You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak dapat mensekresi
hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. (Guyton).
Hipoparatiroidisme adalah keadaan berkurangnya kerja dari pada kelenjar paratiroid
yang di sertai penurunan kadar kalcium dalam serum hingga menyebabkan tetani.
Hipoparatiroid juga merupakan gabungan dari gejala produksi hormon paratiroid yang
tidak adekuat.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipoparatiroid hipofungsi dari
kelenjar paratiroid sehingga hormon paratiroid tidak dapat disekresi dalam jumlah yang
cukup, dengan gejala utamanya yaitu tetani.
Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti.
Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara lain :
Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:

Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi

Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat (acquired)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hipoparatiroidisme?
2. Apa klasifikasi dari hipoparatiroidisme?
3. Apa saja yang menyebabkan terjadinya hipoparatiroid?
4. Apa manifestasi klinis hipoparatiroidisme?
5. Apa saja komplikasi dari hipoparatiroidisme?
6. Bagaimana penatalaksanaan hipoparatiroidisme?
7. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan hipoparatiroid?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Dapat menjelaskan tentang bagaimana konsep dan pendekatan asuhan keperawatan
pada klien dengan hipoparatiroid.
2. Tujuan khusus
a. Dapat menjelaskan definisi hipoparatiroid
b. Dapat menjelaskan etiologi dari hipoparatiroid

c. Dapat menjelaskan patofisiologi dari hipoparatiroid


e. Dapat menjelaskan klasifikasi dari hipoparatiroid
f. Dapat menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien
hipoparatiroid
g. Dapat menjelaskan penatalaksaan medis pada klien hipoparatiroid
h. Dapat menjelaskan komplikasi dari hipoparatiroid
i. Dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada klien hipoparatiroid
D. Manfaat Penulisan
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III (KMB III)
b. Sebagai bahan diskusi pada matakuliah KMB III

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT
HIPOPARATIROIDISME
A. Definisi
Hipoparatiroid adalah defisiensi kelenjar paratiroid dengan tetani sebagai gejala utama
(Haznam).
Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak dapat mensekresi
hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. (Guyton).
Hipoparatiroidisme adalah kondisi dimana tubuh tidak membuat cukup hormon
paratiroid atau parathyroid hormone (PTH).
Hipoparatiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolisme kalsium dan fosfat
yang terjadi karena produksi hormon paratiroid yang kurang sehingga menyebabkan
hipokalsemia. (Kowalak, 2011)
Hipoparatyroidisme adalah hiposekresi kelenjar paratyroid yang menimbulkan
syndroma berlawanan dengan hiperparatyroid, konsentrasi kalsium rendah tetapi
phosfatnya tinggi dan bisa menimbulkan tetani akibat dari pengangkatan atau kerusakan
kelenjar paratyroid (Tjahjono, 1996)
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipoparatiroid hipofungsi dari
kelenjar paratiroid sehingga hormon paratiroid tidak dapat disekresi dalam jumlah yang
cukup, dengan gejala utamanya yaitu tetani.
B. Klasifikasi
Hipoparatiroid dapat berupa hipoparatiroid neonatal, simpel idiopatik hipoparatiroid,
dan hipoparatiroid pascabedah.
1. Hipoparatiroid neonatal
Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang
menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh
maternal hiperkalsemia.
2. Simpel idiopatik hipoparatiroid
Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa. Terjadinya sebagai
akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan antibodi terhadap paratiroid,
ovarium, jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat disebabkan karena
menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa,
kegagalan ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.
3. Hipoparatiroid pascabedah
Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau
sesudah operasi radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi

sewaktu operasi tiroid, biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar
paratiroidisme karena pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi
bersifat sementara atau permanen. Karena itu kadar kalsium serum harus diperiksa
sesudah melakukan operasi-operasi tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktu-waktu
bila ada kelainan klinis walaupun tak khas yang menjurus pada diagnosis
hipoparatiroid.
C. Etiologi
Penyebab hipoparatirodisme yang paling sering di temukan oleh sekresi hormon
paratiroid yang kurang adekuat akibat suplai darah terganggu atau setelah jaringan
kelenjar paratiroid di angkat pada saat di lakukan tiroidektomi, paratiroidektomi atau di
seksi radikal leher.
Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti.
Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara lain :
1.
a.
b.
2.
3.
4.

Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:


Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi
Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat (acquired)
Hipomagnesemia
Sekresi hormone paratiroid yang tidak aktif
Resistensi terhadap hormone paratiroid (pseudohipoparatiroidisme)
Penyebab yang paling umum dari hipoparatiroidisme adalah luka pada kelenjarkelenjar paratiroid, seperti selama operasi kepala dan leher.
Pada kasus-kasus lain, hipoparatiroidisme hadir waktu kelahiran atau mungkin
berhubungan dengan penyakit autoimun yang mempengaruhi kelenjar-kelenjar paratiroid
bersama dengan kelenjar-kelenjar lain dalam tubuh, seperti kelenjar-kelenjar tiroid,
ovari, atau adrenal.
Hipoparatiroidisme adalah sangat jarang. Ini berbeda dari hiperparatiroidisme,
kondisi yang jauh lebih umum dimana tubuh membuat terlalu banyak PTH.

D. Patofisiologi
Hipoparatiroidisme di sebabkan oleh defisiensi parathormon yang mengakibatkan
kenaikan kadar fosfat darah (hiperfosfatemia) dan penurunan konsentrasi kalsium darah
(hipokalsemia). Tanpa adanya parathormon akan terjadi penurunan absorbsi intestinal
kalsium dan makanan dan penurunan resorbsi kalsium dari tulang dan di sepanjang
tubulus renalis. Penurunan eksresi fosfat melalui ginjal menyebabkan hipofosfaturia, dan
kadar kalsium serum yang rendah mengakibatkan hipokalsiuria. Pada hipoparatiroidisme
terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni kalsium serum menurun
(bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5-12,5 mgr%)

Perjalanan Sehingga Terjadi Hipoparatiroidisme


Hiperparatiroidisme
Dilakukan penanganan dengan oprasi
Jaringan terlalu banyak diangkat
Kalsium serum
Fosfat serum
Hipoparatiroidisme
E. Manifestasi Kelinik
Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang
disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70
%) adalah tetani atau tetanic aequivalent. Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus
corpopedal dimana tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi
dan jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan articulatio cubitti dalam
keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam keadaan ekstensi.
Dalam tetanic aequivalent :
1. Disfagia dan disartria
2. Kelumpuhan otot-otot
3. Aritmia jantung
4. Gangguan pernapasan
5. Epilepsi
6. Gangguan emosi seperti mudah tersinggung, emosi tidak stabil
7. Gangguan ingatan dan perasaan kacau
8. Perubahan kulit rambut, kuku gigi, dan lensa mata
9. Kulit kering dan bersisik
10. Rambut alis dan bulu mata yang bercak-bercak atau hilang
11. Kuku tipis dan rapuh
12. Erupsi gigi terlambat dan tampak hipoplastik
Kadang-kadang terdapat pula perubahan-perubahan trofik pada ectoderm :
1.

Rambut tumbuhnya bisa jarang dan lekas putih.

2.

Kulit kering dan permukaan kasar, mungkin terdapat pula vesikula dan bulla.

3.

Kuku tipis dan kadang-kadang ada deformitas.


Pada anak-anak badan tumbuh kurang sempurna, tumbuhnya gigi-gigi tidak baik dan
keadaan mental bisa tidak sempurna. Juga agak sering terdapat katarak pada
hipoparatiroidisme.

F. Komplikasi
1. Hipokalsemia
Keadaan klinis yang disebabkan oleh kadar kalsium serum kurang dari 9 mg/100ml.
Kedaan ini mungkin disebabkan oleh terangkatnya kelenjar paratiroid waktu pembedahan
atau sebagai akibat destruksi autoimun dari kelenjar-kelenjar tersebut.
2. Insufisiensi ginjal kronik
Pada keadaan ini kalsium serum rendah, fosfor serum sangat tinggi, karena retensi dari
fosfor dan ureum kreatinin darah meninggi. Hal ini disebabkan tidak adanya kerja hormon
paratiroid yang diakibatkan oleh keadaan seperti diatas (etiologi).
G. Penatalaksanaan
Hipoparatiroidisme dapat bersifat akut atau kronis dan bisa diklasifikasikan sebagai
kelainan idiopatik atau didapat (akuisitas).
1. Hipoparatiroid akut
Serangan tetani akut paling baik pengobatannya adalah dengan pemberian intravena
10-20 ml larutan kalsium glukonat 10% (atau chloretem calcium) atau dalam infus. Di
samping kalsium intravena, disuntikkan pula parathormon (100-200 U) dan vitamin D
100.000 U per oral.
2. Hipoparatiroid menahun
Tujuan pengobatan yang dilakukan untuk hipoparatiroid menahun ialah untuk
meninggikan

kadar kalsium dan menurunkan fosfat

dengan cara

diet

dan

medikamentosa. Diet harus banyak mengandung kalsium dan sedikit fosfor.


Medikamentosa terdiri atas pemberian alumunium hidroksida dengan maksud untuk
menghambat absorbsi fosfor di usus.
Di samping itu diberikan pula ergokalsiferol (vitamin D2), dan yang lebih baik bila
ditambahkan dihidrotakisterol. Selama pengobatan hipoparatiroid, harus waspada
terhadap kemungkinan terjadi hiperkalsemia. Bila ini terjadi, maka kortisol diperlukan
untuk menurunkan kadar kalsium serum.
H. Pengkajian
1. Anamnesis
Keluhan utama

: Biasanya Klien merasa ada kelainan bentuk tulang , pendarahan

yang sulit berhenti , kejang-kejang , kesemutan dank lien merasa lemas / lemah .
Riwayat kesehatan :
1. Riwayat penyakit saat ini

Tanyakan pada klien tentang manifestasi bekas atau kesemutan disekitar


mulut atau ujung jari tangan atau ujung jari kaki .
2. Riwayat penyakit dahulu :
Tanyakan apakah klien pernah megalami tindakan operasi khususnya
pengangkatan kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid. Tanyakan pada klien
apakah ada riwayat penyinaran pada leher .
3. Riwayat penyakit keluarga:
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan
Hipoparatiroid.
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing) : amati bunyi suara nafas . pada klien hipoparatiroid biasanya
terdengar suara stridor, suara serak.
b. B2 (Blood) : amati adanya disritmia jantung, sianosis, palpitasi
c. B3 (Brain) : amati adanya parestesis pada bibir, lidah, jari-jari, kaki.
Kesemutan, tremor, hiperefleksia, tanda chvosteks dan trousseaus positif papil
edema, labilitas emosional, peka rangsang, ansietas, perubahan dalam tingkat
kesadaran, tetani kejang
d. B 4 (Bladder) : pembentukan kalkuli pada ginjal
e. B 5 (Bowel) : mual, muntah, nyeri abdomen
f. B 6 (Bone) : Amati tanda fisik, seperti; rambut tipis, pertumbuhan kuku buruk
yang deformitas dan gampang patah, kulit kering. Amati apakah ada kelainan bentuk
tulang
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
- Kalsium serum rendah.
- Fosfat anorganik dalam serum tinggi.
- Fosfatase alkali normal atau rendah.
b. Diagnostik
- Foto Rontgen
- Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di tengkorak.
- Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid.
- Density dari tulang bisa bertambah.
- EKG: biasanya QT-interval lebih panjang
I. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh
hipokalsemia.

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan spasme laring akibat aktivitas


kejang.
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output.
J. Intevensi Keperawatan
No

Dx. Keperawatan

Tujuan

Resiko cedera

Agar klien tidak a.

berhubungan

mengalami

dengan resiko

cedera.
Kreteria hasil : b.
kejang atau tetani
Reflek normal,
yang diakibatkan
tanda vital stabil,
oleh hipokalsemia.
makan diet dan
c.
minum obat
seperti yang
dianjurkan, kadar
kalsium serum
normal.
d.

e.

Intervensi Keperawatan
Intervensi
Rasional
Pantau tandaa. Untuk mengetahui
tanda vital dan
kelainan sedini
reflek tiap 2 jam
mungkin.
sampai 4 jam.
b. Untuk mengetahui
Pantau fungsi
abnormalitas dari
jantung secara
gambaran EKG.
terus
c. Untuk mencegah
menerus/gambara terjadinya
n EKG.
injuri/jatuh.
Bila pasien dalam d. Untuk menghindari
tirah baring
cedera yang terjadi
berikan bantalan
akibat benda yang
pagar tempat tidur terdapat di
dan pertahakan
lingkungan sekitar
tempat tidur
klien dan mencegah
dalam posisi
kerusakan lebih
rendah.
berat akibat kejang.
Bila aktivitas
e. Antisifasi terhadap
kejang terjadi
hipokalsemia
ketika pasien
dengan cara
bangun dari
penanganan medis.
tempat tidur, bantuf. Pemberian kalsium
pasien untuk
yang terlalu cepat
berjalan,
akan
singkirkan benda- mengakibatkan
benda yang
tromboflebitis
membahayaka,
hipotensi.
bantu pasien
g. Untuk membantu
dalam menangani memenuhi
kejang dan
kekurangan kalsium
reorientasikan bila dalam tubuh.
perlu.
h. Untuk mengontrol
Kolaborasi dengan kadar kalsium
dokter dalam
serum.
menangani gejala
dini dengan
memberikan dan
memantau
efektifitas cairan
parenteral dan
kalsium.

Ketidakefektifan
pola napas
berhubungan
dengan spasme
laring akibat
aktivitas kejang.

f. Pemberian
kalsium dengan
hati-hati.
g. Berikan suplemen
vitamin D dan
kalsium sesuai
program.
h. Kaji ulang
pemeriksaan kadar
kalsium.
Dalam waktu
a. Siapkan peralatan a. Supaya
penghisap dan
memudahkan
1x24 jam setelah
jalan nafas oral di karena serangan
diberikan
dekat tempat tidur bisa secara tibasepanjang waktu.
tiba.
intervensi, pola
b. Siapkan tali
b.Untuk
nafas klien
tracheostomi,
memudahkan dalam
oksigen, dan
tindakan apabila
kembali efektif.
peralatan
terjadi sumbatan
Kreteria hasil :
resusitasi manual
jalan nafas.
a. Frekwensi,
siap pakai
c. Untuk mengetahui
irama, dan
sepanjang waktu.
suara dan keadaan
kedalaman
Edema laring:
jalan nafas.
pernafasan
c. Kaji upaya
d.Adanya stridor
normal.
pernafasan dan
suatu tanda adanya
b. Auskultasi paru
kualitas suara
oedema laring.
menunjukan
setiap 2 jam.
e. Kolaborasi dengan
bunyi yang
d. Auskultasi untuk
dokter untuk
bersih.
mendengarkan
mempertahankan
stridor laring
jalan nafas tetap
setiap 4 jam.
terbuka karena
e. Laporkan gejala
perawat terbatas
dini pada dokter
akan hak dan
dan kolaborasi
wewenang.
untuk
f. Agar perawat bisa
mempertahankan
siap-siap untuk
jalan nafas tetap
melakukan suatu
terbuka.
tindakan.
f. Intruksikan pasien g.Untuk mencegah
agar
penekanan jalan
menginformasikan nafas/mempertahan
pada perawat atau kan jalan nafas
dokter saat
untuk tetap terbuka.
pertama terjadi
h.Bila terjadi kejang
tanda kekakuan
otomatis O2 ke otak
pada tenggorok
menurun sehingga
atau sesak nafas.
bisa berakibat fatal
g. Baringkan pasien ke seluruh jaringan
untuk
tubuh termasuk
mengoptimalkan
pernafasan.

Intoleran aktivitas
berhubungan
dengan penurunan
cardiak output.

bersihan jalan
i. Kolaborasi dengan
nafas, pertahankan dokter dalam hal
kepala dalam
tindakan wewenang
posisi kepala
dokter (pengobatan
dalam posisi
dan tindakan).
alamiah, garis
j. Untuk mencegah
tengah.
terjadinya serangan
Kejang:
berulang.
h. Bila terjadi
kejang:
pertahankan jalan
nafas,
penghisapan
orofaring sesuai
indikasi, berikan
O2 sesuai pesanan,
pantau tensi, nadi,
pernafasan dan
tanda-tanda
neurologis,
periksa setelah
terjadi kejang,
catat frekwensi,
waktu, tingkat
kesadaran, bagian
tubuh yang
terlibat dan
lamanya aktivitas
kejang.
i. Siapkan untuk
berkolaborasi
dengan dokter
dalam mengatasi
status efileptikus
misalnya:
intubasi,
pengobatan.
j. Lanjutkan
perawatan untuk
kejang.
Dalam perawatan a. Kaji pola aktivitas a. Untuk
yang lalu.
membandingkan
2x24 jam
b.Kaji terhadap
aktivitas sebelum
diharapkan klien perubahan dalam
sakit dan yang akan
gejala
diharapkan setelah
dapat memenuhi
muskuloskeletal
perawatan.
kebutuhan
setiap 8 jam.
b.Untuk memantau
c. Kaji respon
keberhasilan
aktivitas.
terhadap aktivitas: perawatan.
Kreteria hasil :
Catat perubahan c. Untuk melihat

a. Tingkat aktivitas
meningkat tanpa
dispnoe,
tachicardi atau
peningkatan
tekanan darah.
b. Melakukan
aktivitas tanpa
bersusah payah.

tensi, nadi,
suatu
pernafasan,
perkembangan
hentikan aktivitas perawatan terhadap
bila terjadi
aktivitas secara
perubahan,
bertahap.
tingkatkan
d.Dengan
keikutsertaan
merencanakan
dalam kegiatan
perawatan, perawat
kecil sesuai
dengan klien dapat
dengan
mempermudah
peningkatan
suatu keberhasilan
toleransi, ajarkan
karena datangnya
pasien untuk
kemauan dari klien.
memantau respon e. Untuk mengatasi
terhadap aktivitas kelelahan akibat
dan untuk
latihan.
mengurangi,
f. Untuk menghemat
menghentikan
penggunaan energi
atau meminta
klien.
bantuan ketika
terjadi perubahan.
d.Rencanakan
perawatan
bersama pasien
untuk menentukan
aktivitas yang
ingin pasien
selesaikan:
Jadwalkan
bantuan dengan
orang lain.
e. Seimbangkan
antara waktu
aktivitas dengan
waktu istirahat.
f. Simpan bendabenda dan barang
lainnya dalam
jangkauan yang
mudah bagi
pasien.

K. Evaluasi
1. Mencapai fungsi pernapasan adekuat
a. Menunjukan frekuensi pernapasan dan kedalaman pernapasan normal, dan
kekuatan otot normal.
b. Auskultasi paru menunjukan bunyi yang bersih.
c. Mentaati program medikasi yang telah ditetapkan.
d. Mengihindari situasi yang dapat mencetuskan flu dan infeksi, yang dapat
memperberat gejala.

2. Mengalami pemulihan krisis Hipoparatiroidisme


a. Menyebutkan tanda dan gejala.
b. Mentaati program medikasi.
3. Klien tidak mengalami cedera apa bila ada kejang berulang.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak dapat mensekresi
hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. (Guyton).
Hipoparatiroidisme adalah keadaan berkurangnya kerja dari pada kelenjar paratiroid
yang di sertai penurunan kadar kalcium dalam serum hingga menyebabkan tetani.
Hipoparatiroid juga merupakan gabungan dari gejala produksi hormon paratiroid yang
tidak adekuat.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipoparatiroid hipofungsi dari
kelenjar paratiroid sehingga hormon paratiroid tidak dapat disekresi dalam jumlah yang
cukup, dengan gejala utamanya yaitu tetani.
Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti.
Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara lain :
Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:
1. Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi
2. Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat (acquired)
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah yang
penulis buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Rumarhobo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Ed.8. Jakarta : EGC.
Hipoparatiroidisme. http://www.totalkesehatananda.com/hipoparatiroid.html diakses tanggal
1 Mei 2011
Hipoparatiroid http://andysunaryo.blogspot.com/2011/04/askep-hipoparatiroid.html diakses
tanggal 5 Mei 2011

You might also like