Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
yang
mulai
meminum
obat
antihipertensi
kemudian
menghentikannya dalam 1 tahun (Irmalita, 2003). Oleh karena itu, sangat penting
memberikan edukasi akan manfaat pengontrolan penyakit dalam jangka panjang
yang pada akhirnya akan sangat berguna untuk mencapai terapi yang diinginkan
(Kaplan, 2001).
Banyak faktor yang mendorong pasien penderita hipertensi untuk tidak
patuh dan disiplin dalam meminum obatnya sehingga penyakit pasien tersebut
tidak terkontrol dengan baik. Faktor tersebut antara lain :
1). Pengalaman pengguna obat terhadap efek samping dan kenyamanan
obat. Beberapa efek samping terkadang dirasa cukup mengganggu sehingga
mengakibatkan keengganan mengkonsumsi obat tersebut. Efek samping yang
biasanya dirasakan oleh penderita hipertensi disaat setelah meminum obatnya
seperti hidung mampat dan mulut kering, jantung berdebar-debar, rasa letih dan
lesu, gangguan lambung dan usus (mual, diare), gangguan penglihatan, kadang
impotensi. Sedangkan kenyamanan menggunakan obat berhubungan dengan
bentuk, rasa, dan kemudahan memakainya.
2). Pengalaman pasien terhadap kemanjuran obat atau tingkat kesembuhan
yang telah dicapai. Semua konsumen obat berharap bahwa obat yang digunakan
akan secepatnya dapat dirasakan manfaat dan kemanjurannya. Obat-obat yang
dirasakan lambat atau tidak memberikan efek, akan mendorong mereka tidak lagi
merasakan membutuhkan obat tersebut.
3). Komunikasi antara pasien dengan dokter atau apoteker. Komunikasi yang
baik bisa memperjelas informasi mengenai penyakit maupun obatnya dan
sekaligus memberikan motivasi untuk menaati penggunaan obat yang benar, dan
akan terjadi sebaliknya jika komunikasi berjalan buruk.
4). Pengaruh teman atau keluarga akan memberikan sikap yang positif atau
negatif bagi pengguna obat. Sikap orang yang dekat ini akan memiliki arti yang
besar terhadap kepatuhannya dalam menggunakan obat.
5). Faktor ekonomi. Kepatuhan menggunakan obat kadang dirasakan sebagai
sebuah pemborosan atau sangat membebani secara ekonomi, sehingga pasien
hanya membeli sebahagian obat saja dari yang seharusnya.
6). Kepercayaan/persepsi pasien terhadap penyakit dan pengobatannya.
Yaitu besarnya harapan untuk sembuh dari sakit dan kepercayaan bahwa obat
yang digunakannya akan memberikan kesembuhan. Orang-orang yang telah putus
asa terhadap kesembuhan penyakitnya atau terhadap obat yang ia gunakan, akan
lebih sulit bersikap patuh, begitu pula sebaliknya.
7). Faktor kebosanan dalam menggunakan obat terus-menerus akibat
lamanya pasien tersebut telah menderita penyakit hipertensi. Pengobatan
jangka panjang yang berlangsung bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup,
mungkin akan membuat pasien merasa bosan sehingga tidak mempedulikan lagi
aturan yang benar.
Ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obatnya akan mengakibatkan
kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan aturan yang benar. Kesalahankesalahan tersebut antara lain :
1). Kelebihan dosis (Overdosis)
a. Menggunakan obat lebih dari dosis yang dianjurkan untuk satu kali pakai.
b. Menggunakan obat lebih dari aturan yang telah dianjurkan untuk satu hari
pakai.
c. Menggunakan obat tidak mengikuti aturan waktu yang telah ditetapkan.
2). Kurangnya dosis (underdosis)
a. Menggunakan obat kurang dari jumlah yang dianjurkan untuk sekali pakai.
b. Mengabaikan satu/lebih dosis.
c. Menghentikan pemakaian sebelum waktunya.
2. 2 Defenisi Hipertensi
Menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on detection,
education, and treatment of high blood pressure (JNC VII), hipertensi adalah
suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg (Rahmawati,
2006).
Hipertensi merupakan faktor resiko untuk banyak kasus koroner. Dari
kelompok penyakit kardiovaskuler, hipertensi paling banyak ditemui. Antara 1015% orang dewasa menderita kelainan ini. Penting sekali untuk dokter mencoba
mengenali dan mengobati penderita-penderita hipertensi pada masyarakat (Tagor,
1996).
Namun demikian, tekanan darah dapat diturunkan melalui terapi yang tepat,
sehingga menurunkan resiko stroke, kejadian koroner, gagal jantung dan ginjal.
Patogenesis hipertensi melibatkan banyak faktor. Termasuk diantaranya
peningkatan cardiac output, peningkatan tahanan perifer, vasokonstriksi dan
penurunan vasodilatasi. Ginjal juga berperan pada regulasi tekanan darah melalui
kontrol sodium dan ekskresi air, dan sekresi renin, yang mempengaruhi tekanan
vaskular dan ketidakseimbangan elektrolit. Mekanisme neuronal seperti sistem
saraf simpatis dan sistem endokrin juga terlibat pada regulasi tekanan darah. Oleh
karena itu, system-sistem tersebut merupakan target untuk terapi obat untuk
menurunkan tekanan darah (Gormer, 2007).
Tekanan Sistolik
Tekanan Diastolik
( mmHg )
( mmHg )
Normal
<120
<80
Pre Hipertensi
120-139
80-89
Stadium I
140-159
90-99
Stadium II
160
100
2.3.Patofisiologi
2.3.1 Tekanan darah arteri
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam
millimetermerkuri(mmHg). Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur,
tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh
selama kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik
jantung diisi. Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara
produksi
berlebihan
hormon
yang
menahan
natrium
dan
Feokromositoma
adalah
suatu
tumor
medula
adrenal
yang
gejala yang berhubungan dengan gangguan organ target, kebiasaan dan gaya
hidup serta factor psikososial (Prodjosudjadi, 2000).
Hipertensi adalah faktor resiko paling penting untuk timbulnya stroke karena
pendarahan atau eteroemboli.
3). Ensefalopati hipertensi
Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan perubahanperubahan neurologis mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat tekanan
arteri yang meningkat, dan kembali normal bila tekanan darah kembali
diturunkan.
Enselofati hipertensi biasanya ditandai oleh rasa sakit kepala hebat,
bingung, lamban dan sering disertai dengan muntah-muntah, mual dan gangguan
penglihatan.
dari
hipertensi
dan
sindroma
resisten
insulin
yang