Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Abses otak - salah satu komplikasi intrakranial otitis media supuratif kronis - merupakan kegawat-daruratan di bidang THT, yang
berpotensi menjadi serius dan mengancam jiwa. Kejadiannya 25% dari seluruh komplikasi intrakranial. Angka kekambuhan 5-10%.
Dilaporkan satu kasus abses otak otogenik berulang, setelah menjalani 2 kali mastoidektomi dan 2 kali operasi terhadap abses, pasien
sembuh dengan baik.
PENDAHULUAN
Abses otak - salah satu komplikasi intrakranial
dari otitis media supuratif kronis, merupakan
kegawat-daruratan di bidang THT, yang berpotensi menjadi serius dan mengancam jiwa.1
Kejadiannya 25% dari seluruh komplikasi intrakranial2, terutama di negara berkembang.
Keadaan ini dihubungkan dengan pengobatan
otitis media tidak adekuat terutama di kalangan sosial ekonomi rendah.3,4,5 Walaupun
angka kesakitan dan kematian komplikasi intrakranial turun dari 35% menjadi 5% sejak pemakaian antibiotika, teknik diagnosis dan
metoda operasi yang canggih dan maju, abses
otak masih merupakan kasus fatal.3,4 Di Walton
Hospital sekitar 0,5% otitis media akut dan
3% OMSK berkembang menjadi abses otak,
dengan angka kematian sebesar 47,2%,
kebanyakan karena terlambat mendapatkan
pengobatan.4
Tulisan ini melaporkan satu kasus abses otak
otogenik yang semula didiagnosis sebagai meningoensefalitis, berlanjut menjadi abses otak
berulang; pasien menjalani 2 kali mastoidektomi dan 2 kali operasi terhadap abses; bertujuan agar diagnosis dini dan penanganan
yang cepat dan tepat dapat segera dilaksanakan
pada kasus serupa.
PATOGENESIS
Penyebaran infeksi otitis media supuratif ke
intrakranial dapat terjadi melalui berbagai cara,
yaitu: 1. Melalui tulang yang sudah erosi akibat
resorbsi oleh kolesteatom. 2. Penyebaran tromboflebitis melalui vena-vena kecil dan kanal
Haversian, menuju dura yang dapat menyebar
ke serebelum melalui sinus lateral dan ke lobus
temporal melalui sinus petrosus superior. 3.
Melalui jalan anatomi yang normal dari oval
window atau round window, akuaduktus vestibular dan di antara sutura tulang temporal. 4.
Melalui defek tulang akibat trauma, iatrogenik
C DK 1 8 5 / Vo l. 38 no. 4/M ei -Juni 2011
275
LAPORAN KASUS
tanda peninggian tekanan intrakranial6 meskipun beberapa ahli mengatakan bahwa pungsi
lumbal pada penderita abses otak harus dihindari.7,8,12 Biasanya pungsi lumbal menunjukkan peninggian tekanan, protein dan hitung
sel, tetapi mungkin didapatkan nilai normal.3,6,10
Pemeriksaan EEG umumnya mendapatkan
gelombang abnormal dan sering terdapat lateralisasi berupa gelombang delta di sisi abses.
EEG normal tidak menyingkirkan adanya abses
otak.3,10
Pemeriksaan CT scan dengan kontras sangat
penting untuk menegakkan diagnosis abses
otak; akan tampak sebagai daerah hipodens
dikelilingi oleh lingkaran yang disebut tanda
cincin atau ring sign.3,5,10,11 Diagnosis pasti
ditegakkan jika ditemukan pus dari tempat
abses.11,12
PENATALAKSANAAN
Prinsipnya adalah melokalisasi infeksi dengan
antibiotika, menghilangkan sumber infeksi di
telinga dengan mastoidektomi dan evakuasi
abses otak .9,10
Terapi antibiotika diberikan jika : 1. Keadaan
pasien akan memburuk bila dilakukan tindakan
bedah, 2. Terdapat abses multipel, terutama
jika lokasinya saling berjauhan, 3. Letak abses
di sebelah dalam atau di daerah yang vital, 4.
Bersamaan dengan meningitis, 5. Bersamaan
dengan hidrosefalus yang memerlukan pirau
yang menyebabkan infeksi pada tindakan bedah,
6. Setelah pemberian antibiotika pada 2 minggu
pertama, ukuran abses mengecil.9,10
Ukuran abses sangat penting untuk menentukan terapi dan evaluasi selanjutnya; jika 2,5
cm dan tidak berrespon terhadap antibiotika,
atau > 3 cm, dianjurkan eksisi abses.4,9,10
CT scan dikerjakan setiap minggu atau jika
timbul gejala baru. Jika keadaan klinis menetap atau membaik, antibiotika intravena
dapat dilanjutkan sampai 4-6 minggu.4,9,10,11
Jika abses mengecil maka antibiotika oral diteruskan 2-6 bulan dan CT scan dikerjakan
setiap 2-4 bulan selama 1 tahun untuk menghindari kekambuhan.9,10
Pemberian antibiotika menurut protokol pengobatan OMSK dengan kecurigaan komplikasi intrakranial di bagian THT FKUI/RSUP
Cipto Mangunkusumo dimulai dengan ampicilin 4 x 200-400mg/kgbb/hari, dikombinasikan
276
LAPORAN KASUS
ABSTRAK
Abses otak - salah satu komplikasi intrakranial otitis media supuratif kronis - merupakan kegawat-daruratan di bidang THT, yang
berpotensi menjadi serius dan mengancam jiwa. Kejadiannya 25% dari seluruh komplikasi intrakranial. Angka kekambuhan 5-10%.
Dilaporkan satu kasus abses otak otogenik berulang, setelah menjalani 2 kali mastoidektomi dan 2 kali operasi terhadap abses, pasien
sembuh dengan baik.
PENDAHULUAN
Abses otak - salah satu komplikasi intrakranial
dari otitis media supuratif kronis, merupakan
kegawat-daruratan di bidang THT, yang berpotensi menjadi serius dan mengancam jiwa.1
Kejadiannya 25% dari seluruh komplikasi intrakranial2, terutama di negara berkembang.
Keadaan ini dihubungkan dengan pengobatan
otitis media tidak adekuat terutama di kalangan sosial ekonomi rendah.3,4,5 Walaupun
angka kesakitan dan kematian komplikasi intrakranial turun dari 35% menjadi 5% sejak pemakaian antibiotika, teknik diagnosis dan
metoda operasi yang canggih dan maju, abses
otak masih merupakan kasus fatal.3,4 Di Walton
Hospital sekitar 0,5% otitis media akut dan
3% OMSK berkembang menjadi abses otak,
dengan angka kematian sebesar 47,2%,
kebanyakan karena terlambat mendapatkan
pengobatan.4
Tulisan ini melaporkan satu kasus abses otak
otogenik yang semula didiagnosis sebagai meningoensefalitis, berlanjut menjadi abses otak
berulang; pasien menjalani 2 kali mastoidektomi dan 2 kali operasi terhadap abses; bertujuan agar diagnosis dini dan penanganan
yang cepat dan tepat dapat segera dilaksanakan
pada kasus serupa.
PATOGENESIS
Penyebaran infeksi otitis media supuratif ke
intrakranial dapat terjadi melalui berbagai cara,
yaitu: 1. Melalui tulang yang sudah erosi akibat
resorbsi oleh kolesteatom. 2. Penyebaran tromboflebitis melalui vena-vena kecil dan kanal
Haversian, menuju dura yang dapat menyebar
ke serebelum melalui sinus lateral dan ke lobus
temporal melalui sinus petrosus superior. 3.
Melalui jalan anatomi yang normal dari oval
window atau round window, akuaduktus vestibular dan di antara sutura tulang temporal. 4.
Melalui defek tulang akibat trauma, iatrogenik
C DK 1 8 5 / Vo l. 38 no. 4/M ei -Juni 2011
275
LAPORAN KASUS
tanda peninggian tekanan intrakranial6 meskipun beberapa ahli mengatakan bahwa pungsi
lumbal pada penderita abses otak harus dihindari.7,8,12 Biasanya pungsi lumbal menunjukkan peninggian tekanan, protein dan hitung
sel, tetapi mungkin didapatkan nilai normal.3,6,10
Pemeriksaan EEG umumnya mendapatkan
gelombang abnormal dan sering terdapat lateralisasi berupa gelombang delta di sisi abses.
EEG normal tidak menyingkirkan adanya abses
otak.3,10
Pemeriksaan CT scan dengan kontras sangat
penting untuk menegakkan diagnosis abses
otak; akan tampak sebagai daerah hipodens
dikelilingi oleh lingkaran yang disebut tanda
cincin atau ring sign.3,5,10,11 Diagnosis pasti
ditegakkan jika ditemukan pus dari tempat
abses.11,12
PENATALAKSANAAN
Prinsipnya adalah melokalisasi infeksi dengan
antibiotika, menghilangkan sumber infeksi di
telinga dengan mastoidektomi dan evakuasi
abses otak .9,10
Terapi antibiotika diberikan jika : 1. Keadaan
pasien akan memburuk bila dilakukan tindakan
bedah, 2. Terdapat abses multipel, terutama
jika lokasinya saling berjauhan, 3. Letak abses
di sebelah dalam atau di daerah yang vital, 4.
Bersamaan dengan meningitis, 5. Bersamaan
dengan hidrosefalus yang memerlukan pirau
yang menyebabkan infeksi pada tindakan bedah,
6. Setelah pemberian antibiotika pada 2 minggu
pertama, ukuran abses mengecil.9,10
Ukuran abses sangat penting untuk menentukan terapi dan evaluasi selanjutnya; jika 2,5
cm dan tidak berrespon terhadap antibiotika,
atau > 3 cm, dianjurkan eksisi abses.4,9,10
CT scan dikerjakan setiap minggu atau jika
timbul gejala baru. Jika keadaan klinis menetap atau membaik, antibiotika intravena
dapat dilanjutkan sampai 4-6 minggu.4,9,10,11
Jika abses mengecil maka antibiotika oral diteruskan 2-6 bulan dan CT scan dikerjakan
setiap 2-4 bulan selama 1 tahun untuk menghindari kekambuhan.9,10
Pemberian antibiotika menurut protokol pengobatan OMSK dengan kecurigaan komplikasi intrakranial di bagian THT FKUI/RSUP
Cipto Mangunkusumo dimulai dengan ampicilin 4 x 200-400mg/kgbb/hari, dikombinasikan
276
LAPORAN KASUS
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
PEMBAHASAN
Deteksi dini abses otak tidak mudah karena
gejala klinisnya umumnya baru diketahui setelah
lanjut. Diagnosis dini sangat penting karena
mempengaruhi prognosis.4
Pasien datang dengan kesadaran menurun
dalam stadium lanjut dan prognosisnya buruk.
Penderita mengalami OMSK dengan komplikasi abses otak; karena sosial ekonomi yang
rendah, terapi sebelumnya tidak adekuat.
Diagnosis awal adalah meningoensefalitis kemudian menjadi abses otak. Pada kasus ini abses otak ditemukan belakangan karena saat
meningoensefalitis, abses otak tersebut masih
dalam proses perjalanan lanjut.
Lokasi abses otak otogenik paling sering di lobus
temporal ipsilateral.1-4 Pada pasien ini ditemukan di daerah lobus temporal kiri sesuai dengan
lokasi OMSK tipe berbahaya di telinga kiri.
Penatalaksanaan abses otak otogenik adalah
pemberian antibiotika dosis tinggi, evakuasi pus
dari jaringan otak dan eleminasi sumber infeksi dari telinga.9,10 Kasus ini diberi sefotaksim
4 x 2 g secara empiris; kultur menghasilkan
kuman Staphylococcus aureus dengan tes sensitivitas yang sesuai. Setelah pasien membaik dan
stabil dilakukan evakuasi abses oleh Bedah
Saraf dan mastoidektomi radikal untuk eliminasi
sumber infeksi oleh THT secara bersamaan.
Bedah Saraf hanya melakukan aspirasi karena
keluarga tidak setuju kraniektomi, walaupun
diameter abses lebih dari 3 cm.9,10,12
Abses otak otogenik terbentuk melalui tromboflebitis atau perluasan langsung dari infeksi
telinga.9 Pada pasien ini segmen mastoid tererosi sehingga hanya tinggal duramater, abses
otogenik mungkin timbul melalui tromboflebitis dan perluasan langsung akibat resorbsi
seluruh korteks mastoid oleh kolesteatom dan
infeksi telinga kronis. Setelah 2 bulan pengobatan tempak abses berulang multipel di lobus
BERITA TERKINI
277
Sel mempunyai mekanisme untuk menangkal radikal bebas dan meminimalkan cedera
jaringan. Antioksidan seperti SOD (superoxide
dismutase), katalase, dan antioksidan nutrisional dapat memerangkap radikal bebas dan
bertindak sebagai sistem scavenging radikal
bebas. Jika terjadi ketidakseimbangan antara
pembentukan radikal bebas dengan penangkalnya, dapat terjadin kondisi yang disebut
stres oksidatif yang dapat menyebabkan
kelainan metabolik dan kematian sel. Rasio
MDA/SOD dapat dipertimbangkan sebagai
indeks stres oksidatif.
Kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang menyerang sistem saraf perifer, kulit dan jaringan
tertentu lainnya. Penyakit ini dapat menyebabkan deformitas yang luas dan permanen
pada kulit dan saraf perifer, sehingga dapat
timbul kecacatan yang berat dan irreversible.
278
C D K 1 8 5 / V o l . 3 8 n o . 4 / Me i- J u n i 2 0 1 1