dengan arah
positif masing-masing sebesar 0,020
dan 0,030 sehingga mempengaruhi
kenaikan tingkat pengembalian pinjaman. Pada status nasabah dan
jumlah
tanggungan
mempunyai
koefisien regresi dengan arah negatif
sebesar -0,082 dan -0,049 yang
menyebabkan menurunkan tingkat
pengembalian pinjaman.
o Pada faktor usaha, pengalaman usaha dan omzet penjualan mempunyai
koefisien regresi dengan arah positif
sebesar 0,028 dan 1,4097 maka
tingkat pengembalian pinjaman akan
mengalami kenaikan. Sedangkan
153

pada tempat usaha mempunyai


koefisien regresi dengan arah negatif
sebesar -0,242 yang menyebabkan
menurunnya tingkat pengembalian
pinjaman.
o Faktor pinjaman, pada jumlah pinjaman mempunyai koefisien regresi
dengan arah positif sebesar 0,133
yang berarti akan menaikkan tingkat
pengembalian pinjaman. Sedangkan
jangka waktu pelunasan mempunyai
koefisien dengan arah negatif sebesar
-0,005 yang dapat menurunkan
tingkat pengembalian pinjaman.
o Sesuai dengan hasil perhitungan
statistik terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pengembalian
pinjaman dana UPPKS tersebut,
dapat disimpulkan bahwa setiap faktor
mempengaruhi tingkat pengembalian
dana UPPKS.

menertibkan pengembalian pinjaman


secara tepat waktu.
o Dana yang digulirkan kepada anggota
UPPKS di Kota Pontianak setelah
dilakukan survey ke lapangan, tidak
semua
dana
digunakan
untuk
mengembangkan usaha. Sebagian
dana yang digulirkan digunakan untuk
keperluan lain-lain. Oleh sebab itu
untuk menghindari hal tersebut, pihak
pemberi dana harus lebih selektif
dalam memberikan atau menggulirkan
dana tersebut. Sehingga dana yang
digulirkan dapat dipergunakan sesuai
dengan kegunaannya.
o Bagi penelitian berikutnya diharapkan
menambah
variabel/karakteristik
lainnya seperti aset usaha, jaminan
kredit,
tingkat
suku
bunga,
laba/pendapatan bersih usaha dan
frekuensi pinjaman.

SARAN
Hasil penelitian ini seperti telah
dikemukakan pada kesimpulan di atas
dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak
yang tertarik dengan masalah tingkat
pengembalian pinjaman. Penelitian ini
diharapkan dapat menggugah pada
peneliti berikutnya untuk mendalami
kandungan informasi dari masingmasing responden yang dikaitkan dengan disiplin atau cabang ilmu lainnya.
o Semua faktor mempunyai pengaruh
terhadap tingkat pengembalian pinjaman dana UPPKS, sehingga
disarankan kepada pemberi dana
untuk lebih mengawasi dan memberi
pembinaan kepada para anggota
UPPKS Kota Pontianak guna untuk

DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, I dan Y. Lavianti, H. 2010.
Pengantar Manajemen Perkreditan.
Alfabeta Bandung.
Ghozali, Imam.2005. Pengaruh Analisis
Multivariate Dengan Program SPSS.
Badan Penerbit UNDIP. Semarang.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika
Dasar. Jakarta : Erlangga
Haloho, F. 2010. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Mikro PT. BPD Jabar
Banten KCP Dramaga. Skripsi. Bogor:
Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Handoyo, M. 2009. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Pengembalian
Pembiayaan Syariah untuk UMKM
154

Agribisnis pada KBMT Wihdatul


Ummah Kota Bogor. Skripsi. Bogor:
Departemen Agribisnis
Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Kepres Nomor 62 tahun 2010 tentang
BKKBN.
Mahmoeddin, 100 Penyebab Kredit
Macet,
Jakarta:
Pustaka
Sinar
Harapan, 2005.
Nachrowi, D. dan Usman, H. 2006.
Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika Untuk Analis Ekonomi
dan Keuangan. Lembaga Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
Pengelolaan UPPKS.2010. BKKBN

Samti, M. A. 2011. Faktor-Faktor yang


mempengaruhi Pengembalian Kredit
Bermasalah oleh Debitur Gerai Kredit
Verena
Bogor.
Skripsi.
Bogor:
Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat.
PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Srivastava. U.K, Shenoy. G. V, Sharma
S. C. 1995. Teknik Kuantitatif untuk
Keputusan Manajemen. Jakarta: UI
Press.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian
Bisnis. Penerbit CV ALVABETA
Bandung.
Undang-undang No. 52 Tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

155

You might also like