You are on page 1of 29

DESAIN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DAN CONTOH APLIKASINYA

( Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Metodologi Penelitian Pendidikan Fisika)

Disusun Oleh:
Susiana
120210102020
Kelas B

PROGRAMSTUDIPENDIDIKANFISIKA
JURUSANPENDIDIKAN MATEMATIKA DANIPA
FAKULTAS KEGURUANDAN ILMUPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

DESAIN PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Dalam PTK tersedia model-model yang dapat dijadikan acuan dalam
membuat desain PTK. Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering
digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya yaitu :
1. Design Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin
Kurt Lewwin menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus dilakukan
dalam proses penelitian tindakan, yaitu: Perencanaan, Tindakan, Observasi, dan
Refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu
lingkaran yang terus menerus, yang meliputi hal berikut:
a. Perencanaan (planig) adalah proses menentukan program perbaikan yang
berangkat dari suatu ide gagasan peneliti
b. Aksi atau tindakan (implementing) adalah perlakuan yang dilaksanakan
oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti.
c. Observasi (Observing) adalah pengamatan yang dilakukan untuk
mengetahui efektifitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang
berbagai kekurangan tindakan yang telah dilakukan.
d. Refleksi (Reflecting) adalah kegiatan menganalisis tentang hasil
observasi sehingga memunculkan program atau perencanaan baru.
ACTING

PLANNING

OBSERVING

REFLECTING
Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin

Sementara itu empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh
Kurt Lewin dielaborasi lagi oleh Ernest T. Stringer menjadi:
a. Perencanaan (Planning)
b. Pelaksanaan (implementasi)
c. Penelitian (evaluating)
Jumlah siklus dalam suatu penelitian tindakan tergantung pada apakah
masalah (utama) yang dihadapi telah terpecahkan.

Apabila masih ditemukan adanya masalah yang belum terpecahkan maka


peneliti dapat melangkah ke siklus kedua, dengan membuat rencana tindakan
ulang berdasarkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya. Dengan demikian,
pada siklus kedua ini terjadi revisi atau modifikasi rencana tindakan pertama,
sesuai dengan keadaan di lapangan. Langkah-langkah selanjutnya relatif sama
dengan langkah-langkah yang telah dipaparkan pada siklus pertama. Demikian
seterusnya hingga masalah yang dihadapi dapat terpecahkan. Untuk itu barangkali
diperlukan lebih dari tiga siklus; dan hal itu tidak menjadi masalah, karena jumlah
siklus tidak ditentukan oleh hal lain kecuali terpecahkannya masalah
Contoh aplikasinya :
Penelitian dengan judul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Gaya Bernuansa Nilai.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw. Model penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model
Lewin. Hasil belajar fisika siswa diduga dapat ditingkatkan dengan menggunakan
metode kooperatif tipe Jigsaw pada konsep gaya bernuansa nilai.

Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Guru membuat acuan program pembelajaran berupa beberapa rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) fisika konsep gaya yang bernuansa nilai dimana
kegiatan pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
b. Pelaksanaan Tindakan
Guru melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu pada rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan tahapan sebagai berikut :
1. Memberikan tes awal (pre test) kepada siswa
2. Pembagian kelompok
3. Pembagian tugas
Setelah pembagian tugas, siswa yang mendapat tugas sama berkumpul
dalam satu kelompok. Selanjutnya kelompok itu diberikan lembar ahli. Kemudian
tiap ahli diberikan materi-materi yang terdapat pada konsep gaya yang bernuansa
nilai.
4. Membaca
Siswa dalam setiap kelompok ahli menerima materi-materi yang terdapat
pada konsep gaya yang bernuansa nilai dan membaca bahan yang digunakan
untuk mencari informasi terhadap materi yang ditugaskan.
5. Diskusi kelompok
Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu mendiskusikan informasi
tentang materi-materi yang terdapat pada konsep gaya yang bernuansa nilai dalam
kelompok-kelompok ahli.
6. Laporan Tim

Setelah selesai berdiskusi, para ahli kembali ke kelompok asal mereka


untuk mengajarkan topik-topik mereka kepada teman satu kelompok.
7. Kuis
Siswa mengerjakan kuis individu yang mencakup seluruh topik. Kuis
dalam hal ini dikatakan juga sebagai tes akhir (post test) pada siklus 1.
8. Penghargaan Tim
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang bagus.
c. Pengamatan
Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan data berupa non tes melalui
lembar observasi dengan cara mengamati kegiatan siswa di dalam kelas dan
mencatat hal-hal baru yang dianggap masalah setelah diberikan tindakan tiap satu
kali pertemuan dalam proses belajar mengajar.
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi proses pembelajaran dengan tahap sebagai
berikut :
1. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari siklus 1 baik tes
(pre test dan post test), dan lembar observasi
2. Menarik kesimpulan pada siklus 1
3. Merefleksikan kekurangan pada siklus 1
4. Hasil keputusan
Dari hasil data-data siklus 1 yang telah direfleksikan, dapat diberikan hasil
keputusan tentang kegiatan penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya atau
dihentikan.

Siklus II

a. Perencanaan Tindakan
Guru membuat acuan program pembelajaran berupa beberapa rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi fisika berikunya yang bernuansa nilai
dimana kegiatan pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw. Kemudian menyiapkan instrumen dan sumber belajar.
b. Pelaksanaan Tindakan
Guru melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu pada rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan tahapan sebagai berikut :
1. Memberikan tes awal (pre test) kepada siswa
2. Pembagian tugas
Setelah pembagian tugas, siswa yang mendapat tugas sama berkumpul
dalam satu kelompok. Selanjutnya kelompok itu diberikan lembar ahli. Kemudian
tiap ahli diberikan materi.
3. Membaca
Siswa dalam setiap kelompok ahli menerima materi dan membaca bahan
yang digunakan untuk mencari informasi terhadap materi yang ditugaskan.
4. Diskusi kelompok
Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu mendiskusikan informasi
tentang materi-materi yang terdapat dalam kelompok-kelompok ahli.
5. Laporan Tim
Setelah selesai berdiskusi, para ahli kembali ke kelompok asal mereka
untuk mengajarkan topik-topik mereka kepada teman satu kelompok.
6. Kuis

Siswa mengerjakan kuis individu yang mencakup seluruh topik. Kuis


dalam hal ini dikatakan juga sebagai tes akhir (post test) pada siklus II.
7. Penghargaan Tim
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang bagus.
c. Pengamatan
Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan data berupa non tes melalui
catatan lapangan dengan cara mengamati kegiatan siswa di dalam kelas dan
mencatat hal-hal baru yang dianggap masalah setelah diberikan tindakan tiap satu
kali pertemuan dalam proses belajar mengajar.
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi proses pembelajaran dengan tahap sebagai
berikut :
1. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari siklus II baik tes
(pre test dan post test), dan lembar observasi
2. Menarik kesimpulan pada siklus II
3. Merefleksikan kekurangan pada siklus II
5. Hasil keputusan
Dari hasil data-data siklus II yang telah direfleksikan, dapat diberikan hasil
keputusan tentang kegiatan penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya atau
dihentikan.
2. Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmis & McTaggart
Model Kemmis & Taggart yang merupakan pengembangan dari konsep
dasar yang diperkenalkan Kurt Lewwin. Pada model Kemmis & Taggrat
komponen acting dan observing diijadikan satu kesatuan karena keduanya

merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama.
Model Kemmis & Taggart disajikan pada gambar 2 berikut:

Gambar 2. Rancangan Penelitian Tindakan Kemmis & Mc Taggart


Menurut Kemmis dan Taggart penilitian tindakan dapat dipandang sebagai
suatu siklus spiral dar penuyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan (Observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan
siklus spiral berikutnya. Dalam pelaksanaan ada kemunhgkinan penelitian telah
mempunyai seperangkat rencana tindakan (yang didasarkan pada pengalaman)
sehingga dapat langsung memulai tahap tindakan. Ada juga penelitian yang telah
memiliki seperangkat data, sehingga memulai kegiatan pertamanya dengan
kegiatan refleksi.
Akan tetapi pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi awal
untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah
penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang
dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Refleksi awal. Refleksi awal dimaksudkan sebagai kegiatan penjajagan


yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasisituasi yang relevan dengan tema penelitian. Penilitian bersama timnya
melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui
situasi yang sebenarnya. Berdasarkan hasil refleksi awal dapat dilakukan
pemfokusan masalah yang selanjutnya dirumuskan menjadi masalah
penelitian. Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan
tujuan penelitian. Sewaktu melaksanakan refleksi awal, paling tidak
calon peneliti sudah menelaah teori-teori yang relevan dengan masalahmasalah yang akan diteliti. Oleh sebab itu setelah rumusan masalah
selesai dilakukan, selanjutnya perlu dirumuskan kerangka konseptual dari
penelitian.
2. Penyusunan perencanaan. Penyusunan perencanaan

didasarkan pada

hasil penjajagan refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup


tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau
merubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari
permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan ini
bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata
yang ada.
3. Pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang
dilakukan penelti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan
yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan
yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada
pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa
peningkatan kinerja dan hasil program yang optoimal.
4. Observasi (pengamatan). Kegiatan observasi dalam PTK dapat
disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal.
Dalam kegiatan ini peneliti mengalami hasil atau dampak dari tindakan
yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi
digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.
5. Refleksi. Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis,
sintesis, interprestasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat

kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan


mempertimbangkan hasil-hasil atau dampakdari tindakan. Setiap
informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan
lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah adsa
dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan
yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting
dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hail yang terjadi,
yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.
Pada hakekatnya model Kemmis dan Taggart berupa perangkat-perangkat
atauuntaian dengan setiap perangkat terdiri dari empat komponen yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dipandang sebagai suatu
siklus. Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahn
yang perlu dipecahkan, yang pada umumnya lebih dari satu siklus. PTK yang
dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru disekolah pada umumnya
berdasar pada model Kemmis dan Taggart ini yaitu merupakan siklus-siklus yang
berulang. (Ekawarna:2013)
Contoh aplikasinya :
Penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil
Belajar dengan Strategi Concept Mapping Disertai Metode Pemberian Tugas atau
Resitasi Pada Siswa Kelas VIIG Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013 SMPN
4 Jember. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Desain penelitian yang digunakan adalah model siklus
Kemmis & Mc Taggart. Siklus ini terdiri dari empat tahap meliputi perencanaan
(planning), tindakan (action), pengamatan atau observasi (observation) dan
refleksi (reflection) yang kemudian diikuti siklus spiral berikutnya, tetapi
komponen tindakan (action) dengan observasi (observation) dijadikan sebagai
satu kesatuan.

Siklus I
1. Perencanaan

Perencanaan meliputi penyusunan perangkat pembelajaran (bahan ajar,


RPP, LKS, lembar observasi, lembar wawancara dan soal tes) oleh peneliti. Pada
fase ini dilaksanakan pula pengarahan kepada guru bidang studi dan pengamat
(observer).
Langkah-langkah yang dilakukan dalam merencanakan tindakan pada
penelitian yaitu sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Menyusun silabus dan rencana pembelajaran.


Mempersiapkan sarana dan prasarana pembelajaran.
Menyusun daftar kelompok siswa secara acak.
Mempersiapkan instrumen penelitian, meliputi : dokumentasi kegiatan
belajar mengajar, lembar observasi terhadap siswa dan guru, lembar
wawancara terhadap siswa dan guru setelah pelaksanaan pembelajaran
dengan penerapan strategi

consept mapping

disertai metode

pemberian tugas atau resitasi dan lembar tes untuk siswa.


2. Tindakan
Tindakan strategi concept mapping disertai metode pemberian tugas atau
resitasi yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran fisika
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pendahuluan
Guru

mengajak

berdoa,

kemudian

guru

menyampaikan

tujuan

pembelajaran yang akan dicapai serta memberi motivasi kepada siswa, setelah itu
guru menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilakukan.
b. Kegiatan Inti
1. Guru melakukan pembagian kelompok secara acak dimana 1
kelompok terdiri dari 4 siswa.
2. Penyajian materi dengan menggunakan concept mapping
Guru menyajikan materi dengan menggunakan peta konsep yang telah
dipersiapkan sebelumnya oleh guru. Dengan penyajian materi
menggunakan peta konsep, guru dapat menampilkan konsep-konsep
yang harus dipahami oleh siswa.
3. Pembagian tugas

Dalam fase ini guru dapat memberikan tugas berupa Lembar Kerja
Siswa (LKS) mengenai materi gerak yang telah dijelaskan dan dalam
melaksanakan tugas ini siswa mengerjakan secara berkelompok.
4. Pelaksanaan tugas
Guru membimbing kelompok dalam pengerjaan Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang telah diberikan pada siswa.
5. Pertanggungjawaban tugas
Guru menunjuk beberapa kelompok

secara

acak

untuk

mempresentasikan hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah


dikerjakan dan guru berperan untuk membimbing siswa agar proses
presentasi dan diskusi kelas dapat berjalan dengan lancar.
6. Pembahasan hasil presentasi dengan concept mapping
Dari hasil presentasi yang dilakukan oleh siswa, guru mengarahkan
hasil presentasi siswa untuk disesuaikan dengan konsep menggunakan
peta konsep
7. Evaluasi
Guru menyediakan sebuah media peta konsep kosong yang berisikan
materi yang telah dipelajari untuk diisi beberapa siswa.
c. Penutup
Guru menyampaikan kembali beberapa kesimpulan dari materi yang telas
dijelaskan dan memberikan tugas kepada siswa secara individu untuk membuat
peta konsep tentang materi yang telah dipelajari. Pembuatan peta konsep sesuai
dengan kreativitas dari masing-masing siswa.

3. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan
yang dibantu oleh guru bidang studi dan dua orang observer untuk mengamati
aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Observasi yang
dipakai adalah observasi langsung dengan mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap gejala-gejala objek yang diteliti berdasarkan pedoman
observasi yang telah disediakan. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil
observasi untuk mengetahui persentase keaktifan siswa.

4. Refleksi
Refleksi merupakan upaya untuk mengkaji semua hal yang terjadi, yang
sudah tercapai ataupun belum terhadap data yang ingin dicapai. Data yang
diperoleh dari analisis skor hasil belajar pada siklus 1 dan observasi dijadikan
sebagai dasar langkah berikutnya, jika belum didapatkan peningkatan aktivitas
dan hasil belajar, maka akan dilakukan perbaikan perencanaan dan dilanjutkan
dengan siklus kedua dan siklus selanjutnya hingga didapatkan peningkatan
aktivitas dan hasil belajar secara klasikal.

Siklus II
Siklus kedua dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus

pertama. Pelaksanaan siklus didahului dengan perbaikan berdasarkan hasil-hasil


yang diperoleh pada siklus pertama, yaitu :
1. Perencanaan Ulang
Perencanaan ulang dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada siklus
pertama.
2. Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran strategi concept mapping disertai metode
pemberian tugas atau resitasi berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi
pada siklus pertama.
3. Observasi
Observasi dilakukan oleh guru bidang studi dan dua observer untuk
mengamati aktivitas siswa pada pembelajaran fisika dengan menggunakan strategi
concept mapping disertai metode pemberian tugas atau resitasi.
4. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan jika


siklus kedua peningkatan hasil belajar secara klasikal

75%

maka siklus

dihentikan.
3. Rancangan Penelitian Tindakan Model John Elliott
Model ini lebih menekankan pada proses untuk mencoba hal-hal yang baru
dalam proses pembelajaran. Menurut Ellot, langkah pertama yang dilakukan
adalah menentukan dan mengembangkanb gagasan umum yang dilanjutkan
dengan melakukan eksplorasi yakni untuk mempertajam gagasan atau ide.
Menurut Elliot mengenai model PTK bahwa apapun masalah yang akan
diangkat dalam penelitian hendaknya tetap berada dalam lingkup permasalahan
yang dihadapi oleh guru didalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dikelas
dan merupakan sesuatu yang diperbaiki atau diubah.
Penafsiran Elliot terhadap model PTK bahwa kegiatan awal dalam bentuk
identifikasi masalah adalah pernyataan yang menghubungkan gagasan dengan ide
dengan tindakan. Sedangkan pada bagian Reconnaissance adalah pemahaman
tentang siklus kelas yang ingin diubah atau diperbaiki.
Hal demikian jika dibandingkan dengan bagan model PTK lainnya maka
terdapat beberapa perbedaan mendasar, akan tetapi tetap membentuk sebuah
kegiatan berulang (siklus)
Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya
tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam
beberapa hal tersebut itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun desain
penelitian tindakan kelas yang berbeda secara skematis dengan kedua model
sebelumnya. Tahapan dari desain penelitian tindakan John Elliot dijelaskan
sebagai berikut.
1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat


dan menemukan masalah-masalah apa aja yang terjadi disekolah. Lebih
khususnya lagi dalam proses pembelajaran di kelas. Identifikasi masalah ini
sangat penting posisinya karena tahapan ini merupakan pondasi awal atau acuan
awal kegiatan penelitian kedepannya. Seorang peneliti yang baik tentunya akan
bisa melihat masalah-masalah apa aja yang patut untuk dipecahkan dengan segera
dan urgent bagi sekolah tersebut.
2. Penyelidikan
Penyelidikan dimaksudkan sebagai kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang masalah yang ditemukan oleh seorang peneliti disekolah.
Berdasarkan hasil penyelidikan dapat dilakukan pemfokusan masalah yang
kemudian dirumuskan menjadi masalah penelitian. Berdasarkan rumusan masalah
tersebut maka dapat ditetapkan tujuan penelitian.
3. Rencana Umum
Rencana umum merupakan seperangkat rencana awal tentang kegiatan
yang akan dilakukan oleh seorang peneliti untuk menjawab masalah penelitian
yang ditemukan dikelas atau disekolah. Pada tahapan ini, seorang peneliti akan
memberikan perlakuan kepada sampel agar bisa terlihat perubahan prilaku sesuai
yang diharapkan oleh peneliti. Dalam model PTK dari John Elliot, terdapat
beberapa langkah tindakan yang direncanakan oleh peneliti. Bagian inilah yang
membedakan model PTK John Elliot dengan model-model PTK yang lainnya.
4. Implementasi Langkah Tindakan 1
Pada tahap ini, seorang peneliti akan menerapkan atau melakukan
perlakuan pada kelas sampel dengan tujuan meningkatkan, merubah atau
memperbaiki masalah-masalah penelitian yang ditemukan oleh peneliti dikelas.
Tentunya dalam tahap ini, seorang peneliti akan melakukan perlakuannya

didasarkan pada langkah-langkah tindakan yang direncanakan pada tahap rencana


umum.
5. Memonitor Implementasi
Tahap ini bagi seorang peneliti akan melihat dan memantau hasil
pemberian perilaku pada kelas sampel. Peneliti akan mendata dan mencatat hasilhasil dari implementasi pada tahap selanjutnya. Apakah menunjukkan hasil
peningkatan (positif) ataupun malah menunjukkan peningkatan yang sebaliknya
(negatif). Sudah benarkah atau belum implementasi yang diterapkan oleh peneliti.
6. Penyelidikan
Pada tahapan ini, peneliti akan berusaha untuk mengungkap dan
menjelaskan tentang kegagalan-kegagalan pengaruh. Faktor-faktor apa aja yang
bisa menyebabkan hal tersebut gagal. Tentunya seorang peneliti akan belajar dari
kegagalan dan ketidakberhasilan implementasi pada tahapan sebelumnya.
7. Merevisi Ide Umum
Pada tahap ini, peneliti berbekal dari data-data yang sudah didapat pada
tahap-tahap sebelumnya akan kembali membuat rencana penelitian. Tentunya
tahapan ini hanya akan dilakukan jika implementasi telah mengalami kegagalan
dan tidak memenuhi harapan serta tujuan penelitian dari peneliti. Makanya
dianggap perlu untuk melakukan siklus kedua yang diawali dengan merevisi
rencana awal.

Gambar 3. Rancangan Penelitian Tindakan Model John Elliot


(versi revisi model Lewin)

Contoh aplikasinya :
Penelitian dengan judul Penerapan Model Pembejaran Inkuiri Terbimbing
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Keterampilan Generik Sains Siswa
Dalam Pelajaran Fisika Kelas X di SMAN 1 Kedondong Tahun Pelajaran
2012/2013. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memperbaiki masalah-masalah
yang sedang dialami oleh siswa di dalam kelas. Untuk itu diupayakan untuk
mewujudkan perbaikan tersebut dengan cara proses pengkajian berdaur. Proses
pengkajian tersebut ada empat tahap yaitu : 1) perencanaan, 2) tindakan, 3)
pengamatan dan 4) refleksi. Berikut disajikan proses tindakan kelas :

Penelitian tindakan ini difokuskan pada model pembelajaran Inkuiri


terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan generik sains
siswa dalam pembelajaran Fisika khususnya pada materi Suhu dan Kalor. Dalam
kegiatan penelitian ini peneliti didampingi oleh guru mitra yang turut menilai

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menerapkan model


pembelajaran inkuiri terbimbing.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X. 1 dan X.3 SMA Negeri 1
Kedondong yang beralamat di Jalan Tritura No.8 Desa Kedondong Kecamatan
Kedondong Kabupaten Pesawaran pada semester genap Tahun Pelajaran 20122013.
Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan tahapan siklus dan
dalam setiap siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan analisis dan refleksi. Perubahan perencanaan dari
siklus ke siklus berikutnya tergantung dari hasil refleksi pada setiap siklusnya.
a. Perencanaan tindakan
Tahap perencanaan pada penelitian ini memuat kegiatan yang sangat
terperinci dari persiapan perangkat bahan ajar, media pembelajaran, dan berbagai
instrumen penilaian dirancang pada tahap ini. Kegiatan perencanaan dalam
penelitian tindakan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing
adalah sebagai berikut :
1. Menyusun jadwal kegiatan penelitian
2. Membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai
dengan sintak pembelajaran model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
3. Membuat instrumen penilaian perencanaan kegiatan pembelajaran
4. Membuat tes formatif untuk mengukur kognitif siswa
5. Membuat instrumen penilaian efektif dan psikomotor siswa
6. Membuat instrumen penilaian aktivitas guru
7. Membuat instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis siswa.

8. Menentukan peringkat akademik siswa berdasarkan data hasil observasi


awal yang nantinya akan digunakan sebagai pedoman pembagian
kelompok
9. Menyiapkan sumber belajar.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tindakan ini adalah melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditentukan, yaitu
sesuai dengan sintak pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Langkah-langkah yang
dilakukan pada model pembelajaran Inkuiri Terbimbing adala sebagai berikut :
1. Kegiatan pendahuluan
Pada kegiatan awal ini guru memberikan pengertian tentang model
pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran ini, hal ini bertujuan
untuk mengarahkan siswa agar mampu beradaptasi dengan model pembelajaran
yang dianggap baru. Selain itu guru juga memberikan motivasi kepada siswa
untuk menumbuhkan semangat belajar dalam diri siswa. Kegiatan selanjutnya
adalah apersepsi. Dalam kegiatan ini guru memberikan prior knowledge atau tes
kemampuan awal, untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan umum
siswa tentang materi yang aka diajarkan. Setelah memberikan tes kemampuan
awalguru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Pembagian kelompok
didasarkan karakteristik umum siswa sehingga satu kelompok siswa memiliki
karakteristik heterogen.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan pembelajaran yang ditempuh merupakan adaptasi dari model
pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Sund dan Trowbridge dengan langkah
tahap-tahap sebagai berikut :
a. Merancang eksperimen

Dalam kegiatan merancang eksperimen, guru membimbing siswa untuk


merangkai gambar rancangan percobaan secara berkelompok, selanjutnya guru
membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah percobaan yang akan
dilakukan secara sistematais.
b. Merumuskan hipotesis
Sebelum melakukan eksperimen dan setelah memberikan rumusan
masalah, guru membimbing siswa untuk merumuskan hipotesis untuk menjawab
pertanyaan pada rumusan masalah yang telah diberikan sebelumnya.
c. Menentukan sebab akibat
Pada kegiatan menentukan sebab akibat siswa dibimbing untuk
menemukan pola hubungan terhadap suatu tindakan. Yang kemudian dijabarkan
menjadi suatu pembahasan atas percobaan yang telah dilakukan.
d. Menginterpretasikan data
Tahap menginterpretasi data merupakan tahap mencatat data hasil
percobaan. Guru membimbing siswa untuk menginterpretasi data dan dituliskan
dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sudah dibagikan sebelumnya.
e. Menentukan peranan diskusi dan kesimpulan dalam merencanakan
penelitian
Pada tahap pelaksanaan diskusi guru br=ertindak sebagai pemerhati
keaktivan siswa dalam berdiskusi, mencatat hal-hal yang menyimpang dalam
diskusi dan selanjutnya mengkonfirmasi setelah diskusi berakhir. Di akhir
kegiatan pembelajaran guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah
diajarkan.
f. Mengenal

kesalahan

dikurangi/diperkecil

eksperimental

yang

mungkin

dapat

Tahap mengenalkan siswa pada kesalahan eksperimental dilakukan pada


tahap konfirmasi. Guru menjelaskan pada siswa dalam percobaan terdapat
kesalahan eksperimental dan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang harus
dilakukan untuk mengurangi dan memperkecil kesalahan eksperimen tersebut.
3. Kegiatan Penutup
Setelah semua tahapan dalam kegiatan pembelajaran Inkuiri terbimbing
telah ditempuh, maka diadakan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
kognitif produk siswa.
c. Observasi dan Evaluasi
Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Observasi ini dilakukan
untuk mengamati aktivitas siswa dan guru pada saat pembelajaran berlangsung.
Pada

saat

evaluasi

terhadap

pelaksanaan

pembelajaran

dengan

model

pembelajaran inkuiri terbimbing aspek yang dievaluasi adalah rancangan


pelaksanaan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing, hasil belajar fisika siswa yang mencakup ketiga
ranah penilaian yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, serta keterampilan berpikir
kritis siswa. Dalam evaluasi ini didapatkan dengan cara :
1. Perencanaan kegiatan pembelajaran didapatkan dari instrumen APKG 1
dinilai oleh guru mitra atau pengamat, sebelum pembelajaran
pembelajaran berlangsung.
2. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
inkuiri terbimbing di dapatkan dari instrumen APKG 2 yang dinilai oleh
guru mitra selama pelajaran berlangsung.
3. Nilai kognitif siswa dibagi menjadi 2 bagian yaitu kognitif proses dan
kognitif produk. Kognitif proses didapat dari instrumen penilaian kognitif
proses yang dinilai oleh guru selama pembelajaran berlangsung.

Sedangkan penilaian kognitif produk didapat dari tes formatif berupa


Lembar penilaian yang diberikan pada akhir siklus pembelajaran.
4. Nilai afektif siswa didapat dari lembaran observasi penilaian afektif yang
dilakukan

oleh

guru

mitra/observer

saat

proses

pembelajaran

berlangsung.
5. Nilai psikomotor siswa didapat dari lembar observasi penilaian
psikomotor yang dilakukan oleh guru mitra/observer saat proses
pembelajaran berlangsung.
6. Keterampilan berpikir kritis siswa didapat dari lembar observasi
penilaian keterampilan berpikir kritis yang diimplementasikan dalam
bentuk soal untuk mengukur nilai kognitif produk siswa. Alasan
penggunaan soal yang sama dalam penelitian ini dikarenakan
keterampilan berpikir kritis termasuk dalam ranah kognitif, hanya saja
keterampilan berpikir kritis memiliki tingkatan berpikir pada level yang
tinggi yaitu nilai minimal C4. Penilaian keterampilan berpikir kritis siswa
dilakukan oleh peneliti setelah pembelajaran berlangsung.
Kegiatan observasi dalam penelitian ini tidak hanya dilakukan oleh
peneliti. Dalam pelaksanaan penelitian, kegiatan observasi penilaian aktivitas
guru, perencanaan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, afektif dan psikomotor
siswa dibantu oleh guru mitra yang sudah berpengalaman dan paham tentang
kajian yang akan diteliti.beberapa prinsip dalam melaksanakan observasi
(Hernawati, 2011 : 64) adalah sebagai berikut :
1. Adanya perencanaan antara guru dan pengamat.
2. Fokus observasi ditetapkan bersama.
3. Guru dan pengamat menetapkan kriteria bersama.
4. Pengamat memiliki keterampilan mengamati.
5. Balikan hasil diberikan dengan segera.

Beberapa keterampilan yang harus dimiliki pengamat (Hernawati, 2011 :


64) adalah sebagai berikut :
1. Menghindari kecenderungan untuk membuat penafsiran.
2. Adanya keterlibatan keterampilan antar pribadi.
3. Merencanakan aktivitas siswa.
4. Umpan balik tidak lebih dari 24 jam.
5. Catatan harus diteliti dan sistematis.
Berdasarkan kutipan menurut Hernawati di atas, maka peneliti dan guru
mitra yang bertindak sebagai pengamat sebaiknya berpatokan pada keterampilan
yang harus dimiliki oleh seorang pengamat dan mampu memperhatikan serta
melaksanakan prinsip-prinsip yang digunakan dalam kegiatan pengamatan agar
hasil observasi yang dilakukan dalam kegiatan ini dapat berlangsung secara
optimal.
d. Analisis dan Refleksi
Langkah-langkah yang akan dilakukan pada tahap ini yaitu :
1. Mengidentifikasi temuan-temuan, terutama temuan yang menjadi
kendala atau masalah dalam tahap pelaksanaan tindakan.
2. Menyusun rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan
tersebut untuk dilaksanakan dalam siklus berikutnya.
Data

hasil

penilaian

rncana

pelaksanaan

pembelajaran,

kegiatan

pembelajaran (aktvitas guru), afektif, dan keterampilan berpikir kritis dihitung


secara kualitatif. Semakin besar nilai dari rencana pelaksanaan pembelajaran,
kegiatan pembelajaran (aktivitas guru), afektif siswa, dan keterampilan berpikir
kritis siswa semakin membaik. Data hasil belajar kogitif yang didapat dari tes
formatif dan psikomotor akan dianalisis secara kuantitatif dengan menghitung

persenntase siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar, yaitu memperoleh


skor 65 atau lebih, dari skor maksimum 100.
Refleksi dilaksanakan dengan menganalisis hasil evaluasi pada siklus satu
dan

langkah-langkah

perbaikan

penyempurnaan

yaitu

akan

berupa

penyempurnaan RPP, instrumen penilaian, tes formatif, serta perbaikan


pelaksanaan tindakan pada proses pembelajaran dan bimbingan guru untuk siklus
kedua yang akan dijadikan sebagai dasar perbaikan atau penyempurnaan tindakan
selanjutnya.
4. Model Hopkins
Menurut Hopkins (1993 ; 88-89), prosedur penelitian tindakan kelas
dilakukan dalam tiga siklus atau lebih, di mana setiap siklusnya terdiri atas
beberapa kali tindakan. Hal ini sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian yang
telah ditetapkan. Diagram yang dikembangkan oleh Hopkins divisualisasikan
dalam gambar berikut :

Gambar 5. Desain Penelitian Tindakan Hopkins

Contoh aplikasinya :
Penelitian dengan judul Penerapan Model Pembejaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share Dengan Metode Praktikum Dalam Pembelajaran Ipa Fisika
Kelas VIII B di SMPN 7 Jember Tahun Pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Desain penelitian yang digunakan adalah model siklus Hopkins. Dalam penelitian
ini, peneliti akan berpartisipasi secara aktif dan terlibat langsung dalam proses
penelitian serta memberikan kerangka kerja secara teratur dan sistematis tentang
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan metode
praktikum pada pembelajaran fisika.
Kegiatan prasiklus dilakukan sebelum pelaksanaan siklus. Kegiatan pra
siklus ini dilakukan dengan tujuan verifikasi masalah belajar siswa di kelas VIII
B. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi proses pembelajaran di kelas yang
dilaksanakan oleh guru bidang studi fisika, yaitu dengan mencatat aktivitas belajar
siswa, serta mencatat metode guru yang dipakai pada proses pembelajaran. Selain
hal tersebut peneliti juga melakukan wawancara dengan guru bidang studi fisika
dengan tujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar fisika.

Siklus I
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan model siklus Hopkins adalah

penelitian tindakan kelas yang berbentuk spiral dan terdiri dari empat fase yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, refleksi. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 4
x 40 menit (2 pertemuan). Secara rinci siklus penelitian dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan metode praktikum
sebagai berikut :
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut :

a. Menyusun perangkap pembelajaran berupa rencana pelaksanaan


pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe think
pair share dengan metode praktikum.
b. Menyusun daftar kelompok siswa secara heterogen berdasarkan
tingkat akademis maupun jenis kelamin.
c. Mempersiapkan instrumen penelitian meliputi : lembar observasi
terhadap siswa dan guru, dokumentasi kegiatan belajar mengajar, LKS
untuk kegiatan praktikum, alat evaluasi (soal post test 1) beserta kunci
jawabannya.
2. Tindakan
Pada tahap tindakan ini langkah-langkah yang dilakukan sesuai dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan metode
praktikum yaitu sebagai berikut :
a. Pendahuluan
Tahap pendahuluan ini hal yang dilakukan guru adalah menjelaskan
kepada siswa tentang pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dengan
metode praktikum selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta
memberikan apersepsi dan motivasi.
b. Kegiatan inti
Fase 1 : think (berpikir)
Guru memberikan sebuah permasalahan berupa pertanyaan tentang materi
yang akan di pelajari kepada siswa untuk dipikirkan secara individu dengan
bantuan LKS.
Fase 2 : pair (berpasangan)
1. Guru meminta siswa untuk bergabung dengan pasangan yang telah
ditentukan untuk mendiskusikan jawaban dari masing-masing individu.
2. Guru membimbing siswa melakukan praktikum sesuai LKS, yaitu :
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Melakukan percobaan

c. Mencatat hasil percobaan


d. Diskusi kelompok untuk mengerjakan LKS
Fase 3 : share (berbagi)
1. Guru meminta salah satu perwakilan setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya berdasarkan kelompok ke depan
2.
c.
1.
2.

kelas
Guru membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelas.
Kegiatan Penutup
Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi kelas.
Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan

hasil

pembelajaran.
3. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan bersama-sama dengan pelaksanaan tindakan.
Dalam kegiatan observasi ini peneliti dibantu oleh guru bidang studi dan 3
observer yang telah diperkenalkan pembelajaran kooperatif tipe think pair share
dengan metode praktikum untuk melakukan observasi di kelas. Observasi
dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disediakan.
4. Refleksi
Merupakan upaya untuk mengkaji semua hal yang terjadi, yang telah
dihasilkan maupun yang belum tercapai pada tahap observasi dan evaluasi.
Kegiatan refleksi ini dilakukan berdasarkan analisis post-test, hasil observasi dan
pekerjaan siswa pada lembar kerja. Hasil dari kegiatan refleksi dijadikan dasar
untuk merencanakan tindakan selanjutnya yaitu untuk menentukan perlu tidaknya
dilakukan siklus selanjutnya.

Siklus II
Siklus 2 dilakukan apabila hasil yang diperoleh pada siklus 1 tidak

memenuhi target yang diinginkan. Pelaksanaan siklus didahului dengan perbaikan


berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus 1. Pelaksanaan siklus 2 tidak

jauh berbeda dengan siklus 1, tetap meliputi empat tahapan yaitu perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.

You might also like