You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

PERCOBAAN II
HUKUM RAOULT

OLEH :

NAMA

: MAUHAMAD IQBAL

STAMBUK

: F1C1 13 043

KELOMPOK

: V (LIMA)

ASISTEN

: SUSANTI

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Istilah larutan sudah sering didengar dalam kehidupan sehari- hari.
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen yaitu campuran yang memiliki
komposisi serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan terdiri dari satu
atau beberapa macam zat terlarut dan satu pelarut. Secara umum zat terlarut
merupakan komponen yang jumlahnya sedikit sedangkan pelarut adalah komponen
yang terdapat dalam jumlah banyak. Larutan yang mengandung dua komponen yaitu
zat terlarut dan pelarut disebut sebagai larutan biner. Larutan didefinisikan sebagai
campuran homogen yaitu campuran yang memiliki komposisi serba sama di seluruh
bagian volumenya. Suatu larutan terdiri dari satu atau beberapa macam zat terlarut
dan satu pelarut. Secara umum zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya
sedikit sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.
Larutan yang mengandung dua komponen yaitu zat terlarut dan pelarut disebut
sebagai larutan biner.
Larutan dikatakan ideal bila partikel zat terlarut dan partikel pelarut tersusun
sembarang, pada proses pencampurannya tidak terjadi efek kalor. Untuk larutan biner,
proses pencampuran tidak terjadi efek kalor bila energi interaksi antara partikel zat
terlarut dan partikel pelarut sama dengan energi interaksi antara sesama partikel zat
terlarut maupun sesama partikel pelarut. Secara umum larutan ideal akan memenuhi
hukum Raoult. Dalam semua larutan encer yang tak mempunyai interaksi kimia di

antara komponen-komponennya, hukum Raoult berlaku bagi pelarut, baik ideal


maupun tak ideal. Tetapi hukum Raoult tak berlaku pada zat terlarut pada larutan tak
ideal encer. Perbedaan ini bersumber pada kenyataan: molekul-molekul pelarut yang
luar biasa banyaknya. Hal ini menyebabkan lingkungan molekul terlarut sangat
berbeda dalam lingkungan pelarut murni. Zat terlarut dalam larutan tak ideal encer
mengikuti hukum Henry, bukan hukum Raoult.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukanlah percobaan yang
berjudul Hukum Raoult yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi
terhadap titik didih campuran dan pengaruh gaya antarmolekul terhadap tekanan uap
campuran.
A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh komposisi terhadap titik didih larutan?
2. Bagaimana pengaruh gaya antar molekul terhadap tekanan uap larutan?
B. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Memperlihatkan pengaruh komposisi terhadap titik didih larutan.
2. Memperlihatkan pengaruh gaya antar molekul terhadap tekanan uap larutan.
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui pengaruh komposisi terhadap titik didih larutan.
2. Dapat mengetahui pengaruh gaya antar molekul terhadap tekanan uap larutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Larutan yang mengikuti Hukum Raoult disebut larutan ideal. Larutan yang
menyimpang dari prilaku garis lurus disebut larutan nonideal. Larutan ideal adalah

larutan yang daya tarik antara molekul-molekulnya sama, artinya daya tarik antara
molekul pelarut dan molekul terlarut, sama dengan daya tarik molekul pelarutnya
atau molekul zat terlarutnya. Definisi larutan ideal dapat diambil sebagai pernyataan
Raoult yaitu, tekanan uap parsial dari tiap-tiap komponen dalam larutan sama dengan
tekanan uap komponen tersebut dalam keadaan murni hasil kali fraksi mol dalam
larutan (Sukardjo, 1985).
Larutan tak ideal kadang-kadang diklasifikasikan berdasarkan apakah tekanan
uap komponen larutan dan tekanan uap totalnya lebih tinggi atau lebih rendah dari
yang diharapkan apabila larutan campuran tersebut ideal. Dalam larutan aseton dan
kloroform, tekanan uapnya lebih rendah dibandingkan ketentuan hukum Raoult.
Campurannya dikatakan menunjukkan penyimpangan negatif dari hukum Raoult
(Jim Clark, 2007).
Francois M Raoult (1830-1901) mempelajari sifat-sifat tekanan uap larutan
yang mengandung zat pelarut yang bersifat nonvolatile. Secara terperinci dia
menyatakan bahwa tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan uap pelarut
dan fraksi mol zat terlarut yang terkandung dalam larutan tersebut Secara matematis
ditulis sebagai: Plarutan= Xterlarut . Ppelarut, Dimana Plarutan = tekanan uap
larutan, Xterlarut = fraksi mol zat terlarut dan Ppelarut = tekanan uap pelarut murni
Persamaan Raoult diatas apabila kita perhatikan merupakan persamaan linear dalam
bentuk y = mx, dimana y = Plarutan, m = Ppelarut, dan x = Xterlarut, sehingga
apabila kita membuat grafik persamaan Raoult antara tekanan uap larutan dengan
fraksi mol zat terlarut akan diperoleh garis lurus (Perdana M., 2010).

Hukum Raoult adalah salah satu penaksiran dasar dari kimia fisika. Banyak
persamaan mendasar, termasuk sifat koligatif larutan adalah berdasarkan pada batasan
hukum ini yang mana pertama kali ditunjukkan oleh Raoult pada 1887. Hukum ini
diberikan dalam hubungannya dari pengurangan tekanan uap suatu pelarut volatil
oleh suatu zat terlarut non-volatil.:Yang mana P adalah tekanan kesetimbangan uap
dari larutan, Po adalah tekanan uap dari pelarut murni pada temperatur konstan, dan
XS adalah fraksi mol zat terlarut Jika m mol dari suatu non-elektrolit dilarutkan
dalam m mol air, hubungan antara tekanan uap e dari larutan dan tekanan uap e dari
air murni diperlihatkan dengan hukum Raoult yaitu :
(e e) / e = - m / (m + m), (1)
Yang bisa ditulis sebagai :
e / e = m / (m + m), (2)
Persamaan (2) menunjukan bahwa perbandingan tekanan uap larutan dengan tekanan
uap pelarut murni sama dengan fraksi mol pelarut yang ada dalam larutan
(McDonald, 1952).
Penyimpangan Hukum Raoult terjadi karena perbedaan interakasi antara
partikel sejenis dengan yang tak sejenis. Misalnya campuran A dan B, jika daya tarik
A- B lebih besar dari A-A atau B-B, maka kecenderungan bercampur lebih besar,
akibatnya jumlah tekanan uap kedua kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal
disebut penyimpangan negatif. Penyimpangan positif terjadi bila daya tarik A-B lebih
kecil daripada daya tarik A-A dan B-B, akibatnya tekanan uapnya menjadi lebih besar
dari larutan ideal. Sifat suatu larutan mendekati sifat pelarutnya jika jumlahnya lebih

besar. Akan tetapi larutan dua macam cairan dapat berkomposisi tanpa batas, karena
saling melarutkan. Kedua cairan dapat sebagai pelarut atau sebagai zat terlarut
tergantung pada komposisinya ( Syarif, 2009).

III. METEDOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilakukan pada Jumat, 8 November 2014 Pukul 13.0015.30 WITA bertempat di Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo, Kendari.
B. Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah alat refluks satu
set, thermometer (0-100 oC), pemanas (Electromantle), statif dan klem, batu
didih, pipet ukur, dan filler.
2.Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah kloroform (CHCl3), aseton, dan
alumunium foil.

C. Prosedur Kerja
1. Kloroform Sebagai Pelarut dan Aseton Sebagai Zat Terlarut
10 mL kloroform
- dimasukkan ke dalam labu refluks yang telah
dirangkai

dipanaskan sampai mendidih


dicatat suhunya
didinginkan
ditambahkan 2 mL aseton
dipanaskan sampai mendidih
dicatat suhunya yang konstan
didinginkan
diulangi terus penambahan aseton hingga volumenya
mencapai 10 mL
setiap kali sesudah penambahan, campuran
dipanaskan dan dicatat titik didihnya
dihitung fraksi mol untuk masing-masing
perbandingan volum

Hasil Pengamatan
2. Aseton Sebagai Pelarut dan Klorofor Sebagai Zat Terlarut
10 mL aseton
- dimasukkan ke dalam labu refluks yang telah
dirangkai
- dipanaskan sampai mendidih
- dicatat suhunya
- didinginkan
- ditambahkan 2 mL kloroform
- dipanaskan sampai mendidih
- dicatat suhunya yang konstan
- didinginkan
- diulangi terus penambahan kloroform hingga
volumenya mencapai 10 mL
- setiap kali sesudah penambahan, campuran
dipanaskan dan dicatat titik didihnya
- dihitung fraksi mol untuk masing-masing
perbandingan volume
IV.
HASIL
Hasil Pengamatan DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Rangkaian Alat

2.

Data Pengamatan

No

Campuran CHCl3 : (CH3)2CO

Fraksi mol CHCl3 :


(CH3)2CO
1:0

1.

10 : 0

2.

10 : 2

0,7189 : 0,2011

64

3.

10 : 4

0,5612 : 0,4388

73

4.

10 : 6

0,4602 : 0,5398

95

5.

10 : 8

0,3901 : 0,6099

97

6.

10 : 10

0,3384 : 0,6618

101

7.

10 : 10

0,3384 : 0,6618

77

8.

8 : 10

0,2903 : 0,7906

71

9.

6 : 10

0,2348 : 0,7851

68

10.

4 : 10

0,1698 : 0,8301

64

11.

2 : 10

0,0928 : 0,9071

60

12.

0 : 10

0:1

56

3. Analisis data

Untuk menghitung 10 mL larutan CHCl3


1. Menghitung massa
m CHCl3 = x V
= 1,49 g/cm3 x 10 mL
= 14,9 g
m ( CH3)2CO= 0,79 g/cm3 x 10 mL
= 7,9 g
2. Menghitung jumlah mol (n)

Titik didih
(
62

Mol CHCl3

m
Mr
14,9 g
=
119,4 g/mol
= 0,12479 mol
m
Mol ( CH3)2CO =
Mr
7,9 g
=
58,1 g/mol
= 0,13597 mol
n CHCl3

Data jumlah mol (n) kloroform sebagai pelarut


No
Volume ( mL)
M (gr)
.

n CH3OH (mol)

10

14,9

0,12479

11,92

0,09983

8,94

0,07487

5,96

0,04991

Data jumlah mol ( n) aseton sebagai pelarut

No
.

Volume ( mL)

M (gr)

n CH3OH (mol)

10

7,8

0,24375

6,23

0,1975

4,74

0,1481

3,16

0,0987

1,58

0,0493

3. Menghitung fraksi mol

CHCl3 ( pelarut ), (CH3)2CO (zat terlarut)


X CHCl3

n CHCl 3
nCHCl+n ( CH 3 ) 2 CO

0,12479 mol
( 0,12479+ 0 ) mol

=
=1
X (CH3)2CO

n ( CH 3 ) 2CO
nCHCl 3+n ( CH 3 ) 2 CO

0
0,12479+ 0

=0

Data fraksimol kloroform sebagai pelarut

No

Volume(mL)

nCHCl3 (mol)

n(CH3)2CO (mol)

X CHCl3

.
1

10

0,02494

0,03721

0,40129

0,04991

0,03721

0,57288

0,07487

0,03721

0,66800

0,09983

0,03721

0,72847

0,12479

0,03721

0,77030

No
.

Data fraksi mol aseton sebagai pelarut


Volume(mL)

nCHCl3 (mol)

n(CH3)2CO (mol)

X CHCl3

10

0,02719

0,12479

0,17981

0,05439

0,12479

0,30355

0,08158

0,12479

0,39531

0,10878

0,12479

0,46573

0,13597

0,12479

0,52144

3. Grafik

B.Pembahasan
Hukum Raoult sangat penting untuk mempelajari sifat karakteristik fisik dari
larutan seperti menghitung jumlah molekul dan memprediksi masa molar suatu zat
(Mr). Untuk larutan yang mengikuti hukum Raoult, interaksi antara molekul
individual kedua komponen sama dengan interaksi antara molekul dalam tiap
komponen. Larutan

semacam

ini

disebut

larutan

ideal Tekanan

total

campuran gas adalah jumlah tekanan parsial masing-masing komponen sesuai dengan
hukum Raoult.Hukum Raoult merupakan salah satu penaksiran dasar dari kimia
fisika dimana banyak persamaan mendasar, termasuk sifat koligatif larutan adalah
berdasarkan pada batasan hukum ini yang mana pertama kali ditunjukkan oleh Raoult
pada 1887. Secara terperinci Raoult menyatakan bahwa tekanan uap larutan ideal

dipengaruhi oleh tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat terlarut yang terkandung
dalam larutan tersebut.
Menurut definisi suatu campuran atau zat dikatakan mengikuti Hukum raoult
jika kedua zat (cairan) pelarut dan zat terlarut mempunyai sifat kimia yang amat
serupa. Tarikan antramolekul pelarut dan antarmolekul zat terlarut tidak banyak
berbeda dengan saling tarik menarik antara molekul pelarut dan molekul zat terlarut.
Dalam percobaan ini digunakan kloroform dan aseton, dengan menitik beratkan
pengaruh komposisi larutan terhadap titik didih campuran serta pengaruh gaya
antarmolekul terhadap tekanan uap campuran dimana untuk proses ini tekanan dijaga
tetap sedangkan suhu berubah-ubah. Pada percobaan ini kita melakukan dua
perlakuan yaitu dengan kloroform sebagai pelarut dan aseton sebagai pelarut.
Percobaan ini didasarkan atas hukum Raoult, dimana campuran yang mengikuti
hukum ini merupakan suatu larutan ideal. Dalam percobaan ini dilakukan
pencampuran larutan kloroform dengan aseton dengan perbandingan volume yang
berbeda-beda dan mengukur titik didih dari tiap perbandingan volume tersebut untuk
mengetahui pengaruh komposisi terhadap titik didih. Dan dapat diperlihatkan
pengaruh gaya antar molekul terhadap tekanan uap campuran. Apabila larutan zat B
dalam A bersifat ideal, maka gaya tarik antara molekul A dan B sama dengan gaya
tarik antara molekul A dan A atau antara B dan B. Dalam percobaan ini digunakan
sebuah alat reflux yang biasa digunakan dalam penerapan hukum Raoult. Kloroform
dan aseton merupakan suatu senyawa organik yang bersifat non polar, yang mudah
menguap dan memiliki titik didih yang rendah, oleh karena itu dalam percobaan ini

digunakan larutan kloroform dan aseton. Komposisi suatu zat terlarut dalam suatu
larutan akan mempengaruhi titik didih dari larutan tersebut. Semakin besar komposisi
zat terlarut dalam larutan maka semakin besar pula titik didih larutan tersebut. Namun
dari hasil pengamatan didapatkan kecenderungan titik didih tersebut untuk semakin
besar dengan bertambahnya komposisi zat terlarut, karena ada beberapa titik yang
menunjukkam penurunan titik didih dengan penambahan zat terlarut. Hal ini
dikarenakan pembacaan suhu yang kurang teliti dan juga karena proses pemanasan
yang kurang baik dan di dalam percobaan ini sangat sulit untuk menentukan titik
didih setiap penambahan volume yang ditentukan untuk sampel aseton, sedangkan
untuk sampel kloroform penentuan titik didihnya jelas terlihat hasilnya. Menurut
literatur titik didih yang paling tinggi akan dicapai pada saat volume larutan memiliki
perbandingan yang sama, namun pada saat volume aseton 10 ml dan kloroform 10 ml
terlihat titik didih yang paling tinggi, yaitu 101C. Hal ini dapat disebabkan karena
gaya tarik antara molekul-molekul kloroform dan aseton yang semakin kuat ketika
hampir mendekati titik kesetimbangan volume antara aseton dan kloroform.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.

Peningkatan komposisi campuran menyebabkan peningkatan titik


didih.

2.

Gaya tarik antara molekul pelarut dengan molekul zat terlarut lebih
besar dari gaya tarik menarik antara molekul pelarut dan antara molekul zat
terlarut, akan menyebabkan tekanan uap sampai dibawah nilai idealnya.

DAFTAR PUSTAKA
Clark, Jim, 2007, Hukum Raoult dan Campuran Larutan Ideal, Erlangga,
Jakarta.
Isayana, 2013, Sifat Termodinamik Sistem Biner Etanor-Air Jurnal Fisika
Indonesia, Vol.2, No.1.
Kasmiyatun,M., dan Bos B., 2008, Ekstraksi Asam Sitrat dan asam Asam
Oksalat: Pengaruh Tryocylamine sebagai Extracting Power dalam
Berbagai Solven Campuran terhadap Koefisien Distribusi, Jurnal
Reaktor, Vol.12, No.2.
Kasmiyatun,M., 2010,Ekstraksi Asam Sitrat dan Asam Oksalat: Pengaruh
Konsentrasi Solut terhadap Koefisien DistribusiJurnal Seminar
Rekayasa Kimia dan Proses, ISSN: 1411-4216.
Sukardjo, 1985, Kimia Fisika Jilid I, Bina Aksara, Yogyakarta.
Suprihatin,S.Ketaren,S. Ngudiwaluyo, dan A.Friyadi,2013,Isolasi Miristisin
dari Minyak Pala (Myristica fragrans) dengan Metode Penyulingan
Uap, Jurnal Teknologi Industri Pertanian, Vol.17, No.1.

You might also like