You are on page 1of 4

LATIHAN PENGAMBILAN CONTOH (SAMPLING)

Dian Annisa1, Kusmiyanti1, Mesayu Karima Muslim1, Adzra Izzati Ghaisani1, Stefanus Aldo
Sarwono1, Anindita Nurul1, Natasha Fredlina Ginting2, Klara Airesa2, Rafsan Syabani
Cholik2
1

Kelompok 3 AZG Mikro, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, 16680 Bogor, Indonesia
2
Asisten praktikum AZG Makro, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, 16680 Bogor,
Indonesia

ABSTRACT
Food may contain chemicals that are deliberately added, these chemicals can act as a preservative. Added
chemicals should be allowed for food. Meanwhile today there are cases of the abuse of non-food chemicals preservative
that formaldehyde given to meatballs. Meatballs containing formaldehyde will be analyzed by first collecting the
samples with sampling techniques. Sampling was conducted with a random method and guided by SNI table. Sampling
techniques intended that meatball samples taken from a producer PT X that can represent the whole meatballs are sold
in the market by these producer. Exercises sampling practical conducted on Monday, March 30, 2015 in Nutritional
Biochemistry Laboratory, Department of Community Nutrition, Faculty of Human Ecology, Bogor Agricultural
University. Sampling was done by collecting meatball as much as one kilogram of meatballs population from 2000
packs produced by PT X are taken randomly from six stores. Each store taken five item randomly, and then to analyze
these meatball crushed and mixed to obtain one kilogram of meatballs which can represent a population from 2000
packs that will be analyzed for the presence of formaldehyde.
Keywords: analysis, formaldehyde, meatballs, sampling

ABSTRAK
Makanan dapat mengandung bahan kimia yang sengaja ditambahkan, bahan kimia tersebut dapat berfungsi
sebagai pengawet. Bahan kimia yang ditambahkan harus merupakan bahan kimia yang diperbolehkan untuk makanan.
Sementara itu sekarang ini terdapat kasus adanya penyalahgunaan bahan kimia pengawet non makanan yaitu formalin
yang diberikan kepada bakso. Bakso yang mengandung formalin akan dianalisis dengan terlebih dahulu mengumpulkan
sampel dengan teknik sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak dan berpedoman dari tabel SNI.
Teknik sampling bertujuan agar sampel bakso yang diambil dari suatu produsen yaitu PT X dapat mewakili keseluruhan
bakso yang diperjualbelikan di pasaran oleh produsen tersebut. Praktikum latihan pengambilan sampel dilaksanakan
pada hari Senin tanggal 30 Maret 2015 di Laboratorium Biokimia Gizi Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan sampel bakso dilakukan dengan mengumpulkan bakso sebanyak satu
kilogram dari populasi bakso sebanyak 2000 kemasan yang diproduksi oleh PT X yang diambil secara acak dari enam
toko. Setiap toko masing-masing diambil lima butir secara acak , kemudian untuk dianalisis bakso-bakso tersebut
dihancurkan lalu dicampurkan sehingga didapatkan satu kilogram bakso yang mewakili populasi sebanyak 2000
kemasan yang akan dianalisis untuk menguji keberadaan forrmalin.
Kata kunci : analisis, bakso, formalin, sampling

PENDAHULUAN
Makanan dapat mengandung berbagai
bahan kimia yang sengaja ditambahkan.
Bahan kimia seperti pengawet dapat
digunakan apabila memenuhi standar yang
benar serta bahan yang digunakan khusus
untuk makanan. Penyalahgunaan bahan
pengawet nonmakanan yang dijadikan
pengawet makanan marak terjadi dikalangan
pedagang atau produsen. Salah satu
contohnya adalah penggunaan formalin [4].

Formalin bukan bahan pengawet


makanan dan seharusnya tidak boleh ada di
dalam makanan tetapi banyak digunakan oleh
industri kecil untuk mengawetkan produk
makanan karena harganya yang murah. Hal
tersebut dapat menekan biaya produksi, dapat
membuat kenyal, utuh, tidak rusak, praktis
dan efektif mengawetkan makanan. Makanan
yang banyak menggunakan pengawet dengan
formalin adalah bakso, tahu, ikan dan udang
[3]
.

Formaldehid yang lebih dikenal


dengan nama formalin ini adalah salah satu
zat tambahan makanan yang dilarang.
Penggunaan formalin sebagai bahan tambahan
makanan telah dilarang oleh kementrian
kesehatan tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.722/MenKes/Per/IV/88.
Larangan
penggunaan formalin sebagai bahan tambahan
makanan telah tercantum dalam Permenkes
RI No.033 tahun 2012, tentang Bahan
Tambahan Pangan, pada Lampiran II tentang
bahan yang dilarang digunakan sebagai BTP.
Kontaminasi formaldehida dalam bahan
makanan sangat membahayakan tubuh.
Formaldehida dapat menyebabkan kanker
saluran pernapasan dan meningkatkan
resikoleukimia [3].
Analisis penentuan adanya formalin
dalam bahan makanan dapat dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif yang terlebih dahulu
dilakukan metode sampling. Analisis yang
dilakukan pada pengujian bakso umumnya
secara kualitatif karena kadar sekecil apapun
tidak diperbolehkan ada didalam makanan.
Analisis menggunakan sampling merupakan
metode yang murah, praktis dan tidak
memerlukan banyak sumber daya manusia.
Sampling sangat diperlukan karena sampel
yang digunakan harus mampu mewakili
keseluruhan bahan makanan yang dianalisis
[1]
.
Analisis bahan makanan sangat
penting untuk mengetahui bahan makanan
yang aman dikonsumsi. Oleh karena itu,
sebagai mahasiswa gizi harus mampu
mengetahui metode sampling dengan baik
untuk menganalisis kandungan bahan kimia
formalin di dalam bahan makanan.
METODE
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum latihan pengambilan contoh
(sampling) dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 30 Maret 2015 pukul 13.00-16.00
WIB di Laboratorium Biokimia Gizi,
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum
latihan pengambilan contoh (sampling) adalah

alat tulis dan kertas atau buku yang digunakan


untuk merencanakan pengambilan contoh.
2.3 Prosedur Percobaan
Prosedur
percobaan
latihan
pengambilan contoh (sampling) adalah
membuat studi kasus mengenai cara
melakukan sampling pada analisis kandungan
formalin pada bakso di wilayah Pasar Anyar.
Analisis kandungan formalin yang dilakukan
dengan cara sampel diuji apakah memiliki
kandungan formalin atau tidak tanpa
menghitung nilai kadarnya. Populasi yang
diambil adalah seluruh bakso kemasan
berjumlah 2000 kemasan yang dijual oleh 6
buah toko di Pasar Anyar yang diambil dari
satu jenis pemasok yaitu PT X. Perusahaan
tersebut memproduksi 2000 kemasan yang
dijual kepada 6 toko. Berat setiap kemasan
kurang dari 1 kg sehingga diambil 6 kemasan
bakso dari semua toko. Setiap toko masingmasing diambil 1 kemasan yaitu 10 butir
secara acak. Sebanyak 5 butir dari 10 butir
bakso diambil dengan menggunakan metode
lotere atau metode acak. Bakso tersebut
dicampur karena berasal dari satu perusahaan
yang memiliki merk yang sama. Bakso
dihancurkan menggunakan blender sehingga
menjadi lembut dan tercampur secara merata.
Bakso yang telah dihancurkan dianalisis.
Analisis dapat dilakukan secara kualitatif
maupun kuantitatif, tetapi umumnya secara
kualitatif yang dilakukan dengan pereaksi
Schryver sedangkan untuk analisis kuantitatif
dapat dilakukan dengan spektrofotometri UV
Vis menggunakan pereaksi Nash [1].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Terdapat perusahaan bernama PT X
yang mengolah hasil peternakan dan
memproduksi 2000 kemasan kecil bakso
dalam sekali produksi per satu waktu, dengan
masing-masing kemasan berisi 10 butir bakso
sapi. Bakso tersebut dipasok ke 6 buah toko di
Pasar Anyar di Kota Bogor. Perusahan
pemasok tersebut diduga menggunakan
formalin dalam pembuatan baksonya.
Formalin adalah larutan formaldehid
dalam air dengan kadar 37% yang biasa
digunakan untuk mengawetkan sampel
biologi atau mengawetkan mayat [5]. Namun

formalin sering disalahgunakan dalam


pengawetan bahan pangan, seperti tahu, mie
basah, dan bakso. Menurut Winarno (1997),
pemakaian formalin pada makanan dapat
menyebabkan keracunan pada tubuh manusia.
Gejala yang biasa timbul antara lain sukar
menelan, sakit perut akut disertai muntahmuntah, mencret berdarah, timbulnya depresi
susunan saraf, atau gangguan peredaran
darah. Konsumsi formalin pada dosis sangat
tinggi dapat mengakibatkan kejang-kejang,
kencing darah, dan muntah darah yang
berakhir dengan kematian. Hal tersebut
membuat BPOM segera melakukan inspeksi
dengan mengambil pengujian bakso produksi
PT X untuk dilakukan uji formalin di
laboratorium. Tujuan pengujian ini adalah
membuktikan ada atau tidaknya kandungan
formalin di dalam bakso terduga yang
dihasilkan oleh PT X, tanpa pengujian kadar
berapa banyak formalin yang terkandung,
jikalau pun ada. Oleh karena itu, pengujian ini
dilakukan untuk tujuan kualitatif agar
masyarakat mengetahui produk bakso yang
mengandung formalin sehingga terlindungi
dari bahayanya.
Karakterisik populasi yang digunakan
pada praktikum ini adalah karakteristik jenis
populasi yang bersifat homogen. Populasi
dikatakan homogen apabila unsur-unsur dari
populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang
relatif seragam satu sama lainnya [2]. Populasi
yang diteliti adalah populasi bakso, sesuai
dengan literatur bakso yang diteliti memiliki
sifat yang relatif sama satu sama lain. Maka
dapat digolongkan populasi yang diteliti
adalah populasi homogen. Sebanyak satu lot
yang diambil dari populasi bakso adalah 2000
kemasan, dari 2000 kemasan ini diambil 1
kemasan dari setiap toko. PT X memasok
bakso kepada 6 toko yang terdapat di pasar
Anyar. Oleh karena itu, sampel yang diambil
adalah 6 kemasan. Setiap bungkus diambil 5
butir bakso kemudian dicampurkan.
Latihan
pengambilan
contoh
(sampling) bakso di enam toko yang berasal
dari perusahaan PT X yang diduga
mengandung formalin di wilayah pasar Anyar
dapat digambarkan dalam sebuah skema
berikut.

Gambar 1
(sampling)

Skema pengambilan contoh

Pengambilan sampel pada kasus


tersebut dilakukan dengan mengambil 6
kemasan bakso yang diproduksi oleh
perusahaan X dalam satu lot. Jumlah yang
diambil sebanyak 6 kemasan karena jumlah
kemasan yang diproduksi dalam satu lot
kurang dari 4800. Pengambilan produk
dilakukan berasal dari 6 toko yang berbeda
karena bakso tersebut dipasarkan oleh 6 toko
tersebut dengan perbandingan yang hampir
sama sehingga perbandingan pengambilan
produk untuk sampel juga sama yakni 1
kemasan dari setiap toko sehingga didapatkan
6 kemasan bakso untuk dijadikan sampel.
Setiap kemasan bakso tersebut diambil
masing-masing 5 butir bakso atau 1 kg bakso.
Namun karena berat setiap kemasan tidak
mencapai 1 kg, maka digunakan pendekatan
dengan mengambil 5 unit terkecil bakso
tersebut yakni sebanyak 5 butir untuk setiap
kemasan. Sebanyak 5 butir bakso yang
didapatkan dari 6 kemasan yang berbeda
kemudian dicampurkan dan dihaluskan untuk
mendapatkan hasil yang akurat. Bakso yang
telah tercampur secara merata barulah dapat
jadikan sampel. Sampel tersebut harus segera
dibawa ke laboratorium untuk mencegah
terjadinya kontaminasi pada sampel.

KESIMPULAN
Praktikum pelatihan pengambilan
contoh (sampling) mengambil kasus yakni
bakso di enam toko yang berasal dari
perusahaan PT X yang diduga mengandung
formalin di wilayah pasar Anyar. Praktikan
dapat melakukan teknik sampling yang dapat
mewakili suatu populasi, seperti pada kasus
formalin pada bakso yang diberi uji kualitatif
untuk mengetahui mengandung formalin
formalin atau tidak. Sebanyak satu lot yang
diambil dari populasi bakso adalah 2000
kemasan, dari 2000 kemasan ini diambil 1
kemasan dari setiap toko. PT X memasok
bakso kepada 6 toko yang terdapat di pasar
Anyar. Oleh karena itu, sampel yang diambil
adalah 6 kemasan. Setiap bungkus diambil 5
butir bakso kemudian dicampurkan. Bakso
yang telah tercampur secara merata barulah
dapat jadikan sampel dan dibawa ke
laboratorium untuk diteliti lebih lanjut.
Saran yang diberikan untuk praktikum
sebaiknya dalam melaksanakan praktikum
dengan sebaik-baiknya dan mengerti prinsip
dan konsep dalam pengambilan contoh
(sampling).
Pemahaman
mengenai
pengambilan contoh (sampling) akan sangat
berguna berkaitan dengan praktik di lapangan
yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nurhayati. Studi perbandingan metode
sampling antara simple random dengan
stratified random. Jurnal Basis Data. 2008;
3(1): 18-32.
2. Suharyadi, Purwanto SK. Statistika: Untuk
Ekonomi dan Keuangan Modern, Edisi 2.
Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat.
2007.

3. Suryadi H, Kurniadi M, Melanie Y.


Analisis formalin dalam sampel ikan dan
udang segar dari dasar Muara Angke.
Jurnal Ilmu Kefarmasian. 2010; 7(3): 1631.
4. Than HM, Yuwono SS. Analisis preferensi,
perilaku mahasiswa dan keamanan pangan
terhadap produk bakso di sekitar
Universitas Brawijaya. Jurnal Pangan dan
Agroindustri. 2014; 2(4): 89-100.
5. Widodo D. Ilmu Penyakit Dalam,
Edisi 4. Jakarta (ID): Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia;
2006.
6. Winarno FG. Kimia Pangan dan
Gizi.
Yogyakarta
(ID):
PT.
Gramedia Pustaka Utama; 1997.
Tabel 1 Pembagian tugas
Nama
Dian Annisa

Tugas
Editor, cover,
kesimpulan,
daftar
pustaka
Kusmiyanti
Pendahuluan,
metode.
Adzra Izzati Hasil
dan
G
pembahasan
paragraf 1
Mesayu
Hasil
dan
Karima M
pembahasan
paragraf 2
Stefanus
Hasil
dan
Aldo S
pembahasan
paragraf
3
dan skema
Anindita
Abstrak
Nurul PH

TTD

You might also like