You are on page 1of 8

Macam-macam Sifat Tercela

1.

Hubbud dunya

Mencintai kehidupan dunia dan melalaikan kehidupan akhirat. Yang dimaksud dunia di sini adalah
sesuatu yang tidak membawa manfaat di akhirat. Mencintai dunia akan mengakibatkan banyak
melakukan kesalahan dan dosa.

2.

Tamak

Rakus hatinya, sangat berlebihan cintanya terhadap dunia tanpa mempertimbangkan haram yang besar
dosanya. Orang yang rakus tidak mempertimbangkan cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh
keduniawian tersebut.(hedonis)

3.

Itbaul Hawa

Mengikuti hawa nafsu, orang yang lebih mengikuti jeleknya hati yang diharamkan oleh hukum
syariat. (As-Sad: 26)







(26)
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah
keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia
akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan
mendapat adzab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

4.

Ujub

Membanggakan diri dalam batin, membanggakan diri karena merasa terhindar dari siksa akhirat.Sifat ini
tercermin dari rasa tinggi hati dalam berbagai bidang.(Al-Araf: 146).




(146)
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang
benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat (Ku), mereka tidak beriman
kepadanya.Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau
menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya.Yang demikian itu
adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai daripadanya.

5.

Riya:

Memperlihatkan amal kebajikan kepada manusia, atau melakukan ibadah dengan tujuan dalam batinnya
demi manusia, bukan Allah. Riya adalah mencari kedudukan di hati manusia dengan memperlihatkan
kepada mereka beberapa hal kebajikan.


(1)

Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta
rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah
perhubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang
yang beriman".

6.

Takabur

Sombong karena merasa luhur, menetapkan kebajikan pada diri sendiri ada sifat baik dan luhur sebab
banyak harta atau kepandaiannya.Takabbur adalah: merasa paling mulia (serba bisa, paling hebat), adapun
secara istilah yaitu menetapkan sesuatu pada dirinya terhadap segala sifat yang baik dan luhur karena
memiliki harta yang banyak atau ilmu yang tinggi.Dari pengertian diatas, takabbur dapat diartikan merasa
atau menganggap diri besar dan tinggi yang disebabkan oleh adanya kebaikan atau kesempurnaan pada
dirinya, baik berupa harta, ilmu atau yang lainnya.

7.

Hasad

Dengki, mengharapkan sirnanya kenikmatan Allah yang berada pada orang lain. Hasa djuga berarti benci
kepada kenikmatan dan menyukai hilangnya kenikmatan itu dari orang Islam yang mendapat kenikmatan
tersebut.

(54)
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan
kepadanya? sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan
Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.

8.

Sumah

Diperdengarkan kepada orang lain, melakukan ibadah dengan benar dan ikhlas kemudian
menceritakannya kepada orang lain supaya orang memuliakan dirinya. (An-Najm: 32).


(32)
(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan
kecil.Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya.Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan) mu
ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah
kamu mengatakan dirimu suci.Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.

9.

Syirik

(110)

Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya".

10. Kufur
(68)
Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah
atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya?Bukankah dalam neraka Jahanam itu
ada tempat bagi orang-orang yang kafir?

11. Nifak dan Fasik




Ada empat hal yang jika ada pada diri seseorang, ia menjadi seorang munafik sesungguhnya. Jika
seseorang memiliki salah satu darinya, berarti ia memiliki satu ciri nifaq sampai ia meninggalkannya: (1)
jika dipercaya ia berkhianat; (2) jika berbicara, ia bohong; (3) jika berjanji, ia ingkar; dan jika bertengkar,
ia berkata kotor. (H.R. Muslim)

12. Gibah

(68)
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka
itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu
menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya
yang sudah mati?Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.Dan bertakwalah kepada
Allah.Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Hujurat:12)

Contoh-contoh Akhlaq Tercela


Akhlaq tercela dapat menciptakan perilaku tercela. Perilaku tercela dapat di golongkan menjadi dua
macam, yaitu perilaku yang berdampak buruk bagi dirinya sendiri dan perilaku tercela yang berdampak

buruk bagi orang lain. Begitu banyaknya macam-macam akhlak tercela yang terdapat dalam hati manusia.
Akan tetapi, penulis hanya mengurai beberapa contoh akhlak tercela, yaitu ujub/berbangga diri, takabur,
putus asa, berlebih-lebihan, dusta dan iri/dengki.
a. Ujub
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah meringkas defenisi ujub sebagai berikut[3]: "Yaitu perasaan takjub
terhadap diri sendiri hingga seolah-olah dirinyalah yang paling utama daripada yang lain. Padahal boleh
jadi ia tidak dapat beramal sebagus amal saudaranya itu dan boleh jadi saudaranya itu lebih wara' dari
perkara haram dan lebih suci jiwanya ketimbang dirinya!". Orang yang demikian itu, beranggapan bahwa
segala kesuksesan yang diraihnya, seperti harta yang melimpah, jabatan yang tinggi, kepandangan yang
tak tertandingi semata-mata karena hasil usaha serta kehebatan dirinya. Semua itu ia pikir, ia raih tanpa
bantuan dari siapapun, termasuk Allah SWT. orang yang bersikap/berperilaku ujub biasanya selalu
merasa dirinya benar, tidak pernah salah atau keliru, karenanya tidak bisa menerima kritik orang lain.
Ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang ujub antar lain Surat At-Taubah:55 yang artinya:
Artinya: Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu (menjadikan kamu bersikap
ujub). Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu
dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir. (QS. Taubah: 55)
Abu Wahb al-Marwazi berkata, Aku bertanya kepada Ibnul Mubarak, Apakah kibr (sombong) itu? Dia
menjawab, Jika engkau merendahkan orang lain. Lalu aku bertanya tentang ujub, maka dia menjawab
jika engkau memandang bahwa dirimu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, aku tidak
tahu sesuatu yang lebih buruk bagi orang yang shalat daripada ujub.
Berikut ini adalah hal-hal yang Dipakai 'Ujub dan Terapinya[4]:
1.

'Ujub dengan fisiknya

Pengobatan jenis 'ujub ini adalah dengan tafakkur (memikirkan) tentang berbagai kotoran batinnya,
tentang mula penciptaan dan akhir kesudahannya, tentang bagaimana wajah yang cantik dan tubuh yang
gemulai itu akan terkoyak-koyak oleh tanah dan membusuk di kubur hingga menjijikkan.

2.

'Ujub dengan kedigdayaan dan kekuatan

'Ujub dengan kekuatan mengakibatkan kekalahan dalam peperangan, pencampakan diri ke dalam
kebinasaan dan terburu-buru. Terapinya ialah dengan mengetahui bahwa meriang sehari saja bisa
melemahkan kekuatannya dan bahwa apabila ia ujub dengan kekuatannya bisa jadi Allah akan
mencabutnya dengan sebab pelanggaran paling ringan yang dilakukannya.
3.

'Ujub dengan intelektualitas

Terapinya ialah dengan bersyukur kepada Allah atas karunia intelektualitas yang telah diberikan-Nya, dan
merenungkan bahwa dengan penyakit paling ringan yang menimpa otaknya sudah bisa membuatnya
berbicara melantur dan gila sehingga menjadi bahan tertawaan orang. Ia tidak aman dari ancaman
kehilangan akal jika ia ujub dengan intelektualitas dan tidak mensyukurinya. Hendakalah ia menyadari

keterbatasan akal dan ilmunya. Hendaklah pula ia mengetahui bahwa ia tidak diberi ilmu pengetahuan
kecuali sedikit, sekalipun ilmu pengetahuannya luas.
4.

'Ujub dengan nasab terhormat

Terapi penyakit ini adalah mengatahui bahwa jika ia menyalahi perbuatan dan akhlak nenek moyangnya
dan mengira bahwa ia akan disusulkan dengan mereka maka sesungguhnya ia bodoh, tetapi jika
meneladani nenek moyangnya maka hendaknya mengetahui bahwa nenek moyangnya tidak pernah ujub
bahkan mereka senantiasa khawatir terhadap dirinya. Mereka mulia karena ketaatan, ilmu, dan sifat-sifat
terpuji bukan dengan nasab.
5.

Ujub dengan nasab para penguasa yang zhalim dan pendukung meraka.

Terapinya adalah dengan merenungkan tentang berbagai kehinaan mereka dan tindakan-tindakan
kezhaliman mereka terhadap para hamba Allah, kerusakan yang meraka lakukan terhadap agama Allah,
dan bahwa mereka adalah orang yang dimurkai Allah.
6.

'Ujub dengan banyaknya jumlah anak, pelayan, budak, keluarga, kerabat.

Terapinya adalah merenungkan tentang kelemahannya dan kelemahan mereka, bahwa mereka semua
adalah hamba yang lemah, tidak kuasa memberi manfaat dan bahaya kepada diri mereka sendiri.
7.

'Ujub dengan harta

Terapinya adalah merenungkan tentang keburukan-keburukan harta kekayaan, hak-haknya yang banyak,
dan para pendengkinya yang rakus. Kemudian memperhatikan keutamaan orang-orang fakir dan bahwa
mereka akan masuk surga terlebih dahulu pada hari kiamat.
8.

'Ujub dengan pendapat yang salah*

Terapi ujub ini lebih berat ketimbang terapi 'ujub yang lainnya, karena pemilik pendapat yang salah tidak
mengetahui kesalahannya, seandainya tahu pasti ditinggalkannya. Tidak akan mengobati penyakit orang
yang tidak tahu bahwa dirinya sakit. Terapinya secara umum adalah hendaknya ia selalu menuduh
pendapatnya sendiri dan tidak terpedaya, kecuali jika secara pasti didukung oleh Al-Qur'an atau sunnah
atau dalil akal yang shahih yang memenuhi berbagai persyaratannya.

b. Takabbur
Takabbur adalah sikap perilaku membesarkan diri dan tidak menerima kebenaran serta memandang kecil
atau rendah terhadap orang lain. Dalam bahasa Indonesia perkataan takabur sama dengan sombong.
Sikap/perilaku takabur termasuk akhlak tercela dan wajib dijauhi oleh setiap muslim muslimah.
Sebagaimana Allah berfirman:
Tidak diragukan lagi, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang
mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang takabbur (sombong). (QS. AnNahl:23)
Sifat sombong dibagi menjadi kesombongan batin dan kesombongan zhahir. Kesombongan batin adalah
kesombongan yang terdapat dalam jiwa (hati), sedangkan kesombongan zahir adalah kesombongan yang

dilakukan anggota zahir, karena tingkah laku seseorang merupakan akibat dari apa yang terjadi di hatinya.
Kesombongan batin akan memaksa anggota tubuh untuk melakukan hal-hal yang bersifat sombong, maka
apabila hanya menyimpan di dalam hati tanpa ada tindakan disebut dengan kibr (sifat sombong).
Kesombongan berbeda dengan ujub. Karena ujub tidak memerlukan orang lain yang dijadikan
bandingannya. Seperti seseorang yang ujub dengan ibadah shalat tahajudnya, maka ia tidak perlu melihat
ibadah tahajud orang lain, cukup baginya mengatakan, Saya seorang ahli ibadah karena selalu
melakukan ibadah tajajud. Maka ia telah melakukan ujub. Sedangkan kesombongan, orang yang
sombong memerlukan orang lain untuk membandingkan dengannya. Semakin tinggi kesombongannya,
maka ia tidak ingin ada orang yang menandinginya dan ingin selalu berada di atas yang lain.
Orang yang memiliki sifat sombong tidak menyadari bahaya yang dapat di timbulkan dari sifat ini.
Rasulullah bersabda :
Tidak akan masuk surga (memperoleh kebahagiaan) orang yang di dalam hatinya ada kesombongan
walaupun sebesar semut. (HR. Muslim)
Terapi
sifat
sombong
dan
cara
memperoleh
sifat
tawadhu
Terapi sifat sombong pertama adalah menghilangkan akar penyakit ini. Terapi pengobatannya adalah
degnan ilmu dan amal. Karena penyakit ini tidak mungkin dapat disembuhkan kecuali dengan kedua hal
itu. Pengobatan melalui ilmu adalah dengan mengetahui siapa dirinya dan siapa Penciptanya. Apabila
seseorang telah mengetahui dan menyadari dengan benar siapa hakikat dirinya, maka dia akan merasa
dirinya hina dan penuh kelemahan. Selanjutnya, akan menjadikannya sebagai seorang yang tawadhu.
Sedangkan pengobatan melalui amal adalah dengan membiasakan merendah diri (tawadhu) terhadap
orang lain dan mengikuti akhlak-akhlak orang yang memiliki sifat tawadhu.
c. Putus asa
Semua umat manusia pasti merasakan putus asa. Dan umat itu pastilah menjadi lemah dan lenyap
kekuatannya karena putus asa merupakan penyakit atau racun yang benar-banar membahayakan bagi
setiap pribadi manusia.
Bukan sembarangan jika Allah SWT. dalam salah satu firman-Nya, mempersamakan antara sifat putus asa
itu dengan sifat kekafiran. Sebabnya tiada lain hanyalah karena bencana yang ditimbulkan oleh kedua
macam sifat itu sama-sama besar dan dahsyat. Firman Allah dalam Al-Quran, yang artinya: janganlah
kamu semua berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidak tidak ada yang suka berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan golongan orang-orang kafir. (QS. Yusuf:87)
Putus asa memiliki kaitan dengan ujub. Ibnu Mas'ud ra.berkata: "Kebinasaan ada dalam dua hal, putus asa
dan ujub. Ibnu Mas'ud ra menyebutkan kedua hal tersebut karena kabahagiaan tidak bisa dicapai kecuali
dengan usaha, pencarian, keseriusan, dan perjuangan, sedangkan orang yang putus asa tidak mau
berusaha dan tidak mau pula mencari, sementara orang yang 'ujub beranggapan bahwa ia bisa mencapai
kebahagiaan dan menggapai tujuannya sehingga ia tidak mau berusaha, karenaapa yang sudah ada tidak
perlu dicari dan apa yang mustahil juga tidak perlu dicari.

d. Berlebih-lebihan

Berlebih-lebihan adalah melakukan sesuatu di luar batas ukuran yang menimbulkan kemudharatan baik
langsung ataupun tidak kepada manusia dan alam sekitarnya. Pada dasarnya sikap berlebih-lebihan akibat
dari sikap manusia yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Sekecil apa pun perbuatan manusia
berlebih-lebihan akan memberi dampak negatif bagi manusia dan alam sekitarnya seperti kerusakan
moral, harta benda dan kerusakan alam.
Sikap berlebih-lebihan sangat dibenci Allah, sebagaimana dalam firmannya :
Artinya: Dan janganlah kamu berlebih-lebihan, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan. (QS. Al-Anam:141).
Allah juga menegaskan dalam ayat lain, yakni:
Artinya: Dan berilah kepada kerabat-kerabat akan haknya (juga kepada) orang muslim dan orang yang
dalam perjalanan, dan janganlah engkau boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara
setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.(QS. Al-Isra: 26-27).
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari sikap berlebih-lebihan antara lain sebagai berikut:
a. Senantisa bersyukur kepada Allah SWT.
b. Mengatur anggaran keuangan denga menabung.
c. Senantiasa berhemat dan membelanjakan harta seperlunya.
d. Melakukan sesuatu sesuai ukurannya.
e. Dusta
Dalam Alquran kalau kita perhatikan kalimat al-kadzibu, maka kita temukan dalam bentuk yang berbedabeda sesuai dengan wazannya, seperti Kaadzibu, Kadzaab, Al-Mukadzibuun, Al-Mukadzibiin, Kadzaaba,
Kadzaabat, Makdzuub, Takdziib, Kdazzabuu. Ini semua sesuai dengan ayat dan bentuknya.
Kebohongan atau sifat dusta adalah suatu sifat yang timbul dari sebab beberapa faktor yang ada, antara
lain:
- Lemah jiwa dan mentalnya.
- Kegoncangan jiwa.
- Senang dengan perhatian manusia atau pandangan manusia.
- Suka bergurau atau bercanda yang berlebihan.
- Rasa dengki dan iri yang ada.
- Lingkungan yang buruk dan berpengaruh padanya.
Dalam Riyadhus Sholihin[5], Imam Nawawi membawakan dalil dari Ummu Kultsum, dari Nabi saw.
bersabda, "Tidaklah dikatakan Al-Kadzibu orang yang mengishlah antara manusia, dan dia berkata baik
pada kedua belah pihak." Hadis Bukhari Muslim. Dalam riwayat Muslim berkata, Ummu kultsum diberi
keringanan tentang apa yang diucapkan manusia dalam tiga hal, yaitu dalam perang, ishlah antara
manusia, dan ucapan seorang suami pada istrinya, dan istri pada suaminya."

f. Iri Hati atau Dengki


Syeikh Abu Hamid Al-Ghazali berkata[6]: Ketahuilah bahwa tidak ada kedengkian (hasad), kecuali
terhadap kenikmatan, jika Allah memberi nikmat kepada saudaramu, maka ada dua hal yang ada pada
dirimu. Pertama, benci kepada seseorang yang memperoleh nikmat, dan berharap agar nikmat itu lenyap
dari padanya. Keadaan ini disebut dengki. Batasan dengki adalah benci terhadap nikmat, dan ingin
melenyapkan dari orang yang mendapat karunia. Kedua, ia sendiri mengharapkan agar mendapat nikmat
itu tanpa berusaha melenyapkan nikmat yang dimiliki orang lain.
Sifat pertama di atas adalah haram hukumnya dalam segala hal. Betapa ganasnya penyakit nafsiyah ini
menyerang manusia, bisa kita lihat dalam berbagai hadits Rasulullah SAW. Di antaranya :
Hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api yang melalap kayu bakar. (HR. Abu Daud dari Abu
Hurairah, dan Ibnu Majah dari Abbas)
Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling memutuskan hubungan persaudaraan, jangan saling
membenci, jangan pula saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba Allah sebagai saudara.(HR.
Bukhari Muslim)
Orang yang memiliki sifat dengki juga bisa dilihat jika ia merasa bahagia ketika orang lain mendapatkan
suatu bencana atau musibah. Kegembiraan yang demikian itu dinamakan Syamatah, yatu bahagia yang
timbulnya sebab mendengar atau melihat adanya kesusahan, kemelaratan, kecelakaan yang menimpa
orang yang dianggap saingan atau lawan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Quran yang artinya :
Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati. Tapi jika kamu mendapat bencana,
mereka bergembira karenanya.(HR. Ali Imran:120)
Dengki adalah pangkal dari semua perilaku tercela. Misalnya menggunjing, adu domba, menyebar fitnah.
Oleh sebab itu, sifat dengki harus dijauhi karena sifat ini hanya akan membawa manusia terhadap
kemelaratan dan rusaknya silaturahim.
Solusi untuk menghindari sifat dengki, di antaranya:
1) Menyadari dan selalu ingat bahwa iri dengki hanya akan menghapus amal baik kita.
2) Menyadari dan senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan.
3) berikhtiyar dan berdoa

You might also like