Professional Documents
Culture Documents
3, Januari 2003
PENDAHULUAN
Ketumbar merupakan salah satu tanaman
obat dan rempah yang sangat potensial, di samping
digunakan dalam jumlah besar oleh industri jamu
penggunaan secara langsung oleh masyarakat sebagai
bumbu juga sangat tinggi. Sangat disayangkan
meskipun Indonesia yang memiliki iklim tropis ini
cocok untuk pertumbuhan ketumbar, namun
pengusahaan budidaya tanaman ini di dalam negeri
masih sangat terbatas, sehingga untuk memenuhi
kebutuhan pasar maupun untuk industri jamu masih
mengandalkan pasokan import.
Ketumbar merupakan tanaman semusim,
seluruh bagian tanaman berbau harum, tinggi
mencapai 1 meter atau lebih. Bagian tanaman yang
digunakan terutama adalah buahnya sebagai bahan
jamu dan rempah, sedangkan daunnya dikenal
sebagai sayuran. Tanaman ketumbar disebutkan
berasal dari Eropa Selatan dan Asia Tengah (1),
meskipun saat ini telah tersebar ke banyak negara
tropis dan sub-tropis di seluruh dunia. Budidaya
ketumbar sudah dikenal sejak jaman purbakala yang
dilakukan di Mesir dan negara-negara sekitar Laut
Tengah. Persyaratan tumbuhnya menghendaki tanah
yang ringan dan temperatur sedang sampai dingin. Di
Indonesia ketumbar diusahakan di pulau Sumatra dan
Jawa pada ketinggian 700 sampai 2.000 m dpl (2).
Selain faktor iklim faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
adalah tanah (edafik). Tanah selain sebagai tempat
tumbuh bagi tanaman berperan sebagai penyedia
nutrisi dan air yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman (3).
Perbedaan jenis tanah umumnya dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang meliputi batuan induk
pembentuknya dan iklim.
Pemupukan
merupakan
usaha
untuk
memperbaiki sifat kimia tanah dan kadang-kadang
sebagai usaha memperbaiki sifat fisik tanah sehingga
optimum untuk pertumbuhan tanaman. Dengan
pemberian pupuk pada usaha budidaya tanaman
diharapkan akan meningkatkan kuantitas dan mutu hasil
produksinya. Pupuk organik merupakan salah satu jenis
pupuk yang berasal dari bahan organik yang memiliki
keunggulan pada pengaruhnya terhadap perbaikan sifat
kimia dan fisik tanah sekaligus. Sehubungan dengan itu
maka dilakukan penelitian pertumbuhan dan kandungan
minyak atsiri ketumbar yang dibudidayakan pada
berbagai jenis tanah, dengan ditambah pupuk organik
untuk mengetahui pengaruh dari perbedaan jenis tanah
dan tingkat dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan
dan kandungan minyak atsirinya.
METODOLOGI
Bahan
- Bibit ketumbar
- Tanah andosol
- Tanah latosol
- Tanah grumosol
- Pupuk OST
- Bahan kimia untuk analisis KLT
Metode
Penelitian merupakan percobaan di Rumah Kaca Balai
Penelitian Tanaman Obat pada ketinggian 1.700 m di
atas permukaan laut, yang disusun secara faktorial
menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap.
Sebagai variable bebas adalah jenis tanah sebagai faktor
pertama yang meliputi tanah grumosol (T1), latosol (T2)
dan andosol (T3), dan sebagai faktor kedua adalah
tingkat dosis pupuk organik (OST) yaitu N0 = 0 kg/ha,
N1 = 50 kg/ha, N2 = 100 kg/ha dan N3 = 150 kg/ha.
Adapun sebagai variabel tergantung adalah tinggi
105
106
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 2, No. 3, Januari 2003
Tabel 1. Pengaruh Dosis Pupuk Organik dan Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan,
Produksi Simplisia dan Kadar Minyak Atsiri Buah Ketumbar
Perlakuan
T1N0
T1N1
T1N2
T1N3
T2N0
T2N1
T2N2
T2N3
T3N0
T3N1
T3N2
T3N3
Tinggi tanaman
(cm)
82,13 e
93,53 cd
93,80 cd
99,8
bc
92,03 cd
110,53 ab
115,57 a
112,50 a
99,67 bc
110,80 ab
119,90 a
113,97 a
Produksi simplisia
(g)
14,92 f
22,87 de
24,55 d
22,61 de
17,06 f
34,53 c
38,29 b
51,71 a
20,34 e
32,05 c
39,07 b
51,54 a
Kadar minyak
atsiri (%)
0,93
e
1,03
cde
1,00
cde
1,03
cde
1,1
bc
1,01
cde
1,17
ab
1,20
a
0,97
de
1,07
cd
1,10
bc
1,17
ab
Keterangan:
N0 = OST 0 kg/Ha; N1 = OST 50 kg/Ha; N2 = OST 100 kg/Ha; N3 = OST 150 kg/Ha;
T1 = tanah grumosol; T2 = tanah latosol; T3 = tanah andosol.
Perlakuan yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan tidak ada perbedaan
bermakna dengan uji DMRT taraf 5%
107
Tabel 2. Hasil Analisis KLT Minyak Atsiri Buah Ketumbar yang Ditanam di 3 Jenis Tanah
Perlakuan
(Jenis tanah)
Grumosol (T1)
Jumlah spot
Warna spot
Nilai Rf
6 (enam)
Coklat
Jingga
Kuning
Ungu
Hijau
Biru
Coklat
Jingga
Kuning
Ungu
Hijau
Biru
Coklat
Jingga
Kuning
Ungu
Hijau
Biru
0,11
0,24
0,37
0,48
0,76
0,89
0,14
0,22
0,37
0,45
0,77
0,83
0,14
0,24
0,36
0,45
0,78
0,88
Latosol (T2)
6 (enam)
Andosol (T3)
6 (enam)
KESIMPULAN
1. Jenis tanah dan pemberian pupuk organik
mempengaruhi pertumbuhan, produksi dan kadar
kinyak atsiri, namun tidak berpengaruh terhadap
komponen kimia minyak atsiri buah ketumbar.
2. Pertumbuhan tinggi tanaman terbaik dicapai pada
penanaman ketumbar di tanah andosol dan
pemberian pupuk organik dosis 100 kg/ha yaitu
sebesar 119,9 cm, produksi buah ketumbar
kering dan kadar minyak atsiri tertinggi diperoleh
pada perlakuan penanaman di tanah latosol
dengan pemberian pupuk organik dosis 150
kg/ha, masing-masing sebesar 51,71 g/tanaman
dan 1,2%.
3. Jenis
tanah
yang
mampu
mendukung
pertumbuhan dan produksi ketumbar dengan baik
adalah tanah latosol dan andosol.
108
DAFTAR PUSTAKA
1. Andrew Chevallier. 1996. The Encyclopedia of
medicinal plants : a practical reference guide to
over 550 key herbs & their medicinal uses.
Dorling Kindersley. London.
2. Anonim. 1989. Vademekum Bahan Obat Alami.
Direktorat Jenderal Pengawsan Obat dan
Makanan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
3. Harry O. Buckman and Brady N.C., 1982. Ilmu
Tanah. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.
4. Harjadi, S. 1985. Pengantar Agronomi.
Gramedia. Jakarta.
5. M. Isa Darmawidjaya. 1997. Klasifikasi Tanah:
Dasar teori bagi penelitian tanah dan
pelaksanaan pertanian di Indonesia (Cetakan
Ketiga). Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
6. O.P. Engelstad. 1997. Teknologi dan
Penggunaan Pupuk. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.