You are on page 1of 5

a.

Pengertian Sumber Belajar


Menurut Association for Educational Communications and Technology sumber
pembelajaran adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik
secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar
dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. Sumber
pembelajaran dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu :
1) Sumber pembelajaran yang sengaja direncanakan (learning resources by design),
yakni semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai komponen
sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat
formal; dan
2) Sumber pembelajaran yang karena dimanfaatkan (learning resources by utilization),
yakni sumber belajar yang tidak secara khusus didisain untuk keperluan
pembelajaran namun dapat ditemukan, diaplikasikan, dan dimanfaatkan untuk
keperluan belajar-salah satunya adalah media massa.
Media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah
khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melewati media cetak atau elektronik,
sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Pengertian "dapat" di sini menekankan pada pengertian, bahwa jumlah sebenarnya
penerima pesan informasi melalui media massa pada saat tertentu tidaklah esensial.
Yang penting ialah "The communicator is a social organization capable or reproducing
the message and sending it simultaneously to large number of people who are spartially
separated. Adapun bentuk media massa, secara garis besar, ada dua jenis, yaitu : media
cetak (surat kabar dan majalah, termasuk buku-buku) dan media elektronik (televisi dan
radio, termasuk internet) (http://artikel.us/mangkoes6-04-2.html).
Berdasarkan kajian pustaka di atas menunjukkan bahwa peningkatan kualitas
pendidikan di perguruan tinggi dapat ditempuh melalui berbagai cara, antara lain :
peningkatan kompetensi dosen, peningkatan muatan kurikulum, peningkatan kualitas
pembelajaran dan penilaian hasil belajar, peningkatan bekal ketrampilan mahasiswa,
penyediaan bahan ajar yang memadai, dan penyediaan sarana belajar. Ketersediaan
bahan ajar dan sarana belajar merupakan faktor penting dalam menunjang keberhasilan
proses pembelajaran. Namun demikian sering kali bahan ajar yang ada di perpustakaan
tidak mampu memenuhi kebutuhan belajar mahasiswa, sehingga perlu memanfaatkan
sumber belajar yang lain. Salah satu sumber belajar yang dapat digunakan oleh
mahasiswa secara mandiri adalah jaringan internet. Untuk itu, bekal ketrampilan
mahasiswa khususnya dalam memanfaatkan teknologi internet sangat diperlukan.
Melalui internet, mahasiswa dapat mengakses berbagai informasi dan ilmu
pengetahuan sesuai kebutuhan yang relevan dengan subjek mata kuliah. Sehingga
pemanfaatan jaringan internet sebagai sumber belajar, akan membantu mempermudah
dan mempercepat penyelesaian tugas-tugas perkuliahan, termasuk penyelesaian tuga
akhir.
Oleh karena itu, dosen sebagai motivator dan dinamisator dalam pembelajaran
hendaknya memberi dorongan serta menciptakan kondisi agar mahasiswa dapat secara
aktif menemukan ilmu pengetahuan baru melalui pemanfaatan teknologi internet.

. Pengertian Sumber Pembelajaran


Menurut Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1977),
sumber pembelajaran adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru,
baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar
dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. Sumber
pembelajaran dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Sumber pembelajaran yang sengaja direncanakan (learning resources by design), yakni


semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem
instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal; dan
2. Sumber pembelajaran yang karena dimanfaatkan (learning resources by utilization), yakni
sumber belajar yang tidak secara khusus didisain untuk keperluan pembelajaran namun dapat
ditemukan, diaplikasikan, dan dimanfaatkan untuk keperluan belajar-salah satunya adalah
media massa.

Jika dikaitkan dengan pengertian sumber belajar, maka perpustakaan


merupakan
salah satu dari berbagai macam sumber belajar yang tersedia di
lingkungan sekolah.
Mengacu pada definisi sumber belajar yang diberikan oleh Association for
Education
Communication Technology (AECT) maka pengertian sumber belajar
adalah berbagai
sumber baik itu berupa data, orang atau wujud tertentu yang dapat
digunakan oleh siswa
dalam belajar baik yang digunbakan secara terpisah maupun secara
terkombinasi sehingga
mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.
Ditinjau dari segi pendayagunaan, AECT membedakan sumber belajar
menjadi dua
macam yaitu:
a. sumber belajar yang dirancang atau sengaja dibuat untuk digunakan
dalam kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Sumber belajar
yang dirancang
tersebut dapat berupa buku teks, buku paket, slide, film, video dan
sebagainya yang
memang dirancang untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran
tertentu,
b. sumber belajar yang tidak dirancang atau tidak sengaja dibuat untuk
membantu
mencapai tujuan pembelajaran. Jenis ini banyak terdapat disekeliling kita
dan jika suatu
saat kita membutuhkan, maka kita tinggal memanfaatkannya. Contoh
sumber belajar
jenis ini adalah tokoh masyarakat, toko, pasar, museum.
Mengacu pada definisi AECT tentang sumber belajar, maka sumber belajar
jenis
pertama yaitu sumber belajar yang sengaja dibuat untuk membantu
pencapaian tujuan belajar perlu disimpan untuk didayagunakan secara
maksimal. Penyimpanan berbagai
sumber belajar tadi ditempatkan dan diorganisasikan di perpustakaan.
Dengan demikian

maka perpustakaan merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan di


lingkungan berbagai
lembaga, termasuk sekolah guna membantu tercapainya setiap upaya
pembelajaran..
Penentuan Sumber Belajar
Berbagai sumber belajar dapat digunakan untuk mendukung
materi
pembelajaran tertentu. Penentuan tersebut harus tetap mengacu pada setiap
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Beberapa jenis sumber belajar antara lain:
1 buku
2 laporan hasil penelitian
3 jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah)
4 majalah ilmiah
5 kajian pakar bidang studi
6 karya profesional
7 buku kurikulum
8 terbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan
9 situs-situs Internet
10 multimedia (TV, Video, VCD, kaset audio, dsb)
11 lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industri, ekonomi)
12 narasumber
Orientasi Singkat mengenai Pola-pola Pemanfaatan Sumber Belajar
Oleh: Sudirman Siahaan
Istilah sumber belajar sudah sering diperbincangkan terutama di lingkungan masyarakat
kependidikan. Apabila setting-nya sekolah, berbicara mengenai sumber belajar, maka yang
pertama-tama terlintas di dalam pemikiran adalah guru yang berperan sebagai sumber belajar
bagi para peserta didiknya. Apabila sedikit agak lebih lama, maka yang terlintas berikutnya di
alam pikiran kita adalah buku, baik itu buku pegangan guru maupun buku pegangan peserta
didik. Guru menggunakan buku untuk membantu dirinya menyajikan materi pelajaran kepada
segenap peserta didiknya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pertanyaan yang mungkin terlontar adalah apa yang
terlintas di dalam benak kita kalau anak belajar di rumah? Demikian juga dengan anak yang
sedang belajar di perpustakaan sekolah atau perpustakaan umum, apa yang segera muncul di
dalam benak kita? Apa pula yang akan mencuat di dalam pikiran kita kalau dikatakan bahwa
seorang atau sekelompok anak sedang belajar di warung internet, di depan sebuah televisi
atau di sebuah taman? Masih banyak lagi setting yang dapat digunakan sebagai tempat
belajar. Jika demikian, lantas apa yang terbersit di dalam pikiran kita setiap kita mendengar
seseorang belajar dengan setting tertentu?
Dari uraian tersebut di atas dapatlah dikatakan bahwa belajar itu dapat terjadi di mana-mana,
baik di sekolah, di rumah, perpustakaan sekolah atau perpustakaan umum, di warung internet,
di sebuah taman atau pendeknya di mana saja? Belajar sudah jelas, tidak lagi hanya terbatas
di lingkungan sekolah. Oleh karena belajar tidak hanya terjadi di sekolah tetapi dapat terjadi
di mana saja, maka dapat pula dikemukakan bahwa sumber belajar itu tidak lagi terbatas pada
guru tetapi jauh lebih luas daripada guru.

Berdasarkan informasi yang telah dikemukakan di atas, dapatlah dikatakan bahwa sumber
belajar dapat berupa guru, buku, internet, televisi atau lingkungan (baca: taman). Apabila
demikian halnya, maka pertanyaannya sekarang adalah apa yang dimaksudkan dengan
sumber belajar? Pertanyaan berikutnya yang juga dipandang penting adalah apa yang
dimaksudkan sebagai kegiatan belajar?
Sumber belajar menurut Yusufhadi Miarso adalah segala sesuatu yang meliputi pesan, orang,
bahan, alat, teknik, dan lingkungan, baik secara tersendiri maupun terkombinasikan dapat
memungkinkan terjadinya belajar. Sumber belajar dapat dirancang secara khusus untuk
digunakan bagi kepentingan pembelajaran (learning resources by design) tetapi sumber
belajar dapat juga sebagai sesuatu yang tinggal dimanfaatkan karena sudah tersedia di
lingkungan (learning resources by utilization). Kemudian, istilah belajar dapat diartikan
sebagai suatu proses interaksi antara seseorang dengan sumber belajar yang menghasilkan
terjadinya perubahan tingkah laku.
Selanjutnya, pola pemanfaatan sumber belajar yang dikembangkan pada tahap awal sekali
adalah interaksi langsung antara peserta didik dengan sumber belajar yang berupa guru atau
seseorang yang memang mempunyai pengetahuan lebih untuk disampaikan kepada peserta
didik. Dalam hal ini, guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi peserta didiknya.
Bahkan pada zaman dahulu dikenal adanya kaum Sufi yang profesi atau pekerjaannya adalah
sebagai penjaja ilmu pengetahuan. Contoh lain dari pola pembelajaran secara langsung
antara guru (pendekar silat) sebagai sumber belajar dengan peserta didik (mereka yang ingin
belajar silat) yang pada umumnya banyak dijumpai di negeri Cina (Shaolin).
Pola pemanfaatan sumber belajar yang kedua adalah masih juga tetap menggunakan guru
tetapi fungsinya hanya sebagai sumber belajar utama (bukan lagi satu-satunya sumber
belajar) karena dibantu oleh sumber belajar lainnya. Dalam kaitan ini, sumber belajar lainnya
yang digunakan guru untuk menyajikan materi pelajaran dapat saja berupa media, baik yang
berupa alat/fasilitas, media cetak (misalnya buku, modul atau handouts), media kaset audio,
media audiovisual.
Pada pola pemanfaatan sumber belajar tahap kedua ini, sumber belajar guru merupakan pihak
yang sangat menentukan (sangat dominan) apakah dirinya akan memanfaatkan media atau
tidak dalam membelajarkan peserta didiknya. Artinya, pemanfaatan media sebagai sumber
belajar lain di luar guru sangat tergantung pada sikap dan komitmen guru. Media
diperlakukan guru sebagai alat bantu mengajar (teaching aids). Yang namanya alat bantu
mengajar, tentu bisa digunakan dan bisa juga tidak digunakan. Manakala guru sebagai
sumber belajar utama sudah media minded, maka pemanfaatan media akan dilakukan
secara terencana,
Pola pemanfaatan sumber belajar yang ketiga adalah bahwa guru dan media sebagai sumber
belajar lainnya berbagi fungsi atau peran secara seimbang. Artinya, guru mempunyai
fungsi/peran tertentu yang kurang lebih sama bobotnya dan fungsi/peran media sebagai
sumber belajar lainnya. Ada pembagian tugas yang jelas antara guru dan media dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Peserta didik belajar mengenai aspek-aspek tertentu
dari materi pelajar melalui sumber belajar guru dan aspek-aspek tertentu lainnya dari sumber
belajar yang berupa media.

Pola pemanfaatan sumber belajar yang keempat adalah bahwa peran guru sudah lebih banyak
dilimpahkan kepada media sebagai sumber belajar lain. Media sebagai sumber belajar lain
mendapatkan peran yang lebih besar (lebih dominan) dibandingkan dengan peran yang
dimainkan guru. Sekalipun demikian peran guru sebagai sumber belajar masih tetap
dibutuhkan peserta didik tetapi hanya sebagai fasilitator, motivator dan pemberian tutorial
dalam kegiatan pembelajaran. Namun demikian tidaklah berarti bahwa peran guru yang lebih
kecil itu membuat guru menjadi kurang berarti dalam kegiatan pembelajaran. Bahkan peran
guru menjadi lebih fokus pada pemberian bimbingan belajar secara individual kepada peserta
didik terutama yang mengalami kesulitan.
Pola pemanfaatan sumber belajar yang kelima adalah bahwa peserta didik yang sepenuhnya
langsung berinteraksi dengan sumber belajar yang berupa media. Dalam kaitan ini, ada istilah
yang mengatakan bahwa seseorang berhasil mempelajari suatu pengetahuan atau
keterampilan tanpa mengikuti kursus atau les. Orang yang demikian ini disebut belajar secara
otodidak. Terlebih lagi di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini, siapa
saja mandiri.
Seseorang yang ingin belajar membuat ikan pepes misalnya, tidak perlu harus mencari koki
yang akan membelajarkannya untuk membuat ikan pepes. Dengan membeli dan mempelajari
buku masak tentang memasak berbagai jenis ikan dan kemudian mempraktekkannya, maka
orang yang bersangkutan akan dapat membuat ikan pepes. Artinya, seseorang cukup
berinteraksi dengan sumber belajar yang berupa buku. Atau, melalui akses internet dengan
memasukkan kata kunci tertentu sesuai dengan yang dibutuhkan ke dalam mesin pencari,
maka seseorang akan mendapatkan banyak sumber belajar yang dapat dipelajari.
Dari berbagai jenis poa pemanfaatan sumber yang telah dikemukakan, yang jauh lebih
penting adalah pemahaman tentang keterbatasan dan kelebihan baik sumber belajar yang
berupa guru, maupun sumber belajar lain di luar guru. Melalui pemahaman yang demikian ini
disertai dengan komitmen memberikan yang terbaik kepada peserta didik, maka seorang guru
akan membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terintegrasi di mana fungsi
atau peran dirinya tidak lagi terlalu dominan dalam kegiatan pembelajaran tetapi sebagian
telah dilimpahkan pada sumber belajar lain di luar dirinya. Jika kegiatan pembelajaran yang
diterapkan guru berbasis aneka sumber, maka diharapkan kegiatan pembelajaran pun akan
dirasakan peserta didik sebagai kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan belajar akan menjadi
kegiatan yang senantiasa dirindukan peserta didik karena menyenangkan (learning is fun).

You might also like