You are on page 1of 12

OXYURIS VERMICULARIS

ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang dinyatakan oleh pasien merupakan dasar utama untuk memulai
evaluasi masalah pasien atau dapat disebut sebagai keluhan pasien yang mendorongnya
untuk berobat.
- Keluhan utama yaitu rasa gatal pada anus.
a. Sudah sejak kapan? (untukmengetahui onset terjadinya gejala yang dikeluhkan)
b. Terasa gatal pada saat kapan? Pagi, siang atau malam? (untuk membedakan rasa
gatal biasa dengan rasa gatal yang disebabkan oleh cacing kremi)
c. Apakah rasa gatalnya itu mengganggu tidur? (karena rasa gatal yang ditimbulkan
oleh cacing kremi akan memburuk pada malam hari)
d. Apakah terlihat bekas garukan padasekitar anus yang menyebabkan luka dan
berwarna kemerahan? (untuk memastikan dan melakukan pemeriksaan fisik
selanjutnya)
e. Apakah baru-baru ini ada perubahan kebiasaan buang air kecil maupun besar?
(karena rasa gatal sampai nyeri dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada waktu
BAK dan BAB)
f. Apakah sebelum makan dan sesudah beraktifitas, anak selalu mencuci tangan
dengan sabun? (karena penularan dapat terjadi secara oral fekal. Penularan
bisajuga karena tangan tadi bersentuhan dengan orang lain atau memegang
bendabenda maupun pakaian)
2. Keluhan Lain
a. Apakah ada keluhan lain yang dirasakan selain rasa gatal di sekitar anus? (untuk
menunjang keluhan utama sebagai dasar diagnosis)
b. Apakah terjadi penurunan beratbadan pada anak? (karena pada kondisi ini anak
merasa tidak nyaman sehingga membuat nafsu makan berkurang)
c. Apakah anak terlihat lemas dan malas beraktivitas? (cacing kremi dapat menyebabkan
anemia pada anak)
d. Apakah anak selalu bermain di luar rumah? Jika ya, apa menggunakan alas dan
sesudah itu kemudian mencuci tangannya? (untuk mencari tahu sumber penularan
dan kebersihan diri anak)
e. Apakah ada riwayat alergi? Misalnya alergidebu (debu merupakan sumber infeksi oleh
karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur yang ada di debu dapat
tertelan)
f. Apakah di rumah ada binatang peliharaan? Anjing atau kucing? (Anjing dan kucing
bukan mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi sumber infeksi oleh karena telur
dapat menempel pada bulunya)
3. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Apakah ada keluhan fisik seperti demam, batuk, atau pilek? (untuk mengetahui apakah
ada gejala sistemik atau tidak)
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Apakah dahulu pernah mengalami hal yang serupa? (untuk mengetahui apakah pernah
terjadi sebelumnya atau ini merupakan pertama kalinya)
b. Apakah pernah mondok di RS? Riwayat Bedah?
5. Riwayat Penyakit Keluarga

a. Apakah di keluarga ada yang pernah mengalami hal serupa? (untuk mengetahui
apakah ini ditularkan oleh keluarga ataupun penyebabnya jika di keluarga juga ada
yang mengalami hal serupa)
6. Riwayat Pengobatan
a. Sebelum kedokter, apa sebelumnya diberi obat untuk mengurangi gejala yang
dirasakan? (untuk mengetahui tatalaksana awal jika sudah diberikan penanganan)
7. Pertanyaan lain
a. Apakah anak sudah mendapatkan imunisasi lengkap? (untuk mengetahui daya tahan
tubuh anak terhadap penyakit-penyakit infeksi)
Pemeriksaanfisik :
A. Inspeksi :
Tanda bahaya umum, tanda dehidrasi, inspeksi daerah anus (Adanya iritasi didaerah
anus, perineum dan vagina.
Anus gatal: Gatal dapat disebabkan karena cacing betina oxyuris vermicularis
mengeluarkan telur yang tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini
dangerakan dari cacing betina yang menyebabkan rasa gatal. Gatal terjadi di anus
karena cacing bermigrasi ke daerah anus dan mengeluarkan telur-telurnya di daerah
perianal. Gatal sering dirasakan pada malam hari karena cacing betina bermigrasi ke
anus pada malamhari.
Kulit kemerahan atau luka lecet di sekitar anus: karena penggarukan
Badanlemas: gatal yang sering terjadi di malam hari menyebabkan pasien terganggu
tidurnya dan membuat istirahatnya menjadi kurang.
Kurus/ berat badan menurun: jarangterjadi, tetapi bisa terjadi pada infksi yang berat
karena nafsu makan menurun.
Pemeriksaan tanda dehidrasi untuk mengetahui adanya dehidrasi atau tidak, sehingga
dapat dilanjutkan dengan pemberian cairan apabila pasien mengalami dehidrasi.)
B. Auskultasi :
Mendengar suara/bising usus untuk mengetahui adanya peningkatan suara usus atau
tidak.
C. Perkusi :
Mengetahui isi lambung dan usus.
D. Palpasi :
Mengetahui ada/tidaknya nyeri.
*Pada infeksi Oxyuris Vermicularis, auskultasi, perkusi dan palpasi pada umumnya normal,
tidak menimbulkan gejala spesifik.
E. Anal Swab :
Mengetahui ada/tidaknya infeksi cacing Oxyuris Vermicularis. Pada anal swab dapat
ditemukan adanya telur cacing Oxyuris Vermicularis. Cacing ini akan bermigrasi ke daerah
anus untuk bertelur dan biasanya telur cacing ini akan berada di daerah perianal.
Pada beberapa kasus, cacing betina gravid dapat bersarang di vagina dan tuba fallopi sehingga
akan menimbulkan peradangan pada tuba fallopi (salphingitis).
Akibat cacing betina gravid yang berjalan ke daerah anus dan dimana hal tersebut sering terjadi
pada malam hari, muncul pula keluhan insomnia pada pasien.

Adanya gejala lain yang dapat timbul adalah kurangnya nafsu makan pasien, dimana hal ini
dapat disebabkan cacing dewasa muda yang bergerak ke usus halus, sampai ke lambung,
esophagus maupun hidung.
Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan untuk menunjang diagnosa adanya O.Vermikularis
Diagnosis da di lakukan berdasarkan riwayat pasien dengan gejala klinis positif . Infeksi
cacing sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di sekitar anus pada waktu
malam hari. Diagnosis pasti dengan di temukannya telur dan cacing dewasa Namun tidak di
kemungkinkan pada orang dewasa juga di temukan telur cacing. Diagnosa dapat di lakukan
dengan pemeriksaan penunjang tinja dan anal swab dengan metode Scotch adhesive tape
swab (Faust et al., 1999).
Adapun pemeriksaan adanya O. vermicularis dapat dilihat dengan ditemukannya:
a. Cacing dewasa
Pada pemeriksaan feses dapat di temukan adanya cacing dewasa. Cacing jantan dewasa
setelah kopulasi mati dan keluar bersama feses. Cacing dewasa di temukan di dalam
feses di cuci dalam larutan NaCl agak panas, kemudian di kocok-kocok terus, sehingga
lemas. Selanjutnya di periksa dalam keadaan segar atau di matikan dengan larutan fixasi
untuk mengawetkan gunakan alcohol 70% agak panas.
b. Telur cacing
Telur cacing O.vermicularis jarang di temukan dalam feses, hanya 5% yang positif pada
orang orang yang menderita infeksi ini. Dengan metode Scotch adhesive tape swab,
dapat menemukan telur yang di letakkan di daerah perianal (Faust et al., 1999).
Selain itu telur cacing O.vermicularis lebih muda di temukan dengan teknik pemeriksaan
yang khusus,yaitu dengan metode Mengaplikasi Graham Scotch Tape(Ganda
husada,S.2006).
Pada metode ini bahan yang di periksa berupa perianal swab oleh karena cacing betina
yang banyak mengandung telur pada waktu malam hari melakukan migrasi kedalam
perianal. Sehingga dengan pemerksaan perianal swab lebih muda di temukan telur
cacing tersebut (Brown,H.W,1979).
B. Teknik Diagnosa Laboratorium
Teknik pemeriksaan cacing O.Vermicularis yaitu dengan menemukan cacing dewasa atau
telur dari o. vermicularis. Adapun caranya sebagai berikut :
a. Cacing Dewasa
i.
Makroskopis
Cacing kremi dapat dilihat secara makroskopis atau dengan mata telanjang pada
anus penderita,terutama dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidur pada malam
hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut mereka aktif bergerak.
ii.
Mikroskopis
Cacing dewasa dapat ditemukan di feses, dengan syarat harus dilakukan enema
terlebih dahulu, yaitu memasukan cairan kedalam rektum agar cacing dewasa
keluar dari rektum.
Cacing dewasa yang ditemukan dalam feses,dicuci dengan NaCl agak panas,
kemudian dikocok sehingga cacing menjadi lemas, selanjutnya diperiksa dalam
keadaan segar atau dimatikan dengan larutan fiksasi untuk mengawetkan.
Nematoda kecil, seperti o.vermicularis dapat juga difiksasi dan diawetkan dengan
alkohol 70% yang agak panas.(Brown H.W, 1983)
b. Telur Cacing

Telur o. vermicularis jarang ditemukan di dalam feses, Telur o. vermicularis lebih


mudah ditemukan dengan tehnik pemeriksaan khusus, yaitu dengan menghapus
daerah sekitar rectum dengan Scotch adhesive tape swab (Soebari dan
Soejoto1996).
Pada metode ini bahan yang diperiksa berupa perianal swab oleh karena cacing
betina yang banyak mengandung telur pada waktu malam hari melakukan migrasi
ke daerah perianal. Dengan pemeriksaan perianal swab lebih banyak ditemukan
telur cacing tersebut. (Soedarto. 1995)
Metode Pemeriksaan
Dalam pelaksanaan diagnosis terdapat bermacam-macam metode pada cara
pengambilan spesimen :
a. Metode N-I-H (National Institude of Heatlh)
Pengambilan spesimen menggunakan kertas selofan yang di dibungkuskan pada ujung
batang gelas dan diikat dengan karet gelang pada bagian sisi kertas selofan. Kemudian
batang gelas p pada ujung lainnya dimasukkan kedalam tutup karet yang sudahada
lubang dibagian tengahnya. Bagian batang gelas yang mengandung selofan
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang kemudian ditutup karet. Hal ini dimaksudkan
agar bahan pemeriksaan tidak hilang dan tidak mudah terkontaminasi.(Hadidjaja P.
1994)
b. Metode pita plastik perekat (cellophane tape atau adhesive tape)(Brooke &
Melvin,1969)
Pengambilan spesimen menggunakan alat berupa spatel lidahatau batang gelas yang
ujungnya dilekatkan adhesive tape,kemudian ditempelkan di daerah perianal. Adhesive
tape diratakan dikaca objek dan bagian yang berperekat menghadap kebawah. Pada
waktu pemeriksaan mikroskopis, salah satu ujung adhesive tape ditambahkan sedikit
toluol atau xylen pada perbesaran rendah dan cahayanya di kurangi (Gracia
&Brackner,1996)
c. Metode anal swab (Melvin & Brooke,1974)
Pengambilan spesimen menggunakan swab yang pada ujungnya terdapat kapas yang
telah dicelupkan pada campuran minyak dengan parafin yanng telah dipanaskan
hingga cair. Kemudian swab disimpan dalam tabung berukuran 100x13 mm dan
disimpan dalam lemari es. Jika akan di gunakan untuk pengambilan spesimen, swab
diusapkan didaerah permukaan dan lipatan perianal, swab diletakkan kembali dalam
tabung.Pada saat pemeriksaan, tabung yang berisi swab diisi dengan xylen dan
dibiarkan 3 5 menit, kemudian di centripuge pada kecepatan 500 rpm selama 1
menit. Ambil sedimen lalu periksa dalam mikroskop (Gracia & Brackner, 1996)
d. Graham Scotch tape
Alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya dilekatkan adhesive tape
(Gandahusada S, 1998). Teknik penggunaan alat ini ditemukan oleh Graham (1941).
Teknik alat ini termasuk sederhana dalam penggunaannya. Untuk pengambilan
spesimen dilakukkan sebelum pasien defekasi atau mandi, pengambilan spesimen
dapat dilakukan di rumah. Sedangkan untuk membantu dalam pemeriksaan di
laboratorium di gunakan mikroskop dan sedikit penambahan toluen atau xylen (Craig &
Fausts,1970).
Dapus :
1. Faust EC. & russel P.F. Clinical parasitology , Leo & Febeger Philadelphia 1999
2. Gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: FK UI; 2000.
3. Brown, H.W., Neva, F.A. 199. Basic Clinical Parasitology th ed. Norwalk, connecticut

4. Garcia, L.S. & Bruckner, D.A. 1997. Diagnostic Medical Parasitology 3th ed. ASM PRESS.
Washington, D.C
5. Hadijaja Pinardi. Penuntun Laboratorium Parasitologi Kedokteran. Jakarta : FKUI, 1994.
6. Soebari dan Soejoto. Parasitologi Medik Jilid I, Protozologi dan Helmintologi, 1996.
7. Soedarto. Helmintologi Kedokteran. Cetakan 2. Jakarta : EGC, 1995.
8. Craig and Fausts. Clinical Parasitology. Eighth Edition. LEA & FEBIGER. Philadelphia.
9.

OBAT
Obat untuk Cacing Kremi, antara lain :
1. Mebendazole : memiliki khasiat yang luas terhadap minimal 5 jenis cacing, efeknya ringan
karena penyerapan ke dalam darah hanya sedekit. Diare, nyeri perut kadang terjadi, juga
reaksi hipersensitif. Dosis : Dewasa dan anak dia atas 2 tahun : 1 tablet (100mg), setelah
14 hari diulang 1 tablet lagi untuk mematikan cacing yang menetas dari telur yang belum
di musnahkan
2. Pirantel pamoat
Dosis dewasa : 2-3 tablet 250 mg
Ansk : - 2 tablet 125mg
3. Levamisol
Dosis dewasa diatas 16 tahun : 3 tablet 50 mg setelah makan selama 2 hari
Anak 5-15 tahun : 2 tablet 50 mg
1-5 tahun : 1 tablet 50 mg
4. Tiabendazole : 1 tablet mebendazole 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari.
5. Albendazole
Dosis untuk anak diatas 2 tahun-dewasa 400 mg sehari, di berikan sekaligus dosis
tunggal, sehabis makan.
Cara kerja obat
1. Mebendazole : merupakan obat cacing yang paling luas spektrumnya. Obat ini tidak larut
dalam air, tidak bersifat higroskopis sehingga stabil dalam keadaan terbuka. Mebendazole
efektif terhadap cacing . obat ini berefek pada hambatan pemasukan glukosa ke dalam
cacing secara ireversibel sehingga terjadi pengosongan glikongen terhadap cacing.
Mebendazole juga dapat menyebabkan kerusakan struktur subseluler dan menghambat
sekresi asetilkolinesterasecacing
2. Pirantel pamoat : digunakan dosis tunggal, cara kerjanya dengan melumpuhkan cacing ,
cacing yang lumpuh akan mudah terbawa keluar tinja. Setelah keluar dari tubuh, cacing
akan segera mati.
3. Tiabendazole, merupakan suatu benzimidazole sintetik berbeda, efektif terhadap
strongilodiasis yang di sebabkan strongyloides stercoralis (cacing benang), larva migrans
pada kulit (atau erupsi menjalar)obat ini juga mengganggu agregasi mikrotubular
4. Albendazole cara kerjanya membunuh cacing, menghancurkan telur dan larva cacing,
menghambat pengambilan glukosa oleh cacing sehingga produksi ATP sebagai sumber
energy untuk mempertahankan hidup cacing berkurang, hal ini mengakibatkan kematian
pada cacing karena berkurangnya energy.

RESEP

ASCARIS LUMBRICOIDES
ANAMNESIS
1. Keluhan utama untuk mengetahui hal apa yang benar-benar menganggu pasien sehingga
datang berobat. Keluhan utama ini merupakan informasi awal untuk kita memikirkan ke arah
penyakit apa.
Biasanya datang dengan mengeluhkan diare. Kemudian tanyakan SOCRATES; contohnya :
- Sudah sejak kapan keluhan ini dirasakan untuk mengetahui onset penyakit (akut /
kronis)
- Berapa kali BAB dalam sehari untuk mengetahui frekuensi BAB. (dikatakan diare bila
>4x)
- Seperti apa BABnya, apakah lembek atau cair ? warnanya bagaimana? untuk
mengetahui karakteristiknya
- Seberapa banyak BABnya jika banyak kemungkinan dehidrasi lebih besar
2. Keluhan penyerta untuk lebih mempersempit kemungkinan diagnosis.
Keluhan-keluhan yang lain bisa dilihat dilembar berikutnya. Untuk keluhan-keluhan penyerta
juga ditanyakan onset, karakteristik, frekuensi, durasi seperlunya saja untuk mengetahui
betul gejala yang dialami pasien mengetahui khasnya penyakit ini mempersempit
diagnosis.
3. Riwayat pengobatan untuk mempertimbangkan pengobatan selanjutnya yang akan
diberikan.
- Apakah sejak timbul gejala-gejala tersebut sudah pernah berobat atau minum obat? Kalau
iya, minum obat apa?
4. Riwayat penyakit dahulu :
- Apakah sebelumnya sudah pernah mengalami gejala yang sama seperti ini ?
- Apakah dulu pasien pernah mondok? Atau sakit yang cukup serius?
5. Riwayat penyakit keluarga :
- Apakah di keluarga / orang serumah ada yang mengalami gejala yang sama seperti pasien
? untuk mencari tahu apakah keluarga juga mengalami infeksi yang sama.
6. Life style untuk mencari sumber infeksi
- Sebelum timbul gejala ini, si anak makan apa? Apakah jajan?
- Sebelum makan apakah anak selalu mencuci tangan? (bila anak sudah bisa makan sendiri)
- Apakah anak ada kebiasaan memasukkan tangan ke dalam mulut?
- Apakah anak sering bermain di tanah?
PEMERIKSAAN FISIK
Tahapan terjadi ascariasis dibagi menjadi 2 yaitu fase awal/fase larva dan
faselanjut.Pemeriksaan terhadap pasien dengan ascariasis harus dilakukan dengan pendekatan
yang sesuai dimana jika infeksi masih dalam tahapan awal pemeriksaan dikaitkan terutama
dengan sistem respirasi sedangkan jika infeksi sudah dalam tahap lanjut maka pemeriksaannya
harus dengan pendekatan sistem gastrointestinal.
Pada fase awal atau pada saat cacing masuk ke tubuh dan melakukan migrasi ke paruparu, dapat terlihat:
1. Inspeksi napas mengi yang terjadi karena paru terasa penuh, terisi oleh darah akibat
kerusakan jaringan oleh cacing
2. Palpasi terasa nyeri akibat destruksi saccus alveolus pada paru-paru
3. Perkusi bisa terdengar pekak yang berarti terdapat darah dan larva dalam paru-paru.
4. Auskultasi tidak ada penemuan yang khas

Pada fase lanjut saat infeksi di sistem gastrointestinal bisa ditemukan :


1. Inspeksi
a. Pasien terlihat lemah karena tidak ada nutrisi yang diserap tubuh melainkan
diserap cacing . Hal itu terjadi akibat sifat Ascaris lumbricoides yang merusak
usus dengan cara memakan protein-protein
b. Bisa tampak massa di perut bagian kanan atas karena terjadi penumpukan
cacing dan infeksi hepatobilier.
c. Pasien tampak nyeri karena obstruksi saluran cerna sehingga menimbulkan
sakit perut akibat terjadinya penumpukan cacing dalam usus yang pada
dasarnya disebabkan oleh daur hidup larva dalam usus mengalami
perkembangbiakan cacing sebanyak 20 sampai 20.000
2. Auskultasi terdengar peningkatan suara peristaltik usus karena Ascaris lumbricoides
sedang melakukan kerusakan usus
3. Perkusi
a. Pada saat diperkusi pasien merasa nyeri di bagian perut atas kanan karena
terdapat reaksi inflamasi.
b. Pada perkusi terdengar pekak karena ada penumpukan cacing di saluran
gastrointestinal.
4. Palpasi
a. Pada palpasi perut bagian kanan dapat teraba massa yang merupakan bolus
cacing
b. Perut teraba tegang akibat obstruksi saluran gastro intestinal dan sepsis
c. Perut kanan atas teraba nyeri saat ditekan karena reaksi inflamasi dan obstruksi
saluran gastro intestinal.
Pemeriksaan Fisik lainnya
Pemeriksaan berat badan
Berat badan berkurang terjadi karena hubungan antara anoreksia, BAB cair dan sakit perut yang
menimbulkan nafsu makan berkurang
Pemeriksaan Suhu dengan thermometer
Pada ascariasis biasanya menimbulkan gejala klinis berupa demam. Demam atau febris
merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh, dimana suhu tersebut
melebihi dari suhu tubuh normal (>37,2 oC). Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh
dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh zat toksin yang masuk kedalam tubuh. Umumnya,
keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Proses
peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap
adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses peradangan diawali dengan
masuknya zat toksin (mikroorganisme, yaitu cacing Ascaris lumbricoides) kedalam tubuh kita.
Mikroorganisme (MO) yang masuk kedalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin tertentu
yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha
melawan dan mencegahnya dengan memerintahkan tentara pertahanan tubuh antara lain
berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit). Dengan adanya proses
fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengeluarkan senjata, berupa zat kimia yang
dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen
endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk
mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat keluar dengan

adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus
akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh enzim
siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat
hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh
(di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini dikarenakan termostat tubuh
(hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah
respon dingin/menggigil. Adanya proses mengigil (pergerakan otot rangka) ini ditujukan untuk
menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak dan terjadilah demam.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
1. Prinsip Pemeriksaan
Diagnosa secara laboratorium penyakit yang disebabkan oleh infeksi Ascaris lumbricoides
diperlukan tinja sebagai sampelnya. Cara menyiapkan sediaan tinja untuk pemeriksaan
tergantung pada kebutuhan yaitu untuk mencari cacing dewasa, larva atau telurnya.
a. Cacing dewasa
Cacing dewasa yang ditemukan dalam tinja dicuci dalam larutan Nacl agak panas dan kemudian
dikocok terus sehingga menjadi lemas, kemudian diperiksa dalam keadaan segar atau dimatikan
dalam larutan fiktatif untuk mengawetkan keseluruhan atau dipotong-potong.
b. Telur dan larva cacing
Pemeriksaan telur dan larva cacing dapat dilakukan dengan bahan yang segar atau dengan
sediaan, yang telah dipulas dengan pewarnaan tertentu. Dalam tinja encer, dipilih lendir yang
berdarah atau bintikbintik jaringan yang kecil sekali dalam tinja yang dapat dikerok dari
permukaan beberapa bagian gumpalan tinja.
2. Macam-macam pemeriksaan
Pemeriksaan telur cacing dalam tinja dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan sediaan
langsung (sediaan basah ) dan sediaan tidak langsung (konsentrasi).
a. Pemeriksaan tinja secara langsung (sediaan basah )
1) Pemeriksaan makroskopis meliputi :
Warna tinja : kuning, putih, hijau atau hitam.
Bau tinja : amis, busuk atau khas.
Konsentrasi tinja : padat, lembek atau cair. Adanya lendir, darah, jaringan patogen, sisa makanan
yang belum
dicerna atau sisa bahan pengobatan zat besi, minyak, magnesium, barium dan lain-lain.
2) Pemeriksaan mikroskopis
Prinsip : untuk mengetahui telur cacing pada tinja secara langsung dengan menggunakan
larutan eosin 2% (dengan menggunakan kaca penutup ) dan pemeriksaan dilakukan dibawah
mikroskop.
b. Pemeriksaan tinja secara tidak langsung ( konsentrasi )
1) Metode sedimentasi atau pengendapan

Prinsip : Dengan adanya gaya sentrifugal dapat memisahkan antara suspensi dan supernatannya
sehingga telur cacing dapat terendapkan. Metode sedimetasi kurang efisien dibandingkan
dengan metode flotasi dalam mencari kista protozoa dan banyak macam telur cacing.
2) Metode flotasi
Flotasi adalah suatu metode yang dirancang untuk memisahkan telur cacing dari organisme
protozoa melalui perbedaan berat jenis, dalam hal ini yang dijadikan dasar pemeriksaan
konsentrasi dengan cara flotasi (Gaicia L. S, 1996)
3) Cara pemusingan
Centrifuge adalah suatu alat yang digunakan untuk memisahkan zat cair dengan zat padat
dalam bentuk butir halus meninggalkan arah poros putaran, tetapi ada tabung maka butiran
halus akan terkumpul didasar tabung. Fungsi centrifugasi adalah untuk memisahkan antara
suspense dan supernatan sehingga telur cacing akan mengendap. Centrifugasi dikatakan positif :
apabila dalam sediaan ditemukan telur Ascaris lumbricoides, sedangkan centrifugasi dikatakan
negatif : apabila dalam sediaan tidak ditemukan telur cacing dan cacing Ascaris lumbricoides.
1. Ascariasis pneumonitis: uji sputum untuk larva ascaris biasanya berguna.
Ditemukan larva pada lambung atau saluran pernafasan pada penyakit paru.
2. Ascariasis usus: pemeriksaan telur pada feses
a. Direct fecal film: simpel dan efektif. Telur mudah ditemukan dengan menggunakan cara ini karen
jumlah oviposition betina yang besar, yaitu 240.000 telur cacing perhari. Sehingga metoda ini
merupakan metoda utama.
b. Metoda brine floatation.
Metode ini digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau larutan gula jenuh yang didasarkan atas BD (Berat Jenis)
telur sehingga telur akan mengapung dan mudah diamati. Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses yang
mengandung sedikit telur. Cara kerjanya didasarkan atas berat jenis larutan yang digunakan, sehingga telur-telur
terapung dipermukaan dan juga untuk memisahkan partikel-partikel yang besar yang terdapat dalam tinja.

c. Recovery cacing dewasa, jika ditemukan cacing dewasa dan adolescent pada feses, muntah dan
organ manusia yang diinfeksi ascariasi, diagnosa bisa ditegakkan.
3. Abdominal x-ray
Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) memiliki sensitivitas 90% dalam
membantu mendiagnosis biliary ascariasis.
4. USG atau foto perut
Ultrasonography memiliki sensitivitas 50% untuk membantu membuat diagnosisbiliary
ascariasis.
5. Comlpete blood count Diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur pada tinja
pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut.

6. Pemeriksaan kadar eosinofil dalam darah.


Pada pemeriksaan darah detemukan periferal eosinofilia.
Eosinofilia adalah tingginya rasio eosinofil di dalamplasma darah. Eosinofilia bukan
merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan respon terhadap suatu penyakit.
Peningkatan jumlah eosinofil dalam darah dipicu sekresi interleukin-5 oleh sel
T, mastosit dan makrofag, biasanya menunjukkan respon yang tepat terhadap selsel abnormal, parasit atau bahan-bahan penyebab reaksi alergi (alergen).
Pada awalnya eosinofil terjadi pada sumsum tulang. Tetapi setelah dibuat di
dalam sumsum tulang, eosinofil akan memasuki aliran darah dan tinggal dalam darah
hanya beberapa jam, kemudian masuk ke dalam jaringan di seluruh tubuh. Jika suatu
bahan asing masuk ke dalam tubuh, akan terdeteksi oleh limfosit danneutrofil, yang akan
melepaskan bahan untuk menarik eosinofil ke daerah ini. Eosinofil kemudian melepaskan
bahan racun yang dapat membunuh parasit dan menghancurkan sel-sel yang abnormal.
OBAT

STRONGYLOIDES STERCORALIS ( STRONGILOIDIASIS )


ANAMNESIS :
1. Keluhan Umum
2. Keluhan Penyerta
Adanya mual, muntah, diare, konstipasi (SOCRATES) untuk mengetahui apakah ada
kelainan spesifik pada traktus digestivus pasien, menduga ada tidaknyai nfeksi cacing.
Adakah nyeri pada regio abdomen pada strongiloidiasis akan terdapat nyeri pada
region epigastrium dan tidak menjalar.
Ada/tidaknya gatal-gatal pada kulit pada strongiloidiasis akan terdapat gatal-gatal
pada kulit dan kelainan kulit yang disebabkan oleh larva filariform dar strongyloides
stercoralis yang menembus kulit. Kelainan kulit ini disebut dengan Creeping Eruption.
Ada/tidaknya kelainan padatinja pasien (lendir, darah, telurcacing) untuk
menegakkan diagnosis, menyingkirkan differential diagnosis misalnyaDisentri.
Ada/tidaknya batuk untuk mengetahui sejauh mana penyebaran larva. Apakah
sampai ke paru-paru?
PEMERIKSAAN FISIK :
Inspeksi :

gangguan kulit creeping eruption

Auskultasi : menilai suara/bising usus apakah ada/tidaknya peningkatan suara/bising usus


Perkusi :
rongga abdomen
Palpasi :

Mengetahui isi lambung, usus, ada/tidaknya kelainan pada organ-organ


Mengetahui ada/tidaknya nyeri pada abdomen

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Biakan tinja, aspirasi
strongyloidesstercoralis

duodenum

untuk

mengetahui

ada/tidaknya

larva

cacing

Pemeriksaan apusan darah tepiuntuk mengetahui ada/tidaknya kelainan seperti


misalnya hipereosinofilia
TERAPI :
Albendazol 400 mg. 1-2 kali sehari selama 3 hari, atau
Mebendazol 100 mg. 3 kali sehari selama 2 atau 4 minggu

You might also like