You are on page 1of 9

PERBAIKAN DAN PERKUATAN BALOK BETON BERTULANG

DENGAN CARA PENAMBAHAN PROFIL BAJA KANAL


Khairul Miswar, Trio Pahlawan
Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe, NAD
Jl. Banda Aceh Medan Km.280,3 Buket Rata, Lhokseumawe, NAD
E-mail : airolmiswar@Yahoo.co.id

Abstract
Structure of reinforced concrete beam in square shape where the tensile is yield, can be use without
destroy and stay the aesthetics if some strengthening system be given. The system to finish that problem by
addition steel canal profile with bolt extension as strengthening material. The research was made the
specimen from normal concrete materials in 4 beams variance. The specimens are reinforced concrete
beam in square shape with 3000 mm length, 250 mm high and 150 mm wide. The specimen beams consist
of control beam (BK), beam with canal steel profile 70 x 30 x 1,2 mm strengthening, beam with canal steel
profile 100 x 50 x 2 mm strengthening, and beam with canal steel profile 125 x 50 x 2 mm strengthening.
All specimens use 13 mm as a tensile and compression rebar, and 8-100 mm as a shear rebar. The
specimen supported by simple supported and loaded by static 4 point loading. The loading given step by
step from hydraulic jack up to maximal load. Before flexural test on specimen was done, the preliminary
testing on material i.e. concrete, steel rebar and steel canal profile was doing first. The result of
preliminary testing indicate that compression strengthening of concrete (f'c) = 31,11 MPa, yield stress of
13 mm rebar (fy) = 502,99 MPa, yield stress of canal 70 x 30 x 1,2 mm steel profile (fyc) = 169,17 MPa,
yield stress of canal 100 x 50 x 2 mm steel profile (fyc) = 257,50 MPa, yield stress of canal 125 x 50 x 2
mm steel profile (fyc) = 264,50 MPa, and shear capacity of dynabolt is 4590 N. The research on maximal
load that able to be supported by BK, BP-PC-1, BP-PC-2, and BP-PC-3 beam are 23,35 KN, 32,19 KN,
74,03 KN and 90,77 KN respectively. This is to prove concrete beams can be increase flexible capacity
are 43,57%, 52,86% for BK and BP-PC-1. While for BP-PC-2 and BP-PC-3 can be increase 96,45% and
99,73%, This is can be happen because yield stress for BP-PC-2 and BP-PC-2 cant be overcome.
Keywords : strengthening, steel canal profile, flexural capacities

dinding penahan tanah, saluran irigasi dan masih


banyak lagi. Dalam penulisan ini lebih banyak
ditekankan pada struktur bangunan yang telah
mengalami kerusakan, sehingga masih bisa
diupayakan dalam penggunaannya. Salah satu
perbaikan untuk menyelesaikan permasalahan
pada balok beton bertulang, jika tulangan
tariknya telah mengalami tegangan leleh, adalah
dengan
melakukan
perkuatan
dengan
penambahan profil baja kanal.

PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Dewasa ini sering kali kita jumpai banyak
bangunan yang rusak akibat suatu kesalahan
dalam perencanaan desain, pemberian beban
yang berlebihan, pelaksanaan konstruksi yang
salah, ataupun gempa. Oleh karena itu perlu
dilakukan suatu metoda perbaikan pada struktur
bangunan tersebut.

2.Tinjauan Pustaka

Beton bertulang digunakan pada sebagian


besar bangunan baik besar maupun kecil,
misalnya untuk gedung, jembatan, bendungan,

Perkuatan struktur menurut Triwiyono


(2004) dilakukan untuk bangunan yang riskan
terhadap beban baru yang akan harus didukung,

sehingga perlu meningkatkan kemampuan


bangunan tersebut atau menambahkan elemen
struktur baru yang tidak tersedia atau dianggap
tidak ada pada saat struktur di bangun. Perkuatan
struktur biasanya dilakukan sebagai upaya
pencegahan sebelum struktur mengalami
kehancuran. Sedangkan perbaikan struktur
diterapkan pada bangunan yang telah rusak,
yaitu merupakan upaya untuk mengembalikan
fungsi struktur seperti semula setelah terjadi
penurunan perkuatan. Jika bangunan tidak segera
ditangani
perbaikan
atau
perkuatannya,
kerusakan dapat berlanjut lebih parah lagi. Agar
bangunan yang sudah rusak dapat terus
difungsikan, diperlukan tindakan rehabilitasi
yang dapat berupa perbaikan (retrofit) atau
perkuatan (strengthening).
Lorenzis dkk (2000) dalam penelitiannya
menggunakan batang Near Surface Mounted
Fiber Reinforced Polymer (NSM FRP) sebagai
perkuatan kapasitas lentur dan geser balok beton
bertulang. Balok yang diperkuat pada bagian
lentur menunjukkan peningkatan kapasitas
antara 25,7 % sampai 44,3 %, jika dibandingkan
dengan balok kontrol, sedangkan pada balok
yang diperkuat pada bagian geser akan terjadi
peningkatan kapasitas hingga 105,7 %. Dalam
penggunaan metode ini, lekatan antara batang
Near Surface Mounted Fiber Reinforced
Polymer (NSM FRP) dan beton merupakan hal
penting yang perlu diperhatikan.
Lamanna dkk (2001) yang meneliti
masalah Perkuatan Lentur Balok Beton
Bertulang Menggunakan Fasthener dan Fiber
Reinforced Polimer Strips menyimpulkan,
bahwa perkuatan balok dengan menggunakan
Powder actuated fastener mencapai peningkatan
65 % sampai dengan 70 % dari kapasitas balok
dengan perkuatan menggunakan metode
peningkatan konvensional, selain itu metode
fastening lebih cepat dan model kehancurannya
lebih daktail disbanding dengan metode metode
pengikatan konvensional.
Iswari (2004) dalam penelitiannya
tentang perkuatan lentur balok tampang persegi
dengan penambahan tulangan menggunakan
perekat epoxy menyimpulkan, bahwa benda uji
setelah diperkuat dengan penambahan tulangan

mengalami peningkatan kapasitas lentur balok


yang diperkuat pada bagian tarik,
balok yang diperkuat pada bagian tarik dan tekan
terhadap balok kontrol, balok yang diperkuat
pada bagian tarik dan tekan berturut-turut
sebesar 63,04 %, 139,95 % dan 124,14 %
terhadap balok kontrol. Kekakuan balok yang
diperkuat pada bagian tarik, balok yang
diperkuat pada bagian tarik dan tekan terhadap
balok kontrol, balok yang diperkuat pada bagian
tarik dan tekan meningkat berturut-turut sebesar
14,03 % 41,04 % dan 100,18 % terhadap balok
kontrol. Daktilitas balok yang diperkuat pada
bagian tarik, balok yang diperkuat pada bagian
tarik dan tekan terhadap balok kontrol, balok
yang diperkuat pada bagian tarik berturut-turut
sebesar 37,59 %, 65,68 % dan 81,66 % terhadap
balok kontrol. Pola keruntuhan yang terjadi pada
benda uji adalah keruntuhan lentur pada balok
yang diperkuat pada bagian tarik, balok yang
diperkuat pada bagian tarik dan tekan terhadap
balok kontrol, balok yang diperkuat pada bagian
tarik dan delaminasi pada balok yang diperkuat
pada bagian tarik dan tekan.
Juhaini (2007) dalam penelitiannya
tentang perkuatan murni balok beton bertulang
tampang persegi dengan penambahan profil baja
kanal menyimpulkan, bahwa perkuatan lentur
dengan penambahan profil baja kanal 70 x 30 x
1,2 mm, 100 x 50 x 2mm, dan 125 x 50 x 2 mm
menyebabkan kenaikan kapasitas lentur berturutturut sebesar 14,29%, 43,25%, dan 53,03%
terhadap balok kontrol. Besarnya momen
maksimum yang dapat
ditahan
balok
berdasarkan SK SNI 03 - 2847- 2002 berturutturut untuk BK, BP-PC-1, BP-PC-2 dan BP-PC3 adalah 25,78 KNm, 29,02 KNm, 37,52 KNm
dan 39,45 KNm
Beton didapat dari pencampuran bahanbahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu
pecah, atau bahan semacam lainnya, dengan
menambahkan secukupnya bahan perekat semen,
dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan
reaksi kimia selama peroses pengerasan dan
perawatan beton berlangsung (Dipohusodo,
1999).
Beton tidak dapat menahan gaya tarik
melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retakretak. Untuk itu, agar dapat bekerja dengan baik

dalam suatu sistem struktur, perlu dibantu


dengan memberi perkuatan penulangan yang
terutama akan mengemban tugas menahan gaya
tarik yang bakal timbul didalam sistem
(Dipohusodo, 1999).
Agar dapat berlangsung lekatan antara
baja tulangan dengan beton, selain batang polos
berpenampang bulat (BJTP) juga digunakan
batang deformasian (BJTD), yaitu batang
tulangan baja yang permukaanya dikasarkan
secara khusus, diberi sirip teratur dengan pola
tertentu, atau batang tulangan yang dipilih pada
proses produksinya (Dipohusodo, 1999).
Dalam Nawy (1998) disebutkan bahwa
sifat-sifat terpenting baja tulangan meliputi :
Modulus Young (E), kekuatan leleh (fy),
kekekuatan batas (fu), mutu baja yang
ditentukan, dimensi batang atau kawat.
Menurut Dipohusodo (1994), apabila
penampang balok beton bertulang mengandung
jumlah tulangan tarik lebih banyak dari yang
diperlukan untuk mencapai keseimbangan
regangan, maka penampang balok demikian
disebut bertulangan lebih (overreinforced).
Berlebihnya tulangan tarik menyebabkan garis
netral bergeser kebawah. Hal ini mengakibatkan
beton
mendahului
mencapai
regangan
maksimum 0,003 sebelun tulangan tariknya
leleh. Apabila penampang balok tersebut
dibebani momen lebih besar lagi, yang berarti
regangannya
semakin
besar
sehingga
kemampuan regangan beton terlampaui, maka
akan terjadi keruntuhan dengan beton hancur
secara mendadak tanpa didahului dengan gejalagejala peringatan terlebih dahulu. Sedangkan
apabila suatu penampang balok beton bertulang
mengandung jumlah tulangan tarik kurang dari
yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan
regangan,
penampang
demikian
disebut
bertulangan kurang (underreinforced). Sehingga
tulangan tarik akan mendahului mencapai
regangan lelehnya sebelum beton mencapai
regangan 0,003, lendutan balok meningkat tajam
sehingga
dapat
merupakan
tanda-tanda
kehancuran
Menurut Vis dan Kusuma (dalam
Juhaini 2007), bila suatu penampang beton
bertulang yang dibebani lentur murni dianalisis,
pertama-tama perlu dipakai sejumlah kriteria

agar penampang itu mempunyai probabilitas


keruntuhan yang layak pada keadaan batas
hancur. Penampang yang dianalisis mempunyai
pengaruh yang besar pada suatu prosedur atau
suatu anggapan dasar tertentu yang disepakati
mempunyai probabilitas keruntuhan tertentu
pula. Bila anggapan-anggapan ini diubah, maka
probabilitas
keruntuhan
juga
berubah.
Anggapan-anggapan yang digunakan dalam
menganalisis beton bertulang yang diberi beban
lentur adalah sebagai berikut:
a. Beton tidak dapat menerima gaya tarik
b. Perubahan bentuk berupa pertambahan
panjang dan perpendekan (regangan tarik dan
tekan) pada serat-serat penampang berbanding
lurus dengan jarak tiap serat ke sumbu netral. Ini
merupakan criteria yang kita kenal, yaitu
penampang bidang datar akan berupa bidang
datar dan tegak lurus dengan sumbu batang.
c. Hubungan antara tegangan-regangan baja (fy
dan s ) dan beton (fc dan c ) yang terjadi pada
penampang beton dinyatakan secara skematis.
Menurut Byung Hwan (2003) lendutan
yang terjadi di sepertiga bentang sebelum terjadi
sendi plastis dapat diturunkan sebagai berikut:

Dalam usaha untuk menjaga agar


struktur menjadi stabil dan membatasi terjadinya
lendutan, maka struktur harus mempunyai
kekakuan yang cukup. Kekakuan menurut
Timoshenko (1987) didefinisikan sebagai gaya
yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu
lendutan sebesar satu satuan, seperti yang
ditunjukkan pada Persamaan

dengan :
k = kekakuan lentur, N/mm
Pcr = beban pada balok saat retak
pertama, N
cr = lendutan pada balok saat retak
pertama, mm
Menurut Dipohusodo (1994), kuat lentur
suatu
balok
beton
tersedia
karena
berlangsungnya mekanisme tegangan-regangan

dalam yang timbul di dalam balok, yang pada


keadaan tertentu dapat diwakili oleh gaya-gaya
dalam. Perhitungan kekuatan lentur Mn dapat
ditentukan melalui penyederhanaan bentuk
distribusi tegangan yang mendekati bentuk
parabola dengan bentuk persegi panjang.
Analisis kuat lentur balok yang dipakai
pada penelitian ini mengacu kepada asumsi
dalam Peraturan SK SNI T-15-2002-03 Pasal
3.3.2, sebagai berikut:
a. Regangan dalam tulangan dan beton
diasumsikan berbanding lurus dengan jarak dari
sumbu netral.
b. Regangan maksimum yang digunakan pada
serat beton tekan terluar sama dengan 0,003.
c. Tegangan dalam tulangan di bawah kuat leleh
yang ditentukan (fy) untuk mutu tulangan yang
digunakan diambil sebesar Es dikalikan dengan
regangan baja. Untuk regangan yang lebih besar
dari regangan yang memberikan fy, tegangan
pada tulangan dianggap tidak tergantung pada
regangan dan sama dengan fy.
d. Dalam perhitungan kuat lentur beton, maka
kuat tarik betonnya diabaikan.
e. Hubungan distribusi tegangan dan regangan
beton dianggap persegi ekivalen

2. Mengetahui pola keruntuhan balok beton


bertulang
setelah
balok
tersebut
mengalami tegangan leleh pada daerah
tarik dengan cara penambahan perkuatan
dengan profil baja kanal.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini
diharapkan
dapat
diketahui
peningkatan
kapasitas lentur balok beton bertulang tampang
persegi dengan penambahan profil baja kanal
pada daerah tarik dan hasil penelitian ini
diharapkan dapat di jadikan referensi apabila
perkuatan profil baja kanal diaplikasikan pada
balok yang mengalami lentur.
3.1Bahan Penelitian
Bahan pembuatan beton bertulang dan
bahan untuk perkuatan yaitu: Agregat halus dan
kasar, semen portland tipe 1 yang umum
digunakan pada bangunan gedung, air, baja
tulangan, Profil baja kanal, Baut Dynabolt
3.2 Alat Penelitian
Alat-alat yang dipakai dalam penelitian
dibagi dalam dua bagian, yaitu alat-alat utama
untuk menguji model balok beton bertulang dan
alat-alat untuk membuat benda uji serta untuk
menguji material.

Morisco, 1994 (dalam Juhiaini 2007)


dalam perancangan secara elastis, menyebutkan
bahwa tegangan ijin pada baja dikaitkan dengan
tegangan dasar. Tegangan dasar diambil sebesar
tegangan leleh dibagi dengan faktor aman 1,5.
Adapun tegangan geser diambil 0,6 dikalikan
tegangan dasar. Dengan dasar itu diharapkan
tegangan yang terjadi pada struktur tidak akan
melampui tegangan batas elastis, sehingga
batang struktur selalu kembali ke bentuk asal,
pada saat tidak ada pembebanan.

Alat-alat yang dipakai untuk menguji


model beton bertulang, yaitu:
1. Rangka baja (loading frame)
2. Hydraulic jack dan Hydraulic pump
3. Linear Variable Diffrential Transformer
(LVDT)
4. Load cell dan Data logger
5. Strain gauge.
6. Microcracks Microscope.
7. Crane

3.Tujuan dan Manfaat Penelitian

3.3Tahapan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Mengetahui porsentase kapasitas lentur
balok beton bertulang setelah tulangan
tarik melampaui tegangan leleh dengan
cara penambahan perkuatan dengan
profil baja kanal.

Persiapan
Persiapan yang dilakukan dimulai
dengan pengadaan bahan material, antara lain
berupa : semen, agregat halus dan kasar,

Pengadaan tulangan, profil baja kanal dan


dynabolt

dari pengujian kuat tekan silinder beton sebesar


31,114 Mpa, volume beton untuk pembuatan
silinder beton sebanyak 0,57 m3.

Pengujian awal material


b. Pembuatan benda uji
Pengujian awal material tersebut bertujuan
untuk mengetahui :

Pembuatan benda uji dimulai dengan


perakitan bekisting, pemotongan tulangan,
pembengkokan tulangan, perakitan tulangan,
pemasangan strain gauge, penimbangan bahanbahan penyusun beton, pembuatan campuran
beton, kemudian dilanjutkan dengan pengecoran,
perawatan benda uji, pengeboran lubang baut
pada balok, pemasangan dyna bolt dan kanal
perkuatan serta pemasangan strain gauge pada
kanal. Balok uji dibuat senyak 4 buah dengan
ukuran tinggi 250 mm, lebar 150 mm dan
panjang 3200 mm. Bentuk benda uji dapat
dilihat Gambar 1-4.

(1) Keadaan fisik agregat halus dan kasar yang


meliputi berat jenis, modulus halus, serta
kandungan zat organik pada krikil dan
lumpur pada pasir.
(2) Kuat tarik baja tulangan, profil baja kanal
dan dynabolt
Pelaksanaan pembuatan benda uji
a. Pembuatan mix design
Pembuatan mix design dan campuran
beton direncanakan dengan kuat tekan rencana
(fc) 25 Mpa. Kuat tekan rata-rata yang didapat
P 8 -1 0 0

2D 13

P 8 -1 0 0
2D 13
2D 13

2D 13

G a m b a r 1 . P e n a m p a n g m e m a n ja n g d a n m e lin ta n g b a lo k k o n tr o l

P 8 -1 0 0

2D 13

P 8 -1 0 0
2D 13
2D 13

P R O F IL C A N A L 7 0 x 3 0 x 1 ,2

G a m b a r 2 . P e n a m p a n g m e m a n ja n g d a n m e lin ta n g b a lo k B P - P C - 1

P 8 -1 0 0

2D 13

P 8 -1 0 0
2D 13
2D 13

P R O F IL K A N A L 1 0 0 x 5 0 x 2

G a m b a r 3 . P e n a m p a n g m e m a n ja n g d a n m e lin ta n g b a lo k B P -P C -2
P 8 -1 0 0

2D 13

P 8 -1 0 0
2D 13
2D 13

P R O F IL K A N A L 1 2 5 x 5 0 x 2

G a m b a r 4 . P e n a m p a n g m e m a n ja n g d a n m e lin ta n g b a lo k B P -P C -3

Gambar 1 - 4. Penampang memanjang dan melintang balok


Keterangan :

BK

: Balok kontrol

BP-PC-1
BP-PC-2
BP-PC-3

: Balok perkuatan profil baja kanal


70 x 30 x 1,2
: Balok perkuatan profil baja kanal
100 x 50 x 2
: Balok perkuatan profil baja kanal
125 x 50 x 2

Pengujian silinder beton dilakukan pada


umur 28 hari, silinder beton diambil dari
pengadukan untuk pengecoran balok sehingga
kuat tekan silinder mewakili kuat tekan balok.
Jumlah masing-masing balok terdiri atas 3
silinder sehingga jumlah silinder sebanyak 12
buah. Hasil uji kuat tekan silinder beton
ditunjukkan pada Tabel.1.

Perkuatan benda uji


Perkuatan benda uji dilakukan dengan
menempel profil baja kanal 70x30x1,2 mm, pada
BP-PC-1 sepanjang 152 cm, profil baja kanal
100x50x2 mm pada BP-PC-2 sepanjang 220 cm,
dan profil baja kanal 125x50x2 mm pada BPPC-3 sepanjang 229 cm, pada sisi bawah balok
dengan dilekatkan menggunakan baut dynabolt.

Tabel 1. Hasil uji kuat tekan silinder beton


Kuat
Kuat tekan
tekan
No
Kode
(MPa)
rata-rata
(MPa)
1 SN-BP-1
31,57
2 SN-BP-2
31,18
31,114
3 SN-BP-3
30,67
4 SN-BK
31,06

Pemasangan strain gauge


Strain gauge digunakan untuk mengetahui
regangan yang terjadi pada tulangan utama dan
tulangan perkuatan. Pemasangan dilakukan pada
tulangan tarik balok kontrol 2 buah dan balok
dengan perkuatan profil baja kanal dipasang 3
buah yaitu, 1 buah pada tulangan tarik, 1 buah
pada badan dan 1 buah pada sayap kanal. Nilai
regangan yang terjadi pada strain gauge dibaca
melalui Data Logger.

b. Kuat tarik tulangan


Baja tulangan yang dipakai pada penelitian
ini yaitu baja tulangan ulir diameter 13 mm,
hasil uji tulangan tarik ditunjukkan pada Tabel 2.
sedangkan hasil uji untuk perkuatan profil baja
kanal ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 2. Hasil uji kuat tarik baja tulangan ulir
D13

Pengujian benda uji


a. Pengujian tekan silinder beton
Pengujian tekan beton digunakan untuk
mengetahui kuat tekan beton.
b. Pengujian balok.
Data yang akan diperoleh dari pengujian lentur
meliputi:
a. Besarnya beban saat terjadi retak
pertama kali,
b. Besarnya
lendutan
selama
pembebanan,
c. Besarnya regangan yang terjadi pada
baja tulangan dan kanal perkuatan,
d. Besarnya beban maksimum untuk
mencapai leleh tulangan tarik dan
kanal,
e. Pola retak dan lebar retak

No

Kode

1
2
3

TP-1
TP-2
TP-3

Tegangan
leleh
(MPa)
547,89
494,57
466,52

Tegangan
ultimit
(MPa)
672,43
644,78
616,73

Modulus
elastisitas
(MPa)
219.156,36
197.829,59
141.370,58

Tabel 3. Hasil uji tarik perkuatan profil baja


kanal
N
o

Kanal

Tegangan
leleh (MPa)

1
2
3

70x30x1,2
100x50x 2
125x50x 2

169,17
257,50
264,50

Tegangan
ultimit
(MPa)
190
315
331

Modulus
elastisitas
(MPa)
112.777
58.522
75.571

c.Baut dynabolt
Baut yang digunakan untuk melekatkan
balok beton dengan profil baja kanal sebagai

a. Silinder beton

perkuatan, adalah baut dynabolt.Hasil uji tarik


baut dynabolt selengkapnya tertera pada Tabel.4.

(KN)

Tabel 4. Hasil uji tarik baut dynabolt


No Kode Beban leleh (N)
1 SB-1
11300
2 SB-2
11650

BK
BPPC-1
BPPC-2
BPPC-3

Dari hasil uji tarik baut didapat bahwa beban


leleh baut sebesar 11475 N. Sehingga didapat
kapasitas geser baut (Vult) seperti yang tertera
pada sebesar 4590 N.

20,990
27,970
68,070
88,940

(mm)

23,350
32,190
74,030
90,770

14,17

(mm
)
26,03

17,56

37,17

27,58

35,96

27,88

35,34

Pola retak dan keruntuhan

d. Pengujian balok

Retak pertama terjadi pada bagian yang


diberi shear connector dengan pola keruntuhan
lentur, di daerah tengah bentang pada beban 6,04
KN dan lendutan sebesar 3,93 mm dengan lebar
retak 0,03 mm. Kemudian retak mulai melebar
dan berkembang di daerah antara pembebanan
dua titik, kemudian retak mulai melebar dan
berkembang lagi di daerah tumpuan pada saat
pembebanan sebesar 20.99 KN. Beban
maksimum untuk benda uji BK adalah sebesar
23,35 KN dengan lendutan sebesar 26,03 mm
dan lebar retak mencapai 1,8 mm, seluruh retak retak yang terjadi pada seluruh balok uji
menunjukkan terjadinya retak lentur dan tidak
terjadi retak geser.

Pengujian balok dibatasi pada lelehnya


tulangan tari balok dan beban maksimum balok
dicapai jika lendutan bertambah besar tanpa
terjadinya penambahan beban lagi.
Hasil pengamatan atas pengujian yang dilakukan
terhadap balok kontrol dan balok yang diberi
perkutan lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai beban batas pembebanan balok
Beban
Persentase
Benda Uji
eksperimen
beban (%)
BK
23350.102
0
BP-PC1
32190.190
37.858
BP-PC2
74030.191
217.045
BP-PC3
90770.082
288.737

Retak pertama yang terjadi pada benda uji


BP-PC-1 saat beban mencapai 9,97 KN, yaitu
pada bagian yang diberi shear connector dengan
pola keruntuhan lentur dengan lendutan sebesar
6,56 mm dan lebar retak 0,0015 mm.
Selanjutnya
retak
mulai
melebar
dan
berkembang di daerah antara pembebanan dua
titik, kemudian retak mulai melebar dan
berkembang lagi di daerah tumpuan pada saat
pembebanan sebesar 26.98 KN. Beban
maksimum pada benda uji BP-PC-1 sebesar
32,19 KN dengan lendutan sebesar 37,17 mm
dan lebar retak 1,1 mm, seluruh retak - retak
yang terjadi pada seluruh balok uji menunjukkan
terjadinya retak lentur dan tidak terjadi retak
geser.

3.5 Pengujian Lentur


Berdasarkan hasil penelitian bahwa
lendutan pada batas beban maksimum balok
kontrol sebesar 26,03 mm, BP-PC-1 sebesar
37,17 mm, BP-PC-2 sebesar 35,96 dan BP-PC-3
sebesar 35,34 mm. Hasil pengujian lentur dari
benda uji lebih jelasnya ditunjukkan pada Tabel
6.
Tabel 6. Hasil pengujian lentur balok uji
Hasil Pengujian
Lendutan yang
secara
terjadi saat
Benda
eksperimen
(eksperimen)
Uji
Ppasca
Pmaks
P pasca
P
(KN)
crack
crack
maks

Retak pertama terjadi pada benda uji BPPC-2 di daerah tengah bentang pada beban 9,04
KN, yaitu pada bagian yang diberi shear

connector dengan pola keruntuhan lentur dengan


lendutan sebesar 2,39 mm dengan lebar retak
0,015 mm. Kemudian retak mulai melebar dan
berkembang di daerah antara pembebanan dua
titik, kemudian retak mulai melebar dan
berkembang lagi di daerah tumpuan pada saat
pembebanan sebesar 68,07 KN. Beban
maksimum untuk benda uji BP-PC-2 adalah
sebesar 74,03KN dengan lendutan sebesar 35,96
mm dan lebar retak mencapai 3,1 mm, seluruh
retak retak yang terjadi pada seluruh balok uji
menunjukkan terjadinya retak lentur dan tidak
terjadi retak geser.

3.

4.

Retak pertama terjadi pada benda uji BPPC-3di daerah tengah bentang pada beban 8,11
KN yaitu pada bagian yang diberi shear
connector dengan pola keruntuhan lentur,
dengan lendutan sebesar 1,15 mm, dengan lebar
retak 0,02 mm. selanjutnya retak mulai melebar
dan berkembang di daerah antara pembebanan
dua titik, kemudian retak
melebar dan
berkembang lagi di daerah tumpuan pada saat
pembebanan sebesar 88,94 KN. Beban
maksimum untuk benda uji BP-PC-3 adalah
sebesar 90,77 KN dengan lendutan sebesar 35,34
mm dan lebar retak mencapai 4,5 mm.

5.

6.

dan BP-PC-3 berturut-turut adalah 23,350


KN, 32,190 KN, 74,030 KN dan 90,770
KN.
Perkuatan lentur dengan penambahan
profil baja kanal 70x30x1,2 menyebabkan
kenaikan kekakuan sebesar 7,529%, untuk
penambahan profil baja kanal 100x50x2
mengalami kenaikan 66,617% untuk
penambahan profil baja kanal 125x50x12
mengalami kenaikan kekakuan sebesar
99,210 terhadap balok kontrol.
Dengan penambahan perkuatan profil baja
kanal 70x30x1,2 mm, profil baja kanal
100x50x2 mm dan profil baja kanal
125x50x2 mm dapat meningkatkan
kapasitas momen sebesar 37,858%,
217,045% dan 288,737% terhadap balok
kontrol.
Pola keruntuhan yang terjadi di antara
pembebanan dua titik adalah keruntuhan
lentur adapun pembebanannya dilakukan
sampai dengan profil canal lepas dari
dynabolt.
Besarnya penurunan daktilitas balok beton
bertulang yang telah diperkuat sebesar
15,24% , - 29,72%, -31,03% pada Pc.1,
Pc.2 dan Pc.3 terhadap Balok Kontrol.

DAFTAR PUSTAKA
Dipohusodo, I.., 1994, Struktur Beton Bertulang,
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ferguson, J., dan Cowan, M., 1986, Struktur
Beton Bertulang, Edisi kesatu, penerbit
Erlangga, Jakarta.
Foley, C.M. dan Buckhouse, E.R., 1998,
Strengthening
Existing
Reinforced
Concrete Beams or Flexure Using Bolted
External Structural Stell Channels,
College of Engineering Departement of
Civil & Environmental Engineering
Marquette University.

4. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian dan analisis yang
dilakukan pada penelitian ini maka dapat diambil
suatu kesimpulan :
1.
Perkuatan lentur dengan penambahan
profil baja kanal 70x30x1,2 menyebabkan
kenaikan
kapasitas
lentur
sebesar
37,858%, untuk penambahan profil baja
kanal 100x50x2 kenaikan kapasitas lentur
sebesar dan 217,045% untuk penambahan
profil baja kanal 125x50x2 kenaikan
kapasitas sebesar 288,737% terhadap
balok kontrol, untuk BP-PC-2 dan BP-PC3 peningkatan kapasitas lenturnya sangat
besar dikarenakan tegangan pada tulangan
tarik belum mengalami leleh
2.
Besarnya nilai kekuatan lentur dari hasil
pengujian untuk BK, BP-PC-1, BP-PC-2

Iswari, A.Y.D., 2004, Perkuatan Lentur


Balok Tampang Persegi Dengan
Penambahan Tulangan Menggunakan
Epoxy, Tesis, Program Studi Teknik
Struktur, Pascasarjana, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

Lamanna A. J., Bang, L.C., dan Scott, D.W.,


2001,
Flexural
Strengthening
of
Reinforced Concrete Beams Using
Fasteners and Fiber-Reinforced Polymer
Strips, ACI Structural

Nawi, E. G., 1998, Beton Bertulang Suatu


Pendekatan, Rifka Aditama, Bandung.
Park, R. dan Paulay, T., 1974, Rinforced
Concrete Structure, A Wiley-Interscience
Publication, New York-London-SydneyToronto.
Triwiyono, A., 2004, Perbaikan dan Perkuatan
Struktur Beton, Topik Bahan Ajar , UGM,
Yogyakarta

Lorenzis .,2000, Concept of Fiber


Reinforced Concrete, Proceeding of
the International Seminar on Fiber
Reinforced Concrete, Michigan State
University, Michigan, USA.

You might also like