You are on page 1of 4

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 2, No.

3, Januari 2003

PENGARUH BEBERAPA TINGKAT DOSIS PUPUK ORGANIK DAN TIGA JENIS


TANAH PADA PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN MINYAK ATSIRI
KETUMBAR (Coriandrum sativum L.)
Yuli Widyastuti, Sugeng Sugiarso
Balai Penelitian Tanaman Obat, Puslitbang Farmasi dan Obat Tradisional
Badan Penelitian dan Pengembangan Farmasi
Abstract
A research to determine the effect of soil type and organic fertilizer on the growth and volatile oil content
of coriander (Coriandrum sativum) has been conducted. The research involving two factors, namely soil
type, and dose of organic fertilizer. The first factor consisted of three types of soils such as grumosol,
latosol and andosol. The second factor consisted of four levels of dose of organic fertilizer (0, 50, 100 and
1,500 kg/ha). This research was designed in Randomized Completely Block Design with three replications.
The result of the study revealed that soil type and dose level of organic fertilizer influenced the plant
height, production of dry fruit and volatile oil content, but no effect to the chemical compound content of
coriander volatile oil.
Keywords: volatile oil, coriander, organic fertilizer, and soil type.

PENDAHULUAN
Ketumbar merupakan salah satu tanaman
obat dan rempah yang sangat potensial, di samping
digunakan dalam jumlah besar oleh industri jamu
penggunaan secara langsung oleh masyarakat sebagai
bumbu juga sangat tinggi. Sangat disayangkan
meskipun Indonesia yang memiliki iklim tropis ini
cocok untuk pertumbuhan ketumbar, namun
pengusahaan budidaya tanaman ini di dalam negeri
masih sangat terbatas, sehingga untuk memenuhi
kebutuhan pasar maupun untuk industri jamu masih
mengandalkan pasokan import.
Ketumbar merupakan tanaman semusim,
seluruh bagian tanaman berbau harum, tinggi
mencapai 1 meter atau lebih. Bagian tanaman yang
digunakan terutama adalah buahnya sebagai bahan
jamu dan rempah, sedangkan daunnya dikenal
sebagai sayuran. Tanaman ketumbar disebutkan
berasal dari Eropa Selatan dan Asia Tengah (1),
meskipun saat ini telah tersebar ke banyak negara
tropis dan sub-tropis di seluruh dunia. Budidaya
ketumbar sudah dikenal sejak jaman purbakala yang
dilakukan di Mesir dan negara-negara sekitar Laut
Tengah. Persyaratan tumbuhnya menghendaki tanah
yang ringan dan temperatur sedang sampai dingin. Di
Indonesia ketumbar diusahakan di pulau Sumatra dan
Jawa pada ketinggian 700 sampai 2.000 m dpl (2).
Selain faktor iklim faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
adalah tanah (edafik). Tanah selain sebagai tempat
tumbuh bagi tanaman berperan sebagai penyedia
nutrisi dan air yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman (3).
Perbedaan jenis tanah umumnya dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang meliputi batuan induk
pembentuknya dan iklim.

Pemupukan
merupakan
usaha
untuk
memperbaiki sifat kimia tanah dan kadang-kadang
sebagai usaha memperbaiki sifat fisik tanah sehingga
optimum untuk pertumbuhan tanaman. Dengan
pemberian pupuk pada usaha budidaya tanaman
diharapkan akan meningkatkan kuantitas dan mutu hasil
produksinya. Pupuk organik merupakan salah satu jenis
pupuk yang berasal dari bahan organik yang memiliki
keunggulan pada pengaruhnya terhadap perbaikan sifat
kimia dan fisik tanah sekaligus. Sehubungan dengan itu
maka dilakukan penelitian pertumbuhan dan kandungan
minyak atsiri ketumbar yang dibudidayakan pada
berbagai jenis tanah, dengan ditambah pupuk organik
untuk mengetahui pengaruh dari perbedaan jenis tanah
dan tingkat dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan
dan kandungan minyak atsirinya.
METODOLOGI
Bahan
- Bibit ketumbar
- Tanah andosol
- Tanah latosol
- Tanah grumosol
- Pupuk OST
- Bahan kimia untuk analisis KLT
Metode
Penelitian merupakan percobaan di Rumah Kaca Balai
Penelitian Tanaman Obat pada ketinggian 1.700 m di
atas permukaan laut, yang disusun secara faktorial
menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap.
Sebagai variable bebas adalah jenis tanah sebagai faktor
pertama yang meliputi tanah grumosol (T1), latosol (T2)
dan andosol (T3), dan sebagai faktor kedua adalah
tingkat dosis pupuk organik (OST) yaitu N0 = 0 kg/ha,
N1 = 50 kg/ha, N2 = 100 kg/ha dan N3 = 150 kg/ha.
Adapun sebagai variabel tergantung adalah tinggi

105

Pengaruh beberapa (Yuli W dan Sugeng S.)

tanaman, produksi buah ketumbar kering dan kadar


minyak atsiri buah ketumbar. Analisis data
menggunakan analisis variance dilanjutkan dengan uji
F taraf 5% dan uji DMRT taraf 5%. Adapun urutan
penelitian sebagai berikut :
1. Penyiapan bibit tanaman
Bibit tanaman ketumbar dibuat dengan cara
menyemaikan benih ketumbar varietas lokal di
bak persemaian dengan media berupa campuran
pasir dan pupuk kompos dengan perbandingan 1:
1. Selanjutnya benih akan berkecambah dalam
waktu 1-2 minggu, kemudian dipindah ke
polibag yang berisi media yang sama sampai
bibit menghasilkan 3-4 daun.
2. Penyiapan media tanam
Media tanam adalah 3 jenis tanah yang
dimasukkan dalam pot percobaan berukuran
diameter 30 cm dan tinggi 40 cm. Untuk setiap
jenis tanah dibuat sebanyak 50 pot, masingmasing pot berisi lebih kurang 5 10 kg tanah
tergantung dari jenis tanahnya.
3. Penanaman dan pemberian pupuk organik
Bibit yang telah disiapkan ditanam dalam pot
percobaan dengan cara membuat lubang tanam
kemudian diberi pupuk organik sesuai perlakuan,
bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dan
diurug kembali dengan tanah dan langsung diberi
pengairan untuk menjaga kelembaban tanah.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan selama percobaan meliputi
pengairan, penyiangan dan menjaga tanaman dari
serangan hama dan penyakit.
5. Pendataan
Pendataan dilakukan dengan mengukur tinggi
tanaman setiap dua minggu sekali, untuk
parameter produksi dilakukan setelah panen
meliputi variabel produksi buah kering dan kadar
minyak atsiri buah.
6. Panen
Panen dilakukan setelah buah masak dalam satu
rumpun lebih dari 75%, buah masak ditandai
buah ketumbar berubah warna dari hijau ke
kecoklatan.
7. Penetapan kadar minyak atsiri
Penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan
cara destilasi air menggunakan rumus:
volume minyak x 100%
% =
Berat bahan
8. Analisis komponen kimia minyak atsiri buah
ketumbar

106

Analisis komponen kimia minyak atsiri buah


ketumbar dilakukan dengan cara Kromatografi Lapis
Tipis. Sebagai fase diam digunakan Silika Gel G
type 60, fase bergerak Benzene : Etil asetat = 19 : 1,
dan untuk visualisasi digunakan larutan vanillin 1%
dalam Asam sulfat pekat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa pertumbuhan tinggi tanaman ketumbar,
produksi buah kering (simplisia) dan kadar minyak atsiri
sangat dipengaruhi oleh dosis pupuk organik dan jenis
tanah tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan
komponen aktif minyak atsiri (Tabel 1.)
Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa tinggi
tanaman tertinggi dicapai pada perlakuan pemberian
pupuk organik dengan dosis 100 kg/ha di tanah andosol
(T3N2) yaitu sebesar 119,9 cm, meskipun secara statistik
hasil ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan T2N2,
T2N3 dan T3N3. Secara nyata tanah andosol dan latosol
dapat memberikan dukungan pertumbuhan tanaman
ketumbar dengan lebih baik. Dan pemberian pupuk
organik pada kedua jenis tanah tersebut secara nyata
mampu meningkatkan daya dukung tanah terhadap
pertumbuhan tanaman yang dibuktikan dengan
peningkatan dosis pemberian pupuk organik maka tinggi
tanaman meningkat.
Perbedaan jenis tanah umumnya dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang membentuknya dan hal ini
akan mengakibatkan sifat fisik dan kimia tanah yang
berbeda. Dengan demikian maka dapat dimengerti jika
perbedaan tanah menyebabkan perbedaan terhadap daya
dukungnya untuk pertumbuhan dan hasil tanaman. Sifat
kimia dan fisika tanah sangat dipengaruhi oleh
kandungan lempung dan humus (4), keduanya berperan
sebagai pusat kegiatan tanah yang di sekitarnya terjadi
persenyawaan-persenyawaan kimia dan pertukaran unsur
hara. Dan perbedaan jenis tanah ini tentunya akan
mengakibatkan adanya perbedaan kadar dan kandungan
humus dan lempung sehingga berpengaruh terhadap
proses adsorbsi unsur hara dari tanah ke tanaman. Tanah
latosol dan andosol secara kumulatif memberikan hasil
pertumbuhan dan produksi tanaman ketumbar yang lebih
baik dibandingkan tanah grumosol. Hal ini
dimungkinkan karena kedua jenis tanah tersebut
memiliki sifat fisik (tekstur) yang lebih baik dibanding
tanah grumosol dan dengan pemberian bahan organik
maka juga memperbaiki sifat kimiawinya sehingga
memberikan pengaruh yang baik terhadap tanaman.

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 2, No. 3, Januari 2003

Tabel 1. Pengaruh Dosis Pupuk Organik dan Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan,
Produksi Simplisia dan Kadar Minyak Atsiri Buah Ketumbar
Perlakuan
T1N0
T1N1
T1N2
T1N3
T2N0
T2N1
T2N2
T2N3
T3N0
T3N1
T3N2
T3N3

Tinggi tanaman
(cm)
82,13 e
93,53 cd
93,80 cd
99,8
bc
92,03 cd
110,53 ab
115,57 a
112,50 a
99,67 bc
110,80 ab
119,90 a
113,97 a

Produksi simplisia
(g)
14,92 f
22,87 de
24,55 d
22,61 de
17,06 f
34,53 c
38,29 b
51,71 a
20,34 e
32,05 c
39,07 b
51,54 a

Kadar minyak
atsiri (%)
0,93
e
1,03
cde
1,00
cde
1,03
cde
1,1
bc
1,01
cde
1,17
ab
1,20
a
0,97
de
1,07
cd
1,10
bc
1,17
ab

Keterangan:
N0 = OST 0 kg/Ha; N1 = OST 50 kg/Ha; N2 = OST 100 kg/Ha; N3 = OST 150 kg/Ha;
T1 = tanah grumosol; T2 = tanah latosol; T3 = tanah andosol.
Perlakuan yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan tidak ada perbedaan
bermakna dengan uji DMRT taraf 5%

Untuk produksi buah kering (simplisia)


ketumbar, dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil
tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk
organik dengan dosis 150 kg/ha di tanah latosol yaitu
sebesar 51,71 g/tanaman dan hasil ini secara statistik
tidak berbeda dengan perlakuan pemberian pupuk
organik dosis 150 kg di tanah andosol (51,54
g/tanaman).
Penanaman ketumbar di tanah latosol dan
andosol ternyata juga mampu menghasilkan produksi
buah kering (simplisia) yang tinggi. Hal ini karena
pada kedua jenis tanah itu pun ketumbar mampu
tumbuh secara optimal dan lebih baik di banding pada
tanah grumosol. Tanah grumosol dengan tekstur yang
pejal merupakan tanah dengan sifat fisik yang tidak
baik, selain itu memiliki kandungan bahan organik
yang rendah, nilai KPK (kapasitas pertukaran kation)
yang rendah dan kandungan N (nitrogen) dan P
(phosphor) yang rendah bahkan cenderung tidak
tersedia bagi tanaman (5). Maka penanaman pada
tanah grumosol tidak menghasilkan pertumbuhan
yang baik sehingga juga tidak menghasilkan produksi
buah yang baik.
Selanjutnya untuk kadar minyak atsiri buah
ketumbar tertinggi diperoleh pada perlakuan
pemberian pupuk organik dosis 150 kg/ha pada tanah
latosol yaitu sebesar 1,2%. Dan hasil ini secara
statistik juga tidak berbeda dengan perlakuan

pemberian pupuk organik dosis 150 kg/ha pada tanah


andosol dan dosis 100 kg/ha di tanah latosol.
Hasil analisis kandungan senyawa aktif minyak
atsiri buah ketumbar yang ditanam pada 3 jenis tanah
ternyata tidak menunjukkan perbedaan (Tabel 2.).
Minyak atsiri buah ketumbar merupakan
senyawa metabolisme sekunder yang selain dipengaruhi
oleh faktor genetis juga secara kuat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Dengan penanaman ketumbar di tanah
yang berbeda di mana hal ini erat hubungannya dengan
ketersediaan unsur hara bagi tanaman maka
mengakibatkan perbedaan hasil proses metabolisme
tanaman. Pemberian pupuk organik pada tanah dapat
meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang umumnya
meningkatkan ketersediaan unsur-unsur mikro tanah.
Disebutkan bahwa unsur mikro merupakan senyawa
penting yang berperan pada berbagai proses enzimatis
pada tanaman (6) dan meningkatnya ketersediaan unsur
mikro kemungkinan akan meningkatkan proses
metabolisme
tanaman
yang
selanjutnya
dapat
meningkatkan kadar senyawa metabolisme sekunder
tanaman ketumbar. Namun demikian ternyata hasil
analisis KLT menunjukkan tidak adanya perbedaan
kandungan komponen aktif pada minyak atsiri ketumbar
yang ditanam pada tanah yang berbeda. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa terbentuknya komponen aktif pada
tanaman ketumbar tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor
genetis dari pada faktor lingkungan.

107

Pengaruh beberapa (Yuli W dan Sugeng S.)

Tabel 2. Hasil Analisis KLT Minyak Atsiri Buah Ketumbar yang Ditanam di 3 Jenis Tanah
Perlakuan
(Jenis tanah)
Grumosol (T1)

Jumlah spot

Warna spot

Nilai Rf

6 (enam)

Coklat
Jingga
Kuning
Ungu
Hijau
Biru
Coklat
Jingga
Kuning
Ungu
Hijau
Biru
Coklat
Jingga
Kuning
Ungu
Hijau
Biru

0,11
0,24
0,37
0,48
0,76
0,89
0,14
0,22
0,37
0,45
0,77
0,83
0,14
0,24
0,36
0,45
0,78
0,88

Latosol (T2)

6 (enam)

Andosol (T3)

6 (enam)

KESIMPULAN
1. Jenis tanah dan pemberian pupuk organik
mempengaruhi pertumbuhan, produksi dan kadar
kinyak atsiri, namun tidak berpengaruh terhadap
komponen kimia minyak atsiri buah ketumbar.
2. Pertumbuhan tinggi tanaman terbaik dicapai pada
penanaman ketumbar di tanah andosol dan
pemberian pupuk organik dosis 100 kg/ha yaitu
sebesar 119,9 cm, produksi buah ketumbar
kering dan kadar minyak atsiri tertinggi diperoleh
pada perlakuan penanaman di tanah latosol
dengan pemberian pupuk organik dosis 150
kg/ha, masing-masing sebesar 51,71 g/tanaman
dan 1,2%.
3. Jenis
tanah
yang
mampu
mendukung
pertumbuhan dan produksi ketumbar dengan baik
adalah tanah latosol dan andosol.

108

DAFTAR PUSTAKA
1. Andrew Chevallier. 1996. The Encyclopedia of
medicinal plants : a practical reference guide to
over 550 key herbs & their medicinal uses.
Dorling Kindersley. London.
2. Anonim. 1989. Vademekum Bahan Obat Alami.
Direktorat Jenderal Pengawsan Obat dan
Makanan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
3. Harry O. Buckman and Brady N.C., 1982. Ilmu
Tanah. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.
4. Harjadi, S. 1985. Pengantar Agronomi.
Gramedia. Jakarta.
5. M. Isa Darmawidjaya. 1997. Klasifikasi Tanah:
Dasar teori bagi penelitian tanah dan
pelaksanaan pertanian di Indonesia (Cetakan
Ketiga). Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
6. O.P. Engelstad. 1997. Teknologi dan
Penggunaan Pupuk. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

You might also like