You are on page 1of 7

WASTEWATER TREATMENT AT PT.

X BY ACTIVE SLUDGE
( Pengolahan Limbah Cair PT. X Secara Lumpur Aktif )
Dea Soraya, Dra. Ani Iryani, M.Si. dan Ade Heri Mulyati, M.Si.
Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan Bogor
ABSTRACT
The activity of PT. X is in the manufacture of surfactants. The waste generated
in that company consists of three types namely solid waste, liquid waste, and gas waste.
The aims of this study is to treat the waste generated by company.The treatment of the
liquid waste is performed in a waste water treatment plant by active sludge.
Wastewater treatment by activite sludge is conducted using aerobic microorganism.
The test is conducted on the wastewater in inlet tank and outlet tank, so that the water
released has met quality standards established. The tests parameter performed are pH,
BOD5, COD, turbidity and TDS. All of the method of analysis used in accordance with
the Methods For The Examination of Water and Wastewater 17th Edition Water
Analisis Handbook Third edition. The pH measurements is performed using the
potentiometric method. The value of BOD is performed using the respirometric
method. The COD is measured using the photometric method. Other parameters such
as turbidity is done using nefelometric method, and conductometric method is used to
measure the value of TDS. The liquid wastewater treatment in activated sludge of PT X
can reduce levels of COD and TDS. The results of the waste processing for parameters
pH, BOD5, COD, turbidity, and TDS have met the quality standards according to the
Descree of Minister of Environment No. KEP-03/MENLH/2010 on Waste Water
Quality Standard for Industrial Area. The average value of the parameter efficiency of
BOD is 72,67%; and 93,5% for COD. The value of 85,8% is turbidity, and for TDS is
90,75%.
Keywords: Wastewater, Activated Sludge, Aerobic, Microorganism, Efficiency.
PENDAHULUAN
Limbah merupakan suatu bahan
yang terbuang atau dibuang dari sumber
hasil aktivitas manusia maupun proses
alam yang belum memiliki nilai
ekonomis (Santiago, 1996). Bahan
buangan zat kimia termasuk pencemar
yang berbahaya karena dapat berpotensi
merusak lingkungan. Bahan buangan
zat kimia dapat masuk ke dalam air
secara langsung atau melalui mediasi.
Beberapa senyawa kimia yang umum
dikenal sebagai pencemar diantaranya
deterjen, insektisida, zat warna kimia,
larutan penyamak kulit, dan lain-lain
(Situmorang, 2007). Limbah domestik
(limbah rumah tangga) kerapkali
mengan

(limbah rumah tangga) kerapkali


mengandung sabun dan deterjen.
Keduanya merupakan sumber potensial
bagi bahan pencemar organik (Achmad,
R, 2004).
Polusi atau pencemaran adalah
keadaan suatu lingkungan yang sudah
tidak alami lagi karena telah tercemar
oleh polutan. Polutan adalah zat atau
substansi yang mencemari lingkungan.
Air limbah deterjen termasuk polutan
karena di dalamnya terdapat zat yang
disebut Alkil Benzen Sulfonat (ABS)
yang merupakan deterjen golongan
keras. Jenis deterjen ini banyak
digunakan di rumah tangga. Lingkungan
perairan yang tercemar limbah deterjen
kategori keras ini dalam konsentrasi
tinggi
akan
mengancam
dan
membahayakan kehidupan biota air dan
manusia yang mengkonsumsi biota

perairan yang tercemar limbah detergen


kategori keras ini dalam konsentrasi
tinggi
akan
mengancam
dan
membahayakan kehidupan biota air dan
manusia yang mengkonsumsi biota
tersebut (Junior, dkk, 2009).
PT X bergerak di bidang industri
pembuatan surfaktan. Jenis surfaktan
yang digunakan yaitu Alkil Benzen
Sulfonat (ABS) dan Linier Alkyl Benzen
Sulfonat (LABS). Limbah cair yang
dihasilkan dari proses produksi dan
kegiatan laboratorium adalah limbah
yang berbahaya, karena mengandung
bahan organik yang sulit didegradasi.
Berdasarkan hal-hal tersebut
penulis ingin melakukan penelitian
tentang pengolahan limbah cair PT X
secara lumpur aktif. Pengolahan limbah
secara lumpur aktif ini memerlukan
biaya yang relatif lebih tinggi
dibandingkan
dengan
pengolahan
limbah cair secara kimia. Namun, pada
saat limbah cair di PT X diolah secara
kimia
dengan
pengendapan
menggunakan koagulan PAC, nilai
COD (Chemichal Oxygen Demand) dan
TDS (Total Dissolved solid) masih lebih
dari baku mutu yang telah ditetapkan
dalam Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor: KEP-03/MENLH/2010
Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Kawasan Industri, sehingga perlu
dilakukan pengolahan limbah cair
secara lumpur aktif sebelum dibuang ke
lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efisiensi pengolahan limbah
cair PT X secara lumpur aktif sehingga
dapat memenuhi standar baku mutu
limbah
yang
telah
ditetapkan
pemerintah.

industri PT X diumpankan ke dalam


tangki aerasi yang telah berisi
mikroorganisme
aerobik.
Aerasi
dilakukan untuk mentransfer sejumlah
oksigen ke dalam limbah cair. Di dalam
tangki aerasi terjadi proses perombakan
bahan organik kompleks menjadi CO2
dan H2O secara aerobik.
Limbah hasil olahan akan
mengalir keluar dari tangki aerasi secara
overflow ke dalam tangki sedimentasi.
Proses dalam tangki sedimentasi ini
terjadi pemisahan mikroorganisme
dengan air limbah yang telah diolah.
Mikroorganisme
tersebut
akan
terkumpul satu sama lain dan
membentuk flok mikroorganisme yang
akibat gaya beratnya sendiri akan turun
secara gravitasi ke bagian bawah tangki
sedimentasi sebagai sludge atau lumpur
biomassa.
Lumpur biomassa ini akan
dikeluarkan dari tangki sedimentasi dan
sebagian kecil (20%) dikembalikan ke
tangki aerasi 1. Sisanya dialirkan ke
tangki aerasi 2 untuk penambahan
nutrisi.
Penambahan
nutrisi
ini
dilakukan untuk menjaga kualitas sisa
lumpur aktif yang terdapat di tangki
aerasi 2 tersebut, karena kemungkinan
besar bakteri pengurai yang ada di
dalamnya membutuhkan banyak nutrisi
sebagai makanan agar dapat terus hidup
dalam air limbah. Setelah proses
penambahan nutrisi tersebut limbah
dialirkan kembali ke tangki sedimentasi
untuk pemisahan lumpur dan air limbah
yang telah diolah, selanjutnya dilakukan
pengujian parameter pH, BOD5, COD,
kekeruhan, dan TDS terhadap air
limbah. Ketika volume lumpur aktif di
dalam
tangki
sedimentasi
telah
mencapai 2,5 liter, maka ke dalam
tangki sedimentasi tersebut dialirkan
larutan HCl atau NaOH untuk menjaga
pH agar tetap dalam keadaan netral,
kemudian lumpur dilakukan pengujian
konsentrasi MLSS terhadap lumpur.

METODE PENELITIAN
Sebelum pengolahan limbah cair
PT X secara lumpur aktif, dilakukan
pengamatan terhadap pH, BOD5, COD,
kekeruhan, dan TDS. Limbah cair
2

metabolisme bahan organik (Alearts, G


dan S.S Santika, 1987).
Parameter BOD
BOD adalah jumlah oksigen
yang
dibutuhkan
bakteri
untuk
menguraikan (mengoksidasi) hampir
semua zat organik yang terlarut dan
sebagian
zat-zat
organik
yang
tersuspensi dalam air. Adapun hasil
analisisnya dapat dilihat pada Gambar
5.

12
10
8
6
4
2
0
1

3 4 5 6
Ulangan ke-

8
ppm

pH

HASIL DAN PEMBAHASAN


Parameter pH
pH diukur untuk mengetahui
nilai keasaman suatu limbah. Adapun
hasil analisisnya dapat dilihat pada
Gambar 4.

pH inlet
pH outlet
Baku Mutu maksimum

400
350
300
250
200
150
100
50
0
1

Gambar 4. Grafik Perbandingan Nilai


pH dengan Baku Mutu

3 4 5 6
ulangan ke-

BOD inlet (ppm)


BOD outlet (ppm)
Baku Mutu Maksimum (ppm)

Berdasarkan Gambar 4 diatas,


menunjukkan bahwa secara keseluruhan
nilai pH air limbah yang telah diolah
secara lumpur aktif memenuhi baku
mutu. Nilai pH yang terukur berkisar
antara 7,12-7,38. Nilai pH tersebut telah
memenuhi baku mutu nilai pH yang
berkisar antara 6,0-9,0.
Berdasarkan hasil pengukuran
pH dapat dikatakan bahwa air limbah
PT X bersifat netral. Hal ini
memungkinkan kehidupan biologis
dalam air limbah tersebut berjalan
dengan baik. Air limbah yang tidak
netral akan menghambat proses
biologis, bahkan akan menyebabkan
kematian mikroorganisme dalam air.
Jika nilai pH di atas 9 akan
mengganggu
aktifitas
mikroba,
sedangkan jika nilai pH di bawah 6
akan mengakibatkan pertumbuhan
jamur dan terjadi persaingan antara
bakteri
dengan
jamur
dalam

Gambar 5. Grafik Perbandingan Nilai


BOD dengan Baku Mutu
Berdasarkan Gambar 5, hasil
analisis BOD5 outlet berkisar antara 55125 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai BOD5 outlet memenuhi standar
baku mutu yaitu yang tidak lebih kecil
dari 150 ppm. Analisis BOD5 ini
didasarkan atas reaksi oksidasi zat
organik dengan oksigen dalam air dan
proses tersebut berlangsung karena
adanya bakteri aerobik, sehingga hasil
oksidasi akan membentuk karbon
dioksida, air dan amoniak. Analisis
BOD5 dilakukan untuk mengetahui
tingkat pencemaran yang disebabkan
oleh zat-zat organik yang bersifat
biodegradable di dalam suatu limbah.
Semakin tinggi nilai BOD5 maka
3

semakin tinggi pula tingkat pencemaran


yang diakibatkan oleh zat-zat tersebut
(Fardiaz, 1992).

pertumbuhan bakteri bahkan mematikan


bakteri dalam limbah.
Parameter Kekeruhan
Kekeruhan dapat diukur pada air
limbah yang terdapat pada bak aerasi,
hal ini dikarenakan pada bak aerasi
terdapat lumpur aktif yang akan
mempengaruhi kekeruhan tersebut. Data
hasil pengukuran kekeruhan pada
masing-masing tangki dapat dilihat
Gambar 7.

ppm

NTU

Parameter COD
Nilai COD secara relatif
menyatakan jumlah senyawa organik
yang terdapat pada air limbah.
Pengolahan limbah secara biologi
dengan menggunakan lumpur aktif ini
membutuhkan nilai pH yang netral,
karena dapat mempengaruhi penurunan
nilai COD. Hal ini disebabkan karena
mikroorganisme
atau lumpur aktif
dengan mudah menguraikan bahan
organik yang terdapat dalam air limbah
tersebut. Adapun hasil analis COD
dapat dilihat pada Gambar 6.
3000
2500
2000
1500
1000
500
0

60
50
40
30
20
10
0
1

3 4 5 6
Ulangan ke-

Kekeruhan inlet (NTU)


Kekeruhan outlet (NTU)
1

3 4 5 6
Ulangan ke-

Baku Mutu Maksimum (NTU)

Gambar 7. Grafik Perbandingan Nilai


Kekeruhan dengan Baku Mutu

COD inlet (ppm)


COD outlet (ppm)

Berdasarkan baku mutu nilai


kekeruhan berkisar antara 5-20 NTU.
Namun nilai kekeruhan inlet sebesar 50
NTU, tingginya nilai kekeruhan juga
dapat disebabkan oleh pencemaran
bahan-bahan organik sehingga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri
bahkan mematikan bakteri dalam
limbah.

Baku Mutu Maksimum (ppm)

Gambar 6. Grafik Perbandingan COD


dengan Baku Mutu
Berdasarkan Gambar 6, nilai
COD outlet yang bervariasi disebabkan
karena beban limbah yang masuk (COD
inlet) bervariasi. Nilai COD outlet yang
telah memenuhi standar baku mutu
yang telah ditetapkan, dengan nilai
tertinggi COD sebesar 173 ppm.
Tingginya nilai COD disebabkan oleh
pencemaran
bahan-bahan
organik
sehingga
dapat
menghambat

Parameter TDS
Hasil analisis pengukuran TDS
sebelum dan setelah proses pengolahan
dapat dilihat pada Gambar 8.

Tabel 3. Pengamatan Nilai MLSS


Ulangan ke- MLSS (mg/L)
1.
2420
2.
3020
3.
3240
4.
2960
5.
2580
6.
2900
7.
2980
8.
2640
Keterangan :
MLSS = Mixed Liquor Suspended Solid

35000
TDS (ppm)

30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
1

3 4 5 6
Ulangan ke-

TDS inlet (ppm)

Tabel 3 menunjukan nilai MLSS


yang didapat berkisar antara 2000-3000
mg/L. Jika nilai MLSS lebih besar dari
3500 mg/L menunjukkan bahwa
mikroorganisme yang ada di dalam bak
aerasi kekurangan nutrisi sehingga
dapat terjadi kanibalisme, sedangkan
nilai MLSS lebih kecil dari 2000 mg/L,
menunjukan bahwa pengolahan kurang
baik, karena sedikitnya mikroorganisme
untuk
menguraikan
bahan-bahan
organik (Metcalf dan Eddy, Icn, 1981).

TDS outlet (ppm)


Baku Mutu Maksimum (ppm)

Gambar 8. Grafik Perbandingan Nilai


TDS dengan Baku Mutu
Gambar 8, menunjukkan bahwa
nilai TDS pada tangki inlet lebih besar
daripada nilai TDS pada tangki outlet.
Hal ini disebabkan karena proses aerasi
menggunakan
lumpur
aktif
menghasilkan lumpur pada tangki
pemisahan
(sedimentasi).
Lumpur
tersebut dengan gaya beratnya sendiri
akan turun secara gravitasi ke bagian
bawah tangki sedimentasi sebagai
lumpur, sedangkan air limbah akan
mengalir kembali ke tangki aerasi
sehingga nilai TDS pada tangki outlet
lebih kecil daripada tangki inlet.

Perhitungan F/M Ratio


Perhitungan kontrol proses yang
digunakan untuk mengevaluasi jumlah
makanan (BOD atau COD) yang
tersedia per satuan MLSS (Mixed
Liquor Suspended Solids).
Tabel 4. Nilai F/M

Parameter MLSS (Mixed Liquor


Suspended Solid)
Hasil pengujian MLSS dapat
dilihat pada Tabel 3.

Ulangan
ke1.

BOD5 inlet
(ppm)
298

MLSS
2420

F/M = BOD
MLSS
0,12

2.

328

3020

0,11

3.

337

3240

0,11

4.

379

2960

0,13

5.

358

2580

0,14

6.

328

2900

0,11

7.

322

2980

0,11

8.

299

2640

0,11

Keterangan :
MLSS= Mixed Liquor Suspended Solid
F/M = Food/ Mikroorganisme

Tabel 4 menunjukan nilai F/M


dari pengolahan limbah secara lumpur
aktif berkisar antara 0,11-0,14. Kisaran
F/M yang diperbolehkan sebesar 0,10,2. Nilai yang diperoleh menunjukkan
bahwa terjadi penggumpalan lumpur
dan
pengendapan
dalam
tangki
sedimentasi yang disebabkan oleh
metabolisme bahan organik berjalan
sederhana. Semakin tinggi nilai F/M
menunjukan semakin tinggi jumlah
makanan yang terkandung dalam
limbah atau semakin sedikit jumlah
bakteri pencerna. Parameter ini penting
karena kondisi ideal dapat tercapai jika
kebutuhan nutrisi bagi bakteri terpenuhi
(Metcalf dan Eddy, Icn, 1981).

Air Limbah Bagi Kawasan Industri.


Nilai rata-rata efisiensi parameter BOD5
sebesar 72,67%, COD sebesar 93,5%,
kekeruhan sebesar 85,8%, dan TDS
sebesar 90,75%.
PT X telah melakukan proses
pengolahan limbah cair secara lumpur
aktif, dengan pengujian parameter pH,
BOD5, COD, kekeruhan dan TDS.
Namun sebaiknya pada penelitian
selanjutnya
dilakukan
pengujian
parameter lain seperti logam berat dan
bahan berbahaya lainnya sebelum
dibuang ke lingkungan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayahnya-Nya, penulis dapat
menyelesaikan jurnal skripsi dengan
judul Pengolahan Limbah Cair PT. X
secara Lumpur Aktif.
Jurnal ini tidak terlepas dari
bimbingan, bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Kedua orang
tua dan kakak-kakakku, Ibu Dr.
Prasetyorini selaku Dekan FMIPA
Universitas Pakuan Bogor. Serta Bapak
Drs. Husain Nashrianto, M.Si. selaku
Ketua Program Studi Kimia FMIPA.
Kedua pembimbing Ibu Dra. Ani Iryani,
M.Si. dan Ibu Ade Heri Mulyati, M.Si.
yang telah berkenan membimbing dan
memberikan masukan dan saran dalam
proses pembuatan skripsi ini. Serta
seluruh Dosen dan staff sekretariat
FMIPA Universitas Pakuan Bogor, dan
teman-teman angkatan 2008 yang
selama ini selalu bersama, semoga
persahabatan kita tetap terjaga (Zaenal,
Shelvi, Novi, Siska, Tiar, Retno,
Dharma, Oskar, Vian, Desi, Anggun,
Kania, Grya, dan Agung). Serta semua
yang turut serta dalam terselesaikannya

Efisiensi Pengolahan Limbah Secara


Lumpur Aktif
Pengolahan limbah cair PT X
secara lumpur aktif menghasilkan nilai
rata-rata efisiensi BOD5 sebesar
72,67%,
COD
sebesar
93,5%,
kekeruhan sebesar 85,8%, dan TDS
sebesar 90,75%. Efisiensi tertinggi
terlihat
pada
parameter
COD,
sedangkan terendah pada parameter
BOD.
Tabel 5. Rata-Rata Efisiensi Dari
Berbagai Parameter
No. Parameter Efisiensi (%)
1. BOD5
72,67
2. COD
93,5
3.

Kekeruhan

85,8

4.

TDS

90,75

KESIMPULAN DAN SARAN


Pengolahan limbah cair PT X
secara lumpur aktif dapat menurunkan
kadar COD dan TDS. Hasil pengolahan
limbah untuk parameter pH, BOD5,
COD, kekeruhan, dan TDS telah
memenuhi standar baku mutu yang
sesuai dengan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor: KEP03/MENLH/2010 Tentang Baku Mutu
6

skripsi ini yang tidak dapat disebutkan


satu persatu. Penulis berharap agar
jurnal ini bermanfaat bagi semua pihak.

KEP-03/MENLH/2010 Tentang Baku


Mutu Air Limbah Bagi Kawasan
Industri.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan.
Yogyakarta: Andi Offsett. Hal
92, 93, 110-113.
Alaerts, G dan S.S S Santika. 1987.
Metode Penelitian Air. Surabaya
: Usaha National.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara.
Yogyakarta: Kanisius. Hal 1928.
Junior, Rendi,
Bambang. 2009.
Mengetahui
Dampak
Air
Limbah Deterjen Terhadap
Organisme Air. Jakarta : C.V
Rajawali.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor: KEP-03/MENLH/2010
Tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kawasan Industri.
Metcalf dan Eddy, Icn. 1981. Waste
Water Engineering Treatment
Disposal Revse. 2nd ed. MC
Graw-Hill, Icn. New York. Hal
40-57.
Santiago, H. 1996. Istilah Lingkungan
untuk
Manajemen.
PT.
Gramedia
Pustaka
Utama.
Jakarta, hal : 20-22.
Stumorang, Manihar. 2007. Kimia
Lingkungan. Medan: Fakultas
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam UNIMED.
Hal 114-115.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Baku Mutu Air Limbah
Parameter
Batas Maksimum
BOD5
50-150 mg/L
COD
100-300 mg/L
TDS
2000-4000 mg/L
pH
6.0 - 9.0
Kekeruhan
5-20 NTU
Sumber : Berdasarkan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor:
7

You might also like