Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
This research aims to identify the application of the system of integrated agricultural
Biocyclofarming (BCF), the benefits of BCF in support of food security, agreements, mechanisms
of stakeholders, and problems faced. The results of this research show that in the village of Pakutik
Banjar District, has implemented simply BCF utilizing organic wastes results from agriculture,
animal husbandry and forestry products (agrisilvopasture system) to be made into compost which
later became the organic fertilizer for the plant. The benefits derived from the application of the
BCF for the respondent is the increase in the value added of organic waste into compost, the
availability of foodstuffs and textiles (in the form of rice, groundnuts, cassava, sweet potatoes,
bananas, corn, cashew nuts, meat, eggs), contributed to revenues of 53.1%, and improve the quality
of the nutrition society. Community with stakeholders have made agreements in particular in the
field of dairy farms and chicken related to production sharing. Problems faced by the society
mainly related to land, since lands that they manage are in forested areas, it was feared would
threaten food security and their household economy.
Key words: biocyclofarming, agrosilvopasture, food security
1. Pendahuluan
Di Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun,
laju pertumbuhan penduduk meningkat ratarata 1,49 persen per tahun (BPS, 2010). Angka
tersebut mengindikasikan besarnya bahan
pangan yang harus tersedia. Pada tahun 1960an, konsumsi beras per kapita rakyat Indonesia
sekitar 130 kg/tahun.
Namun, rata-rata
konsumsi beras meningkat menjadi 139,15
kg/kapita/tahun pada kurun waktu tahun 20062009. Nilai ini berada di atas rata-rata konsumsi
berasa dunia sekitar 60 kg/kapita/tahun
(Republika, 2010). Kebutuhan yang besar jika
tidak diimbangi peningkatan produksi pangan
akan menghadapi masalah yang serius.
Salah satu alternatif peningkatan produksi
adalah dengan pola ekstensifikasi dengan
memanfaatkan lahan kehutanan dengan
mengembangkan sistem agroforestri. Saat ini,
kontribusi sektor kehutanan dalam ketersediaan
pangan nasional mencapai angka 3,4 juta ton
per tahuan untuk komoditas padi, jagung,
kedelai dan umbi-umbian.
Oleh karena itu, ketahanan pangan di
perdesaan perlu ditingkatkan bukan semata
552
2. Metode penelitian
Lokasi penelitian secara administrasi terletak
di Desa Pakutik, Kecamatan Sungai Pinang,
Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan
Selatan. Daerah ini berada dalam kawasan
hutan di bawah pengelolaan KPHP Banjar
(Wangsadijaya, S. 2009).
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif melalui studi dokumentasi,
dan wawancara mendalam (depth interview)
terhadap subjek yang dalam hal ini adalah
petani penerap BCF (7 orang). Bagi setiap
stakeholders yang terlibat dan terkait kegiatan
dilakukan analisa peran terhadap mekanisme
para pihak. Kemudian melakukan analisa
komparatif terhadap data dan fakta kegiatan
lapangan dan mengambil kesimpulan secara
sylogistik.
3. Hasil dan pembahasan
3.1. Gambaran
umum
pelaksanaan
Biocyclofarming (BCF)
Bio Cyclo Farming (BCF) adalah suatu proses
keterpaduan antar sektoral pada bidang
pertanian yang saling memanfaatkan sisa dari
proses pengelolaan dari suatu sektor, yang
Pemanfaatan
b
c
d
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
e
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Keterangan :
** = belum menghasilkan; a. Konsumsi sendiri; b. Obat-obatan; c. Kontruksi; d. Kerajinan; e.
Dijual; f. Barter Barang
553
1) Pertanian
Kegiatan pertanian/bercocok tanam memang
telah menjadi mata pencaharian utama
masyarakat di Desa Pakutik. Kegiatan pertanian
yang dilaksanakan adalah menanam padi pada
lahan kering (jenis padi Duyung), biasanya
penanaman padi tersebut dilaksanakan pada
musim penghujan dan hasilnya untuk memenuhi
kebutuhan sendiri (subsisten) yang diperkirakan
mencukupi sampai musim panen berikutnya
dan kalau ada sisanya baru dijual. Produktivitas
tanaman padi rata-rata mencapai 2,48 ton/ha
dengan sebaran produksi padi penerap BCF
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.
Hasil
wawancara
dengan
informan
dihubungkan dengan kebutuhan beras diketahui
bahwa konsumsi beras (kg/hari) rata-rata
sebesar 0,45 kg/kapita/hari. Sehinggga untuk
mengetahui kebutuhan pangan berupa beras
diperoleh dengan mengalikan jumlah anggota
Kebutuhan beras
(kg/tahun)
919,80
1.073,10
766,50
613,20
919,80
1.073,10
1.073,10
4.752,30
554
Surplus
598,20
444,90
763,50
1.030,80
160,20
474,90
498,90
5.657,70
Masa Panen
3 bulan
3,3 bulan
3,5 bulan
3,5 bulan
2) Kehutanan
Umumnya petani mengelola lahan yang luas
sehingga hampir setiap penduduk menanam
tanaman kehutanan berupa tanaman Jati,
Kemiri, Karet dan Sengon. Hutan yang
dikelola
masyarakat
merupakan
areal
Gerhan/GN-RHL yang berasal dari subsidi
pemerintah dengan luas adalah 748 ha dan
potensi berkisar antara 340 - 471 pohon/ha
(Balitbangda Kalsel, 2010).
3) Peternakan
Di bidang peternakan, ternak yang dipelihara
oleh masyarakat adalah Sapi dan Ayam. Untuk
pemeliharaan sapi dan ayam dilakukan masih
secara konvensional. Para petani biasanya
mengembangkan ternak sapi yang masih muda
untuk dipelihara selama 2 tahun dan kemudian
dijual. Penjualan sapi biasanya dilakukan pada
waktu mendekati Hari Raya Idul Adha (Idul
Qurban). Selama pemeliharaan, para peternak
menggunakan tenag sapi untuk membajak
ladang yang akan ditanami.
Upah yang
diperoleh dari membajak setengah hari adalah
Rp 35.000 per hari. Pemberian pakan sapi
biasanya dilakukan dengan cara digembalakan
dan dicarikan rumput. Untuk memenuhi pakan
ternaknya sebagian kecil petani ada yang
menanam rumput gajah.
Kegiatan ternak ayam buras yang
dikembangkan masyarakat dengan pakan yang
tersedia di alam seperti sisa-sisa bulir padi,
jagung hasil panen masyarakat atau sisa beras
yang telah ditampi. Ayam-ayam peliharaan
tersebut dibuatkan kandang dari bambu.
Biasanya dilepas sehabis Shalat Subuh dan
masuk ke kandang menjelang magrib.
4) Komposting
Pembuatan kompos sudah lama dilaksanakan
oleh para petani dengan cara tradisional yaitu
kotoran sapi dan sisa makanan sapi (rumput)
dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam
lubang.
Setelah beberapa lama maka
terbentuklah kompos, kompos tersebut
digunakan petani untuk memupuk tanamannya.
5) Skema Biocyclofarming
Dalam alur proses suatu pengolahan akan
selalu menimbulkan suatu sisa dari proses
tersebut. Sisa proses dapat dikatakan sebagai
limbah dari proses yang berlanjut. Limbah
dapatmenjadi suatu hal yang merugikan jika
555
Ketersediaan
Produk Pangan
Penduduk
Tanaman Pangan,
Pakan Ternak dan
Kayu
Populasi Ternak
Pupuk Organik
Produksi Protein
Hewani
Limbah Organik
BUPATI
BALITBANGDA
KAL-SEL
BAPPEDA
KAB.BANJAR
BPPT PUSAT
DINAS/INSTANSI
TERKAIT/TERLIBAT
DISHUT
DISBUN
DISNAK
DISTAN
KEGIATAN BCF
MASYARAKAT
SARJANA PENDAMPING
Gambar 2. Gambaran Mekanisme para pihak dalam program BCF
b.
Untuk
Ternak
Ayam,
meliputi:
Pemeliharaan ayam (sementara) adalah
penggemukan (yang ada baru 31 ekor dari
250 ekor yang direncanakan; Lamanya
jangka waktu pemeliharaan 10 bulan;
Setelah dipelihara selama 10 bulan akan
dilakukan penjualan; Sistem pembagian
hasil/ keuntungan kurang jelas (yang
memelihara adalah anak SD, karena yang
bertanggung jawab gurunya)
556
557
5. Saran
5.1. Teknologi Biosiklofarming adalah suatu
inovasi baru, maka diperlukan persiapan
yang matang terutama menyangkut
alokasi dana, waktu pelaksanaanya serta
sumberdaya pendukung (masyarakat,
pendamping, penyuluh, mitra usaha dan
stakeholders lainnya).
5.2. Rancangan atau design BCF sebaiknya
didasarkan atas kajian diagnostik
terhadap calon lokasi (sementara ini
nampaknya
digenaralisir),
terutama
menyangkut karakteristik sosial-budaya
masyarakat dan pedo-agroklimat yang
berkaitan langsung dengan komoditas
tanaman dan ternak yang
akan
dikembangkan sebagai pilar dari
teknologi BCF.
6. Daftar pustaka
Anonim, 2010.
Data
Desa/Kelurahan Pakutik
dasar
profil
di
558