You are on page 1of 5

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Customer untuk Pengiriman

KatalogProduk Secara Rutin


1

Diki SetiaNugraha,2DestyanShoreaPermatasari, 3Faizal Ridwan, 4Surya Fajar Edi Putera


Email :1dikisetianugraha@gmail.com, 2desjtk09@gmail.com, 3f.ridwan99@gmail.com,
4
suryafajarediputera@gmail.com

Abstrak
Secara umum, jenis ke butuhan manusia di bedakan menjadi kebutuhan primer, kebutuhan
sekunder, dan kebutuhan tersier. Kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang
tidak secara rutin harus dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari, atau dengan kata lain hanya ketika
benar-benar di perlukan saja. Klasifikasi kebutuhan tersier bagi setiap manusia pun tidak selalu
sama, hal ini di karenakan adanya pengaruh tingkat ekonomi dan gaya hidup dari manusia tersebut.
Perusahaan dan vendor-vendor penyedia produk dan jasa akan kebutuhan tambahan (sekunder dan
tersier) banyak yang menggunakan strategi pemasaran dengan mengirimkan catalog produk secara
rutin terhadap seluruh customer nya. Contoh kasusnya adalah promo-promo harian dari Fashion
Online Shop yang dikirim melalui email dan brosur-brosur produk yang dikirim bersamaan dengan
tagihan kartu kredit oleh suatu Bank. Jika perusahaan-perusahaan tersebut memiliki sebuah Sistem
Pendukung Keputusan yang dapat memilah-milah customer mana saja yang dianggap perlu untuk
dikirimkan catalog produk dan bisa menentukan periode atau kapan waktu yang tepat bagi
customer tersebut mendapatkan catalog, maka perusahaan dapat menghemat biaya promosi atau
pemasaran produknya dan para customer pun tidak perlu lagi merasa direpotkan atau risih dengan
banyaknya catalog pada inbox email atau dalam bentuk brosur yang pada akhirnya tidak berguna.
Kata kunci : customer;katalog; Perusahaan/vendor; Produk; Promosi/pemasaran;

Abstract
In general, the type of human needs can be divided into primary needs, secondary needs, and
tertiary needs. Secondary and tertiary needs are not routinely need to be met in everyday life, or in
other words only when absolutely necessary. Classification of tertiary needs for every single
human being is not always the same, this is due to the influence of the level of economic and the
lifestyle. Many of Company and product or service vendors use the marketing strategy to send a
product catalog on a regular basis to all its customers. A case in point are: the daily promo of
Fashion Online Shop which sent via email and product brochures which sent along with the credit
card bill by a bank. If these companies have a decision support system that can sort out where the
customer is considered necessary to be sent a product catalog and can determine the period or
when the right time for the customer to get the catalog. It could be profitable for the company that
they can save the cost of promotion or products marketing, and even better for the customer that
they wont feel bothered or uncomfortable with the amount of catalog in their mailbox that
ultimately useless.
Keywords: customer; catalogs; companies/vendors; products; promotion/marketing;

1. Pendahuluan
Perkembangan teknologi di dunia yang sangat pesat
membawa dampak di seluruh laposan bidang bisnis baik dalam
perusahaan yang menawarkan produk maupun perusahaan yang
menawarkan jasa. Tujuan komputerisasi membantu pekerjaaan
agar lebih efektif dan efisien. Dari segi bisinis komputerisasi
dapat membantu perusahaan dalam berkomunikasi dengan para
pelanggan, sehingga akan tercipta hubungan baik antara
perusahaan dan pelanggan.

2. Landasan Teori
2.1 E-Business
Menurut Dave Chavey (2009: 13), E-Business merupakan
penerapan informasi, proses bisnis yang ada di dalam
organisasi, dan hubungan dengan pemegang saham
menggunakan media internet. Menurut OBrien dan Marakas
(2008: 594), E-Businees adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan proses bisnis, e-commerce, kerjasama dan
komunikasi antar perusahaan dengan pelanggan, pemasok dan
pemegang saham lainya menggunakan teknologi internet.

2.2 E-Commerse
Menurut Laudon (2012: 49), E-Commerce adalah
menggunakan media internet dan website untuk melakukan
transaksi bisnis antara organaisasi dengan individu. Menurut
Dave Chavey(2009: 10), E-Commerce adalah penjualan dan
pembelian melalui media internet dan pertukaran informasi
antara organisasi dengan pihak luar. Jadi, E-Commerce dapat
disimpulkan sebagai sarana penjualan dan pembelian yang
dilakukan oleh organisasi melalui media internet.
Menurut Laudon (2012: 58), ada 5 jenis dari E-Commerce,
yaitu :
1. Business to Consumer (B2C) E - Commerce
Bisnis yang menjual langsung kepada konsumen akhir
mengunakan media
online.
2. Business to Business (B2B ) E - Commerce
Bisnis yang menjual barang atau jasa kepada bisnis lain
menggunakan media
online
3. Consumer to Consumer (C2C ) E - Commerce
Konsumen yang menjual barang atau jasa kepada konsumen
lain
menggunakan media online
4. Peer to Peer (P2P ) E - Commerce
Sebuah teknologi yang memungkinkan pengguna internet
untuk mengirim
data secara langsung tanpa harus ke web server terlebih
dahulu.
5. Mobile Commerce M - Commerce
Menggunakan media tanpa kabel untuk bertransaksi melalui
media internet.

2.3 Customer Relationship (CRM)


Customer Relationship Management (selanjutnya disingkat
CRM) sangat penting dalam suatu perusahaan. Kunci

keberhasilan dalam penjualan dewasa ini tidak hanya


bergantung kepada kualitas produk dan jasa yang dihasilkan,
tetapi bergantung juga kepada seberapa besarnya upaya suatu
perusahaan dalam memuaskan keinginan pelanggan,
memberikan pelayanan yang baik. Dan bagaimana pelanggan
tersebut menjadi pelanggan setia.
Konsep CRM dalam beberapa tahun terakhir ini telah
berkembang menjadi konsep penting yang sangat dibutuhkan
oleh penyedia jasa atau barang. Garis besarnya adalah
menempatkan bisnis untuk menjadi lebih fokus kepada
pelanggan. Dengan menggunakan CRM perusahaan bisa
mengoptimalkan proses penjualan.
Terdapat beberapa inisiatif CRM yang dapat membantu
menjalin hubungan baik dengan pelanggan. Inisiatif yang
dipakai pada aplikasi ini adalah:

2.3.1 Cross-selling dan up-selling


Pemasaaran cross-selling adalah sebuah istilah umum yang
digunakan untuk menjelaskan penjualan additional products dan
layanan kepada pelanggan yang telah membeli sesuatu dari
perusahaan (Cohen,2004).
Perusahaan dapat mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan
pelanggan untuk menetapkan product tambahan (additional
product) dari product utama. Cross-selling biasanya digunakan
oleh sebagian besar perusahaan untuk menentukan rekomendasi
produk apa yang seharusnya dijual. Sebagai contoh salah satu
online store terkemuka lazada.com dapat dengan jelas terlihat
jika seseorang membeli suatu barang maka system website akan
merekomendasikan mengenai barang yang berhubungan yang
direkomendasikan untuk dibeli. Hal ini dapat dilakukan melalui
analisis cross-selling berdasarkan pola pembelian pelanggan
yang bertransaksi online melalui website.
Tujuan akhir dari cross-selling dalah menciptakan situasi
sama menguntungkan (win-win solution) dimana kedua belah
pihak (pelanggan dan perusahan) menerima keuntungan.
Pelanggan menerima keuntungan dari pelayanan yang diberikan
perusahaan dengan lebih baik dibandingkan kebutuhan mereka,
sedangkan
perusahaan
menerima
keuntungan
dari
meningkatnya penjualan.
Dalam penggunaan data mining untuk cross-selling haruslah
dimulai pada data pelanggan tentang kebiasaan mereka dalam
membeli. Pada umumnya bentuk cross-selling tidaklah berbeda
dengan analisis yang diperlukan untuk penawaran produk
tunggal.
Up-selling adalah teknik penjualan dimana penjual
menginduksi pelanggan untuk membeli barang-barang lebih
mahal, upgrade atau add-ons lainnya dalam upaya untuk
membuat penjualan lebih menguntungkan. Upselling biasanya
melibatkan jasa lebihmenguntungkan pemasaran atau produk
tetapi dapat hanya mengungkapkan pelanggan untuk pilihan
yang lain yang mungkin dianggap. Dalam prakteknya,
perusahaan biasanya menggabungkan metoda cross selling dan
upselling untuk memaksimalkan keuntungan.
Suatu website mempunyai beberapa aturan untuk crossselling dan upselling:
1.
Menjual terlebih dahulu, tidak berusaha untuk
melakukan up-sell atau cross-sell sampai terjadi pesanan.
Mencoba menjual produk tambahan yang terlalu dini dapat
mempengaruhi penjualan utama.
2.
Tidak membuang barang sisa, artinya tahan keinginan
untuk menggunakan cross-selling untuk memindahkan stok
yang tidak diinginkan.
3.
Batas dan hubungan, batasi menambahkan barang
kepada pelanggan. Jangan menyarankan barang yang tidak

memiliki hubungan dengan barang yang akan dibeli oleh


pelanggan.
4.
Keakraban
melahirkan
kesuksesan,
semakin
pelanggan mengenal produk tambahan, semakin besar
kemungkinan mereka untuk membeli. Cross-selling bukanlah
kesempatan untuk memperkenalkan produk baru. Arah
marketing yang salah dapat menyebabkan pelanggan alergi.
5.
Perancangan. Putuskan sebelumnya, seperti produk
yang mana mempunyai hubungan dengan produk tambahan.

4.

2.3.2 Aplikasi Cross-selling dan upselling


Cara yang digunakan untuk mengaplikasikan Cross Selling
adalah:
1. Mengambil data barang apa saja yang telah terjual
bersama barang yang sedang dilihat
2. Akumulasi banyak barang yang paling banyak dibeli
bersama barang yang sedang dilihat.
3. Urutkan berdasarkan barang yang paling banyak dibeli.
4. Ambil 3 barang teratas untuk direkomendasikan
Cara yang digunakan untuk mengaplikasikan Up-Selling
adalah :
1. Mengambil data barang yang harga jualnya lebih tinggi
dari barang yang sedang dilihat.
2. Urutkan dari harga termurah sampai termahal.
3. Tampilkan barang dari harga termurah sampai termahal.

2.4 Algoritma Greedy


Algoritma greedy merupakan metode yang paling
populer untuk memecahkan persoalan optimasi. Prinsip
greedy adalah: take what you can get now!.

Algoritma greedy membentuk solusi langkah per


langkah (step by step). Terdapat banyak pilihan yang perlu
dieksplorasi pada setiap langkah solusi. Oleh karena itu, pada
setiap langkah harus dibuat keputusan yang terbaik dalam
menentukan pilihan. Keputusan yang telah diambil pada
suatu langkah tidak dapat diubah lagi pada langkah
selanjutnya.
Pendekatan yang digunakan di dalam algoritma
greedy adalah membuat pilihan yang tampaknya
memberikan perolehan terbaik, yaitu dengan membuat
pilihan optimum lokal (local optimum) pada setiap langkah
dengan harapan bahwa sisanya mengarah ke solusi optimum
global (global optimum).
Algoritma
greedy
adalah
algoritma
yang
memecahkan masalah langkah per langkah, pada setiap
langkah:
1. Mengambil pilihan yang terbaik yang dapat
diperoleh pada saat itu tanpa memperhatikan konsekuensi ke
depan (prinsip take what you can get now!)
2. Berharap bahwa dengan memilih optimum lokal
pada setiap langkah akan berakhir dengan optimum global.
Pada setiap langkah diperoleh optimum lokal. Bila
algoritma berakhir, kita berharap optimum lokal menjadi
optimum global.

2.4.1 Skema umum Algoritma Greedy


Algoritma greedy disusun oleh elemen-elemen
berikut:
1. Himpunan kandidat.
Berisi elemen-elemen pembentuk solusi.
2. Himpunan solusi
Berisi kandidat-kandidat yang terpilih sebagai
solusi persoalan.
3. Fungsi seleksi (selection function)
Memilih kandidat yang paling memungkinkan
mencapai solusi optimal. Kandidat yang sudah
dipilih pada suatu langkah tidak pernah
dipertimbangkan lagi pada langkah selanjutnya.

5.

Fungsi kelayakan (feasible)


Memeriksa apakah suatu kandidat yang telah
dipilih dapat memberikan solusi yang layak,
yakni kandidat tersebut bersama-sama dengan
himpunan solusi yang sudah terbentuk tidak
melanggar kendala (constraints) yang ada.
Kandidat yang layak dimasukkan ke dalam
himpunan solusi, sedangkan kandidat yang tidak
layak dibuang dan tidak pernah dipertimbangkan
lagi.
Fungsi
obyektif,
yaitu
fungsi
yang
memaksimumkan atau meminimumkan nilai
solusi (misalnya panjang lintasan, keuntungan,
dan lain-lain).

2.4.2 Pseudo-code Algoritma Greedy


procedure greedy
(input C: himpunan_kandidat;
output S : himpunan_solusi)
{

menentukan solusi optimum


algoritma greedy
Masukan: himpunan kandidat C
Keluaran: himpunan solusi S

dari

persoal

}
Deklarasi
x : kandidat;

Algoritma:
S{}
{ inisialisasi S dengan
while (belum SOLUSI(S)) and (C {} ) do
xSELEKSI(C);
{ pilih sebuah kandidat
C C - {x}
{ elemen himpunan kandid
if LAYAK(S {x}) then
SS {x}
endif
endwhile
{SOLUSI(S) sudah diperoleh or C = {} }

Metode Penelitian
In a two-component gel, it is easy to modify the molecular
structure of either of the two components.

Hasil dan Pembahasan


Most interestingly, the ratio of the two components has a
profound effect on the microscopic structure and macroscopic
properties of the gel in toluene.

The nature of the aggregates present in dilute solution, below


the gelation threshold concentration, was investigated using
atomic force microscopy (AFM). When the two components
were present in a 2:1 (dendrimer:diamine) ratio, rod like
aggregates were observed in the AFM images (Fig. 4a shows
aligned rods running from upper left to lower right). The lngth
of these rods was approximately 100 nm, and their diameters
were ca. 9 nm (depth ca. 1 nm).
Acknowledgement. We are grateful for the UTM scholarship
to Author1.

Referensi
(1)
(2)

Figure 1 SEM of 2:1 (dendrimer:diamine) gelation system A in


toluene [Dendritic Branch] = 9mM, [Aliphatic Diamine] = 3 mM

Simpulan dan Saran

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

P. B. Moore, J. Louisnathan. 1967. Science. 156: 1361.


A.M. Valentine.2006. Titanium: Inorganic and Coordination
Chemistry. Encyclopedia of Inorganic Chemistry.New York: Wiley.
B. Notari.1993. Catalysis Today. 18: 163.
H. Nur, S. Ikeda, B. Ohtani. 2001.J. Catal. 204: 402.
V. A. Zeitler, C. A. Brown.1957. J. Phys. Chem. 61: 1174.
G. P. Pez, P. Apgar, R. K. Crissey.1982. J. Am. Chem. Soc. 104: 482.
E. Astorino, J. B. Peri, R. J. Willey, G. Busca.1996. J. Catal. 157:
482.
R. H. Glaser, G. L. Wilkes, C. E. Bronnimann.1989. J. Non-Cryst.
Solids. 113: 73.

kur2003.if.itb.ac.id IF2251 Strategi Algoritmik

You might also like