Professional Documents
Culture Documents
Demo Analog
Kelompok 9A
Oleh
Fadel Muhammad
15112036
15112042
Febriana Kuscahyadi
15112092
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fotogrametri merupakan suatu proses pemetaan dengan pengambilan datanya tidak secara
langsung menyentuh objek. Pengambilan data dapat dilakukan dengan menggunakan pesawat
udara maupun satelit tetapi pada umumnya dilakukan menggunakan pesawat udara, sehingga
produk dari fotogrametri adalah foto udara. Foto udara yang dihasilkan perlu diproses untuk
mendapatkan peta foto yang kemudian dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Produk yang
dihasilkan dari fotogrametri antara lain peta garis, peta kontur, orthofoto, mosaic, dan lain-lain.
Dalam pengolahan data dapat dilakukan dengan analog maupun secara digital.
1.2 Tujuan Praktikum
a. Memahami cara kerja alat analog plotter.
b. memahami proses restitusi pada foto stereo analog.
1.3 Waktu dan Tempat Praktikum
Hari, tanggal
: Senin,
Waktu
: 03.30-4.30 WIB
Tempat
: Laboratotium Fotogrametri
1.4 Alat
- analog plotter (ketelitian micron)
- meja plotter
1.5 Input
Foto Udara Metrik
1.6 Output
Peta grafis (ketelitian mm)
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Analog Stereo Plotter
Analog stereo plotter merupakan alat yang dirancang untuk penyelesaian analog yang tepat
bagi posisi titik objekdari posisi gambarnya pada pasangan foto yang bertampalan. Komponen
optik dan mekanik stereoplotter pada umumnya dibuat dengan tingkat ketelitian tinggi. Jika alat
tersebut dikalibrasi dengan tepat akan dapat diperoleh hasil yang teliti. Kegunaan utama stereo
plotter adalah untuk kompilasi peta topografi.
model
stereo.
Proses
ini
diperolah
secara
analitis
dnegan
Paralaks
Paralaks merupakan pergeseran posisi dari objek yang terlihat. Pada gambar dibawah ini
merupakan arah pergerakan bayangan pada satu foto akibat perubahan ke-enam
orientasi.
elemen
BAB III
LANGKAH KERJA
Langkah kerja melakukan restitusi foto dengan menggunakan analog plotter:
1. Penyangga foto diambil dari tempat proyektor.
2. Diapositif foto diletakkan pada penyangga foto sesuai seperti saat pemotretan dilakukan,
yaitu fiducial mark pada tepi foto diposisikan sedemikian mungkin hingga tepat berimpit
dnegan tanda untuk fiducial mark pada penyangga foto dengan menggunakan lensa
pembesar, begitu juga dnegan titik tengah pada penyangga dihimpitkan dengan titik tengah
foto.
3. Letakkan diapositif foto yang sudah centering dan penyangganya ke tempat penyangga pada
analog plotter.
4. Panjang focus proyektor disesuaikan dengan panjang focus kamera yang telah dikalibrasi
yang digunakan.
5. Model stereo foto diamati melalui lensa binokuler, kemudian elemen-elemen gerakan
bayangan diatur hingga terbentuk model tiga dimensi.
6. Penjejak diarahkan hingga objek bertanda angka 1 pada foto terlihat.
7. Floating point dihimpitkan pada titik tersebut dnegan menggerakkan unsure phi, omega, atau
kappa. Besar perubahannya diamati dan dicatat.
8. Lakukan langkah 7 untuk titik 2 sampai 6 pada foto.
9. Orientasi relative dilakukan dengan menghilangkan paralaks y untuk semua tiitk yang
digunakan tadi. Yaitu hilangkan paralaks di titik 1 dengan menggerakan sejauh
pergerakan bayangannya pada arah y.
10. Hilangkan paralaks pada tiitk 2 dengan menggerakan .
11. Hilangkan paralaks di titik 3 dnegan menggerakkan
12. Hilangkan paralaks 5 dnegan menggunakan dan berikan koreksi lebih dengan
K=(
Z2
1)
D2
13. Ulangi langkah 9 sampai 11 sehingga tidak ada lagi paralaks di titik 1, 2, 3, dan 5.
14. Paralaks di titik 4 dihilangkan dnegan menggunakan .
15. Buat kontur dengan melihat foto yang sudah stereo sehingga sudah terlihat 3D, gunakan alat
untuk menggerakkan plotter yang terpasang di atas kertas.
BAB IV
ANALISIS DAN KESIMPULAN
4.1 Analisis
Dalam praktikum stereo analog plotter dibutuhkan sepasang foto yang harus melalui
orientasi terlebih dahulu, baik orientasi dalam, orientasi relative, maupun orientasi absolute.
Orientasi dalam dilakukan dengan kalibrasi alat dan sentring, orientasi relative dilakukan untuk
menghilangkan paralaks yang ada pada foto tersebut, sedangkan orientasi absolute dilakukan
dengan penyekalaan model. Dengan menggunakan analog plotter maka dapat dihasilkan peta
planimetris baik 2D maupun 3D.
4.2 Kesimpulan
Prinsip kerja alat analog stereo plotter sama dengan cara digital, hasil yang ada biasanya
berupa peta garis. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, analog plotter sudah semakin
jarang digunakan karena sudah ada alat yang lebih mudah digunakan yang sifatnya digital,
biasanya alat ini digunakan untuk keperluan historical saja. Kesalahan yang biasanya terjadi
untuk membuat peta dengan menggunakan alat ini, yaitu kesalahan pada operator. Input dan
output yang dihasilkan dengan menggunakan alat ini hanya dalam bentuk hardcopy.