You are on page 1of 157

DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA, NOC & NIC

1. Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif


2. Resiko pola nafas tidak afektif b/d penurunan energi dalam bernafas
3. Pola Nafas tidak efektif
4. Gangguan Pertukaran gas
5. Kurang Pengetahuan
6. Disfungsi respon penyapihan ventilator
7. Resiko Aspirasi
8. Hipertermia
9. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan
kurang, paparan lingkungan dingin/panas.
10. Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin
11. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
12. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan
berlebihan
13. Resiko defisit volume cairan b/d intake yang kurang dan diaporesis
14. Defisit Volume Cairan
15. Kelebihan Volume Cairan
16. Resiko penyebaran infeksi b/d penurunan system imun, aspek kronis
penyakit

17. Resiko Infeksi


18. Cemas
19. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
20. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan
frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup.
21. Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia
jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli.
22. Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah, ketidakmampuan
memenuhi metabolisme otot rangka, kongesti pulmonal yang
menimbulkan hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi yang buruk selama
sakit kritis.
23. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik
24. Resiko gangguan integritas kulit b/d keterbatasan mobilitas
25. Kerusakan integritas kulit b/d penurunan imunitas
26. Nyeri akut : sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
27. Perfusi jaringan serebral tidak efektif b/d edema serebral/penyumbatan
aliran darah
28. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler
29. Resiko trauma b/d kejang
30. Resiko Aspirasi b/d tidak efektifnya kebersihan jalan nafas dan tidak
adanya reflek muntah

31. Resiko Injury b/d immobilisasi, penekanan sensorik patologi intrakranial


dan ketidaksadaran
32. Ketidakefektifan pola minum bayi b/d prematuritas
33. Diare b/d efek fototerapi
34. Kelelahan b/d status penyakit, anemia, malnutrisi
35. Gangguan pola defeksi : diare b/d proses peradangan pada dinding
usus halus
36. Perubahan pola defeksi : konstipasi b/d proses peradangan pada
dinding usus halus,
37. Inkontinensia Bowel b/d struktur anus yang tidak komplit
38. PK : Syok Septik
39. PK : Hipoglikemia
40. PK : Asidosis
41. PK : Anemia
42. PK : sepsis

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Dan Criteria

No

Intervensi

Hasil
Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif

NOC :

Respiratory status :
Definisi : Ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau

Ventilation
Respiratory status :

NIC :
Airway suction

Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctio

obstruksi dari saluran pernafasan


untuk mempertahankan
kebersihan jalan nafas.

Airway patency

Auskultasi suara nafas sebelum da


suctioning.

Aspiration Control

Informasikan pada klien dan keluar


suctioning

Batasan Karakteristik :

Kriteria Hasil :

Minta klien nafas dalam sebelum suction

Mendemonstrasikan
Berikan O2 dengan menggunakan n
Dispneu, Penurunan suara nafas
batuk efektif dan suara
memfasilitasi suksion nasotrakeal
nafas yang bersih, tidak
Orthopneu
Cyanosis
Kelainan suara nafas (rales,
wheezing)
Kesulitan berbicara
Batuk, tidak efekotif atau tidak
ada
Mata melebar
Produksi sputum
Gelisah
Perubahan frekuensi dan irama
nafas

ada

sianosis

Gunakan alat yang steril sitiap melakuka


dan

dyspneu

(mampu
Anjurkan pasien untuk istirahat dan n
mengeluarkan sputum,
setelah kateter dikeluarkan dari nasotra
mampu bernafas dengan
Monitor status oksigen pasien
mudah, tidak ada pursed
lips)

Ajarkan

rentang
ada

normal,
suara

tidak
nafas

abnormal)

mencegah factor yang


dapat menghambat jalan

menghirup asap rokok, perokok


pasif-POK, infeksi

cara

yang paten (klien tidak


Hentikan suksion dan berikan oksig
merasa tercekik, irama
pasien menunjukkan bradikardi,
nafas,
frekuensi
saturasi O2, dll.
pernafasan
dalam

mengidentifikasikan dan

Lingkungan : merokok,

bagaimana

Menunjukkan jalan nafas suksion

Mampu

Faktor-faktor yang berhubungan:

keluarga

nafas

Airway Management

Buka jalan nafas, guanakan teknik c


jaw thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk memaksimalka

Identifikasi pasien perlunya pemas


jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Fisiologis : disfungsi
neuromuskular, hiperplasia

Keluarkan sekret dengan batuk atau s

dinding bronkus, alergi jalan

Auskultasi suara nafas, catat ada

nafas, asma.

tambahan

Obstruksi jalan nafas : spasme

Lakukan suction pada mayo

jalan nafas, sekresi tertahan,


banyaknya mukus, adanya jalan

Berikan bronkodilator bila perlu

nafas buatan, sekresi bronkus,

Berikan pelembab udara Kassa b

adanya eksudat di alveolus,

Lembab

adanya benda asing di jalan


nafas.

Atur

intake

untuk

cairan

men

keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2

Resiko pola nafas tidak afektif b/d


penurunan energi dalam bernafas.

NOC :

NIC :

Respiratory status :

Airway Management

Buka jalan nafas, guanakan teknik c

Ventilation
Definisi : Pertukaran udara inspirasi Respiratory
dan/atau ekspirasi tidak adekuat

Batasan karakteristik :
- Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran udara per
menit
- Menggunakan otot pernafasan

status

jaw thrust bila perlu

Airway patency

Posisikan pasien untuk memaksimalka

Vital sign Status

Identifikasi pasien perlunya pemas


jalan nafas buatan

Kriteria Hasil :

Pasang mayo bila perlu

Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada

sianosis

dyspneu

dan

(mampu

mengeluarkan sputum,

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau s

Auskultasi suara nafas, catat ada

tambahan
- Nasal flaring
- Dyspnea
- Orthopnea
- Perubahan penyimpangan dada
- Nafas pendek
- Assumption of 3-point position
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi berlangsung
sangat lama
- Peningkatan diameter anteriorposterior
- Pernafasan rata-rata/minimal

mampu

bernafas tambahan

dengan mudah, tidak


ada pursed lips)
Menunjukkan

jalan

nafas yang paten (klien

Lakukan suction pada mayo


Berikan bronkodilator bila perlu

Berikan pelembab udara Kassa b

tidak merasa tercekik, Lembab


irama nafas, frekuensi
pernafasan

dalam

rentang normal, tidak


ada

suara

nafas

Atur

intake

untuk

cairan

men

keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2

abnormal)
Tanda Tanda vital dalam
rentang

normal

(tekanan darah, nadi, Oxygen Therapy


pernafasan)

Bersihkan mulut, hidung dan secret trak


Pertahankan jalan nafas yang paten

Bayi : < 25 atau > 60

Atur peralatan oksigenasi

Usia 1-4 : < 20 atau > 30

Monitor aliran oksigen

Usia 5-14 : < 14 atau > 25

Pertahankan posisi pasien

Usia > 14 : < 11 atau > 24

Onservasi adanya tanda tanda hipovent

- Kedalaman pernafasan

Monitor

adanya

kecemasan

pasien

oksigenasi

Dewasa volume tidalnya 500 ml


saat istirahat
Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
- Timing rasio

Vital sign Monitoring

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Catat adanya fluktuasi tekanan d

- Penurunan kapasitas vital

Faktor yang berhubungan :


Hiperventilasi
Deformitas tulang
Kelainan bentuk dinding dada
Penurunan energi/kelelahan
Perusakan/pelemahan muskuloskeletal

Monitor VS saat pasien berba


atau berdiri

Auskultasi TD pada kedua


bandingkan

Monitor TD, nadi, RR, sebelu


dan setelah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi

Monitor frekuensi dan irama per


Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan abnorm

Monitor suhu, warna, dan kelem


Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad (t


yang melebar, bradikardi, peningkatan s

Obesitas

Identifikasi penyebab dari peru


sign

Posisi tubuh
Kelelahan otot pernafasan
Hipoventilasi sindrom
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi Neuromuskuler
Kerusakan persepsi/kognitif
Perlukaan pada jaringan syaraf
tulang belakang
Imaturitas Neurologis

Pola Nafas tidak efektif

NOC :

NIC :

Respiratory status :

inspirasi dan/atau ekspirasi tidak Respiratory

Identifikasi pasien perlunya pemas

- Dyspnea
- Orthopnea
- Perubahan penyimpangan dada
- Nafas pendek
- Assumption of 3-point position
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi berlangsung
sangat lama
- Peningkatan diameter anteriorposterior

jalan nafas buatan

Kriteria Hasil :

Pasang mayo bila perlu

Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara

- Penurunan pertukaran udara per

- Nasal flaring

jaw thrust bila perlu

Vital sign Status

inspirasi/ekspirasi

tambahan

Posisikan pasien untuk memaksimalka

Batasan karakteristik :

- Menggunakan otot pernafasan

status

Airway patency

adekuat

menit

Buka jalan nafas, guanakan teknik c

Ventilation

Definisi : Pertukaran udara

- Penurunan tekanan

Airway Management

nafas yang bersih, tidak


ada

sianosis

dan

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau s

Auskultasi suara nafas, catat ada

dyspneu

(mampu

mengeluarkan

sputum, tambahan

mampu bernafas dengan


mudah, tidak ada pursed

Lakukan suction pada mayo


Berikan bronkodilator bila perlu

lips)
Menunjukkan jalan nafas

Berikan pelembab udara Kassa b

yang paten (klien tidak Lembab


merasa tercekik, irama
nafas,

frekuensi

pernafasan
rentang
ada

normal,
suara

dalam
tidak

Atur

intake

untuk

cairan

men

keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2

nafas

abnormal)
Tanda Tanda vital dalam

Terapi Oksigen

Bersihkan mulut, hidung dan secret trak


rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)
Pertahankan jalan nafas yang paten
Atur peralatan oksigenasi

- Pernafasan rata-rata/minimal

Monitor aliran oksigen

Bayi : < 25 atau > 60

Pertahankan posisi pasien

Usia 1-4 : < 20 atau > 30

Onservasi adanya tanda tanda hipovent

Usia 5-14 : < 14 atau > 25

Monitor

adanya

kecemasan

pasien

oksigenasi

Usia > 14 : < 11 atau > 24


- Kedalaman pernafasan
Dewasa volume tidalnya 500 ml
saat istirahat
Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
- Timing rasio
- Penurunan kapasitas vital

Vital sign Monitoring

Deformitas tulang
Kelainan bentuk dinding dada
Penurunan energi/kelelahan
Perusakan/pelemahan muskuloskeletal
Obesitas
Posisi tubuh
Kelelahan otot pernafasan

Catat adanya fluktuasi tekanan d

Monitor VS saat pasien berba


atau berdiri

Auskultasi TD pada kedua


bandingkan

Monitor TD, nadi, RR, sebelu


dan setelah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi

Faktor yang berhubungan :


Hiperventilasi

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Monitor frekuensi dan irama per


Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan abnorm

Monitor suhu, warna, dan kelem


Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad (t


yang melebar, bradikardi, peningkatan s

Identifikasi penyebab dari peru


sign

Hipoventilasi sindrom
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi Neuromuskuler
Kerusakan persepsi/kognitif
Perlukaan pada jaringan syaraf
tulang belakang
Imaturitas Neurologis

Gangguan Pertukaran gas

NOC :

NIC :

Respiratory Status : Gas Airway Management

Buka jalan nafas, guanakan teknik c

exchange

Definisi : Kelebihan atau

kekurangan dalam oksigenasi dan Respiratory


atau pengeluaran karbondioksida
di dalam membran kapiler alveoli

Status

Posisikan pasien untuk memaksimalka

ventilation

Identifikasi pasien perlunya pemas

Vital Sign Status

jalan nafas buatan

Kriteria Hasil :
Batasan karakteristik :
Gangguan penglihatan
Penurunan CO2
Takikardi
Hiperkapnia
Keletihan

Pasang mayo bila perlu

Mendemonstrasikan
peningkatan
dan

ventilasi

oksigenasi

yang

adekuat
Memelihara

kebersihan

paru paru dan bebas dari


tanda

tanda

pernafasan

jaw thrust bila perlu

distress

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau s

Auskultasi suara nafas, catat ada


tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berika bronkodilator bial perlu

somnolen
Iritabilitas
Hypoxia
kebingungan
Dyspnoe
nasal faring
AGD Normal
sianosis
warna kulit abnormal (pucat,
kehitaman)
Hipoksemia
hiperkarbia
sakit kepala ketika bangun
frekuensi dan kedalaman nafas
abnormal

Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada
sianosis

dan

dyspneu

(mampu

mengeluarkan

sputum,

mampu

Barikan pelembab udara


Atur

intake

untuk

cairan

men

keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2

bernafas dengan mudah,


tidak ada pursed lips)
Tanda tanda vital dalam
rentang normal

Respiratory Monitoring

Monitor rata rata, kedalaman, irama


respirasi
Catat

pergerakan

penggunaan

otot

dada,amati
tambahan,

ret

supraclavicular dan intercostal


Monitor suara nafas, seperti dengkur
Monitor

pola

nafas

bradipena,

kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes


Catat lokasi trakea

Monitor kelelahan otot diagfragm


paradoksis)

Auskultasi suara nafas, catat area p


Faktor faktor yang berhubungan :
ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
perubahan membran kapileralveolar

tidak adanya ventilasi dan suara tamba


Tentukan

kebutuhan

suction

mengauskultasi crakles dan ronkhi


napas utama

auskultasi suara paru setelah tind


mengetahui hasilnya

Kurang Pengetahuan

NOC :
Kowlwdge : disease
process

Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya

Kowledge : health

informasi kognitif sehubungan


dengan topic spesifik.

Behavior
Kriteria Hasil :
Pasien dan keluarga

Batasan karakteristik :
memverbalisasikan adanya
masalah, ketidakakuratan
mengikuti instruksi, perilaku tidak
sesuai.

menyatakan
pemahaman tentang
penyakit, kondisi,
prognosis dan program
pengobatan
Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan

NIC :
Teaching : disease Process

1. Berikan penilaian tentang tingkat p

pasien tentang proses penyakit yang sp

2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan

hal ini berhubungan dengan anatomi d


dengan cara yang tepat.

3. Gambarkan tanda dan gejala yang bi


pada penyakit, dengan cara yang tepat

4. Gambarkan proses penyakit, dengan


tepat

5. Identifikasi kemungkinan penyebab, d


yang tepat

6. Sediakan informasi pada pasien tenta


prosedur yang dijelaskan
Faktor yang berhubungan :

secara benar

keterbatasan kognitif, interpretasi Pasien dan keluarga


terhadap informasi yang salah,

mampu menjelaskan

kurangnya keinginan untuk

kembali apa yang

mencari informasi, tidak

dijelaskan perawat/tim

mengetahui sumber-sumber

kesehatan lainnya

informasi.

dengan cara yang tepat


7. Hindari harapan yang kosong
8. Sediakan

bagi

keluarga

informa

kemajuan pasien dengan cara yang tep

9. Diskusikan perubahan gaya hidup ya

diperlukan untuk mencegah komplika

yang akan datang dan atau proses p


penyakit

10. Diskusikan pilihan terapi atau penanga


11. Dukung

pasien

untuk

mengekspl

mendapatkan second opinion dengan

tepat atau diindikasikan

12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau


dengan cara yang tepat

13. Rujuk pasien pada grup atau agensi d


lokal, dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda
untuk

melaporkan

pada

pemberi

kesehatan, dengan cara yang tepat

Disfungsi respon penyapihan


ventilator

NOC :

NIC :

Respiratory Status : Gas


Exchage

Monitor adanya kelelahan dari otot pern

Definisi : ketidakmampuan untuk Respiratory Status :


mengatur pada tekanan terendah
dukungan ventilasi mekanik saat
menjelang dan memperpanjang

Ventilatory

Monitor adanya kegagalan respirasi

Lakukanpengaturan monitor ventilasi se

Vital Sign

Monitro adanya penurunan dan peningk

Kriteria Hasil :

proses penyapihan.

Mechanical Ventilation

tekanan inspirasi

Mendemonstrasikan

Monitor hasil pembacaan ventilator dan


batuk efektif dan suara

Batasan karakteristik:

Gunakan tehnik aseptic


nafas yang bersih, tidak

1.Berat

ada
dyspneu

a.penurunan gas darah arteri dari

mengeluarkan

batas normal.

normal

dan
Hentikan selang NGT sampai suction da
(mampu
menit sebelum fisioterapi dada
sputum,

Tingkatkan intake dan cairan adekuat


mampu bernafas dengan

b.Peningkatan frekuensi pernafasan


secara significant dari batas

sianosis

mudah, tidak ada pursed


lips)

Tanda tanda vital dalam

Mechanicai ventilation weaning

c.Peningkatan tekanan darah dari


batas normal (20 mmHg).
d.Peningkatan denyut jantung dari
batas normal (20x/menit)
e.Pernafasan abdomen paradoks
f. Adanya bunyi nafas, terdengar
sekresi jalan nafas.
g.Sianosis

rentang normal

Monitro kapasitas vital, kekuatan inspira

Pastikan pasien bebas dari tanda tanda


sebelum dilepas

Monitor status cairan dan elektrolit yang


Suktion jalan nafas
Konsulkan ke fisioterapi dada
Gunakan tehnik relaksasi

h.Penurunan tingkat kesadaran


i. Nafas dangkal.
1.Sedang
a.TD sedikit meningkat <20mmHg
b.Peningkatan frekuensi
pernafasan<5 x/menit
c.Denyut nadi sedikit meningkat <
20x/menit
d.Pucat, sianosis
e.Kecemasan, diaporesis, mata
melebar
2.Ringan
a.hangat
b.kegelisahan, kelelahan
c.tidak nyaman untuk bernafas

Airway management

Buka jalan nafas, guanakan teknik c


jaw thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk memaksimalka

Identifikasi pasien perlunya pemas


jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau s

Auskultasi suara nafas, catat ada


tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bial perlu

Berikan pelembab udara(kassa Nacl le


Atur

intake

untuk

cairan

men

keseimbangan.
Faktor faktor yang berhubungan:
Psikologi
a.pasien merasa tidak efektif
untukpenyapihan
b.tidak berdaya
c.cemas, putus asa, takut
d.defisit pengetahuan
e.penurunan motivasi
f. penurunan harga diri
Situasional
a.episode masalah tidak terkontrol
b.riwayat usaha penyapihan tidak
berhasil
c.lingkungan yang ,kurang
baikriwayat tergantung ventilator
>4 hari-1 minggu
d.ketidakcocokan selang untuk
mengurangi bantuan ventilator
e.ketidakadekuatan dukungan sosial
Fisiologi
a. nutrisi yang tidak adekuat
b. gangguan pola tidur

Monitor respirasi dan status O2

c. ketidaknyamanan atau nyeri tidak


terkontrol
d. bersihan jalan nafas tidak efektif

Resiko Aspirasi

NOC :
Respiratory Status :

Definisi : Resiko masuknya sekret


sekret gastrointestinal ,
oropharingeal, benda-benda
padat, atau cairan kedalam
tracheobronkhial

Ventilation

Aspiration control

peningkatan tekanan dalam


lambung
selang makanan
situasi yang menghambat
elevasi tubuh bagian atas
penurunan tingkat kesadaran
adanya tracheostomy atau
selang endotracheal
keperluan pengobatan
adanya kawat pada rahang

Aspiration precaution
Monitor

tingkat

kesadaran,

Monitor status paru

Kriteria Hasil :

Pelihara jalan nafas

dengan mudah, tidak


irama, frekuensi
pernafasan normal

reflek

kemampuan menelan

Swallowing Status

Klien dapat bernafas


Faktor-faktor Resiko :

NIC:

Lakukan suction jika diperlukan


Cek nasogastrik sebelum makan

Hindari makan kalau residu masih banya

Pasien mampu menelan, Potong makanan kecil kecil


mengunyah tanpa terjadi
Haluskan obat sebelumpemberian
aspirasi, dan

mampumelakukan oral Naikkan kepala 30-45 derajat setelah m


hygiene
Jalan nafas paten,
mudah bernafas, tidak
merasa tercekik dan
tidak ada suara nafas
abnormal

peningkatan residu lambung


menurunnya fungsi sfingter
esofagus
gangguan menelan
NGT
Operasi/trauma wajah, mulut,
leher
Batuk dan gag reflek
Penurunan motilitas
gastrointestinal
Lambatnya pengosongan
lambung

Hipertermia

NOC : Thermoregulation

NIC :

Kriteria Hasil :

Fever treatment

Definisi : suhu tubuh naik diatas Suhu tubuh dalam


rentang normal

rentang normal
Nadi dan RR dalam
rentang normal

Batasan Karakteristik:
kenaikan suhu tubuh diatas

Tidak ada perubahan

rentang normal
serangan atau konvulsi (kejang)
kulit kemerahan

Monitor suhu sesering mungkin


Monitor IWL
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi dan RR

warna kulit dan tidak ada Monitor penurunan tingkat kesadaran


pusing, merasa nyaman

Monitor WBC, Hb, dan Hct


Monitor intake dan output

pertambahan RR

Berikan anti piretik

takikardi

Berikan pengobatan untuk mengatas

saat disentuh tangan terasa


hangat

demam
Selimuti pasien
Lakukan tapid sponge

Faktor faktor yang berhubungan :

Berikan cairan intravena

penyakit/ trauma

Kompres pasien pada lipat paha dan ak

peningkatan metabolisme

Tingkatkan sirkulasi udara

aktivitas yang berlebih

Berikan pengobatan untuk mencegah

pengaruh medikasi/anastesi

menggigil

ketidakmampuan/penurunan
kemampuan untuk berkeringat
terpapar dilingkungan panas

Temperature regulation

dehidrasi

Monitor suhu minimal tiap 2 jam

pakaian yang tidak tepat

Rencanakan monitoring suhu secara ko


Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tanda-tanda hipertermi dan hip


Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti

pasien

untuk

mencegah

kehangatan tubuh

Ajarkan pada pasien cara mencega

akibat panas

Diskusikan tentang pentingnya penga

dan kemungkinan efek negatif dari kedi

Beritahukan tentang indikasi terjadiny

dan penanganan emergency yang dipe

Ajarkan indikasi dari hipotermi dan p


yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Catat adanya fluktuasi tekanan d

Monitor VS saat pasien berba


atau berdiri

Auskultasi TD pada kedua


bandingkan

Monitor TD, nadi, RR, sebelu


dan setelah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi

Monitor frekuensi dan irama per


Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan abnorm

Monitor suhu, warna, dan kelem


Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad (t


yang melebar, bradikardi, peningkatan s

Identifikasi penyebab dari peru


sign

Risiko ketidakseimbangan
temperatur tubuh b/d BBLR, usia
kehamilan kurang, paparan
lingkungan dingin/panas

Definisi : Risiko kegagalan


mempertahankan suhu tubuh
dalam batas normal.
Faktor factor resiko:

NOC :
Hydration

Monitor suhu minimal tiap 2 jam

Immune Status

Rencanakan monitoring suhu secara k

Infection status

Monitor TD, nadi, dan RR

Risk control

Monitor warna dan suhu kulit

Risk detection

Monitor tanda-tanda hipertermi dan hip

Perubahan metabolisme

Penyakit atau trauma yang


mempengaruhi pengaturan suhu

Pengobatan pengobatan
yang menyebabkan vasokonstriksi
dan vasodilatasi

Pakaian yang tidak sesuai


dengan suhu lingkungan

Ketidakaktifan atau
aktivitas berat

Dehidrasi

Pemberian obat penenang


Paparan dingin atau
hangat/lingkungan yang panas

Temperature Regulation (pengaturan

Adherence Behavior

dasar

NIC :

Tingkatkan intake cairan dan nutrisi


Selimuti

pasien

untuk

mencegah

kehangatan tubuh

Ajarkan pada pasien cara mencega


akibat panas

Diskusikan tentang pentingnya penga

dan kemungkinan efek negatif dari ked

Beritahukan tentang indikasi terjadiny

dan penanganan emergency yang dipe

Ajarkan indikasi dari hipotermi dan p


yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu

10

Hipotermi b/d paparan lingkungan


dingin

NOC :

NIC :

Thermoregulation
Thermoregulation :
neonate
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam
rentang normal
Nadi dan RR dalam
rentang normal

Temperature regulation
Monitor suhu minimal tiap 2 jam

Rencanakan monitoring suhu secara ko


Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tanda-tanda hipertermi dan hip


Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti

pasien

untuk

mencegah

kehangatan tubuh

Ajarkan pada pasien cara mencega


akibat panas

Diskusikan tentang pentingnya penga

dan kemungkinan efek negatif dari kedi

Beritahukan tentang indikasi terjadiny

dan penanganan emergency yang dipe

Ajarkan indikasi dari hipotermi dan p


yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


Catat adanya fluktuasi tekanan

Monitor VS saat pasien berba

atau berdiri

Auskultasi TD pada kedua


bandingkan

Monitor TD, nadi, RR, sebelu


dan setelah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi

Monitor frekuensi dan irama per


Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan abnorm

Monitor suhu, warna, dan kelem


Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad (t


yang melebar, bradikardi, peningkatan

Identifikasi penyebab dari peru


sign

11

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

NOC :

Nutritional Status : food


and Fluid Intake

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup


untuk keperluan metabolisme
tubuh.

Kriteria Hasil :

Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan

Batasan karakteristik :
- Berat badan 20 % atau lebih di
bawah ideal
- Dilaporkan adanya intake

Nutrition Management
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhka

Anjurkan pasien untuk meningkatkan int

Anjurkan pasien untuk meningkatkan


Berat badan ideal sesuai
vitamin C
dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi

makanan yang kurang dari RDA Tidak ada tanda tanda


(Recomended Daily Allowance)

NIC :

malnutrisi

Berikan substansi gula

Yakinkan diet yang dimakan mengan


serat untuk mencegah konstipasi
Berikan

makanan

yang

terpilih

- Membran mukosa dan

Tidak terjadi penurunan

konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang digunakan
untuk menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada rongga
mulut
- Mudah merasa kenyang, sesaat
setelah mengunyah makanan

dikonsultasikan dengan ahli gizi)

berat badan yang berarti


Ajarkan

pasien

bagaimana

membu

makanan harian.

Monitor jumlah nutrisi dan kandungan ka

Berikan informasi tentang kebutuhan nu

Kaji kemampuan pasien untuk mendap


yang dibutuhkan

- Dilaporkan atau fakta adanya


kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan
sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan makanan
cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan atau
tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap
makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai

Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal

Monitor adanya penurunan berat badan


Monitor tipe dan jumlah aktivitas
dilakukan

Monitor interaksi anak atau orangtua se


Monitor lingkungan selama makan

Jadwalkan pengobatan dan tindakan t


jam makan

Monitor kulit kering dan perubahan pigm


Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam,
patah
Monitor mual dan muntah

Monitor kadar albumin, total protein, Hb

rapuh

Ht

- Diare dan atau steatorrhea

Monitor makanan kesukaan

- Kehilangan rambut yang cukup

Monitor pertumbuhan dan perkembanga

banyak (rontok)

Monitor pucat, kemerahan, dan kekering

- Suara usus hiperaktif

konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi

- Kurangnya informasi,
misinformasi

Catat adanya edema, hiperemik, hiper


lidah dan cavitas oral.

Catat jika lidah berwarna magenta, scar

Faktor-faktor yang berhubungan :


Ketidakmampuan pemasukan
atau mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau ekonomi.
12

Ketidakseimbangan nutrisi lebih


dari kebutuhan tubuh b/d
masukan berlebihan

NOC :
Nutritional Status : food
and Fluid Intake
Nutritional Status :

Definisi : Intake nutrisi


melebihi kebutuhan
metabolik tubuh

nutrient Intake
Weight control
Kriteria Hasil :

Batasan karakteristik :
Lipatan kulit tricep > 25 mm
untuk wanita dan > 15 mm untuk

Mengerti factor yang


meningkatkan berat
badan

NIC :
Weight Management

Diskusikan bersama pasien mengenai h

antara intake makanan, latihan, peningk


dan penurunan BB

Diskusikan bersama pasien mengani ko


yang dapat mempengaruhi BB

Diskusikan bersama pasien mengenai k

gaya hidup dan factor herediter yang da


mempengaruhi BB

Diskusikan bersama pasien mengenai ri


Mengidentfifikasi tingkah

pria
BB 20 % di atas ideal untuk tinggi
dan kerangka tubuh ideal

(misalnya : situasi sosial,

klien

BB

waktu yang lama untuk

Perkirakan BB badan ideal pasien


mengontrol berat badan

Penurunan berat badan


1-2 pounds/mgg

Nutrition Management

Menggunakan energy

Kaji adanya alergi makanan

Dilaporkan atau diobservasi


adanya disfungsi pola makan

berhubungan dengan BB berlebih dan p

Memodifikasi diet dalam Dorong pasien untuk merubah kebiasaa

Makan dengan respon eksternal

sepanjang hari)

laku dibawah kontrol

(misal : memasangkan makanan

untuk aktivitas sehari

dengan aktivitas yang lain)

hari

Tingkat aktivitas yang menetap


Konsentrasi intake makanan
pada menjelang malam

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhka

Anjurkan pasien untuk meningkatkan int


Anjurkan pasien untuk meningkatkan
vitamin C
Berikan substansi gula

Faktor yang berhubungan :


Intake yang berlebihan dalam
hubungannya terhadap kebutuhan
metabolisme tubuh

Yakinkan diet yang dimakan mengan


serat untuk mencegah konstipasi
Berikan

makanan

yang

terpilih

dikonsultasikan dengan ahli gizi)


Ajarkan

pasien

bagaimana

membu

makanan harian.

Monitor jumlah nutrisi dan kandungan ka

Berikan informasi tentang kebutuhan nu

Kaji kemampuan pasien untuk mendap


yang dibutuhkan

Weight reduction Assistance

Fasilitasi keinginan pasien untuk menuru

Perkirakan bersama pasien mengenai p


BB
Tentukan tujuan penurunan BB

Beri pujian/reward saat pasien berhasil m


tujuan
Ajarkan pemilihan makanan
13

Resiko defisit volume cairan b/d


intake yang kurang dan diaporesis

Definisi : Penurunan cairan


intravaskuler, interstisial, dan/atau

NOC:

Fluid management

Fluid balance

Timbang popok/pembalut jika diperluk

Hydration

Pertahankan catatan intake dan o

Nutritional Status : Food

Monitor status hidrasi ( kelembaba

and Fluid Intake

intrasellular. Ini mengarah ke


dehidrasi, kehilangan cairan
dengan pengeluaran sodium

mukosa, nadi adekuat, tekanan darah

Kriteria Hasil :

jika diperlukan

Mempertahankan urine
output sesuai dengan
usia dan BB, BJ urine

Batasan Karakteristik :
- Kelemahan
- Haus

normal, HT normal
Tekanan

darah,

akurat

Monitor vital sign

Monitor masukan makanan / cairan


intake kalori harian

nadi,

suhu tubuh dalam batas


normal

- Penurunan turgor kulit/lidah


Tidak ada tanda tanda

Lakukan terapi IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan

- Membran mukosa/kulit kering

dehidrasi,
turgor

- Peningkatan denyut nadi,

Elastisitas
kulit

membran

penurunan tekanan darah,

baik,
mukosa

lembab, tidak ada rasa

penurunan volume/tekanan nadi

haus yang berlebihan

- Pengisian vena menurun

Berikan cairan IV pada suhu ruangan


Dorong masukan oral

Berikan penggantian nesogatrik sesua

Dorong keluarga untuk membantu pas

Tawarkan snack ( jus buah, buah sega

- Perubahan status mental

Kolaborasi dokter jika tanda caira

- Konsentrasi urine meningkat

muncul meburuk

- Temperatur tubuh meningkat

Atur kemungkinan tranfusi

- Hematokrit meninggi

Persiapan untuk tranfusi

- Kehilangan berat badan seketika


(kecuali pada third spacing)
Faktor-faktor yang berhubungan:
- Kehilangan volume cairan secara
aktif
- Kegagalan mekanisme pengaturan

14

Defisit Volume Cairan


Definisi : Penurunan cairan

NOC:
Fluid balance

intravaskuler, interstisial, dan/atau


Hydration
intrasellular. Ini mengarah ke
dehidrasi, kehilangan cairan
dengan pengeluaran sodium

Nutritional Status : Food


and Fluid Intake
Kriteria Hasil :

NIC :
Fluid management

Timbang popok/pembalut jika diperluk

Pertahankan catatan intake dan o


akurat

Monitor status hidrasi ( kelembaba

Mempertahankan
output

Batasan Karakteristik :

normal, HT normal
Tekanan

darah,

nadi,

Tidak ada tanda tanda


dehidrasi,

penurunan tekanan darah,

turgor

penurunan volume/tekanan nadi

membran

- Pengisian vena menurun

Elastisitas
kulit

baik,
mukosa

lembab, tidak ada rasa


haus yang berlebihan

- Perubahan status mental

Monitor vital sign

Monitor masukan makanan / cairan

normal

- Peningkatan denyut nadi,

Monitor hasil lAb yang sesuai den


cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )

suhu tubuh dalam batas

- Penurunan turgor kulit/lidah


- Membran mukosa/kulit kering

dengan jika diperlukan

usia dan BB, BJ urine

- Kelemahan
- Haus

sesuai

urine mukosa, nadi adekuat, tekanan darah

intake kalori harian


Kolaborasi pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Berikan diuretik sesuai interuksi
Berikan cairan IV pada suhu ruangan

- Konsentrasi urine meningkat

Dorong masukan oral

- Temperatur tubuh meningkat

Berikan penggantian nesogatrik sesua

- Hematokrit meninggi

Dorong keluarga untuk membantu pas

- Kehilangan berat badan seketika


(kecuali pada third spacing)

Tawarkan snack ( jus buah, buah sega

Faktor-faktor yang berhubungan:

Kolaborasi dokter jika tanda caira


muncul meburuk

- Kehilangan volume cairan secara

Atur kemungkinan tranfusi

aktif

Persiapan untuk tranfusi

- Kegagalan mekanisme
pengaturan

15

Kelebihan Volume Cairan

NOC :

NIC :

Electrolit and acid base


Definisi : Retensi cairan isotomik

balance

meningkat

Fluid balance

Batasan karakteristik :

Hydration

Timbang popok/pembalut jika diperluk

Pertahankan catatan intake dan o


akurat
Pasang urin kateter jika diperlukan

Berat badan meningkat pada


waktu yang singkat
Asupan berlebihan dibanding
output

Monitor hasil lAb yang sesuai den

Kriteria Hasil:
Terbebas dari edema,

Terbebas dari distensi


vena jugularis, reflek

Perubahan pada pola nafas,

hepatojugular (+)

Hb dan hematokrit menurun,

dalam batas normal

cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )

Monitor status hemodinamik termasuk

efusi, anaskara

Tekanan darah berubah, tekanan


Bunyi nafas bersih, tidak
arteri pulmonalis berubah,
ada dyspneu/ortopneu
peningkatan CVP
Distensi vena jugularis

Fluid management

PAP, dan PCWP


Monitor vital sign
Monitor

indikasi

retensi

kelebi

(cracles, CVP , edema, distensi vena le

Kaji lokasi dan luas edema


dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe,
Memelihara
tekanan
Monitor masukan makanan / cairan
suara nafas abnormal (Rales atau
vena sentral, tekanan
intake kalori harian
crakles), kongestikemacetan paru,
kapiler
paru,
output
pleural effusion
Monitor status nutrisi
jantung dan vital sign

perubahan elektrolit, khususnya


perubahan berat jenis
Suara jantung SIII
Reflek hepatojugular positif
Oliguria, azotemia
Perubahan status mental,
kegelisahan, kecemasan

Berikan diuretik sesuai interuksi

Terbebas dari kelelahan,


kecemasan
kebingungan
Menjelaskanindikator
kelebihan cairan

atau

Batasi

masukan

cairan

pada

hiponatrermi dilusi dengan serum Na <

Kolaborasi dokter jika tanda caira


muncul memburuk

Fluid Monitoring

Tentukan riwayat jumlah dan tipe in

dan eliminaSi
Tentukan kemungkinan faktor resiko

Faktor-faktor yang berhubungan :

seimbangan cairan (Hipertermia, tera

Mekanisme pengaturan melemah

kelainan renal, gagal jantung, diapores

Asupan cairan berlebihan

hati, dll )
Monitor berat badan

Asupan natrium berlebihan

Monitor serum dan elektrolit urine


Monitor serum dan osmilalitas urine
Monitor BP, HR, dan RR

Monitor tekanan darah orthostatik dan


irama jantung

Monitor parameter hemodinamik infas

Catat secara akutar intake dan output

Monitor adanya distensi leher, rin


perifer dan penambahan BB
Monitor tanda dan gejala dari odema

Beri obat yang dapat meningkatkan ou

16

Resiko

penyebaran

infeksi

b/d NOC :

penurunan system imun, aspek


Immune Status
kronis penyakit.
Knowledge : Infection
control
Definisi : Peningkatan resiko
masuknya organisme patogen

Risk control

NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Pertahankan teknik isolasi
Batasi pengunjung bila perlu

Instruksikan pada pengunjung untu

Kriteria Hasil :
Faktor-faktor resiko :
Prosedur Infasif
Ketidakcukupan pengetahuan
untuk menghindari paparan
patogen
Trauma
Kerusakan jaringan dan

Klien bebas dari tanda


dan gejala infeksi
Mendeskripsikan proses
penularan

penyakit,

factor

serta

penatalaksanaannya,

Ruptur membran amnion


Agen farmasi (imunosupresan)
Malnutrisi
Peningkatan paparan lingkungan
patogen
Imonusupresi

mencegah

untuk
timbulnya

Jumlah leukosit dalam

tangan

setiap

sebelum

da

Gunakan baju, sarung tangan se


pelindung
lingkungan

asepti

pemasangan alat

Ganti letak IV perifer dan line central d

Gunakan kateter intermiten untuk m


infeksi kandung kencing

batas normal

hidup sehat

Cuci

sesuai dengan petunjuk umum

infeksi

Menunjukkan

Gunakan sabun antimikrobia untuk cu

Pertahankan

peningkatan paparan lingkungan Menunjukkan


kemampuan

meninggalkan pasien

yang tindakan kperawtan

mempengaruhi
penularan

tangan saat berkunjung dan setelah

perilaku

Tingktkan intake nutrisi


Berikan terapi antibiotik bila perlu

Ketidakadekuatan imum buatan


Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon
inflamasi)
Tidak adekuat pertahanan tubuh
primer (kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan kerja silia,
cairan tubuh statis, perubahan
sekresi pH, perubahan peristaltik)

Infection Protection (proteksi terhada

Monitor tanda dan gejala infeksi s


lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap penyakit

Partahankan teknik aspesis pada p

Penyakit kronik

beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p

Berikan perawatan kuliat pada area ep

Inspeksi kulit dan membran mukos


kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat

Instruksikan pasien untuk minum antib


resep

Ajarkan pasien dan keluarga tanda


infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif

17

Resiko infeksi

NOC :

NIC :

Immune Status
Definisi : Peningkatan resiko
masuknya organisme patogen

Knowledge
control
Risk control

Infection Control (Kontrol infeksi)


Infection

Bersihkan lingkungan setelah dipakai


Pertahankan teknik isolasi

Faktor-faktor resiko :
Prosedur Infasif

Klien bebas dari tanda


dan gejala infeksi

Ketidakcukupan pengetahuan
untuk menghindari paparan

penularan

yang

mempengaruhi

Kerusakan jaringan dan

penularan

peningkatan paparan lingkungan

serta

penatalaksanaannya,

kemampuan
mencegah

Malnutrisi

untuk

patogen

leukosit

Menunjukkan

Tidak adekuat pertahanan

Cuci

tangan

setiap

sebelum

da

tindakan kperawtan

Gunakan baju, sarung tangan se

Pertahankan

lingkungan

asepti

Ganti letak IV perifer dan line central d

batas normal

Ketidakadekuatan imum buatan

Gunakan sabun antimikrobia untuk cu

timbulnya pemasangan alat

infeksi

Peningkatan paparan lingkungan Jumlah

meninggalkan pasien

pelindung

Menunjukkan

Agen farmasi (imunosupresan)

Imonusupresi

penyakit,

factor

Trauma

Instruksikan pada pengunjung untu


tangan saat berkunjung dan setelah

Mendeskripsikan proses

patogen

Ruptur membran amnion

Batasi pengunjung bila perlu

Kriteria Hasil :

hidup sehat

dalam sesuai dengan petunjuk umum

Gunakan kateter intermiten untuk m


perilaku infeksi kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu

sekunder (penurunan Hb,


Leukopenia, penekanan respon
inflamasi)
Tidak adekuat pertahanan tubuh
primer (kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan kerja silia,
cairan tubuh statis, perubahan
sekresi pH, perubahan peristaltik)
Penyakit kronik

Infection Protection (proteksi terhada

Monitor tanda dan gejala infeksi s


lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Batasi pengunjung

Saring pengunjung terhadap penyakit

Partahankan teknik aspesis pada p


beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p

Berikan perawatan kuliat pada area ep

Inspeksi kulit dan membran mukos


kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat

Instruksikan pasien untuk minum antib


resep

Ajarkan pasien dan keluarga tanda


infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif

18

cemas berhubungan
dengan kurang
pengetahuan dan
hospitalisasi

NOC :
Anxiety control
Coping

NIC :

Anxiety Reduction (penurun


kecemasan)
Gunakan pendekatan yang menenangkan

Definisi :

Kriteria Hasil :

Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pela

Perasaan gelisah yang tak jelas dari

Klien
mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
gejala cemas

Jelaskan semua prosedur dan apa yang dira

ketidaknyamanan atau ketakutan yang


disertai respon autonom (sumner tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan keprihatinan disebabkan dari

Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
merupakan peringatan adanya ancaman
menunjukkan tehnik
yang akan datang dan memungkinkan
untuk
mengontol
individu untuk mengambil langkah untuk
cemas
antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini

menyetujui terhadap tindakan


Ditandai dengan

Gelisah

Insomnia

Resah

Ketakutan

Sedih

Fokus pada diri

Kekhawatiran

Cemas

19

Resiko tinggi terhadap


penurunan curah jantung
b/d peningkatan afterload,
vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas

Vital sign dalam batas


normal
Postur
tubuh,
ekspresi
wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

prosedur
Temani

pasien

untuk

memberikan

ke

mengurangi takut

Berikan informasi faktual mengenai diagn


prognosis
Dorong keluarga untuk menemani anak
Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu

pasien

mengenal

situasi

yang

kecemasan

Dorong pasien untuk mengungkapkan perasa


persepsi

Instruksikan pasien menggunakan teknik relak


Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

NOC :
Cardiac Pump
effectiveness

NIC :
Cardiac Care

Evaluasi adanya nyeri dada ( inten

ventrikuler, iskemia
miokard

Circulation Status
Vital Sign Status

durasi)
Catat adanya disritmia jantung

Catat adanya tanda dan gejala penuru


putput
Monitor status kardiovaskuler

Monitor status pernafasan yang menan


jantung
Monitor abdomen sebagai indicator
perfusi
Monitor balance cairan

Monitor adanya perubahan tekanan dara


Monitor respon pasien terhadap efek
antiaritmia
Atur periode latihan dan istirahat untuk
kelelahan
Monitor toleransi aktivitas pasien

Monitor adanya dyspneu, fatigue, te


ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stress

Fluid Management

Timbang popok/pembalut jika diperluk

Pertahankan catatan intake dan o

akurat
Pasang urin kateter jika diperlukan

Monitor status hidrasi ( kelembaba

mukosa, nadi adekuat, tekanan darah


jika diperlukan

Monitor hasil lAb yang sesuai den


cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )

Monitor status hemodinamik termasuk


PAP, dan PCWP

Monitor vital sign sesuai indikasi peny


Monitor

indikasi

retensi

kelebi

(cracles, CVP , edema, distensi vena le

Monitor berat pasien sebelum dan set


Kaji lokasi dan luas edema

Monitor masukan makanan / cairan


intake kalori harian

Kolaborasi dengan dokter untuk pemb


cairan sesuai program
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Kolaborasi pemberian diuretik sesuai
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Dorong masukan oral

Berikan penggantian nesogatrik sesua

Dorong keluarga untuk membantu pas

Tawarkan snack ( jus buah, buah sega


Batasi

masukan

cairan

pada

hiponatrermi dilusi dengan serum Na <

Monitor respon pasien terhadap terap

Kolaborasi dokter jika tanda caira


muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi

Fluid Monitoring

Tentukan riwayat jumlah dan tipe in


dan eliminaSi
Tentukan kemungkinan faktor resiko

seimbangan cairan (Hipertermia, tera

kelainan renal, gagal jantung, diapores


hati, dll )
Monitor berat badan
Monitor serum dan elektrolit urine
Monitor serum dan osmilalitas urine
Monitor BP<HR, dan RR

Monitor tekanan darah orthostatik dan

irama jantung

Monitor parameter hemodinamik infas

Catat secara akutar intake dan output

Monitor membran mukosa dan turgo


rasa haus
Catat monitor warna, jumlah dan

Monitor adanya distensi leher, rin


perifer dan penambahan BB
Monitor tanda dan gejala dari odema
Beri cairan sesuai keperluan
Kolaborasi

pemberian

obat

ya

meningkatkan output urin

Lakukan hemodialisis bila perlu dan c


pasien

Vital Sign Monitoring


Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah

Monitor VS saat pasien berbaring, d


berdiri

Auskultasi TD pada kedua lengan dan b

Monitor TD, nadi, RR, sebelum, s


setelah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi


Monitor adanya pulsus paradoksus
Monitor adanya pulsus alterans
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung

Monitor frekuensi dan irama pernapasan


Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal

Monitor suhu, warna, dan kelembaban k


Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad (tekanan

melebar, bradikardi, peningkatan sistolik

Identifikasi penyebab dari perubahan vit

20

Penurunan curah jantung b/d


respon fisiologis otot jantung,
peningkatan frekuensi, dilatasi,
hipertrofi atau peningkatan isi
sekuncup

NOC :
Cardiac Pump
effectiveness
Circulation Status
Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
Tanda Vital dalam

NIC :
Cardiac Care

Evaluasi adanya nyeri dada ( inten


durasi)
Catat adanya disritmia jantung

Catat adanya tanda dan gejala penuru


putput

Monitor status kardiovaskuler


rentang normal (Tekanan
darah, Nadi, respirasi)

Dapat mentoleransi
aktivitas, tidak ada
kelelahan
Tidak ada edema paru,
perifer, dan tidak ada
asites
Tidak ada penurunan
kesadaran

Monitor status pernafasan yang menan


jantung
Monitor abdomen sebagai indicator
perfusi
Monitor balance cairan

Monitor adanya perubahan tekanan dara


Monitor respon pasien terhadap efek
antiaritmia
Atur periode latihan dan istirahat untuk
kelelahan
Monitor toleransi aktivitas pasien

Monitor adanya dyspneu, fatigue, te


ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring


Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah

Monitor VS saat pasien berbaring, d


berdiri

Auskultasi TD pada kedua lengan dan b

Monitor TD, nadi, RR, sebelum, s


setelah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi


Monitor adanya pulsus paradoksus
Monitor adanya pulsus alterans
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung

Monitor frekuensi dan irama pernapasan


Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal

Monitor suhu, warna, dan kelembaban k


Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad (tekanan

melebar, bradikardi, peningkatan sistolik

Identifikasi penyebab dari perubahan vit

21

Perfusi jaringan tidak efektif b/d

NOC :

menurunnya curah jantung,

Circulation status
hipoksemia jaringan, asidosis dan
kemungkinan thrombus atau

Tissue Prefusion :
cerebral

emboli

Kriteria Hasil :
Definisi :

a. mendemonstrasikan
status sirkulasi yang

Penurunan pemberian oksigen


dalam kegagalan memberi makan
jaringan pada tingkat kapiler

ditandai dengan :

Tekanan systole

NIC :

Peripheral Sensation Management (M


sensasi perifer)

Monitor adanya daerah tertentu yang ha


terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
Monitor adanya paretese

Instruksikan keluarga untuk mengobserv


ada lsi atau laserasi

Gunakan sarun tangan untuk proteksi

Batasan karakteristik :

dandiastole dalam

Renal

rentang yang diharapkan


Batasi gerakan pada kepala, leher dan p

Tidak ada
Perubahan tekanan darah di luar
ortostatikhipertensi
batas parameter
Hematuria

Tidak ada tanda tanda


peningkatan tekanan

Oliguri/anuria

intrakranial (tidak lebih


dari 15 mmHg)

Elevasi/penurunan BUN/rasio
kreatinin

ada

berkomunikasi dengan
jelas dan sesuai dengan
kemampuan
menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi

lunak (tenderness)

memproses informasi

Peripheral

membuat keputusan
dengan benar

Edema

c. menunjukkan fungsi

Perubahan karakteristik kulit


(rambut, kuku, air/kelembaban)
Denyut nadi lemah atau tidak ada
Diskolorisasi kulit
Perubahan suhu kulit

Diskusikan menganai penyebab peruba

yang ditandai dengan:

Nyeri abdomen atau tidak terasa

Tanda Homan positif

Monitor adanya tromboplebitis

kemampuan kognitif

Nausea
Distensi abdomen

Kolaborasi pemberian analgetik

b. mendemonstrasikan

Gastro Intestinal
Secara usus hipoaktif atau tidak

Monitor kemampuan BAB

sensori motori cranial


yang utuh : tingkat
kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan
gerakan involunter

Perubahan sensasi
Kebiru-biruan
Perubahan tekanan darah di
ekstremitas
Bruit
Terlambat sembuh
Pulsasi arterial berkurang
Warna kulit pucat pada elevasi,
warna tidak kembali pada
penurunan kaki
Cerebral
Abnormalitas bicara
Kelemahan ekstremitas atau
paralis
Perubahan status mental
Perubahan pada respon motorik
Perubahan reaksi pupil
Kesulitan untuk menelan
Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar
Perubahan frekuensi respirasi di
luar batas parameter
Penggunaan otot pernafasan

tambahan
Balikkan kapiler > 3 detik
(Capillary refill)
Abnormal gas darah arteri
Perasaan Impending Doom
(Takdir terancam)
Bronkospasme
Dyspnea
Aritmia
Hidung kemerahan
Retraksi dada
Nyeri dada
Faktor-faktor yang berhubungan :
Hipovolemia
Hipervolemia
Aliran arteri terputus
Exchange problems
Aliran vena terputus
Hipoventilasi
Reduksi mekanik pada vena dan
atau aliran darah arteri
Kerusakan transport oksigen
melalui alveolar dan atau

membran kapiler
Tidak sebanding antara ventilasi
dengan aliran darah
Keracunan enzim
Perubahan afinitas/ikatan
O2 dengan Hb
Penurunan konsentrasi Hb dalam
darah

22

Intoleransi aktivitas b/d curah


jantung yang rendah,
ketidakmampuan memenuhi

NOC :
Energy conservation

Self Care : ADLs


metabolisme otot rangka, kongesti
pulmonal yang menimbulkan
hipoksinia, dyspneu dan status

Kriteria Hasil :

nutrisi yang buruk selama sakit Berpartisipasi dalam


aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
Intoleransi aktivitas b/d fatigue

Definisi : Ketidakcukupan
energu secara fisiologis
maupun psikologis untuk
meneruskan atau
menyelesaikan aktifitas
yang diminta atau aktifitas
sehari hari.

NIC :
Energy Management

Observasi adanya pembatasan klien da


melakukan aktivitas

Dorong anal untuk mengungkapkan per


terhadap keterbatasan

Kaji adanya factor yang menyebabkan k

tekanan darah, nadi dan


Monitor nutrisi dan sumber energi tanga
RR
Mampu melakukan
aktivitas sehari hari

Monitor pasien akan adanya kelelahan f


emosi secara berlebihan

(ADLs) secara mandiri Monitor respon kardivaskuler terhadap

Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istir

Activity Therapy

Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilit

Batasan karakteristik :

dalammerencanakan progran terapi yan

a. melaporkan secara verbal adanya

Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivi

kelelahan atau kelemahan.

mampu dilakukan

b. Respon abnormal dari tekanan

Bantu untuk memilih aktivitas konsisten

darah atau nadi terhadap aktifitas

dengan kemampuan fisik, psikologi dan

c. Perubahan EKG yang

Bantu untuk mengidentifikasi dan menda

menunjukkan aritmia atau iskemia

sumber yang diperlukan untuk aktivitas

d. Adanya dyspneu atau

diinginkan

ketidaknyamanan saat

Bantu untuk mendpatkan alat bantuan a

beraktivitas.

seperti kursi roda, krek

Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yan

Faktor factor yang berhubungan :

Bantu klien untuk membuat jadwal latiha

Tirah Baring atau imobilisasi

luang

Kelemahan menyeluruh

Bantu pasien/keluarga untuk mengident


kekurangan dalam beraktivitas

Ketidakseimbangan antara
suplei oksigen dengan kebutuhan

Sediakan penguatan positif bagi yang ak


beraktivitas

Gaya hidup yang dipertahankan.

Bantu pasien untuk mengembangkan m


dan penguatan

Monitor respon fisik, emoi, social dan sp

23

Defisit perawatan diri b/d


kelemahan fisik

NOC :
Self care : Activity of
Daily Living (ADLs)

NIC :
Self Care assistane : ADLs

Monitor kemempuan klien untuk per

Definisi :

Kriteria Hasil :

Gangguan kemampuan untuk

yang mandiri.

Klien terbebas dari bau Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat

melakukan ADL pada diri

badan

kebersihan diri, berpakaian, berhias, t

Menyatakan kenyamanan

makan.

terhadap kemampuan Sediakan bantuan sampai klien mampu

Batasan karakteristik :

untuk melakukan ADLs

ketidakmampuan untuk mandi,

untuk melakukan self-care.

Dapat melakukan ADLS Dorong klien untuk melakukan aktivitas

ketidakmampuan untuk
berpakaian, ketidakmampuan

dengan bantuan

untuk makan, ketidakmampuan

yang normal sesuai kemampuan yang d

Dorong untuk melakukan secara mand

untuk toileting

bantuan ketika klien tidak mampu melak


Ajarkan

klien/

keluarga

untuk

Faktor yang berhubungan :

kemandirian, untuk memberikan ban

kelemahan, kerusakan kognitif

jika pasien tidak mampu untuk melakuk

atau perceptual, kerusakan

Berikan

neuromuskular/ otot-otot saraf

aktivitas

rutin

sehari-

kemampuan.
Pertimbangkan

usia

klien

jika

pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

24

Resiko gangguan integritas kulit

NOC : Tissue Integrity : NIC : Pressure Management

b/d keterbatasan mobilitas

Skin

and

Membranes

Definisi

Perubahan

epidermis dan dermis

Batasan karakteristik :

pada

Kriteria Hasil :

Mucous
Anjurkan pasien untuk menggunakan p
longgar
Hindari kerutan padaa tempat tidur

Integritas kulit yang baik


Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih d
bisa dipertahankan

Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)


adanya
jam sekali
gangguan sensasi atau

Melaporkan

Gangguan pada bagian tubuh


Kerusakan lapisa kulit (dermis)
Gangguan permukaan kulit
(epidermis)

Monitor kulit akan adanya kemerahan


nyeri pada daerah kulit
yang
gangguan

mengalami
Oleskan lotion atau minyak/baby oil
yang tertekan

Menunjukkan

Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien


dalam

pemahaman

Monitor status nutrisi pasien


kulit

Faktor yang berhubungan :

proses

Eksternal :

dan mencegah terjadinya


Memandikan pasien dengan sabun dan
sedera berulang

Hipertermia atau hipotermia


Substansi kimia
Kelembaban udara
Faktor mekanik (misalnya : alat
yang dapat menimbulkan luka,
tekanan, restraint)
Immobilitas fisik
Radiasi
Usia yang ekstrim
Kelembaban kulit
Obat-obatan
Internal :
Perubahan status metabolik
Tulang menonjol
Defisit imunologi
Faktor yang berhubungan

perbaikan

Mampumelindungi
dan

kulit

mempertahankan

kelembaban

kulit

perawatan alami

dan

dengan perkembangan
Perubahan sensasi
Perubahan status nutrisi
(obesitas, kekurusan)
Perubahan status cairan
Perubahan pigmentasi
Perubahan sirkulasi
Perubahan turgor (elastisitas
kulit)

25

Kerusakan integritas kulit b/d

NOC : Tissue Integrity : NIC : Pressure Management

penurunan imunitas

Skin

and

Mucous

Membranes

Anjurkan pasien
pakaian yang longgar

Kriteria Hasil :

untuk

Hindari kerutan padaa tempat tid

Jaga kebersihan kulit agar tetap

Integritas kulit yang baik kering


bisa

dipertahankan

(sensasi,
temperatur,

elastisitas,

hidrasi,

pigmentasi)

Tidak ada luka/lesi pada


kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukkan
pemahaman

dalam

proses perbaikan kulit

Mobilisasi pasien (ubah pos


setiap dua jam sekali

Monitor kulit akan adanya keme

Oleskan lotion atau minyak/ba


derah yang tertekan
Monitor aktivitas dan mobilisasi
Monitor status nutrisi pasien

dan

mencegah

terjadinya

sedera

berulang
Mampu melindungi kulit
dan

mempertahankan

kelembaban kulit dan


perawatan alami
26

Nyeri

NOC :

NIC :

Pain Level,
Definisi :

Pain control,

Comfort level
Sensori yang tidak menyenangkan
dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau

Kriteria Hasil :

Pain Management

Lakukan pengkajian nyeri secara k

termasuk lokasi, karakteristik, durasi


kualitas dan faktor presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari ketidakn

Gunakan
potensial kerusakan jaringan atau Mampu mengontrol nyeri

komunikasi

terape

menggambarkan adanya

(tahu

kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri

mampu

Internasional): serangan

tehnik

mendadak atau pelan

Evaluasi pengalaman nyeri masa lampa


untuk mengurangi nyeri,

intensitasnya dari ringan sampai

mencari bantuan)

berat yang dapat diantisipasi


dengan akhir yang dapat
diprediksi dan dengan durasi
kurang dari 6 bulan.

Batasan karakteristik :
Laporan secara verbal atau non
verbal

penyebab

teknik

nyeri, mengetahui pengalaman nyeri pasien

menggunakan
Kaji kultur yang mempengaruhi respon n
nonfarmakologi

Evaluasi bersama pasien dan tim kes

Melaporkan bahwa nyeri tentang ketidakefektifan kontrol nyeri m


berkurang
menggunakan
manajemen nyeri

dengan
Bantu pasien dan keluarga untuk m
menemukan dukungan

Kontrol lingkungan yang dapat mempen


Mampu mengenali nyeri
seperti
suhu
ruangan,
pencaha
(skala,
intensitas,
kebisingan
frekuensi
dan
tanda
nyeri)
Menyatakan

Kurangi faktor presipitasi nyeri

Pilih dan lakukan penanganan nyeri (


rasa

Fakta dari observasi

nyaman

Posisi antalgic untuk menghindari


nyeri

berkurang

setelah

nyeri non farmakologi dan inter personal)


Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

Tanda vital dalam rentang intervensi

Gerakan melindungi

normal

Ajarkan tentang teknik non farmakologi

Tingkah laku berhati-hati

Berikan analgetik untuk mengurangi nye

Muka topeng

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

Gangguan tidur (mata sayu,

Tingkatkan istirahat

tampak capek, sulit atau gerakan


kacau, menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan

Kolaborasikan dengan dokter jika ada k


tindakan nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang
nyeri

persepsi waktu, kerusakan proses


berpikir, penurunan interaksi
dengan orang dan lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh :
jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan tekanan
darah, perubahan nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh :

Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
nyeri sebelum pemberian obat

Cek instruksi dokter tentang jenis obat


frekuensi
Cek riwayat alergi

Pilih analgesik yang diperlukan atau ko

analgesik ketika pemberian lebih dari sa

Tentukan pilihan analgesik tergantun


beratnya nyeri

Tentukan analgesik pilihan, rute pem


dosis optimal

Pilih

gelisah, merintih, menangis,


waspada, iritabel, nafas

rute

pemberian

secara

IV,

pengobatan nyeri secara teratur

panjang/berkeluh kesah)

Monitor vital sign sebelum dan sesudah

Perubahan dalam nafsu makan

analgesik pertama kali

dan minum

Berikan analgesik tepat waktu terutam


hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda

Faktor yang berhubungan :

(efek samping)

Agen injuri (biologi, kimia, fisik,


psikologis)

27

Perfusi jaringan serebral tidak


efektif b/d edema
serebral/penyumbatan aliran
darah

NOC :

NIC :

Circulation status

Intrakranial Pressure (ICP) Monitorin

Tissue Prefusion :
cerebral

tekanan intrakranial)
Berikan informasi kepada keluarga
Set alarm

Kriteria Hasil :
1. mendemonstrasikan
status sirkulasi yang
ditandai dengan :
Tekanan systole
dandiastole dalam

Monitor tekanan perfusi serebral


Catat respon pasien terhadap stimuli
Monitor tekanan intrakranial pasien dan
neurology terhadap aktivitas

Monitor jumlah drainage cairan serebros

rentang yang diharapkan Monitor intake dan output cairan


Tidak ada
ortostatikhipertensi
Tidk ada tanda tanda

Restrain pasien jika perlu


Monitor suhu dan angka WBC

peningkatan tekanan
intrakranial (tidak lebih
dari 15 mmHg)
2. mendemonstrasikan

Kolaborasi pemberian antibiotik

Posisikan pasien pada posisi semifowle


Minimalkan stimuli dari lingkungan

kemampuan kognitif
yang ditandai dengan:
berkomunikasi dengan

Peripheral Sensation Management (M


sensasi perifer)

jelas dan sesuai dengan


Monitor adanya daerah tertentu yang ha
kemampuan
terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
menunjukkan perhatian,

Monitor adanya paretese


konsentrasi dan orientasi

memproses informasi
membuat keputusan
dengan benar
3. menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan
gerakan involunter

28

Gangguan mobilitas fisik


b/d kerusakan

neuromuskuler

ada lsi atau laserasi


Gunakan sarun tangan untuk proteksi

Batasi gerakan pada kepala, leher dan p


Monitor kemampuan BAB
Kolaborasi pemberian analgetik
Monitor adanya tromboplebitis

Diskusikan mengenai penyebab peruba

NOC :

NIC :

Joint Movement : Active

Exercise therapy : ambulation

Mobility Level

Definisi :

Instruksikan keluarga untuk mengobserv

Self care : ADLs

Monitoring vital sign sebelm/sesudah


lihat respon pasien saat latihan

Konsultasikan dengan terapi fisik tenta

Keterbatasan dalam
kebebasan untuk
pergerakan fisik tertentu
pada bagian tubuh atau
satu atau lebih
ekstremitas

Transfer performance
Kriteria Hasil :

ambulasi sesuai dengan kebutuhan

Bantu klien untuk menggunakan to


berjalan dan cegah terhadap cedera

Klien meningkat dalam


aktivitas fisik

Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan


teknik ambulasi

Mengerti tujuan dari


peningkatan mobilitas

Batasan karakteristik :

Kaji kemampuan pasien dalam mobilisa

Postur tubuh yang tidak stabil

Memverbalisasikan

Latih pasien dalam pemenuhan kebu

selama melakukan kegiatan rutin

perasaan dalam

secara mandiri sesuai kemampuan

harian

meningkatkan kekuatan

Keterbatasan kemampuan untuk


melakukan keterampilan motorik
kasar

melakukan keterampilan motorik


halus
Tidak ada koordinasi atau
pergerakan yang tersentak-sentak
Keterbatasan ROM
Kesulitan berbalik (belok)
Perubahan gaya berjalan (Misal :

kesulitan memulai jalan, langkah


sempit, kaki diseret, goyangan
yang berlebihan pada posisi
lateral)
Penurunan waktu reaksi

Dampingi dan Bantu pasien saat mo


bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.

berpindah

Memperagakan

Keterbatasan kemampuan untuk

penurunan kecepatan berjalan,

dan kemampuan

Berikan alat Bantu jika klien memerluka

penggunaan alat Bantu Ajarkan pasien bagaimana merubah


untuk mobilisasi (walker)

berikan bantuan jika diperlukan

Bergerak menyebabkan nafas


menjadi pendek
Usaha yang kuat untuk
perubahan gerak (peningkatan
perhatian untuk aktivitas lain,
mengontrol perilaku, fokus dalam
anggapan ketidakmampuan
aktivitas)
Pergerakan yang lambat
Bergerak menyebabkan tremor
Faktor yang berhubungan :
Pengobatan
Terapi pembatasan gerak
Kurang pengetahuan tentang
kegunaan pergerakan fisik
Indeks massa tubuh diatas 75
tahun percentil sesuai dengan
usia
Kerusakan persepsi sensori
Tidak nyaman, nyeri
Kerusakan muskuloskeletal dan
neuromuskuler
Intoleransi aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina
Depresi mood atau cemas

Kerusakan kognitif
Penurunan kekuatan otot, kontrol
dan atau masa
Keengganan untuk memulai
gerak
Gaya hidup yang menetap, tidak
digunakan, deconditioning
Malnutrisi selektif atau umum
29

Resiko trauma b/d kejang

NOC :

NIC :

Knowledge : Personal
Safety
Safety Behavior : Faal
Prevention

Environmental Management safety


Sediakan lingkungan yang aman untuk

Identifikasi kebutuhan keamanan pas

dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif

Safety Behavior : Falls


occurance

riwayat penyakit terdahulu pasien


Menghindarkan

Safety Behavior : Physical


Injury

lingkungan

yang

(misalnya memindahkan perabotan)

Memasang side rail tempat tidur

Menyediakan tempat tidur yang nyaman

Menempatkan saklar lampu ditempat y


dijangkau pasien.
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan yang cukup

Menganjurkan keluarga untuk menema

Mengontrol lingkungan dari kebisingan


Memindahkan

barang-barang

ya

membahayakan

Berikan penjelasan pada pasien dan ke

pengunjung adanya perubahan status


dan penyebab penyakit.

30

Resiko Aspirasi b/d tidak

NOC :

efektifnya kebersihan jalan nafas

Respiratory Status :

dan tidak adanya reflek muntah

Ventilation
Aspiration control

Definisi : Risiko masuknya secret

Kriteria Hasil :

secret gastrointestinal, secret


secret oropharingeal, benda

tanpa terjadi aspirasi


Jalan nafas paten dan
suara nafas bersih

Faktor factor resiko :

Peningkatan tekanan
dalam lambung

Selang makanan

Situasi yang menghambat

Elevasi bagian tubuh atas

Penurunan tingkat
kesadaran

Adanya tracheostomy atau


selang endotrakheal

Keperluan pengobatan

Aspiration precaution
Monitor

tingkat

kesadaran,

reflek

kemampuan menelan
Monitor status paru

Pasien mampumenelan Pelihara jalan nafas

benda padat atai cairan kedalam


tracheobronkhial.

NIC:

Lakukan suction jika diperlukan


Cek nasogastrik sebelum makan

Hindari makan kalau residu masih bany


Potong makanan kecil kecil
Haluskan obat sebelumpemberian

Naikkan kepala 30-45 derajat setelah m

Adanya kawat rahang

Peningkatan residu
lambung

Menurunnya fungsi
spingter esophagus

Gangguan menelan

NGT

Operasi, trauma wajah,


mulut, leher

Batuk, gag reflek

Penurunan motilitas
gastrointestinal

Lambatnya pengosongan
lambung

31

Resiko Injury b/d


immobilisasi, penekanan
sensorik patologi
intrakranial dan
ketidaksadaran

NOC : Risk Kontrol

Klien

terbebas

cedera

Dalam risiko cedera


sebagai hasil dari
interaksi kondisi

Identifikasi kebutuhan keamanan pas


mampu

dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif


riwayat penyakit terdahulu pasien

Menghindarkan

injury/cedera
Klien

Sediakan lingkungan yang aman untuk


dari

menjelaskan cara/metode
untukmencegah

Management

lingkungan)

Kriteria Hasil :

Klien
Definsi :

NIC : Environment

lingkungan

yang

(misalnya memindahkan perabotan)


mampu
Memasang side rail tempat tidur

menjelaskan factor resiko

lingkungan dengan
respon adaptif indifidu
dan sumber pertahanan.

dari

Menyediakan tempat tidur yang nyaman


lingkungan/perilaku

personal

Menempatkan saklar lampu ditempat y

Mampumemodifikasi

dijangkau pasien.

gaya

hidup
Membatasi pengunjung
untukmencegah injury

Faktor resiko :
Eksternal
Mode transpor atau cara
perpindahan

Menggunakan

kesehatan yang ada


Mampu

Manusia atau penyedia


pelayanan kesehatan (contoh :
agen nosokomial)
Pola kepegawaian : kognitif,
afektif, dan faktor psikomotor
Fisik (contoh : rancangan struktur
dan arahan masyarakat,
bangunan dan atau perlengkapan)
Nutrisi (contoh : vitamin dan tipe
makanan)
Biologikal ( contoh : tingkat
imunisasi dalam masyarakat,
mikroorganisme)
Kimia (polutan, racun, obat, agen
farmasi, alkohol, kafein nikotin,
bahan pengawet, kosmetik,
celupan (zat warna kain))
Internal

Memberikan penerangan yang cukup


fasilitas

perubahan
kesehatan

Menganjurkan keluarga untuk menema

Mengontrol lingkungan dari kebisingan


mengenali
status
Memindahkan

barang-barang

ya

membahayakan

Berikan penjelasan pada pasien dan ke

pengunjung adanya perubahan status


dan penyebab penyakit.

Psikolgik (orientasi afektif)


Mal nutrisi
Bentuk darah abnormal, contoh :
leukositosis/leukopenia,
perubahan faktor pembekuan,
trombositopeni, sickle cell,
thalassemia, penurunan Hb, Imunautoimum tidak berfungsi.
Biokimia, fungsi regulasi
(contoh : tidak berfungsinya
sensoris)
Disfugsi gabungan
Disfungsi efektor
Hipoksia jaringan
Perkembangan usia (fisiologik,
psikososial)
Fisik (contoh : kerusakan
kulit/tidak utuh, berhubungan
dengan mobilitas)

32

Ketidakefektifan pola minum bayi


b/d prematuritas

NOC :
Breastfeeding
Estabilshment : infant
Knowledge :
breastfeeding

NIC :
Breastfeeding assistance
Fasilitasi kontak ibu dengan bayi sawal
(maksimal 2 jam setelah lahir )

Monitor kemampuan bayi untuk menghi

Breastfeeding
Maintenance
Kriteria Hasil :
Klien dapat menyusui
dengan efektif

Dorong orang tua untuk meminta peraw

menemani saat menyusui sebanyak 8-1

Sediakan kenyamanan dan privasi sela


menyusui

Monitor kemampuan bayi untukmengga

Memverbalisasikan tehnik
Dorong ibu untuk tidak membatasi bayi
untk mengatasi masalah
Monitor integritas kulit sekitar putting
menyusui
Bayi menandakan
kepuasan menyusu
Ibu menunjukkan harga
diri yang positif dengan
menyusui

Instruksikan perawatan putting untukme


lecet

Diskusikan penggunaan pompa ASI kala


tidakmampu menyusu
Monitor peningkatan pengisian ASI

Jelaskan penggunaan susu formula han


diperlukan
Instruksikan ibu untuk makan makanan
selama menyusui

Dorong ibu untuk minum jika sudah mer

Dorong ibu untuk menghindari penggun


danPil KB selama menyusui

Anjurkan ibu untuk memakai Bra yang n

terbuat dari cootn dan menyokong payu

Dorong ibu untukmelanjutkan laktasi se


bekerja/sekolah

33

Diare b/d efek fototerapi

NOC:

NIC :

Bowel elimination

Diarhea Management

Fluid Balance

Evaluasi efek samping pengobatan terh


gastrointestinal

Hydration
Electrolyte

and

Ajarkan pasien untuk menggunakan oba


Acid

base Balance

Instruksikan pasien/keluarga untukmenc

jumlah, frekuenai dan konsistensi dari fe

Kriteria Hasil :

Evaluasi intake makanan yang masuk


Feses berbentuk, BAB
sehari sekali- tiga hari Identifikasi factor penyebab dari diare
Menjaga daerah sekitar
Monitor tanda dan gejala diare
rectal dari iritasi
Tidak mengalami diare

Observasi turgor kulit secara rutin


Ukur diare/keluaran BAB

Menjelaskan penyebab
Hubungi dokter jika ada kenanikan bisin
diare
dan
rasional
tendakan

Instruksikan pasien untukmakan rendah

Mempertahankan turgor
kulit

tinggi protein dan tinggi kalori jika memu

Instruksikan untuk menghindari laksative


Ajarkan tehnik menurunkan stress

Monitor persiapan makanan yang aman

34

Kelelahan b/d status


penyakit, anemia,
malnutrisi

NOC :
Endurance
Concentration

NIC :
Energy Management

Observasi adanya pembatasan klien da

Energy conservation
Nutritional status :
energy

melakukan aktivitas

Dorong anal untuk mengungkapkan per


terhadap keterbatasan

Kriteria Hasil :

Kaji adanya factor yang menyebabkan k

Memverbalisasikan

Monitor nutrisi dan sumber energi tanga

peningkatan energi dan


Monitor pasien akan adanya kelelahan f
merasa lebih baik
emosi secara berlebihan
Menjelaskan
penggunaan energi
untuk mengatasi

Monitor respon kardivaskuler terhadap

Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istir

kelelahan

35

Gangguan pola defeksi :


diare b/d proses

peradangan pada dinding


usus halus

NOC:

NIC :

Bowel elimination

Diarhea Management

Fluid Balance

gastrointestinal

Hydration
Electrolyte

Evaluasi efek samping pengobatan terh

and

base Balance
Kriteria Hasil :

Ajarkan pasien untuk menggunakan oba


Acid

Instruksikan pasien/keluarga untukmenc

jumlah, frekuenai dan konsistensi dari fe

Evaluasi intake makanan yang masuk


Feses berbentuk, BAB
sehari sekali- tiga hari Identifikasi factor penyebab dari diare
Menjaga daerah sekitar
Monitor tanda dan gejala diare
rectal dari iritasi

Observasi turgor kulit secara rutin

Tidak mengalami diare Ukur diare/keluaran BAB

Menjelaskan penyebab
Hubungi dokter jika ada kenanikan bisin
diare

dan

tendakan

rasional
Instruksikan pasien untukmakan rendah

tinggi protein dan tinggi kalori jika memu

Mempertahankan turgor
Instruksikan untuk menghindari laksative
kulit
Ajarkan tehnik menurunkan stress

Monitor persiapan makanan yang aman

36

Perubahan pola defeksi :


konstipasi b/d proses

peradangan pada dinding


usus halus,

NOC:

NIC: Constipation/ Impaction Manage

Bowel elimination

Monitor tanda dan gejala konstipasi

Hydration

Monior bising usus

Kriteria Hasil :

Monitor feses: frekuensi, konsistensi dan

Mempertahankan
bentuk

feses

setiap 1-3 hari


Bebas
ketidaknyamanan
konstipasi
Mengidentifikasi
indicator

Konsultasi dengan dokter tentang pen


lunak peningkatan bising usus

Mitor tanda dan gejala ruptur usus/perit


dari
Jelaskan etiologi
dan
terhadap pasien
Identifikasi
untuk

faktor

dan

rasionalisas

penyebab

konstipasi

mencegah konstipasi Dukung intake cairan


Kolaborasikan pemberian laksatif
37

Inkontinensia Bowel b/d struktur NOC:


anus yang tidak komplit

NIC :

dan

Bowel Continence
Bowel Elimination

Bowel Inkontinence care

Perkirakan penyebab fisik dan psikolog


inkontimemsia fekal

Kriteria Hasil :

Jelaskan penyebab masalah dan rasion


BAB teratur, mulai dari
tindakan
setiap hari sampai 3-5

Jelaskan tujuan dari managemen bowe

hari

Defekasi lunak, feses

Diskusikan prosedur dan criteria hasil y

berbentuk
Penurunan

pasien/keluarga

insiden

inkontinensia usus

diharapkan bersama pasien

Instruksikan pasien/keluarga untuk men


keluaran feses

Cuci area perianal dengansabun dan ai


lalukeringkan
Jaga kebersihan baju dan tempat tidur
Lakukan program latihan BAB
Monitor efek samping pengobatan.

Bowel Training

Rencanakan program BAB dengan pasi


pasien yang lain

Konsul ke dokter jika pasien memerluka


suppositoria

Ajarkan ke pasien/keluarga tentang prin


BAB

Anjurkan pasien untuk cukup minum


Dorong pasien untuk cukup latihan
Jaga privasi klien
Kolaborasi pemberian suppositoria jika
memungkinkan
Evaluasi status BAB secara rutin
Modifikasi program BAB jika diperlukan

38

PK : Syok Septik

Tujuan : setelah

a. Pantau adanya tanda dan gejala syok s

dilakukan tindakan

b. Kolaborasi pemberian antimikrobal, sup


keperawatan diharapkan
intravena, pemeriksaan laboratorium
dapat meminimalkan
kultur/sputum/pewarnaan gram, hitung
terjadinya syok septik
lengkap, tes serologis, laju sedimentasi

39

PK : Hipoglikemia

Tujuan : perawat dapat Pantau kadar gula darah sebelum pemb


menangani dan

hipoglikemik dan atau sebelum makan d

meminimalkan episode

jam sebelum tidur

hipoglikemi

Pantau tanda dan gejala hipoglikemi (ka

darah kurang dari 70 mg/dl, kulit dingin,

dan pucat, takikardi,peka terhadap rang

sadar, tidak terkoordinasi, bingung, mud


mengantuk)

Jika klien dapat menelan, berikans eten

jus jeruk, cola atau semacam golongan

15 menit sampai kadar glukosa darahny

meningkat diatas 69 mg/dl

Jika klien tidak dapat menelan, berikang

hidroklorida subkutan 50 ml glukosa 50


IV sesuai protocol
40

PK : Asidosis

Asidosis Metabolik

1. Pantau tanda dan gejala asidosis metab

a.

pernafasan cepat danlam

b.

sakit kepala

c.

mual dan muntah

d.

bikarbonat plasma dan p

darah rendah

e.

perubahan tingkah laku,

f.

kalsium serum meningka

g.

klorida serum meningkat

h.

penurunan HCO3

2. Untuk klien klien dengan asidosis metab

a.

mulai dengan penggantia

sesuai program tergantung dari penyeb


dasarnya.

b.

Jika etiologinya DM, ruju

hipo/hiperglikemia

c.

Kaji tanda dangejala hipo

hipokalemia, dan alkalosis setelah asido


terkoreksi

d.

Lakukan koreksi pada se

gangguan ketidakseimbangan elektrolit


dengan program dokter

e.

Pantau nilai gas darah a

urine.

Untuk asidosis Respiratorik

1. Pantau tanda dan gejala asidosis respir

a.

takikardi

b.

disritmia

c.

berkeringat

d.

mual/muntah

e.

gelisah

f.

dyspneu

g.

peningkatan usaha nafas

h.

penurunan frekuensi per

i.

peningkatan PCO2

j.

peningkatan kalsium ser

k.

penurunan natrium klorid

2. untuk klien klien dengan asidosis respir

a.

perbaiki ventilasi melalui

pengubahan posisi pada semifowler, lat


dalam

b.

konsul kemungkinan pen

ventilasi mekanis

c.

berikan oksigen setelah

bernafas dengan baik

d.

tingkatkan pemberian hid

optimal
41

PK : Anemia

Perawat dapat

1. Pantau tanda dan gejala anemia

melakukan pencegahan
Adanya letargi
untuk meminimalkan

terjadinya anemia
berkelanjutan

Adanya kelemahan
Keletihan
Peningkatan pucat
Dyspneu saat melakukan aktivitas
2. Monitor kadar Hb

3. Kolaborasi perlunya pemberian transfus


42

PK : sepsis

Tujuan :
Perawatan akan
menangani dan
memantau komplikasi
yaitu septikemi

1. Pantau tanda dan gejala septicemia


Suhu > 38 C atau < 36 C
Frekuensi jantung lebih dari 90 x/mnt

Frekuensi pernapasan lebih dari 20 x


PaCO2 < 32 torr ( < 4,3 kPa)

SDP > 12. 000 sel/ mm2, < 4.000 sel/m

lebih dari 10 % dalam bentuk imatur (pi

2. Pantau lansia terhadap perubahan dala

kelemahan, malaise, normotermi atau h


dan anoreksia.

3. Sesuai dengan program pengobatan do

obat anti infeksi, pantau dan tangani pe

oksigen serta pengirimannya, imunomo


dukungan nutrisi.

4. Jika ada indikasi, rujuk ke PK : syok Hip


untuk informasi lebih lanjut.

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan CHF (Gagal


Jantung)
A. Pengertian
Gagal Jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan jantung sehingga jantung
tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara abnormal
(Mansjoer, 2001 : hal 434).

Gagal jantung mengakibatkan ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongestif pulmonal dan sistemik
(Doengoes, 2001 : hal 52).

Gagal jantung mengacu pada kumpulan tanda dan geajala yang diakibatkan oleh
ketidakmampuan jantung untuk memompakan cukup darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh (Tambayong, 2001 : hal 86).

Gagal jantung sering juga disebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan akan oksigen
dan nutrisi (Smeltzer, 2002 : hal 805).

Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan gagal jantung merupakan suatu keadaan
jantung yang mengalami kelainan yang dapat menyebakan jantung tidak mampu memompakan
darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan akan oksigen dan
nutrisi.

B. Etiologi
1. Kelainan otot jantung, gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot
degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal meningkatkan beban kerja jantung pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap
sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
4. Faktor sistemik terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
jantung. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai

oksigen ke jantung. Asidosis (respiratorik atau metabolik) dan abnormalitas elektrolit dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.

C. Patofisiologi
1. Proses Perjalanan Penyakit
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung,
yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Secara konsep curah
jantung adalah perkalian dari fungsi frekuensi jantung dan volume sekuncup. Frekuensi jantung
adalah fungsi sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan
mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme
kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume
sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi
pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume
sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor
yaitu : preload, kontraktilitas dan afterload. Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung
berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut otot
jantung. Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel
dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium. Afterload
mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah
melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole.
Pada gagal jantung, jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut terganggu, hasilnya curah
jantung berkurang, menyebabkan volume sekuncup tidak dapat melakukan kompensasi yang
mengakibatkan gagal jantung (Smeltzer, 2002 : hal 805).

Grade Gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA), terbagi dalam empat kelas
fungsional yaitu :
I.

Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik berat.

II.

Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik sedang.

III.

Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik ringan.

IV.

Timbul gejala sesak pada aktifitas saat istirahat.

2. Manifestasi klinik
a.

Gagal jantung kiri : kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru.Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang dapat terjadi meliputi :
dispnea, ortopnea, batuk, mudah lelah, takikardia, insomnia.

1) Dispnea dapat terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas.
Dispnea bahkan dapat terjadi pada saat istirahat atau dicetuskan oleh gerakan minimal atau
sedang.
2) Ortopnea kesulitan bernafas saat berbaring, beberapa pasien hanya mengalami ortopnea pada
malam hari, hal ini terjadi bila pasien, yang sebelumnya duduk lama dengan posisi kaki dan
tangan di bawah, pergi berbaring ke tempat tidur. Setelah beberapa jam cairan yang tertimbun
diekstremitas yang sebelumnya berada di bawah mulai diabsorbsi, dan ventrikel kiri yang sudah
terganggu, tidak mampu mengosongkan peningkatan volume dengan adekuat. Akibatnya tekanan
dalam sirkulasi paru meningkat dan lebih lanjut, cairan berpindah ke alveoli.

3) Batuk yang berhubungan dengan ventrikel kiri bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang
tersering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah yang
banyak, yang kadang disertai bercak darah.
4) Mudah lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari sirkulasi
normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi akibat
meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas.
5) Insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
b. Gagal jantung kanan : bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan
jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume
darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasikan semua darah yang secara normal
kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas
bawah, peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia, mual dan
nokturia.
1.) Edema dimulai pada kaki dan tumit juga secara bertahap bertambah ke tungkai, paha dan
akhirnya ke genetalia eksterna serta tubuh bagian bawah.
2.) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena
di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh darah portal meningkat
sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan ascites.
Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan
distress pernafasan.
3.) Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen.

4.) Nokturia terjadi karena perfusi renal yang didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring.
Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah jantung membaik saat istirahat.
5.) Kelemahan yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena menurunnya curah
jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat
dari jaringan (Smeltzer, 2002 : hal 805).
3. Komplikasi
a. Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
b. Syok Kardiogenik, merupakan stadium akhir dari disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung
kongestif, terjadi bila vetrikel kiri mengalami kerusakan yang sangat luas. Tanda syok
kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hipoksia otak yang
termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan haluaran urin, serta kulit yang
dingin dan lembab.

D. Penatalaksanaan medis
1. Non Farmakologi
a.

Pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur atau mengurangi edema seperti pada
hipertensi atau gagal jantung.

b. Batasi cairan ditujukan untuk mencegah, mengatur atau mengurangi edema.


c.

Manajemen stress ditujukan untuk mengurangi stress karena stress emosi dapat menghasilkan
vasokontriksi yang meningkatkan tekanan darah dan meningkatkian kerja jantung.

d. Pembatasan aktifitas fisik untuk mengurangi beban kerja jantung.

2. Farmakologi
a.

Diuretik : diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal, penggunaan harus
hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.

b. Digoxin : meningkatkan kontraktilitas dan memperlambat frekuensi jantung. Obat ini tidak
digunakan untuk kegagalan diastolik yang mana dibutuhkan pengembangan ventrikel untuk
relaksasi,
c.

Isobarbide dinitrat : mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi sistolik, hindari
vasodilator pada disfungsi sistolik.

d. Terapi vasodilator : digunakan untuk mengurangi tekanan terhadap penyemburan darah oleh
ventrikel.
E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal pada proses asuhan keperawatan dimana pengkajian
mencakup data-data pasien sehingga dapat mengidentifikasi, menganalisa masalah kebutuhan
kesehatan dan keperawatan fisik, mental, sosial dan lingkungan (Doenges, 2000).
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea
pada saat istirahat atau aktifitas.
Tanda : Gelisah, perubahan status mental misalnya letargi, tanda-tanda vital berubah pada aktivitas.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung, bedah jantung,
endokarditis, anemia, syok septik, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.

Tanda : TD : mungkin rendah (gagal pemompaan), tekanan nadi : mungkin sempit, menunjukan
penurunan volume sekuncup, irama jantung : disritmia, misal fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel
prematur/takikardia, blok jantung, frekuensi jantung : takikardia, nadi apikal : PMI mungkin
menyebar dan merubah posisi secara inferior ke kiri, bunyi jantung : S3 (gallop) adalah
diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah, murmur sistolik dan diastolik dapat
menandakan adanya stenosis katup atau insufisiensi, nadi : nadi perifer berkurang, perubahan
dalam kekuatan denyutan dapat terjadi nadi sentral mungkin kuat, misal nadi jugularis, karotis,
abdominal terlihat, warna : kebiruan, pucat, atau sianotik, punggung kuku pucat atau sianotik
dengan

pengisian

kapiler

lambat,

hepar

pembesaran/dapat

teraba,

refleks

hepatojugularis, bunyi napas : krekels, ronkhi, edema mungkin dependen, umum atau pitting
khususnya pada ekstremitas.
3. Integritas Ego
Gejala : Ansietas, khawatir dan takut, stres yang berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial
(pekerjaan/biaya perawatan medis).
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
Tanda : Abdomen keras, asites.
5. Makanan/cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan signifikan, pembengkakan
pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah
diproses, lemak, gula dan kafein, penggunaan diuretik.
Tanda : Penambahan berat badan cepat, distensi abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan
dan pitting).
6. Hygiene
Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri.
Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7. Neurosensori
Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda : Letargi, kusut pikir, disorientasi, perubahan perilaku, mudah tersinggung.
8. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot.
Tanda : Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit (menarik diri), perilaku melindungi diri.
9. Pernapasan
Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan bantal, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan, misal oksigen.
Tanda:

Pernapasan : takipnea, napas dangkal, penggunaan otot aksesori pernapasan, batuk :


kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa pembentukan
sputum, sputum : mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal), bunyi

napas : mungkin tidak terdengar, fungsi mental : mungkin menurun, kegelisahan, letargi, warna
kulit : pucat atau sianosis.
10. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus otot, kulit lecet.
Tanda : Kehilangan keseimbangan.

11. Interaksi sosial


Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
Tanda : Tidak mau bergaul, mengurung diri di rumah.
12. Pembelajaran/pengajaran
Gejala : Menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya: penyekat saluran kalsium.
Tanda:

Bukti tentang ketidakberhasilan untuk meningkatkan.

Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG : hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia, dan kerusakan pola
mungkin terlihat. Disritmia, misalnya takikardia, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten
6 minggu atau lebih setelah infark miokard menunjukan adanya aneurisma ventrikuler (dapat
menyebabkan gagal atau disfungsi jantung).
2. Sonogram : dapat menunjukan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katup
atau area penurunan kontraktilitas ventrikuler.
3. Scan Jantung : tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding.

4. Rontgen

dada

dapat

menunjukan

pembesaran

jantung,

bayangan

mencerminkan

dilatasi/hipertrofi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan


tekanan pulmonal abnormal, misalnya : pulgus pada pembesaran jantung kiri dapat menunjukkan
aneurisma ventrikel.
5. Elektrolit : mungkin berubah karena perpindahan cairan/ penurunan fungsi ginjal, terapi diuretik.
6. Oksimetri nadi : saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika gagal jantung kiri akut
memperburuk PPOM atau GJK kronis.
7. AGD : gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau hipoksemia
dengan peningkatan PCO2 akhir
8. BUN, kreatinin : peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal, kenaikan baik BUN
maupun kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.

A.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dari proses keperawatan yang mana didukung
oleh penyebab serta tanda-tanda dan gejalanya. Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien
dengan CHF menurut Doenges (2001) yaitu :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan
inotropik, perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, perubahan struktural.
2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai oksigen, kelemahan
umum, tirah baring lama/immobilisasi.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya
curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.

ujuan

teria hasil

4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolus
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema
dan penurunan perfusi jaringan.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan
dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal
jantung.

B.

Intervensi Keperawatan

Merupakan tahap ketiga proses keperawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien
berdasarkan diagnosa keperawatan yaitu prioritas masalah, menetapkan tujuan, menetapkan
kriteria hasil, mengidentifikasi tindakan keperawatan yang tetap untuk mencapai tujuan.
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan
inotropik, perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, perubahan struktural.
: Tidak terjadi penurunan curah jantung.
: Tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala
gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, angina, ikut serta dalam aktivitas yang
mengurangi beban kerja jantung.

ervensi :
a. Auskultasi nadi apikal, kaji frekuensi dan irama jantung.
Rasional : biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi
penurunan kontraktilitas ventrikel.

b. Catat bunyi jantung.


Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop umum (S3
dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke serambi yang distensi. Murmur dapat menunjukkan
inkompetensi/ stenosis katup.
c. Palpasi nadi perifer.
Rasional : penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal,
dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan
pulsus alternan.
d. Pantau TD.
Rasional : pada GJK dini, sedang atau kronis tekanan darah dapat meningkat. Pada HCF lanjut
tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan hipotensi tidak dapat normal lagi.
e. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasional : pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak adekuatnya
curah jantung, vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapat terjadi sebagai refraktori GJK. Area
yang sakit sering berwarna biru atau belang karena peningkatan kongesti vena.
f.

Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi).
Rasional : meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek
hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup,
memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.

g. Berikan obat sesuai indikasi : diuretik, vasodilator, antikoagulan.

Rasional : tipe dan dosis diuretik tergantung pada derajat gagal jantung dan status fungsi ginjal.
Penurunan preload paling banyak digunakan dalam mengobati pasien dengan curah jantung
relative normal ditambah dengan gejala kongesti. Diuretik mempengaruhi reabsorpsi natrium dan
air. Vasodilator digunakan untuk meningkatkan curah jantung, menurunkan volume sirkulasi dan
tahanan vaskuler sistemik, juga kerja ventrikel. Antikoagulan digunakan untuk mencegah
pembentukan thrombus/emboli pada adanya faktor risiko seperti statis vena, tirah baring,
disritmia jantung.
h. Pemberian cairan IV.
Rasional : karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri, pasien tidak dapat mentoleransi
peningkatan volume cairan (preload). Pasien GJK juga mengeluarkan sedikit natrium yang
menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan kerja miokard.
i.

Pantau seri EKG dan perubahan foto dada.


Rasional : depresi segmen ST dan datarnya gelombang T dapat terjadi karena peningkatan
kebutuhan oksigen miokard, meskipun tak ada penyakit arteri koroner. Foto dada dapat
menunjukan pembesaran jantung.

j.

Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, kreatinin.


Rasional : peningkatan BUN/Kreatinin menunjukan hipoperfusi/gagal ginjal.

ria hasil

2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai oksigen, kelemahan


umum, tirah baring lama/immobilisasi.
Tujuan

: Klien dapat melakukan aktifitas yang di inginkan

: Berpartisipasi pada aktivitas yang di inginkan, memenuhi perawatan diri sendiri, mencapai
peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan
kelelahan.
Intervensi :
a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan
vasodilator, diuretik dan penyekat beta.
Rasional : hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi),
perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh fungsi jantung.
b. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea berkeringat
dan pucat.
Rasional : penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup
selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan
oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
c. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional : dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.
d. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi) Rasional : peningkatan bertahap
pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan
fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali.

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya
curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.

uan

: Tidak terjadi kelebihan volume cairan

ria hasil

: Klien akan mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan
pengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan
stabil dan tidak ada edema, menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
Intervensi :
a. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat hari dimana diuresis terjadi.
Rasional : pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi
terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.
b. Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
Rasional: terapi diuretik dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan
(hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
c. Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
Rasional : posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga
meningkatkan diuresis.
d. Pantau TD dan CVP (bila ada).
Rasional : hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat
menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
e. Kaji bising usus, catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.

uan

teria hasil

Rasional : kongesti viseral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.
f.

Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi) : diuretik, tiazid.


Rasional : diuretik meningkatkan laju aliran urine dan dapat menghambat reabsorpsi
natrium/klorida pada tubulus ginjal. Tiazid meningkatkan diuresis tanpa kehilangan kalium
berlebihan.

g. Konsultasi dengan ahli diet.


Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori
dalam pembatasan natrium.

4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapileralveolus.
: Tidak terjadi gangguan pertukaran gas
: Klien akan mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi adekuat pada jaringan ditunjukkan
oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan, berpartisipasi dalam
program pengobatan dalam batas kemampuan/situasi.
Intervensi

a. Pantau bunyi nafas, catat krekles.


Rasional: menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan secret menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi lanjut.
b. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.
Rasional: membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.

c. Dorong perubahan posisi.


Rasional: membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
d. Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
Rasional: hipoksemia dapat terjadi berat selama oedem paru.
e. Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat memperbaiki/ menurunkan
hipoksemia jaringan.

5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema
dan penurunan perfusi jaringan.

uan

: Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

ria hasil

: Klien akan mempertahankan integritas kulit, mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah


kerusakan kulit.
Intervensi :
a. Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau
kegemukan/kurus.
Rasional : kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status
nutrisi.
b. Pijat area kemerahan atau yang memutih.
Rasional: meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan.
c. Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.

uan

teria hasil

ntervensi

Rasional: memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang mengganggu aliran darah.
d. Berikan perawatan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi. Rasional: terlalu kering atau
lembab merusak kulit/mempercepat kerusakan.
e. Hindari obat intramuskuler.
Rasional : edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan
predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi.

6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan


berhubungan dengan kurang pemahaman tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal
jantung.
: Pengetahuan klien bertambah
: Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah
komplikasi, mengidentifikasi faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani, melakukan
perubahan pola hidup/perilaku.
:
a. Diskusikan fungsi jantung normal.
Rasional: pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan pada program
pengobatan.
b. Kuatkan rasional pengobatan.
Rasional : klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang dibolehkan bila merasa baik
dan bebas gejala atau merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.

Formatif

c. Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi.


Rasional : dapat menambahkan bantuan dengan pemantauan sendiri/penatalaksanaan dirumah.

H. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan


dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan
dengan kondisi klien
Pelaksanaan pada klien dengan CHF antara lain meningkatkan cardiac
output, memandirikan klien untuk melakukan aktifitas, mengotrol
keseimbangan cairan, mencegah terjadinya gangguan pertukaran gas,
mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit, memberikan informasi
tentang kondisi dan program pengobatan.

I.

Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah proses membandingkan efek atau hasil suatu tindakan keperawatan
dengan normal atau kriteria tujuan yang sudah dibuat merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan evaluasi terdiri dari :

Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon segera pada saat dan setelah dilakukan
tindakan keperawatan.

Sumatif

Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada
tujuan ditulis pada catatan perkembangan.

Sedangkan evaluasi keperawatan yang diharapkan pada klien dengan


CHF yaitu :
1) Tidak terjadi penurunan cardiac output,
2) Mampu melakukan aktifitas secara mandiri,
3) Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan,
4) Tidak terjadi gangguan pertukaran gas,
5) Tidak terjadi kerusakan integritas kulit,
6) Memahami tentang kondisi dan program pengobatan.

Daftar Diagnosa Keperawatan NANDA


Lengkap dengan NOC dan NIC

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Bersihan Jalan Nafas tidak efektif


Pola Nafas tidak efektif
Gangguan Pertukaran gas
Kurang Pengetahuan
Risiko Aspirasi
Hipertermia
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Defisit Volume Cairan
Kelebihan Volume Cairan

10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.

Risiko infeksi
Intoleransi aktivitas
Kerusakan integritas kulit
Kecemasan
Takut
Penurunan curah jantung
Perfusi jaringan kardiopulmonal tidak efektif
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif
Perfusi jaringan gastrointestinal tidak efektif
Perfusi jaringan renal tidak efektif
Defisit perawatan diri
Risiko gangguan integritas kulit
Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
Nyeri akut
Nyeri Kronis
Gangguan mobilitas fisik
Risiko trauma
Risiko Injury
Mual
Diare
Konstipasi
Gangguan pola tidur
Retensi urin
Kerusakan integritas jaringan
Gangguan body image
Manejemen regimen terapeutik tidak efektif
Kelelahan

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Bersihan Jalan Nafas tidak


efektifberhubungan dengan:
-

Infeksi, disfungsi neuromuskular,

NOC:
Respiratory status : Ventilation

Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.

Respiratory status : Airway patency

Berikan O2 l/mnt, metode

hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan Aspiration Control

Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam

nafas, asma, trauma

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ..pasien Lakukan fisioterapi dada jika perlu

nafas, sekresi tertahan, banyaknya

menunjukkan keefektifan jalan nafas

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

mukus, adanya jalan nafas buatan,

dibuktikan dengan kriteria hasil :

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

sekresi bronkus, adanya eksudat di

Mendemonstrasikan batuk efektif dan Berikan bronkodilator :

alveolus, adanya benda asing di jalan

suara nafas yang bersih, tidak ada -

nafas.

sianosis

DS:

mengeluarkan

- Dispneu

dan

(mampu - .

sputum,

bernafas -

dengan mudah, tidak ada pursed lips) Monitor status hemodinamik


Menunjukkan

DO:

dyspneu

jalan

nafas

yang Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

- Penurunan suara nafas

paten (klien tidak merasa tercekik, Berikan antibiotik :

- Orthopneu

irama nafas, frekuensi pernafasan

- Cyanosis

dalam rentang normal, tidak ada suara

- Kelainan suara nafas (rales, wheezing)

nafas abnormal)

- Kesulitan berbicara
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada

Mampu

mengidentifikasikan

Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.


dan Monitor respirasi dan status O2
Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan

mencegah faktor yang penyebab.

- Produksi sputum

Saturasi O2 dalam batas normal

- Gelisah

Foto thorak dalam batas normal

sekret
Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan
peralatan : O2, Suction, Inhalasi.

- Perubahan frekuensi dan irama nafas

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Pola Nafas tidak efektif berhubungan

NOC:

NIC:

Respiratory status : Ventilation

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

- Hiperventilasi

Respiratory status : Airway patency

Pasang mayo bila perlu

- Penurunan energi/kelelahan

Vital sign Status

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

dengan :

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

- Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
- Kelelahan otot pernafasan

Setelah dilakukan tindakan

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

- Hipoventilasi sindrom

keperawatan selama ..pasien

Berikan bronkodilator :

- Nyeri

menunjukkan keefektifan pola nafas,

-..

- Kecemasan

dibuktikan dengan kriteria hasil:

- Disfungsi Neuromuskuler

Mendemonstrasikan batuk efektif dan Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

- Obesitas

suara nafas yang bersih, tidak ada Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

- Injuri tulang belakang

sianosis

dan

mengeluarkan

dyspneu

(mampu Monitor respirasi dan status O2

sputum,

mampu Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea

bernafas dg mudah, tidakada pursed Pertahankan jalan nafas yang paten

DS:
- Dyspnea
- Nafas pendek

Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi

lips)
Menunjukkan

jalan

nafas

yang Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

paten (klien tidak merasa tercekik, Monitor vital sign

DO:
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi

irama nafas, frekuensi pernafasan Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik

- Penurunan pertukaran udara per menit

dalam rentang normal, tidak ada suara

- Menggunakan otot pernafasan tambahan

nafas abnormal)

- Orthopnea

relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.

Ajarkan bagaimana batuk efektif

Tanda Tanda vital dalam rentang Monitor pola nafas

- Pernafasan pursed-lip

normal

(tekanan

- Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama

pernafasan)

darah,

nadi,

- Penurunan kapasitas vital


- Respirasi: < 11 24 x /mnt

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Gangguan Pertukaran gas

NOC:

NIC :

Berhubungan dengan :

Respiratory Status : Gas exchange

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

ketidakseimbangan perfusi ventilasi

Keseimbangan asam Basa, Elektrolit

Pasang mayo bila perlu


Lakukan fisioterapi dada jika perlu

perubahan membran kapiler-alveolar Respiratory Status : ventilation

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

Vital Sign Status

DS:

tindakan Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

sakit kepala ketika bangun

Setelah

Dyspnoe

keperawatan selama . Gangguan Berikan bronkodilator ;

Gangguan penglihatan

pertukaran pasien teratasi dengan

-.

DO:

kriteria hasi:

-.

Penurunan CO2
Takikardi
Hiperkapnia

dilakukan

peningkatan Barikan pelembab udara

Mendemonstrasikan

ventilasi dan oksigenasi yang adekuat Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Memelihara kebersihan paru paru dan Monitor respirasi dan status O2

Keletihan

bebas dari tanda tanda distress Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot

Iritabilitas

pernafasan

Hypoxia

tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal

Mendemonstrasikan batuk efektif dan Monitor suara nafas, seperti dengkur

kebingungan

suara nafas yang bersih, tidak ada Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,

sianosis

sianosis

warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)

dan

mengeluarkan

dyspneu

(mampu

sputum,

mampu Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya

Hipoksemia

bernafas dengan mudah, tidak ada

hiperkarbia

pursed lips)

hiperventilasi, cheyne stokes, biot

ventilasi dan suara tambahan


Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental

AGD abnormal

Tanda tanda vital dalam rentang normal Observasi sianosis khususnya membran mukosa

pH arteri abnormal

AGD dalam batas normal

Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan

frekuensi dan kedalaman nafas abnormal Status neurologis dalam batas normal

tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2,


Suction, Inhalasi)
Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Kurang Pengetahuan
Berhubungan dengan : keterbatasan

NOC:

NIC :
Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga

Kowlwdge : disease process

kognitif, interpretasi terhadap informasi Kowledge : health Behavior

Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini

yang salah, kurangnya keinginan untuk

Setelah dilakukan tindakan

berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara

mencari informasi, tidak mengetahui

keperawatan selama . pasien

yang tepat.

sumber-sumber informasi.

menunjukkan pengetahuan tentang

Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada

proses penyakit dengan kriteria hasil:

penyakit, dengan cara yang tepat


Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

Pasien dan keluarga menyatakan


DS: Menyatakan secara verbal adanya

pemahaman tentang penyakit, kondisi,

Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat

masalah

prognosis dan program pengobatan

Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan

DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi,


perilaku tidak sesuai

Pasien dan keluarga mampu

cara yang tepat

melaksanakan prosedur yang

Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien

dijelaskan secara benar

dengan cara yang tepat


Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

Pasien dan keluarga mampu


menjelaskan kembali apa yang

Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan

dijelaskan perawat/tim kesehatan

second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan

lainnya

Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan


cara yang tepat

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Risiko Aspirasi

NOC :

NIC:

Respiratory Status : Ventilation

DO:

Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan kemampuan

Peningkatan tekanan dalam lambung Aspiration control


elevasi tubuh bagian atas

menelan

Swallowing Status

Monitor status paru


Pelihara jalan nafas

penurunan tingkat kesadaran

Setelah dilakukan tindakan

peningkatan residu lambung

keperawatan selama. pasien tidak Lakukan suction jika diperlukan

menurunnya fungsi sfingter esofagus

mengalami aspirasi dengan kriteria: Cek nasogastrik sebelum makan

gangguan menelan

Klien dapat bernafas dengan mudah, Hindari makan kalau residu masih banyak

NGT

tidak irama, frekuensi pernafasan

Potong makanan kecil kecil

Penekanan reflek batuk dan gangguan

normal

Haluskan obat sebelumpemberian

Pasien mampu menelan, mengunyah Naikkan kepala 30-45 derajat setelah makan

reflek
Penurunan motilitas gastrointestinal

tanpa terjadi aspirasi, dan


mampumelakukan oral hygiene

Jalan nafas paten, mudah bernafas,


tidak merasa tercekik dan tidak ada
suara nafas abnormal

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Hipertermia

NOC:

Berhubungan dengan :

Thermoregulasi

Intervensi
NIC :

Monitor suhu sesering mungkin


Monitor warna dan suhu kulit

penyakit/ trauma

Monitor tekanan darah, nadi dan RR

peningkatan metabolisme

Setelah dilakukan tindakan

aktivitas yang berlebih

keperawatan selama..pasien Monitor penurunan tingkat kesadaran

dehidrasi

menunjukkan :

Monitor WBC, Hb, dan Hct

Monitor intake dan output


Suhu tubuh dalam batas normal
DO/DS:

dengan kreiteria hasil:

Berikan anti piretik:

kenaikan suhu tubuh diatas rentang

Suhu 36 37C

Kelola Antibiotik:..

normal

Nadi dan RR dalam rentang

Selimuti pasien

serangan atau konvulsi (kejang)


kulit kemerahan

normal

Berikan cairan intravena

Tidak ada perubahan warna kulit


Kompres pasien pada lipat paha dan aksila

pertambahan RR

dan tidak ada pusing, merasa Tingkatkan sirkulasi udara

takikardi

nyaman

Kulit teraba panas/ hangat

Tingkatkan intake cairan dan nutrisi


Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran
mukosa)

Diagnosa Keperawatan/

Rencana keperawatan

Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

NOC:

Intervensi
Kaji adanya alergi makanan

kebutuhan tubuh

a. Nutritional status: Adequacy of nutrient Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

Berhubungan dengan :

b. Nutritional Status : food and Fluid

Ketidakmampuan untuk memasukkan atau

Intake

mencerna nutrisi oleh karena faktor

Weight Control

c.

biologis, psikologis atau ekonomi.

Setelah dilakukan tindakan

DS:

keperawatan selama.nutrisi kurang

- Nyeri abdomen

teratasi dengan indikator:

dan nutrisi yang dibutuhkan pasien


Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
harian.
Monitor adanya penurunan BB dan gula darah

- Muntah

Albumin serum

Monitor lingkungan selama makan

- Kejang perut

Pre albumin serum

Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam

- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan

Hematokrit

makan

Hemoglobin

Monitor turgor kulit

- Diare

Total iron binding capacity

Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan

- Rontok rambut yang berlebih

Jumlah limfosit

DO:

kadar Ht

- Kurang nafsu makan

Monitor mual dan muntah

- Bising usus berlebih

Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan

- Konjungtiva pucat

konjungtiva
Monitor intake nuntrisi

- Denyut nadi lemah

Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat


nutrisi
Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
Kelola pemberan anti emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oval

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Defisit Volume Cairan

NOC:

Berhubungan dengan:

Fluid balance

NIC :

- Kehilangan volume cairan secara aktif Hydration


- Kegagalan mekanisme pengaturan

Nutritional Status : Food and Fluid

Intake
DS :
- Haus
DO:
- Penurunan turgor kulit/lidah

Setelah

Intervensi

dilakukan

tindakan

cairan teratasi dengan kriteria hasil:

Mempertahankan urine output sesuai

keperawatan selama.. defisit volume

Pertahankan catatan intake dan output yang akurat


Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN ,
Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein )
Monitor vital sign setiap 15menit 1 jam
Kolaborasi pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi

- Membran mukosa/kulit kering


- Peningkatan denyut nadi, penurunan

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam


dengan usia dan BB, BJ urine normal,

tekanan darah, penurunan

batas normal

- Pengisian vena menurun


- Perubahan status mental

mukosa lembab, tidak ada rasa haus

- Konsentrasi urine meningkat

yang berlebihan

- Temperatur tubuh meningkat

Tidak ada tanda tanda dehidrasi,

Orientasi terhadap

- Kehilangan berat badan secara tiba-tiba


- Penurunan urine output

baik
Jumlah dan irama

- HMT meningkat
- Kelemahan

Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50


100cc/jam)

Elastisitas turgor kulit baik, membran

volume/tekanan nadi

Berikan cairan oral

waktu dan tempat

pernapasan dalam

Dorong keluarga untuk membantu pasien makan


Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Pasang kateter jika perlu
Monitor intake dan urin output setiap 8 jam

batas normal
Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal
pH urin dalam batas normal
Intake oral dan intravena adekuat

Diagnosa Keperawatan/

Rencana keperawatan

Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil

Kelebihan Volume Cairan

NOC :

Berhubungan dengan :

Electrolit and acid base balance

Mekanisme pengaturan melemah

Fluid balance

Asupan cairan berlebihan

Hydration

DO/DS :

singkat
Asupan berlebihan dibanding output

NIC :

Setelah dilakukan tindakan

Berat badan meningkat pada waktu yang

volume cairan teratasi dengan kriteria:


keperawatan selama . Kelebihan

Terbebas dari edema, efusi, anaskara

Perubahan pada pola nafas,


dyspneu/ortopneu
dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara Terbebas dari distensi vena jugularis,

nafas abnormal (Rales atau crakles), , Memelihara tekanan vena sentral,

pleural effusion
tekanan kapiler paru, output jantung
Distensi vena jugularis

Bunyi nafas bersih, tidak ada

Intervensi

Pertahankan catatan intake dan output yang akurat


Pasang urin kateter jika diperlukan
Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN ,
Hmt , osmolalitas urin )
Monitor vital sign
Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP ,
edema, distensi vena leher, asites)
Kaji lokasi dan luas edema
Monitor masukan makanan / cairan
Monitor status nutrisi
Berikan diuretik sesuai interuksi
Kolaborasi pemberian obat:

Oliguria, azotemia

dan vital sign DBN

....................................
Monitor berat badan

Perubahan status mental, kegelisahan, Terbebas dari kelelahan, kecemasan


kecemasan

Monitor elektrolit

atau bingung

Monitor tanda dan gejala dari odema

Diagnosa Keperawatan/

Rencana keperawatan

Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil

Risiko infeksi

NOC :

NIC :

Immune Status
Faktor-faktor risiko :
- Prosedur Infasif

Intervensi

Knowledge : Infection control


Risk control

- Kerusakan jaringan dan peningkatan

Setelah

dilakukan

tindakan

Pertahankan teknik aseptif


Batasi pengunjung bila perlu
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan

kriteria

keperawatan selama pasien tidak

Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

- Malnutrisi

mengalami infeksi dengan

Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk

- Peningkatan paparan lingkungan patogen

hasil:

paparan lingkungan

- Imonusupresi
- Tidak adekuat pertahanan sekunder

umum

Klien bebas dari tanda dan gejala


infeksi

Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi


kandung kencing

(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan Menunjukkan


respon inflamasi)

kemampuan

untuk

mencegah timbulnya infeksi

Tingkatkan intake nutrisi


Berikan terapi antibiotik:.................................

- Penyakit kronik

Jumlah leukosit dalam batas normal

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

- Imunosupresi

Menunjukkan perilaku hidup sehat

Pertahankan teknik isolasi k/p

- Malnutrisi

Status

- Pertahan primer tidak adekuat

imun,

gastrointestinal, Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,

genitourinaria dalam batas normal

panas, drainase

(kerusakan kulit, trauma jaringan,

Monitor adanya luka

gangguan peristaltik)

Dorong masukan cairan


Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

Diagnosa Keperawatan/ Masalah

Rencana keperawatan

Kolaborasi
Intoleransi aktivitas

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

NOC :

NIC :

Berhubungan dengan :

Self Care : ADLs

Observasi adanya pembatasan klien dalam melaku

Tirah Baring atau imobilisasi

Toleransi aktivitas

Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

Kelemahan menyeluruh

Konservasi eneergi

Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan em

kebutuhan

. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas

Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (ta

Gaya hidup yang dipertahankan.

dengan Kriteria Hasil :

DS:
Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau
kelemahan.
Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat
beraktivitas.
DO :

nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik

Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai

Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi

Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara


mandiri
Keseimbangan aktivitas dan istirahat

merencanakan progran terapi yang tepat.

Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivit


dilakukan

Bantu untuk memilih aktivitas konsisten y


kemampuan fisik, psikologi dan sosial

Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi

Bantu untuk mengidentifikasi dan mendap

yang diperlukan untuk aktivitas yang diin

terhadap aktifitas
Perubahan ECG : aritmia, iskemia

Bantu untuk mendpatkan alat bantuan akt


roda, krek

Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yan


Bantu klien untuk membuat jadwal latihan

Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifik


dalam beraktivitas

Sediakan penguatan positif bagi yang aktif

Bantu pasien untuk mengembangkan moti


penguatan

Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spi

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana
keperawatan
Tujuan

Intervensi

dan
Kriteria
Hasil
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan :

NOC :

NIC : Pressur

Eksternal

Tissue

e Management

Integrity
Skin

: Anjurkan
and

pasien

untuk

Hipertermia atau hipotermia

Mucous

menggunakan

Substansi kimia

Membrane

pakaian

Kelembaban

longgar

Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint)

Wound

Immobilitas fisik

Healing

Radiasi

primer dan

Usia yang ekstrim

sekunder

Kelembaban kulit

Setelah

yang

Hindari
:

kerutan

pada

tempat tidur
Jaga
kebersihan kulit

Obat-obatan

dilakukan

agar

tetap

Internal :

tindakan

bersih

dan

Perubahan status metabolik

keperawata

kering

Tonjolan tulang

Defisit imunologi

selama..

pasien

Berhubungan dengan dengan perkembangan

kerusakan

posisi pasien)

Perubahan sensasi

integritas

setiap dua jam

Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan)

kulit pasien

sekali

Perubahan status cairan

teratasi

Perubahan pigmentasi

dengan

akan

Perubahan sirkulasi

kriteria

kemerahan

Perubahan turgor (elastisitas kulit)

hasil:

Mobilisasi
(ubah

Monitor kulit
adanya

Oleskan

Integritas

lotion

atau

DO:

kulit

yang

minyak/baby oil

Gangguan pada bagian tubuh

baik

bisa

pada

Kerusakan lapisa kulit (dermis)

dipertahank

Gangguan permukaan kulit (epidermis)

an

derah

yang tertekan
Monitor

(sensasi,

aktivitas

elastisitas,

mobilisasi

temperatur,

pasien
Monitor

hidrasi,
pigmentasi)
Tidak

dan

ada

luka/lesi
pada kulit
Perfusi

status

nutrisi

pasien
Memandikan
pasien dengan
sabun dan air

jaringan

hangat
Kaji

baik
Menunjukkan

lingkungan dan

pemahama

peralatan yang

menyebabkan

dalam

proses

tekanan

perbaikan
kulit

dan

Observasi
luka : lokasi,

mencegah

dimensi,

terjadinya

kedalaman

sedera

luka,

berulang

karakteristik,wa

Mampu

rna

cairan,

melindungi

granulasi,

kulit

jaringan

dan

mempertah

nekrotik, tanda-

ankan

tanda

infeksi

kelembaba

lokal,

formasi

n kulit dan

traktus

perawatan

Ajarkan pada

alami

keluarga

Menunjukkan

tentang

terjadinya
proses

luka

dan perawatan
luka

penyembuh Kolaburasi
an luka

ahli

gizi

pemberian diae
TKTP, vitamin
Cegah
kontaminasi
feses dan urin
Lakukan
tehnik
perawatan luka
dengan steril
Berikan posisi
yang
mengurangi

tekanan pada
luka

Diagnosa Keperawatan/

Rencana keperawatan

Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Kecemasan berhubungan dengan

NOC :

NIC :

Faktor keturunan, Krisis situasional,

Kontrol kecemasan

Anxiety Reduction (penurunan

Stress, perubahan status kesehatan,

Koping

kecemasan)

ancaman kematian, perubahan konsep

Setelah dilakukan asuhan selama

Gunakan pendekatan yang menenangkan

diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi

klien kecemasan teratasi

Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

dgn kriteria hasil:

Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama

DO/DS:
- Insomnia
- Kontak mata kurang

Klien mampu mengidentifikasi dan

prosedur
Temani

mengungkapkan gejala cemas


Mengidentifikasi, mengungkapkan dan

pasien

untuk

memberikan

keamanan

dan

mengurangi takut

- Kurang istirahat

menunjukkan tehnik untuk mengontol

Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan

- Berfokus pada diri sendiri

cemas

prognosis

- Iritabilitas

Vital sign dalam batas normal

Libatkan keluarga untuk mendampingi klien

- Takut

Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa

Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik

- Nyeri perut

tubuh

- Penurunan TD dan denyut nadi

menunjukkan

- Diare, mual, kelelahan

kecemasan

dan

tingkat

aktivitas

berkurangnya

relaksasi
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan

- Gangguan tidur

Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan

- Gemetar

kecemasan

- Anoreksia, mulut kering

Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,

- Peningkatan TD, denyut nadi, RR

persepsi

- Kesulitan bernafas

Kelola pemberian obat anti cemas:........

- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria

Intervensi

Hasil
Takut berhubungan dengan efek terhadap

NOC :Anxiety control

NIC:

gaya hidup, kebutuhan injeksi secara mandiri,

Fear control

Coping Enhancement

komplikasi DM, ditandai dengan

Setelah

DS : Peningkatan ketegangan,panik,

keperawatan selama......takut klien

Jelaskan semua tes dan pengobatan pada pasien dan

penurunan kepercayaan diri, cemas

teratasi dengan kriteria hasil :

keluarga

DO :

Memiliki

Penurunan produktivitas, kemampuan belajar,

mengurangi takut

perilaku untuk mengurangi takut

kemampuan menyelesaikan masalah,

Menggunakan tehnik relaksasi

Sediakan perawatan yang berkesinambungan

mengidentifikasi obyek ketakutan,

Mempertahankan

Kurangi stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan

peningkatan kewaspadaan, anoreksia, mulut

sosial dan fungsi peran

misinterprestasi

kering, diare, mual, pucat, muntah, perubahan

Mengontrol respon takut

Dorong mengungkapkan secara verbal perasaan, persepsi

tanda-tanda vital

dilakukan

informasi

tindakan

untuk

hubungan

Jelaskan pada pasien tentang proses penyakit

Sediakan reninforcement positif ketika pasien melakukan

dan rasa takutnya


Perkenalkan dengan orang yang mengalami penyakit yang
sama
Dorong klien untuk mempraktekan tehnik relaksasi

Rencana keperawatan

Diagnosa Keperawatan/

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Masalah Kolaborasi
Penurunan curah jantung b/d gangguan

NOC :

irama jantung, stroke volume, pre load dan

Cardiac Pump effectiveness

Evaluasi adanya nyeri dada

afterload, kontraktilitas jantung.

Circulation Status

Catat adanya disritmia jantung

Vital Sign Status

Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput

Tissue perfusion: perifer

Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung

DO/DS:

NIC :

Setelah

- Palpitasi, oedem

selamapenurunan

- Kelelahan

output klien teratasi dengan kriteria Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari

- Peningkatan/penurunan JVP

hasil:

- Distensi vena jugularis


- Kulit dingin dan lembab
- Penurunan denyut nadi perifer
- Oliguria, kaplari refill lambat
- Nafas pendek/ sesak nafas
- Perubahan warna kulit

dilakukan

asuhan Monitor balance cairan

- Aritmia, takikardia, bradikardia

kardiak Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia

Tanda Vital dalam rentang normal


(Tekanan darah, Nadi, respirasi)

kelelahan
Monitor toleransi aktivitas pasien
Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu

Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada Anjurkan untuk menurunkan stress


kelelahan

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
ada asites

- Batuk, bunyi jantung S3/S4

Tidak ada penurunan kesadaran

- Kecemasan

AGD dalam batas normal

Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan


Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas

Tidak ada distensi vena leher

Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung

Warna kulit normal

Monitor frekuensi dan irama pernapasan


Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen
Sediakan informasi untuk mengurangi stress
Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik, nitrogliserin dan
vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas jantung
Kelola pemberian antikoagulan untuk mencegah trombus

perifer
Minimalkan stress lingkungan

Diagnosa Keperawatan/

Rencana keperawatan

Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil

Perfusi jaringan kardiopulmonal tidak

NOC :

efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, Cardiac pump Effectiveness


penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Circulation status
Hipoventilasi, gangguan transport O2, Tissue Prefusion : cardiac, periferal
gangguan aliran arteri dan vena

Vital Sign Statusl


Setelah dilakukan asuhan

DS:

Intervensi
NIC :

Monitor nyeri dada (durasi, intensitas dan faktor-faktor


presipitasi)
Observasi perubahan ECG
Auskultasi suara jantung dan paru
Monitor irama dan jumlah denyut jantung

selamaketidakefektifan perfusi Monitor angka PT, PTT dan AT

- Nyeri dada

jaringan kardiopulmonal teratasi

Monitor elektrolit (potassium dan magnesium)

- Sesak nafas

dengan kriteria hasil:

Monitor status cairan

DO
- AGD abnormal

Tekanan systole dan diastole dalam


rentang yang diharapkan

Evaluasi oedem perifer dan denyut nadi


Monitor peningkatan kelelahan dan kecemasan

- Aritmia

CVP dalam batas normal

Instruksikan pada pasien untuk tidak mengejan selama BAB

- Bronko spasme

Nadi perifer kuat dan simetris

Jelaskan pembatasan intake kafein, sodium, kolesterol dan

- Kapilare refill > 3 dtk

Tidak ada oedem perifer dan asites

- Retraksi dada

Denyut jantung, AGD, ejeksi fraksi dalam


Kelola pemberian obat-obat: analgesik, anti koagulan,

- Penggunaan otot-otot tambahan

batas normal
Bunyi jantung abnormal tidak ada
Nyeri dada tidak ada
Kelelahan yang ekstrim tidak ada
Tidak ada ortostatikhipertensi

lemak

nitrogliserin, vasodilator dan diuretik.


Tingkatkan istirahat (batasi pengunjung, kontrol stimulasi
lingkungan)

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Perfusi jaringan cerebral tidak

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :

Intervensi
NIC :

efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, Circulation status

Monitor TTV

penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Neurologic status

Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan dan reaksi

Hipoventilasi, gangguan transport O2, Tissue Prefusion : cerebral

Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala

gangguan aliran arteri dan vena

Monitor level kebingungan dan orientasi

Setelah dilakukan asuhan

selamaketidakefektifan perfusi Monitor tonus otot pergerakan


DO
- Gangguan status mental
- Perubahan perilaku
- Perubahan respon motorik

jaringan cerebral teratasi dengan

Monitor tekanan intrkranial dan respon nerologis

kriteria hasil:

Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus

Tekanan systole dan diastole dalam

Monitor status cairan


Pertahankan parameter hemodinamik

rentang yang diharapkan

- Perubahan reaksi pupil

Tidak ada ortostatikhipertensi

- Kesulitan menelan

Komunikasi jelas

Tinggikan kepala 0-45o tergantung pada konsisi pasien dan


order medis

- Kelemahan atau paralisis ekstrermitas Menunjukkan konsentrasi dan orientasi


- Abnormalitas bicara

Pupil seimbang dan reaktif


Bebas dari aktivitas kejang
Tidak mengalami nyeri kepala

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Perfusi jaringan gastrointestinal tidak

NOC :

NIC :

efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, Bowl Elimination


penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Circulation status

Monitor elektrolit

Hipoventilasi, gangguan transport O2, Electrolite and Acid Base Balance

Monitor irama jantung

gangguan aliran arteri dan vena

Fluid Balance

Catat intake dan output secara akurat

Hidration

Kaji tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan

Tissue perfusion :abdominal organs

DS:
- Nyeri
-

Monitor TTV

Setelah dilakukan asuhan

elektrolit (membran mukosa kering, sianosis, jaundice)


Kelola pemberian suplemen elektrolit sesuai order

selamaketidakefektifan perfusi Kolaborasi dengan ahli gizi jumlah kalori dan jumlah zat gizi

perut

- Mual

jaringan gastrointestinal teratasi

DO

dengan kriteria hasil:

- Distensi abdominal
- Bising usus turun/ tidak ada

Jumlah, warna, konsistensi dan bau

yang dibutuhkan
Pasang NGT jika perlu
Monitor output gaster

feses dalam batas normal


Tidak ada nyeri perut
Bising usus normal
Tekanan systole dan diastole dalam
rentang normal
Distensi vena leher tidak ada
Gangguan mental, orientasi pengetahuan
dan kekuatan otot normal
Na, K, Cl, Ca, Mg dan Biknat dalam
batas normal
Tidak ada bunyi nafas tambahan
Intake output seimbang
Tidak ada oedem perifer dan asites
Tdak ada rasa haus yang abnormal
Membran mukosa lembab
Hematokrit dalam batas normal

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Diagnosa Keperawatan/

Rencana keperawatan

Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil

Defisit perawatan diri

NOC :

Intervensi
NIC :

Berhubungan dengan : penurunan atau Self care : Activity of Daily Living

Self Care assistane : ADLs

kurangnya motivasi, hambatan

(ADLs)

Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.

lingkungan, kerusakan muskuloskeletal,

Setelah dilakukan tindakan

Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan

kerusakan neuromuskular, nyeri,

keperawatan selama . Defisit

kerusakan persepsi/ kognitif, kecemasan,

perawatan diri teratas dengan kriteria Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk

kelemahan dan kelelahan.

hasil:
Klien terbebas dari bau badan

diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.

melakukan self-care.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang

Menyatakan kenyamanan terhadap

DO :
ketidakmampuan untuk mandi,
ketidakmampuan untuk berpakaian,
ketidakmampuan untuk makan,

normal sesuai kemampuan yang dimiliki.

kemampuan untuk melakukan ADLs Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan
Dapat melakukan ADLS dengan
bantuan

ketika klien tidak mampu melakukannya.


Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk

ketidakmampuan untuk toileting

memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk


melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Risiko gangguan integritas kulit

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :

Intervensi
NIC : Pressure Management

- Tissue Integrity : Skin and Mucous Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Faktor-faktor risiko:

Hindari kerutan padaa tempat tidur

Membranes

Eksternal :

- Status Nutrisi

Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

Hipertermia atau hipotermia

- Tissue Perfusion:perifer

Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

Substansi kimia

- Dialiysis Access Integrity

Monitor kulit akan adanya kemerahan


Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang

Kelembaban udara
Faktor mekanik (misalnya : alat yang

Setelah

dapat menimbulkan luka, tekanan,

keperawatan

restraint)

integritas kulit tidak terjadi dengan Monitor status nutrisi pasien

Immobilitas fisik

kriteria hasil:

Radiasi
Usia yang ekstrim
Kelembaban kulit

Integritas

dilakukan

tindakan

selama. Gangguan Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

kulit

yang

baik

bisa Gunakan pengkajian risiko untuk memonitor faktor risiko

dipertahankan

pasien (Braden Scale, Skala Norton)

Melaporkan adanya gangguan sensasi Inspeksi kulit terutama pada tulang-tulang yang menonjol

Obat-obatan

atau nyeri pada daerah kulit yang

Ekskresi dan sekresi

mengalami gangguan

Internal :

Menunjukkan

pemahaman

dalam Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian tinggi protein,

proses perbaikan kulit dan mencegah

Tulang menonjol

terjadinya sedera berulang


Mampu

melindungi

Berhubungan dengan dengan

mempertahankan

perkembangan

dan perawatan alami

dan titik-titik tekanan ketika merubah posisi pasien.


Jaga kebersihan alat tenun

Perubahan status metabolik

Defisit imunologi

tertekan

kulit

kelembaban

Perubahan sensasi

Status nutrisi adekuat

Perubahan status nutrisi (obesitas,

Sensasi dan warna kulit normal

mineral dan vitamin


Monitor serum albumin dan transferin

dan
kulit

kekurusan)
Perubahan pigmentasi
Perubahan sirkulasi
Perubahan turgor (elastisitas kulit)
Psikogenik

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari

NOC :

NIC :

kebutuhan tubuh

Nutritional Status : food and Fluid Intake

Berhubungan dengan :

Nutritional Status : nutrient Intake

Intake yang berlebihan terhadap

Weight control
Setelah dilakukan tindakan

kebutuhan metabolisme tubuh

Weight Management

Diskusikan bersama pasien mengenai hubungan


antara intake makanan, latihan, peningkatan BB
dan penurunan BB

keperawatan selama .Ketidak Diskusikan bersama pasien mengani kondisi medis


seimbangan nutrisi lebih

DS :

teratasi dengan kriteria hasil: Diskusikan bersama pasien mengenai kebiasaan,

Laporan adanya sedikit aktivitas atau


tidak ada aktivitas

yang dapat mempengaruhi BB

Mengerti factor yang meningkatkan

DO:

berat badan

gaya hidup dan factor herediter yang dapat


mempengaruhi BB

Lipatan kulit tricep > 25 mm untuk wanita Mengidentfifikasi tingkah laku dibawah Diskusikan bersama pasien mengenai risiko yang
dan > 15 mm untuk pria

kontrol klien

BB 20 % di atas ideal untuk tinggi dan Memodifikasi diet dalam waktu yang

Penurunan berat badan 1-2

(misalnya : situasi sosial, sepanjang hari)


Dilaporkan atau diobservasi adanya

memasangkan makanan dengan aktivitas

Konsentrasi intake makanan pada


menjelang malam

Perkirakan BB badan ideal pasien

pounds/mgg

Menggunakan energy untuk aktivitas

disfungsi pola makan (misal :

yang lain)

BB

lama untuk mengontrol berat badan Dorong pasien untuk merubah kebiasaan makan

kerangka tubuh ideal


Makan dengan respon eksternal

berhubungan dengan BB berlebih dan penurunan

sehari hari

Nutrition Management
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Weight reduction Assistance


Fasilitasi keinginan pasien untuk menurunkan BB
Perkirakan bersama pasien mengenai penurunan BB
Tentukan tujuan penurunan BB
Beri pujian/reward saat pasien berhasil mencapai tujuan
Ajarkan pemilihan makanan

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Nyeri akut berhubungan dengan:

NOC :

NIC :
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

Pain Level,
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis),
kerusakan jaringan

Intervensi

pain control,

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

comfort level

presipitasi

DS:
- Laporan secara verbal
DO:
- Posisi untuk menahan nyeri

Setelah

tinfakan Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

dilakukan

keperawatan selama . Pasien tidak Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
Mampu

mengontrol

nyeri

nyeri,

dukungan

(tahu Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti

- Tingkah laku berhati-hati

penyebab

mampu

suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

- Gangguan tidur (mata sayu, tampak

menggunakan tehnik nonfarmakologi Kurangi faktor presipitasi nyeri

capek, sulit atau gerakan kacau,

untuk mengurangi nyeri, mencari Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

menyeringai)

bantuan)

- Terfokus pada diri sendiri


- Fokus menyempit (penurunan persepsi
waktu, kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan orang dan
lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalanjalan, menemui orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas berulang-ulang)

Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,

Melaporkan bahwa nyeri berkurang

relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin

dengan menggunakan manajemen Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ...


Tingkatkan istirahat

nyeri
Mampu

mengenali

nyeri

(skala, Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,

intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)


Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal

berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi


ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali

Tidak mengalami gangguan tidur

- Respon autonom (seperti diaphoresis,


perubahan tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang dari lemah ke
kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah,
merintih, menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan
minum

Diagnosa Keperawatan/

Rencana keperawatan

Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil

Nyeri Kronis berhubungan dengan

NOC:

ketidakmampuan fisik-psikososial kronis Comfort level

Intervensi
NIC :
Pain Manajemen

(metastase kanker, injuri neurologis,

Pain control

Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri

artritis)

Pain level

Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat

Setelah dilakukan tindakan

Kelola anti analgetik ...........

keperawatan selama . nyeri kronis

Jelaskan pada pasien penyebab nyeri

- Kelelahan

pasien berkurang dengan kriteria

Lakukan

- Takut untuk injuri ulang

hasil:

punggung)

DS:

Tidak ada gangguan tidur

DO:
- Atropi otot

Tidak ada gangguan konsentrasi

- Gangguan aktifitas

Tidak ada gangguan hubungan

- Anoreksia
- Perubahan pola tidur
- Respon simpatis (suhu dingin, perubahan
posisi tubuh , hipersensitif, perubahan

interpersonal
Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan
ungkapan secara verbal
Tidak ada tegangan otot

tehnik

nonfarmakologis

(relaksasi,

masase

berat badan)

Diagnosa Keperawatan/

Rencana keperawatan

Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil

Gangguan mobilitas fisik


Berhubungan dengan :

NOC :
Joint Movement : Active

- Gangguan metabolisme sel

Mobility Level

- Keterlembatan perkembangan

Self care : ADLs

- Pengobatan

Transfer performance

- Kurang support lingkungan

Setelah dilakukan tindakan

- Keterbatasan ketahan kardiovaskuler

keperawatan selama.gangguan

- Kehilangan integritas struktur tulang

mobilitas fisik teratasi dengan kriteria

- Terapi pembatasan gerak

hasil:

- Kurang pengetahuan tentang kegunaan Klien meningkat dalam aktivitas fisik


pergerakan fisik

Mengerti tujuan dari peningkatan

- Indeks massa tubuh diatas 75 tahun


percentil sesuai dengan usia

mobilitas
Memverbalisasikan perasaan dalam

- Kerusakan persepsi sensori

meningkatkan kekuatan dan

- Tidak nyaman, nyeri

kemampuan berpindah

- Kerusakan muskuloskeletal dan


neuromuskuler
- Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan
dan stamina
- Depresi mood atau cemas

Intervensi
NIC :
Exercise therapy : ambulation

Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon


pasien saat latihan
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan
cegah terhadap cedera
Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
mandiri sesuai kemampuan
Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.

Memperagakan penggunaan alat Bantu Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
untuk mobilisasi (walker)

Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan


bantuan jika diperlukan

- Kerusakan kognitif
- Penurunan kekuatan otot, kontrol dan
atau masa
- Keengganan untuk memulai gerak
- Gaya hidup yang menetap, tidak
digunakan, deconditioning
- Malnutrisi selektif atau umum
DO:
- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan merubah posisi
- Perubahan gerakan (penurunan untuk
berjalan, kecepatan, kesulitan memulai
langkah pendek)
- Keterbatasan motorik kasar dan halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan disertai nafas pendek atau
tremor
- Ketidak stabilan posisi selama melakukan
ADL
- Gerakan sangat lambat dan tidak
terkoordinasi

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Risiko trauma

NOC :

NIC :

Knowledge : Personal Safety

Environmental Management safety

Faktor-faktor risiko

Safety Behavior : Fall Prevention

Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

Internal:

Safety Behavior : Fall occurance

Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan

Kelemahan, penglihatan menurun,

Safety Behavior : Physical Injury

kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit

penurunan sensasi taktil, penurunan

Tissue Integrity: Skin and Mucous

terdahulu pasien

koordinasi otot, tangan-mata, kurangnya

Membran

edukasi keamanan, keterbelakangan

Setelah dilakukan tindakan

mental

keperawatan selama.klien tidak

Memasang side rail tempat tidur

mengalami trauma dengan kriteria

Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

Eksternal:

hasil:

Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau

Lingkungan

pasien terbebas dari trauma fisik

Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya


memindahkan perabotan)

pasien.
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan yang cukup
Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Risiko Injury

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

NOC :

NIC : Environment

Risk Kontrol

lingkungan)

Management

(Manajemen

Faktor-faktor risiko :

Immune status

Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

Eksternal

Safety Behavior

Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan

- Fisik (contoh : rancangan struktur dan

Setelah

dilakukan

tindakan

selama. Klien

tidak

kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit

arahan masyarakat, bangunan dan atau

keperawatan

terdahulu pasien

perlengkapan; mode transpor atau cara

mengalami injury dengan kriterian Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya

perpindahan; Manusia atau penyedia


pelayanan)
- Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi
dalam masyarakat, mikroorganisme)
- Kimia (obat-obatan:agen farmasi, alkohol,

hasil:

memindahkan perabotan)

Klien terbebas dari cedera


Klien

mampu

cara/metode

Memasang side rail tempat tidur


menjelaskan Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

untukmencegah Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau

injury/cedera

pasien.

kafein, nikotin, bahan pengawet, kosmetik; Klien mampu menjelaskan factor risiko Membatasi pengunjung
nutrien: vitamin, jenis makanan; racun;
polutan)
Internal

Memberikan penerangan yang cukup

dari lingkungan/perilaku personal


Mampumemodifikasi

gaya

hidup Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.


Mengontrol lingkungan dari kebisingan

untukmencegah injury

- Psikolgik (orientasi afektif)

Menggunakan fasilitas kesehatan yang Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan

- Mal nutrisi

Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau


ada
Mampu mengenali perubahan status
pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
kesehatan

- Bentuk darah abnormal, contoh :


leukositosis/leukopenia

penyebab penyakit.

- Perubahan faktor pembekuan,


- Trombositopeni
- Sickle cell
- Thalassemia,
- Penurunan Hb,
- Imun-autoimum tidak berfungsi.
- Biokimia, fungsi regulasi (contoh : tidak
berfungsinya sensoris)
- Disfugsi gabungan
- Disfungsi efektor
- Hipoksia jaringan
- Perkembangan usia (fisiologik,
psikososial)
- Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak utuh,
berhubungan dengan mobilitas)

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Mual berhubungan dengan:

NOC:

NIC :

- Pengobatan: iritasi gaster, distensi gaster, Comfort level


obat kemoterapi, toksin
- Biofisika: gangguan biokimia (KAD,

Fluid Management

Hidrasil

Pencatatan intake output secara akurat

Nutritional Status

Monitor status nutrisi

Uremia), nyeri jantung, tumor intra

Setelah dilakukan tindakan

Monitor status hidrasi (Kelembaban membran mukosa, vital

abdominal, penyakit oesofagus /

keperawatan selama . mual pasien

sign adekuat)

pankreas.

teratasi dengan kriteria hasil:

Anjurkan untuk makan pelan-pelan

- Situasional: faktor psikologis seperti nyeri, Melaporkan bebas dari mual


takut, cemas.

Jelaskan untuk menggunakan napas dalam untuk menekan

Mengidentifikasi hal-hal yang

reflek mual

mengurangi mual

Batasi minum 1 jam sebelum, 1 jam sesudah dan selama

DS:

Nutrisi adekuat

makan

Hipersalivasi

Status hidrasi: hidrasi kulit membran

Instruksikan untuk menghindari bau makanan yang

Penigkatan reflek menelan

mukosa baik, tidak ada rasa haus

menyengat

Menyatakan mual / sakit perut

yang abnormal, panas, urin output

Berikan terapi IV kalau perlu

normal, TD, HCT normal

Kelola pemberian anti emetik........

Diagnosa Keperawatan/

Rencana keperawatan

Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil

Diare berhubungan dengan

NOC:
Bowl Elimination

psikologis: stress dan cemas tinggi


Situasional: efek dari medikasi,

Fluid Balance

Intervensi
NIC :
Diare Management
Kelola pemeriksaan kultur sensitivitas feses

kontaminasi, penyalah gunaan laksatif, Hidration

Evaluasi pengobatan yang berefek samping gastrointestinal

penyalah gunaan alkohol, radiasi, toksin, Electrolit and Acid Base Balance

Evaluasi jenis intake makanan

makanan per NGT

Setelah dilakukan tindakan

Monitor kulit sekitar perianal terhadap adanya iritasi dan

Fisiologis: proses infeksi, inflamasi, iritasi,

keperawatan selama . diare pasien

ulserasi

malabsorbsi, parasit

teratasi dengan kriteria hasil:

Ajarkan pada keluarga penggunaan obat anti diare

DS:

Tidak ada diare

Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat

Feses tidak ada darah dan mukus

warna, volume, frekuensi dan konsistensi feses

Nyeri perut

Nyeri perut tidak ada

Ajarkan pada pasien tehnik pengurangan stress jika perlu

Urgensi

Pola BAB normal

Kolaburasi jika tanda dan gejala diare menetap

Kejang perut

Elektrolit normal

Monitor hasil Lab (elektrolit dan leukosit)

Asam basa normal

Monitor turgor kulit, mukosa oral sebagai indikator dehidrasi

Hidrasi baik (membran mukosa

Konsultasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat

DO:
- Lebih dari 3 x BAB perhari
- Bising usus hiperaktif

lembab, tidak panas, vital sign normal,


hematokrit dan urin output dalam
batas normaL

Diagnosa Keperawatan/ Masalah


Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria

Intervensi

Hasil
Konstipasi berhubungan dengan

NOC:

o Fungsi:kelemahan otot abdominal, Aktivitas


fisik tidak mencukupi

Bowl Elimination
Hidration

NIC :
Manajemen konstipasi
Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi

o Perilaku defekasi tidak teratur

Setelah dilakukan tindakan

Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis

o Perubahan lingkungan

keperawatan selama . konstipasi

Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada pasien

o Toileting tidak adekuat: posisi defekasi, privasi

pasien teratasi dengan kriteria

Konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan dan

o Psikologis: depresi, stress emosi, gangguan

hasil:

penurunan bising usus

Pola BAB dalam batas normal

Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang

Feses lunak

menetap

antikonvulsan, antidepresan, kalsium

Cairan dan serat adekuat

Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat)

karbonat,diuretik, besi, overdosis laksatif,

Aktivitas adekuat

terhadap eliminasi

NSAID, opiat, sedatif.

Hidrasi adekuat

Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan laxative

mental
o Farmakologi: antasid, antikolinergis,

o Mekanis: ketidakseimbangan elektrolit,

dalam waktu yang lama

hemoroid, gangguan neurologis, obesitas,

Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan

obstruksi pasca bedah, abses rektum, tumor

Dorong peningkatan aktivitas yang optimal

o Fisiologis: perubahan pola makan dan jenis


makanan, penurunan motilitas gastrointestnal,

Sediakan privacy dan keamanan selama BAB

dehidrasi, intake serat dan cairan kurang,


perilaku makan yang buruk
DS:
- Nyeri perut
- Ketegangan perut
- Anoreksia
- Perasaan tekanan pada rektum
- Nyeri kepala
- Peningkatan tekanan abdominal
- Mual
- Defekasi dengan nyeri
DO:
- Feses dengan darah segar
- Perubahan pola BAB
- Feses berwarna gelap
- Penurunan frekuensi BAB
- Penurunan volume feses
- Distensi abdomen
- Feses keras
- Bising usus hipo/hiperaktif
- Teraba massa abdomen atau rektal
- Perkusi tumpul
- Sering flatus
- Muntah

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil

Intervensi

Gangguan pola tidur berhubungan dengan:

NOC:

NIC :

Anxiety Control

- Psikologis : usia tua, kecemasan, agen

Sleep Enhancement

biokimia, suhu tubuh, pola aktivitas, depresi, Comfort Level


kelelahan, takut, kesendirian.
- Lingkungan : kelembaban, kurangnya

Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur

Pain Level

Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat

Rest : Extent and Pattern

Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur

privacy/kontrol tidur, pencahayaan, medikasi Sleep : Extent ang Pattern

(membaca)

(depresan, stimulan),kebisingan.

Setelah dilakukan tindakan

Ciptakan lingkungan yang nyaman

Fisiologis : Demam, mual, posisi, urgensi urin.

keperawatan selama .gangguan

Kolaburasi pemberian obat tidur

DS:

pola tidur pasien teratasi dengan

Bangun lebih awal/lebih lambat

kriteria hasil:
Jumlah jam tidur dalam batas

Secara verbal menyatakan tidak fresh


sesudah tidur

normal
Pola tidur,kualitas dalam batas

DO :
Penurunan kemempuan fungsi

normal
Perasaan fresh sesudah

Penurunan proporsi tidur REM

Penurunan proporsi pada tahap 3 dan 4 tidur.

tidur/istirahat

Mampu mengidentifikasi hal-hal

Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur


Jumlah tidur kurang dari normal sesuai usia

yang meningkatkan tidur

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Retensi urin berhubungan dengan:

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC:

Tekanan uretra tinggi,blockage, hambatan Urinary elimination


reflek, spingter kuat

Urinary Contiunence

Intervensi
NIC :
Urinary Retention Care
Monitor intake dan output

DS:

Setelah dilakukan tindakan

Monitor penggunaan obat antikolinergik

Disuria

keperawatan selama . retensi urin

Monitor derajat distensi bladder

Bladder terasa penuh

pasien teratasi dengan kriteria hasil:

Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat

DO :

Kandung kemih kosong secarapenuh

output urine

Distensi bladder

Tidak ada residu urine >100-200 cc

Sediakan privacy untuk eliminasi

Terdapat urine residu

Intake cairan dalam rentang normal

Stimulasi reflek bladder dengan kompres dingin pada

Inkontinensia tipe luapan

Bebas dari ISK

abdomen.

Urin output sedikit/tidak ada

Tidak ada spasme bladder

Kateterisaai jika perlu

Balance cairan seimbang

Monitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, perubahan


bau dan konsistensi urine)

Diagnosa Keperawatan/

Rencana keperawatan

Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil

Kerusakan integritas jaringan


berhubungan dengan:

NOC:

dan sekresi tubuh, medikasi), defisit

NIC :

Tissue integrity : skin and mucous

Gangguan sirkulasi, iritasi kimia (ekskresi

Intervensi

membranes

Pressure ulcer prevention


Wound care

Wound healing : primary and secondary

Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

cairan, kerusakan mobilitas fisik,

intention

Jaga kulit agar tetap bersih dan kering

keterbatasan pengetahuan, faktor

Setelah dilakukan tindakan

Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

mekanik (tekanan, gesekan),kurangnya

keperawatan selama .kerusakan

Monitor kulit akan adanya kemerahan

nutrisi, radiasi, faktor suhu (suhu yang

integritas jaringan

Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang

ekstrim)

pasien teratasi dengan kriteria hasil:

DO :

Perfusi jaringan normal

Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

Kerusakan jaringan (membran mukosa, Tidak ada tanda-tanda infeksi


integumen, subkutan)

tertekan

Monitor status nutrisi pasien

Ketebalan dan tekstur jaringan normal

Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

Menunjukkan pemahaman dalam

Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan

proses perbaikan kulit dan mencegah

Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,

terjadinya cidera berulang


Menunjukkan

terjadinya

penyembuhan luka

karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik,


proses

tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus


Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
Kolaborasi ahli gizi pemberian diet TKTP, vitamin
Cegah kontaminasi feses dan urin
Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril

Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka


Hindari kerutan pada tempat tidur

Diagnosa Keperawatan/

Rencana keperawatan

Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria

Intervensi

Hasil
Gangguan body image berhubungan

NOC:

NIC :

Body image

dengan:

Body image enhancement

Biofisika (penyakit kronis), kognitif/persepsi Self esteem

Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap

(nyeri kronis), kultural/spiritual, penyakit, krisis

Setelah dilakukan tindakan

tubuhnya

situasional, trauma/injury, pengobatan

keperawatan selama .gangguan

Monitor frekuensi mengkritik dirinya

(pembedahan, kemoterapi, radiasi)

body image

Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan

DS:

pasien teratasi dengan kriteria

prognosis penyakit

Depersonalisasi bagian tubuh

hasil:

Dorong klien mengungkapkan perasaannya

Perasaan negatif tentang tubuh

Body image positif

Secara verbal menyatakan perubahan gaya Mampu mengidentifikasi kekuatan


hidup

Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu


Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

personal
Mendiskripsikan secara faktual

DO :
Perubahan aktual struktur dan fungsi tubuh
Kehilangan bagian tubuh

perubahan fungsi tubuh


Mempertahankan interaksi sosial

Bagian tubuh tidak berfungsi

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil

Intervensi

Manejemen regimen terapeutik tidak

NOC:

NIC :

efektif berhubungan dengan:

Complience Behavior

Self Modification assistance

Konflik dalam memutuskan terapi, konflik

Knowledge : treatment regimen

Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit, komplikasi dan

keluarga, keterbatasan pengetahuan,

Setelah dilakukan tindakan

pengobatan

kehilangan kekuatan, defisit support sosial

keperawatan selama

Interview pasien dan keluarga untuk mendeterminasi

DS:

.manejemen regimen terapeutik

masalah yang berhubungan dengan regimen pengobatan

Pilihan tidak efektif terhadap tujuan

tidak efektif pasien teratasi dengan

tehadap gaya hidup

pengobatan/program pencegahan

kriteria hasil:

Hargai alasan pasien

Pernyataan keluarga dan pasien tidak


mendukung regimen pengobatan/perawatan,
Pernyataan keluarga dan pasien tidak
mendukung/ tidak mengurangi faktor risiko
perkembangan penyakit atau skuelle
DO :

Mengembangkan dan mengikuti

Hargai pengetahuhan pasien

regimen terapeutik

Hargai lingkungan fisik dan sosial pasien

Mampu mencegah perilaku yang

Sediakan informasi tentang penyakit, komplikasi dan

berisiko

pengobatan yang direkomendasikan

Menyadari dan mencatat tanda-

Dukung motivasi pasien untuk melanjutkan pengobatan

tanda perubahan status kesehatan

yang berkesinambungan

Percepatan gejala-gejala penyakit

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil

Intervensi

Kelelahan berhubungan dengan

NOC:

psikologis: kecemasan, gaya hidup yang

Activity Tollerance

membosankan, depresi, stress

Energy Conservation

Lingkungan: kelembaban, cahaya,

Nutritional Status: Energy

NIC :
Energy Management
- Monitor respon kardiorespirasi terhadap aktivitas (takikardi,
disritmia, dispneu, diaphoresis, pucat, tekanan hemodinamik

kebisingan, suhu

Setelah dilakukan tindakan

dan jumlah respirasi)

Situasi: Kejadian hidup yang negatif,

keperawatan selama . kelelahan - Monitor dan catat pola dan jumlah tidur pasien

Psikologis: Anemia, status penyakit,

pasien teratasi dengan kriteria

malnutrisi, kondisi fisik yang buruk, gangguan

hasil:

- Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri selama bergerak


dan aktivitas

tidur.

Kemampuan aktivitas adekuat

- Monitor intake nutrisi

DS:

Mempertahankan nutrisi adekuat

- Monitor pemberian dan efek samping obat depresi

Gangguan konsentrasi

Keseimbangan aktivitas dan

- Instruksikan pada pasien untuk mencatat tanda-tanda dan

Tidak tertarik pada lingkungan


Meningkatnya komplain fisik
Kelelahan
Secara verbal menyatakan kurang energi

istirahat
Menggunakan tehnik energi
konservasi
Mempertahankan interaksi sosial
Mengidentifikasi faktor-faktor fisik

DO:

gejala kelelahan
- Ajarkan tehnik dan manajemen aktivitas untuk mencegah
kelelahan
- Jelaskan pada pasien hubungan kelelahan dengan proses
penyakit

- Penurunan kemampuan

dan psikologis yang menyebabkan - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan

- Ketidakmampuan mempertahankan rutinitas

kelelahan

- Ketidakmampuan mendapatkan energi


sesudah tidur
- Kurang energi
- Ketidakmampuan untuk mempertahankan
aktivitas fisik

Mempertahankan kemampuan
untuk konsentrasi

intake makanan tinggi energi


- Dorong pasien dan keluarga mengekspresikan perasaannya
- Catat aktivitas yang dapat meningkatkan kelelahan
- Anjurkan pasien melakukan yang meningkatkan relaksasi
(membaca, mendengarkan musik)
- Tingkatkan pembatasan bedrest dan aktivitas
- Batasi stimulasi lingkungan untuk memfasilitasi relaksasi

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Gagal Jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah
Gagal Jantung Kongestif paling sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri

atau sisi kanan (Smeltzer & Bare, 2002. hal 805)


Gagal Jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian
volume diastolik secara abnormal (Mansjoer, 2001. hal 434).
Gagal Jantung Kongestif adalah sindrom klinis (sekumpulsn tanda dan gejala)
ditandai oleh sesak napas fatik (saat aktivitas atau saat istirahat) yang disebabkan
oleh kelainan struktur atau fungsi jantung (Sudoyo, 2006. hal 1586).
Gagal Jantung adalah keadaan patofisiologis ketika jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Price & Wilson,
2006. hal 632).
Gagal Jantung Kongestif adalah keadaan saat terjadi bendungan sirkulasi akibat
gagal jantung dan mekanisme kompensatoriknya (Price & Wilson, 2006. hal 633).
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Gagal
Jantung Kongestif adalah kegagalan jantung untuk memompakan darah keseluruh
tubuh sehingga oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah tidak bisa digunakan
oleh tubuh secara optimal.
2. Anatomi dan Fisiologi jantung
a. Anatomi
1) Jantung

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan
jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan
otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar
kemampuan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).

Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal


jantung) dan disebut basis kordis. Di sebelah bawah agak runcing yang disebut
apeks kordis. Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan.(kavum
mediastinum anterior). Sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga, diatas
diafragma, dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosta V dan VI dua jari
dibawah papila mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyut jantung yang disebut
iktus kordis. Ukurannya kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan
beratnya kira-kira 250-300 gram (Syaifuddin, 2006. hal 122).
2) Ruang jantung
a. Ada empat ruang jantung, atrium kanan dan kiri atas yang dipisahkan oleh
septum intratrial : Ventrikel kanan dan kiri bawah dipisahkan oleh septum
interventikuler.
b. Dinding atrium relatif tipis. Atrium menerima darah dari vena yang membawa
darah kembali ke jantung

1. Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima darah dari
seluruh jaringan kecuali paru-paru.
a) Vena kava superior dan inferior membawa darah yang tidak mengandung oksigen
dari tubuh kembali ke jantung.
b) Sinus Koroner membawa kembali darah dari dinding jantung itu sendiri.
c) Atrium kiri di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil dari atrium kanan,
tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri menampung empat vena pulmonalis yang
mengembalikan darah teroksigenasi dari paru-paru.
2. Ventrikel berdinding tebal. Bagian ini mendorong darah ke luar jantung menuju
arteri yang membawa darah meninggalkan jantung.
a) Ventrikel kanan terletak bagian inferior kanan pada apeks jantung. Darah
meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar dan mengalir melewati jarak
yang pendek ke paru-paru.
b) Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks jantung. Tebal dindingnya 3
kali tebal dinding ventrikel kanan. Darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta
dan mengalir ke seluruh bagian tubuh kecuali paru-paru (Sloane, Ethel. 2003. hal
229).
Di antara dua lapisan jantung terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar
pergesekan antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap
terhadap jantung.
a) Lapisan jantung terdiri dari tiga lapisan yang berbeda, yaitu:
1. Endokardium
Lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam sekali yang terdiri dari jaringan
endotel atau selaput lendir yang melapisi permukaan rongga jantung.
2. Miokardium
Lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot jantung.
3. Perikardium
Lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus, terdiri dari dua
lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu dipangkal jantung
membentuk kantung jantung.
Jantung dipersarafi oleh nervus simpatik/nervus akselerantis, untuk menggiatkan
kerja jantung dan nervus para simpatikus, khusunya cabang dari nervus vagus yang
bekerja memperlambat kerja jantung. Jantung dapat bergerak yaitu mengembang
dan menguncup yang disebabkan oleh adanya rangsangan yang berasal dari

susunan saraf otonom.


Menurut Syaifuddin (2006, hal 125) Dalam kerja jantung mempunyai tiga periode :
1. Periode instrinsik (periode sistol). Suatu keadaan ketika jantung bagian ventrikel
dalam keadaan menguncup. katup bikus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup
valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka,
sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke paruparu kiri dan kanan. Sedangkan dari ventrikel sinistra mengalir ke aorta kemudian
diedarkan keseluruh tubuh.
2. Periode dilatasi (periode diastole). Suatu keadaan ketika jantung mengembang.
Katub bikus dan trikuspidalis terbuka, sehingga darah dari atrium sinistra masuk ke
ventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra.
Selanjutnya darah yang ada di paru-paru kiri dan kanan melalui vena pulmonalis
masuk ke atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke
atrium dekstra.
3. Periode istirahat, yaitu waktu antara periode kontriksi dan dilatasi ketika jantung
berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada waktu kita istirahat jantung akan menguncup
sebanyak 70-80 kali/menit. Pada tiap-tiap kontraksi jantung akan memindahkan
darah ke aorta sebanyak 60-70 cc.
3) Siklus Jantung
Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran
darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu : kontriksi (sistole) dan pengendoran
(diastolik) kontriksi dari ke-2 atrium terjadi secara serentak yang disebut sistole atrial
dan pengendorannya disebut diastole atrial.
Lama kontriksi ventrikel 0,3 detik dan tahap pengendoran selama 0,5 detik. Lama
kontriksi kedua atrium pendek. Sedangkan kontriksi ventrikel lebih lama dan lebih
kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus lebih kuat karena harus mendorong darah ke
seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah sistemik. Meskipun ventrikel
kanan juga memompakan darah yang sama tetapi tugasnya hanya mengalirkan
darah ke sekitar paru-paru ketika tekanannya lebih rendah (Syaifuddin, 2006).
4) Bunyi jantung
Selama gerakan jantung, dapat terdengar dua macam suara yang disebabkan oleh
katup-katup yang menutup. Bunyi pertama disebabkan menutupnya katup
atrioventrikel, dan bunyi kedua karena menutupnya katup aorta dan arteri pulmonar
setelah kontriksi dari ventrikel. Bunyi yang pertama adalah panjang, yang kedua
pendek dan tajam. Dalam keadaan normal jantung tidak membuat bunyi lebih keras,

tetapi bila arus darah cepat atau kalau ada kelainan pada katup maka terdapat
bunyi bising (Syaifuddin, 2006, hal 125).
5) Debaran jantung
Debaran jantung (debaran apeks) merupakan pukulan ventrikel kiri terhadap dinding
anterior yang terjadi selama kontriksi ventrikel. Debaran ini dapat diraba dan sering
terlihat pada ruang interkostalis lima kira-kira 4 cm dari garis sternum (Syaifuddin,
2006).
6) Daya pompa jantung
Dalam keadaan istirahat jantung beredar 70 kali/menit. Pada waktu banyak
pergerakan, kecepatan jantung bisa dicapai 150 kali/menit dengan daya pompa 2025 liter/menit.
Setiap menit jumlah volume darah yang tepat sama sekali dialirkan dari vena ke
jantung. Apabila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal
mengimbanginya dengan daya pompa jantung maka vena-vena dekat jantung jadi
membengkak berisi darah sehingga tekanan dalam vena naik dalam jangka waktu
lama bisa menjadi edema (Syaifuddin, 2006, hal 126).
7) Katup-katup jantung
a. Katup trikuspid terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup ini
memiliki tiga daun katup (kuspid) jaringan ikat fibrosa ireguler yang dilapisi
endokardium.
1) Bagian ujung daun katup yang mengerucut melekat pada korda jaringan ikat
fibrosa, chordae tendineae, yang melekat pada otot papilaris. Chordae tendineae
mencegah terjadinya pembalikan daun katup kearah belakang menuju atrium.
2) Jika tekanan darah pada atrium kanan lebih besar daripada tekanan darah di
atrium kiri, daun katup trikuspid terbuka dan darah mengalir dari atrium kanan ke
ventrikel kanan.
3) Jika tekanan darah dalam ventrikel kanan lebih besar dari tekanan darah di
atrium kanan, daun katup akan menutup dan mencegah aliran balik ke dalam atrium
kanan.
b. Katup Bikuspid (mitral) terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri, katup ini
melekat pada chordae tendineae dan otot papilaris, fungsinya sama dengan fungsi
trikuspid.
c. Katup semilunar aorta dan pulmonal terletak dijalur keluar ventrikuler jantung
sampai ke aorta dan trunkus pulmonal. Katup semilunar terdiri dari tiga kuspis
berbentuk bulan sabit, yang tepi konveksnya melekat pada bagian dalam pembuluh

darah. Tepi bebasnya memanjang ke dalam lumen pembuluh.


1) Katup semilunar pulmonar terletak antra ventrikel kanan dan trunkus pulmonar.
2) Katup semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
3) Perubahan tekanan dalam ventrikel, dalam aorta, dan dalam pembuluh pulmonar
menyebabkan darah hanya mengalir ke dalam pembuluh dan mencegah aliran balik
ke dalam ventrikel (Sloane, Ethel. 2004. hal 229)

4) Sistem hantaran jantung


Sel-sel otot jantung mempunyai kerja ritmik inheren (ritmisitas), yang dapat
digambarkan dengan adanya kenyataan bahwa bila satu bagian miokardium
diambil, maka jantung akan tetap berkontraksi secara ritmis jika tetap dijaga dalam
kondisi yang memadai. Tetapi, atrium dan ventrikel harus berkontraksi secara
berurutan agar aliran darah dapat efektif. Kontraksi yang teratur terjadi karena selsel khusus dalam sistem hantaran secara metodes membangkitkan dan
menghantarkan impuls listrik ke sel-sel miokardium.
Nodus sinoatrial (SA), yang terletak antara sambungan vena kava superior dan

atrium kanan, adalah mula sistem hantaran dan normalnya berfungsi sebagai pacu
jantung ke seluruh miokardium. Nodus sinoatrial memulai sekitar 60 sampai 100
impuls per menit pada saat jantung normal istirahat, tetapi dapat mengubah
frekuensinya sesuai kebutuhan tubuh.
Sinyal listrik yang dimulai oleh nodus sinoatrial kemudian dihantarkan dari
sepanjang sel miokardium ke nodus atrioventrikularis (AV). Nodus atrioventrikularis
(terletak di dinding atrium kanan dekat katup trikuspidalis) adalah kelompok sel-sel
otot khusus lainnya yang menyerupai nodus Sinoatrial, namun dengan kecepatan
intrinsik sekitar 40 sampai 60 impuls per menit. Nodus atrioventrikularis
bekoordinasi dengan impuls listrik yang datang dari atrium dan, setelah sedikit
perlambatan, akan menghantarkannya ke ventrikel. Impuls tersebut akan
dihantarkan melalui suatu bundel serabut khusus otot khusus (bundel his) yang
berjalan di dalam septum yang memisahkan ventrikel kanan dan kiri. Bundel his
akan bercabang menjadi cabang bundel kanan dan kiri, yang kemudian berakhir
sebagai serabut yang dinamakan serabut purkinje. Bundel kanan menyebar ke otot
ventrikel kanan. Bundel kiri memisah lagi menjadi cabang bundel anterior sinistra
dan posterior sinistra, yang kemudian menyebar ke otot ventrikel kiri. Penyebaran
impuls lebih lanjut oleh depolarisasi sepanjang miokardium terjadi melalui hantaran
di antara serat otot itu sendiri.
Frekuensi jantung ditentukan oleh sel miokardium yang mempunyai kecepatan
paling cepat. Normalnya, nodus sinoatrial adalah yang tercepat. Bila nodus
sinoatrial dan atrioventrikularis tidak berfungsi, Maka miokardium akan terus
berdenyut dengan kecepatan kurang dari 40 denyut per menit, yang merupakan
kecepatan pacu jantung intrinsik sel-sel miokardial ventrikel (Smeltzer & Bare, 2001.
hal 722).

b. Fisiologi jantung
Terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama yaitu otot atrium, otot ventrikel dan otot
serat khusus penghantar rangsangan, sebagai pencetus rangsangan. Tipe otot
atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama dengan kontraksi otot
yang lebih lama, sedangkan serat untuk penghantar dan pencetus rangsangan
berkontraksi dengan lemah sekali sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit
serat kontraktif malahan serat ini menghambat irama dan barbagai kecepatan
konduksi sehingga serat ini bekerja sebagai suatu sistem pencetus rangsangan bagi
jantung (Syaifuddin, 2006. hal 127).
1. Fungsi umum otot jantung
a. Sifat ritmitas/otomatis
Otot jantung secara potensial dapat berkontraksi tanpa adanya rangsangan dari
luar. Jantung dapat membentuk rangsangan (impuls) sendiri. Pada keadaan
fisiologis sel-sel miokardium memiliki daya kontraktilitas yang tinggi.
b. Mengikuti hukum gagal atau tuntas
Bila impuls yang dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung maka seluruh

jantung akan berkontraksi maksimal, sebab susunan otot jantung merupakan suatu
sinsitium sehingga impuls jantung segera dapat mencapai semua bagian jantung.
Jantung selalu berkontraksi dengan kekuatan yang sama. Kekuatan kontraksi dapat
berubah-ubah bergantung pada faktor tertentu, misalnya serat otot jantung, suhu
dan hormon tertentu.
c. Tidak dapat berkontraksi tetanik
Refraktor absolut pada otot jantung berlangsung sampai sepertiga masa relaksasi
jantung. merupakan upaya tubuh untuk melindungi diri.
d. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.
Bila seberkas otot rangka diregang kemudian dirangsang secara maksimal, otot
tersebut akan berkontraksi dengan kekuatan tertentu. Serat otot jantung akan
bertambah panjang bila volume diastoliknya bertambah. Bila peningkatan diastolik
melampaui batas tertentu kekuatan kontraksi akan menurun kembali.
2. Selintas Elektrofisiologi

Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion (partikel bermuatan seperti natrium, kalium
dan kalsium) bergerak menembus membran sel. Perbedaan muatan listrik yang
tercatat dalam sebuah sel mengakibatkan apa yang dinamakan potensi aksi
jantung.
Pada keadaan istirahat, otot jantung dalam keadaan terpolarisasi, artinya terdapat

perbedaan muatan listrik antara bagian dalam membran yang bermuatan negatif
dan bagian luar yang bermuatan positif. Siklus jantung bermula saat dilepaskannya
impuls listrik, mulailah fase depolarisasi. Permeabilitas membran sel berubah dan
ion bergerak melintasinya. Dengan bergeraknya ion kedalam sel, maka bagian
dalam sel akan menjadi positif. Kontraksi otot terjadi setelah depolarisasi. Sel otot
jantung normalnya akan mengalami depolarisasi ketika sel-sel tetangganya
mengalami depolarisasi. Depolarisasi sebuah sel sistem hantaran khusus yang
memadai akan mengakibatkan depolarisasi dan kontraksi seluruh miokardium.
Repolarisasi terjadi saat sel kembali ke keadaan dasar (menjadi lebih negatif). dan
sesuai dengan relaksasi otot miokardium.
Setelah influks natrium cepat ke dalam sel selama depolarisasi, permeabilitas
membran sel terhadap kalsium akan berubah, sehingga memungkinkan ambilan
kalsium ke dalam sel. influks kalsium, yang terjadi selama fase plateu repolarisasi,
jauh lebih lambat dibanding natrium dan berlangsung lebih lama. Interaksi antara
perubahan voltase membran dan kontraksi otot dinamakan kopling
elektromekanikal.
Otot jantung, tidak seperti otot lurik atau otot polos, mempunyai periode refraktori
yang panjang, pada saat sel tidak dapat di stimulasi untuk berkontraksi. Hal tersebut
melindungi jantung dari kontraksi berkepanjangan, yang dapat mengakibatkan henti
jantung mendadak.
Kopling elektromekanikal dan kontraksi jantung yang normal tergantung pada
komposisi cairan interstisial sekitar otot jantung. Komposisi cairan tersebut pada
gilirannya tergantung pada komposisi darah. Maka perubahan konsentrasi kalsium
dapat mempengaruhi kontraksi serabut otot jantung. Perubahan konsentrasi kalium
darah juga penting, karena kalium mempengaruhi voltase listrik normal sel
(Smeltzer & bare, 2002. hal 723).
3. Hemodinamika Jantung
Prinsip penting yang menentukan arah aliran darah adalah aliran cairan dari daerah
bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Tekanan yang bertanggung jawab
terhadap aliran darah dalam sirkulasi normal dibangkitkan oleh kontraksi otot
ventrikel. Ketika otot berkontraksi, darah terdorong dari ventrikel ke aorta selama
periode di mana tekanan ventrikel kiri melebihi tekanan aorta. Bila kedua tekanan
menjadi seimbang, katup aorta akan menutup dan keluaran dari ventrikel kiri
terhenti. Darah yang telah memasuki aorta akan menaikkan tekanan dalam
pembuluh darah tersebut. Akibatnya, terjadi perbedaan tekanan yang akan

mendorong darah secara progresif ke arteri, kapiler, dan ke vena. Darah kemudian
kembali ke atrium kanan karena takanan dalam kamar ini lebih rendah dari tekanan
vena. Perbedaan tekanan juga bertanggung jawab terhadap aliran darah dari arteri
pulmonalis ke paru dan kembali ke atrium kiri. Perbedaan tekanan dalam sirkulasi
pulmonal secara bermakna lebih rendah dari tekanan sirkulasi sistemik karena
tahanan aliran di pembuluh darah pulmonal lebih rendah.
4. Siklus jantung

Perhatikan perubahan tekanan yang terjadi dalam kamar jantung selama siklus
jantung, dimulai dengan diastolik saat ventrikel berelaksasi. Selama diastolik, katup
atrioventrikularis terbuka, dan darah yang kembali dari vena mengalir ke atrium dan
kemudian ke ventrikel. Mendekati akhir periode diastolik tersebut, otot atrium akan
berkontraksi sebagai respon terhadap sinyal yang ditimbulkan oleh nodus sinoatrial.
Kontraksi kemudian meningkatkan tekanan di dalam atrium dan mendorong
sejumlah darah ke ventrikel. Darah yang masuk tadi akan meningkatkan volume
ventrikel sebanyak 15% 25%. Ventrikel itu sendiri mulai berkontraksi (sistolik)
sebagai respons terhadap propagasi impuls listrik yang dimulai di nodus sinoatrial
beberapa milidetik sebelumnya.
Selama sistolik, tekanan didalam ventrikel dengan cepat meningkat, mendorong
katup atrioventrikularis untuk menutup. konsekuensinya tidak ada lagi pengisian
ventrikel dari atrium, dan darah yang disemburkan dari ventrikel tidak dapat
mengalir balik ke atrium. Peningkatan tekanan secara cepat di dalam ventrikel akan

mendorong katup pulmonalis dan aorta terbuka, dan darah kemudian disemburkan
ke arteri pulmonalis dan ke aorta. Keluarnya darah mula-mula cepat, dan kemudian,
ketika tekanan masing-masing ventrikel dan arteri yang bersangkutan mendekati
keseimbangan, aliran darah bertahap lambat.
Pada saat berakhir sistolik, otot ventrikel berelaksasi dan tekanan dalam kamar
menurun dengan cepat. Penurunan tekanan ini cederung mengakibatkan darah
mengalir balik dari arteri ke ventrikel, yang mendorong katup semilunar untuk
menutup. Secara bersamaan, begitu tekanan di dalam ventrikel menurun drastis
sampai dibawah tekanan atrium, nodus Atrio akan membuka, ventrikel mulai terisi,
dan urutan kejadian terulang kembali (Smeltzer & Bare, 2002. hal 723)
5. Curah jantung
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel selama satu satuan
waktu. Curah jantung pada orang dewasa normal sekitar 5 L/menit namun sangat
bervariasi, tergantung kebutuhan metabolisme tubuh. Curah jantung (Cardiac
Output) sebanding dengan volume sekuncup (Stroke Volume) kali frekuensi jantung.
CO = SV x Heart Rate (HR). Volume sekuncup adalah sejumlah darah yang
disemburkan setiap denyut. Maka curah jantung dapat dipengaruhi oleh perubahan
volume sekuncup maupun frekuensi jantung. Frekuensi jantung istirahat pada orang
dewasa rata-rata 60-80 denyut/menit dan rata-rata volume sekuncup sekitar 70
ml/denyut.
Kontraksi frekuensi jantung. Karena fungsi jantung adalah menyuplai darah
keseluruh jaringan tubuh, maka keluarannya harus dapat berubah sesuai perubahan
kebutuhan metabolisme jaringan itu sendiri.
Perubahan frekuensi jantung dapat terjadi akibat kontrol refleks yang dimediasi oleh
sistem saraf otonom, meliputi bagian simpatis dan parasimpatis. Impuls
parasimpatis, yang berjalan ke jantung melalui nervus vagus, dapat memperlambat
frekuensi jantung, sementara impuls simpatis meningkatkannya. Efek terhadap
frekuensi jantung berakibat mulai dari aksi pada nodus sinoatrial untuk
meningkatkan maupun menurunkan kecepatan depolarisasi intrinsiknya.
Keseimbangan antara ke dua refleks tadi mengontrol sistem yang normalnya
menetukan frekuensi jantung. Frekuensi jantung dirangsang juga oleh katekolamin
(yang disekresi oleh kelenjar adrenal) dan adanya kelebihan hormon tiroid, yang
menghasilkan efek menyerupai katekolamin.
Kontrol volume sekuncup. Volume sekuncup terutama ditentukan oleh tiga faktor :
(1) kontraktilitas intrinsik otot jantung, (2) derajat peregangan otot jantung sebelum

kontraksi (preload), dan (3) tekanan yang harus dilawan otot jantung untuk
menyemburkan darah selama kontraksi (afterload).
Kontraktilitas intrinsik adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tenaga yang
dapat dibangkitkan oleh kontraksi miokardium pada kondisi tertentu. Kontraksi ini
dapat meningkat akibat katekolamin yang beredar, aktivitas saraf simpatis dan
berbagai obat (seperti digitalis). Peningkatan kontraktilitas dapat terjadi pada
peningkatan volume sekuncup.
Preload merupakan tenaga yang menyebabkan otot ventrikel meregang sebelum
mengalami eksitasi dan kontraksi. Preload ventrikel ditentukan oleh volume darah
dalam ventrikel akhir diastolik. Semakin besar preload, semakin besar volume
sekuncupnya sampai pada titik dimana otot sedemikian teregangnya dan tidak
mampu berkontraksi lagi. Hubungan antara peningkatan volume sekuncup dan
peningkatan volume akhir diastolik ventrikel pada kontraktilitas intrinsik tertentu
dinamakan hukum starling jantung, yang didasarkan pada kenyataan bahwa
semakin besar panjang awal atau keregangan otot jantung, semakin besar pula
derajat pemendekan yang akan terjadi. Akibat terjadi peningkatan interaksi antara
sarkomer filament tebal dan tipis.
Afterload merupakan suatu tekanan yang harus dilawan ventrikel untuk
menyemburkan darah. Tahanan terhadap ejeksi ventrikel kiri dinamakan tahanan
vaskuler sistemik (SVR). Tahanan oleh tekanan pulmonal tehadap ejeksi ventrikel
dinamakan tahanan vaskuler pulmonal (PVR). Peninggian afterload akan
mengakibatkan penurunan volume sekuncup (Smeltzer & Bare, 2002. hal 725).

3. Etiologi

Menurut Smeltzer & Bare (2002) penyebab Gagal jantung kongestif adalah :
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung yang paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan
penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
b. Aterosklorosis koroner
Menyebabkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi
serabut otot jantung. efek tersebut dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi
karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak
jelas, hipertrofi otot jantung tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan
terjadi gagal jantung.
d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif.
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
e. Penyakit jantung lain

Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya tidak
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terlihat
mencakup gangguan aliran darah melalui jantung.
f. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
jantung. Meningkatnya laju metabolime (misal : demam, tirotoksikosis), hipoksia dan
anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik.

4. Patofisiologi
a. Mekanisme dasar
Kelainan instrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung
akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel
yang efektif. kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi volume sekuncup,
dan meningkatkan volume residu ventrikel. dengan meningkatnya volume residu
ventrikel, terjadi peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri. Derajat
peningkatan tekanan bergantung pada kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya
tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri
karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama diastol. Peningkatan
tekanan atrium diteruskan ke belakang ke dalam pembuluh darah paru-paru,
meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru. Apabila tekanan hidrostatik
anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik pembuluh darah, akan terjadi
transudasi cairan kedalam interstisial. Jika kecepatan transudasi cairan melebihi
kecepatan drainase limfatik, akan terjadi edema interstisial. Peningkatan tekanan
lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke dalam alveoli dan terjadilah
edema paru.
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat akibat peningkatan kronis tekanan vena
paru. Hipertensi pulmonalis meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan.
Serangkaian kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada
jantung kanan yang akhirnya akan menyebabkan edema dan kongesti sistemik.
Perkembangan dari edema dan kongesti sistemik atau paru dapat diperberat oleh
regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis atau mitralis secara bergantian
( Price & Wilson, 2006. hal 634 )

b. Respons Kompensatorik
Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme primer yang dapat
dilihat : (1) meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, (2) meningkatnya beban
awal akibat aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron, dan (3) hipertrofi ventrikel.
ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan
curah jantung.
1. Peningkatan aktivitas adrenergik simpatis
Menurunnya volume sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon
simpatis kompensatorik. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatik merangsang
pengeluaran katekolamin dari saraf-saraf adrenergik jantung dan medula adrenal.
Denyut jantung dan kekuatan kontriksi akan meningkat untuk menambah curah
jantung.
Seperti yang diharapkan, kadar katekolamin dalam darah akan meningkat pada
gagal jantung, terutama selama latihan. Jantung akan semakin bergantung pada
katekolamin yang beredar dalam darah untuk mempertahankan kerja ventrikel.
2. Peningkatan beban awal melalui aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron
Aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron menyebabkan retensi natrium dan air
oleh ginjal, meningkatkan volume ventrikel dan regangan serabut. Peningkatan
beban awal ini akan menambah kontraktilitas miokardium. Mekanisme pasti yang
mengakibatkan aktivasi sistem angiotensin aldosteron pada gagal jantung masih
belum jelas.
Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian peristiwa
berikut : (1) penurunan aliran darah ginjal dan akhirnya laju filtrasi glomerulus, (2)
pelepasan renin dari aparatus jukstaglomerulus, (3) interaksi renin dengan
angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan angiotensin I, (4) konversi
angiotensin I menjadi angiotensin II, (5) rangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar
adrenal, dan (6) retensi natrium dan air tubulus distal dan duktus pengumpul.
3. Hipertrofi Ventrikel
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium
atau bertambahnya tebal dinding. Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam
sel-sel miokardium, sarkomer dapat bertambah secara paralel atau serial
bergantung pada jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan jantung ( Price &
Wilson, 2006. 635 ).
c. Mekanisme Kompensatorik lainnya

Mekanisme lain bekerja pada tingkat jaringan untuk meningkatkan hantaran oksigen
ke jaringan. Kadar 2,3 difosfogliserat plasma meningkat sehingga mengurangi
afinitas hemoglobin dengan oksigen. Akibatnya mempercepat pelepasan dan
ambilan oksigen oleh jaringan. Ekstraksi oksigen dari darah ditingkatkan untuk
mempertahankan suplai oksigen ke jaringan pada saat curah jantung rendah.
d. Efek negatif respons kompensatorik
Awalnya, respons kompensatorik sirkulasi memiliki efek yang menguntungkan:
namun akhirnya mekanisme kompensatorik dapat menimbulkan gejala,
meningkatkan kerja jantung dan memperburuk derajat gagal jantung. Retensi cairan
yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan kontraktilitas menyebabkan
terbentuknya edema dan kongesti vena paru dan sistemik. Vasokontriksi arteri dan
redistribusi aliran darah mengganggu perfusi jaringan pada anyaman vaskular yang
terkena, serta menimbulkan gejala dan tanda, (misal : berkurangnya jumlah
keluaran urine dan kelemahan tubuh). Vasokontriksi arteri juga meningkatkan beban
akhir dengan memperbesar resistensi tehadap ejeksi ventrikel; beban akhir juga
meningkat karena dilatasi ruang jantung. Akibatnya, kerja jantung dan kebutuhan
oksigen miokardium (MVO2) juga meningkat. Hipertrofi miokardium dan rangsangan
simpatis lebih lanjut akan meningkatkan kebutuhan MVO2. Jika peningkatan MVO2
ini tidak dapat dipenuhi dengan meningkatkan suplai oksigen miokardium, akan
terjadi iskemia miokardium dan gangguan miokardium lainnya (Price & Wilson 2006.
hal 636).
5. Tanda dan Gejala
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri
murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau
sinkron. maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan
perfusi jaringan. Tapi manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada
kegagalan ventrikel mana yang terjadi (Smeltzer & Bare, 2002. hal 807)
1. Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru.
a. Dispnu
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas.

b. Batuk
Yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering dan tidak produktif, tetapi
yang sering adalah batuk basah.
c. Mudah lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi
normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme.
d. Kegelisahan dan kecemasan
e. Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesulitan bernapas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
2. Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan
perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume
darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang
secara normal kembali dari sirkulasi vena.
a. Edema
Dimulai pada kaki dan tumit dan secara bertahap bertambah ke atas tungkai dan
paha dan akhirnya ke genitalia eksterna dan tubuh bagian bawah.
b. Hepatomegali
Terjadi akibat pembesaran vena di hepar.
c. Anoreksia
Akibat pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen.
d. Nokturia
Terjadi karena perfusi renal di dukung oleh posisi penderita pada saat berbaring.
e. Lemah
Disebabkan oleh menurunnya curah jantung. gangguan sirkulasi dan pembuangan
produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan.
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional
dalam 4 kelas (Mansjoer. 2001. hal 434) yaitu :
1. Kelas 1. Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.
2. Kelas 2. Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas
sehari-hari tanpa keluhan.
3. Kelas 3. Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
4. Kelas 4. Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan
harus tirah baring.

6. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Doenges (2000) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosa Gagal Jantung Kongestif :
1. EKG (Elektrokardiogram)
Hipertrofi atrial atau ventrikular, penyimpangan aksis, iskemia, dan kerusakan pola
mungkin terlihat. Disritmia, mis: takikardi, fibrilasi atrial.

takikardi
fibrilasi atrial

2.
Sonogram
(Ekokardiogram,
ekokardiogram
dopple)
Dapat menunjukkan dimensi perbesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur
katup
atau
area
penurunan
kontraktilitas
ventrikuler.
3.
Skan
jantung
:
(Multigated
acquisition
/
MUGA)
Tindakan
penyuntikan
fraksi
dan
memperkirakan
gerakan
dinding.
4.
Kateterisasi
jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
sisi kanan versus sisi kiri. dan stenosis katup atau insufisiensi. juga mengkaji

patensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan ke dalam ventrikel menunjukkan


ukuran
abnormal
dan
ejeksi
fraksi/perubahan
kontraktilitas.
5.
Rontgen
dada
Dapat menunjukkan perbesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi/hipertrofi
bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan tekanan
pulmonal. Kontur abnormal, misalnya, bulging pada perbatasan jantung kiri, dapat
menunjukkan
aneurisme
ventrikel.
6.
Enzim
hepar
Meningkat
dalam
gagal/kongesti
hepar.
7.
Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan / penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretik.
8.
Oksimetri
nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika Gagal Jantung Kongestif akut
menjadi
kongestif.
9.
Analisa
Gas
Darah
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau
hipoksemia
dengan
peningkatan
PCO2
(akhir).
10.
BUN
(Blood
Ureum
Nitrogen)
dan
Kreatinin
Peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal. Kenaikan baik BUN dan
kreatinin
merupakan
indikasi
gagal
ginjal.
11.
Albumin
/
transferin
serum
Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau penurunan
sistesis
protein
dalam
hepar
yang
mengalami
kongesti.
12.
Pemeriksaan
tiroid
Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas tiroid sebagai pre-pencetus
Gagal Jantung Kongestif.
7.

Penatalaksanaan

Menurut Muttaqin (2009) penatalaksanaan dari Gagal Jantung Kongestif adalah :


a.
Terapi
oksigen
Pemberian oksigen terutama ditujukan pada klien dengan gagal jantung yang
disertai dengan edema paru. Pemenuhan oksigen akan mengurangi kebutuhan
miokardium akan oksigen dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
b.
Terapi
nitrat
dan
vasodilatasi
koroner

Penggunaan nitrat, baik secara akut maupun kronik, sangat dianjurkan dalam
penatalaksanaan gagal jantung. Jantung mangalami unloaded (penurunan afterload
beban akhir) dengan adanya vasodilator perifer. Peningkatan curah jantung lanjut
akan menurunkan pulmonary artery wedge pressure (pengukuran yang
menunjukkan derajat kongesti vaskuler pulmonal dan beratnya gagal ventrikel kiri)
dan
penurunan
pada
konsumsi
oksigen
miokardium.
c.
Terapi
diuretik
Selain tirah baring, klien dengan gagal jantung perlu pembatasan garam dan air
serta pemberian diuretik baik oral atau parenteral. Tujuan agar menurunkan preload
(beban awal) dan kerja jantung. Diuretik memiliki efek antihipertensi dengan
meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. Hal ini menyebabkan penurunan
volume cairan dan menurunkan tekanan darah. Jika garam natrium ditahan, air juga
akan bertahan dan tekanan darah akan meningkat. Banyak jenis diuretik yang
menyebabkan pelepasan elektrolit-elektrolit lainnya, yaitu kalium, magnesium,
klorida dan bikarbonat. Diuretik yang meningkatkan ekskresi kalium digolongkan
sebagai diuretik yang tidak menahan kalium, dan diuretik yang menahan kalium
disebut
hemat
kalium.
d.
Terapi
digitalis
Digitalis, salah satu obat-obatan tertua, dipakai sejak tahun 1200, dan hingga saat
ini diuretik masih terus digunakan dalam bentuk yang telah dimurnikan. Digitalis
dihasilkan dari tumbuhan foxglove ungu dan putih dan dapat bersifat racun. Pada
tahun 1785, William Withering dari inggris menggunakan digitalis untuk
menyembuhkan sakit bengkak, yaitu edema pada ektremitas akibat insufisiensi
ginjal dan jantung. Dimasa itu, Withering tidak menyadari bahwa sakit bengkak
tersebut
merupakan
akibat
dari
gagal
jantung.
Digitalis adalah obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas. Digitalis bila diberikan
dalam dosis yang sangat besar dan diberikan secara berulang dengan cepat,
kadang-kadang menyebabkan klien mengalami mabuk, muntah, pandangan kacau,
objek yang terlihat tampak hijau atau kuning, klien melakukan gerakan yang sering
dan kadang-kadang tidak mampu untuk menahannya. Digitalis juga menyebabkan
sekresi urine meningkat nadi lambat hingga 35 denyut dalam satu menit, keringat
dingin, kekacauan mental, sinkope dan kematian. Digitalis juga bersifat laktasif.
Pada kegagalan jantung, digitalis deberikan dengan tujuan memperlambat frekuensi
ventrikel dan meningkatkan kekuatan kontraksi serta meningkatkan efisiensi
jantung. Saat curah jantung meningkat, volume cairan yang melewati ginjal akan

meningkat untuk difiltrasi dan diekskresi, sehingga volume intravaskuler menurun.


e.
Terapi
inotropik
positif
Dopamin merupakan salah satu obat inotropik positif, bisa juga dipakai untuk
meningkatkan denyut jantung (efek bata-1) pada keadaan bradikardia saat
pemberian atropin pada dosis 5-20 mg/kg/menit tidak menghasilkan kerja yang
efektif.
Kerja dopamin bergantung pada dosis yang diberikan, pada dosis kecil (1-2
ug/kg/menit), dopamin akan mendilatasi pembuluh darah ginjal dan pembuluh darah
mesentrik serta menghasilkan peningkatan pengeluaran urine (efek dopaminergik) ;
pada dosis 2-20 ug/kg/menit, dopamin akan meningkatkan curah jantung melalui
peningkatan kontarktilitas jantung (efek beta) dan meningkatkan tekanan darah
melalui vasokontriksi (efek alfa-adrenergik). Penghentian pengobatan dopamin
harus dilakukan secara bertahap, penghentian pemakain yang mendadak dapat
menimbulkan
hipotensi
berat.
Dobutamin (dobutrex) adalah obat simpatomimetik dengan kerja beta-1 adrenergik.
Efek bata-1 adalah meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium (efek inotropik
positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif).
f.
Terapi
sedatif
Pada keadaan gagal jantung berat, pemberian sedatif dapat mengurangi
kegelisahan. Obat-obatan sedatif yang sering digunakan adalah Phenobarbital 1530 mg empat kali sehari dengan tujuan untuk mengistirahatkan klien dan
memberikan relaksasi pada klien.
Konsep Dasar Keperawatan
Dari seluruh dampak masalah di atas, maka diperlukan suatu asuhan keperawatan
yang komprehensif. Pola asuhan keperawatan yang tepat adalah melalui proses
keperawatan yang merupakan suatu metode bagi perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan pada klien.
Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling berhubungan,
yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari tahap proses keperawatan. Dalam mengkaji,
harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang didapat dari klien (sumber
data primer), data yang didapat dari orang lain (data skunder), catatan kesehatan
klien, informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostik, keluarga dan orang
terdekat, atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian data dasar (Hidayat, A.
Azis Alimul, 2001. hal 12).
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang mencakup
pengumpulan, penyusunan, validasi, dan pencatatan data. pengkajian merupakan
proses yang kontinu dilakukan pada semua tahap proses keperawatan (Sumijatun,
2006. hal 83).
Data yang dikumpulkan akan bergantung pada letak, keparahan, dan durasi
patologi. Pengkajian pada klien Gagal Jantung kongestif menurut Doenges (2000),

meliputi :

a. Aktivitas / istirahat
Gejala :Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia,nyeri dada
dengan aktivitas, dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga.
Tanda :Gelisah, perubahan status mental, misalnya letargi, tanda vital berubah pada
aktivitas.

b. Sirkulasi
Gejala :Riwayat hipertensi, Infark Miokard baru/akut, episode Gagal Jantung
Kongestif sebelumnya, penyakit katup jantung, bedah jantung dan endokarditis,
Anemia, syok septik.
Tanda :TD: mungkin rendah (gagal pemompaan) : normal (Gagal Jantung Kongestif
ringan atau kronis), atau tinggi (kelebihan beban cairan). Tekanan nadi : mungkin
sempit, menunjukkan penurunan volume sekuncup. Frekuensi jantung : Takikardia
(gagal jantung kiri). Irama jantung :disritmia, misalnya fibrilasi atrium, kontraksi
ventrikel prematur/takikardia, blok jantung. Nadi apikal : PMI mungkin menyebar dan
berubah posisi secara inferior ke kiri. Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diagnostik:S4
dapat terjadi: S1 dan S2 mungkin melemah. Murmur sistolik dan diastolik dapat
menandakan adanya stenosis katup atau insufisiensi. Nadi: nadi perifer berkurang:
perubahan dalam kekuatan denyutan dapat terjadi: Nadi sentral mungkin kuat misal,
nadi jugularis, karotis abdominal terlihat. Warna: Kebiruan, pucat, abu-abu dan
sianotik. Punggung kuku:Pucat dan sianotik dengan pengisian kapiler lambat. Hepar
:Pembesaran/dapat teraba, refleks hepatojugularis. Bunyi napas: krekel, ronkhi.
Edema :Mungkin dependen, umum, pitting,

kuku siagnosis yang menandakan perfusi jaringan keperifer tidak adequat


akibat menurunan pompa jantung

c. Integritas Ego
Gejala :Ansietas, kuatir, takut. stress yang berhubungan dengan
penyakit/keprihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
Tanda :Berbagai manifestasi prilaku, misal, ansietas, marah, ketakutan, mudah
tersinggung.
d. Eliminasi
Gejala :Penurunan berkemih, urine berwarna gelap. Berkemih malam hari
(nokturia). Diare/konstipasi.
e. Makanan/cairan
Gejala :Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan
signifikan. Pembengkakan pada ektremitas bawah. Pakaian/sepatu terasa sesak.
Diet tinggi garam / makanan yang telah diproses, lemak, gula dan kafein.
penggunaan deuretik.
Tanda :Penambahan berat badan cepat. Distensi abdomen, (asites): Edema (umum,
dependen, tekanan, pitting).
f. Higiene
Gejala :Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri.
Tanda :Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
g. Neurosensori
Gejala :Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda :Letargi, kusut pikir, disorientasi, perubahan prilaku dan mudah tersinggung.
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala :Nyeri dada, angina akut atau kronis. Nyeri abdomen kanan atas. Sakit pada
otot.
Tanda :Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit (menarik diri) perilaku melindungi
diri.
i. Pernapasan

Gejala :Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk, atau dengan beberapa bantal.
batuk atau dengan pembentukan sputum, riwayat penyakit paru kronis, penggunaan

bantuan pernapasan, misal


, oksigen atau medikasi.
Tanda :Pernapasan, Takipnea, napas dangkal, pernapasan labored :penggunaan
otot aksesoris pernapasan, nafas faring. Batuk :Kering, nyaring, nonproduktif atau
mungkin batuk terus-menerus dengan/tanpa pembentukan sputum. Sputum
:Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal). Bunyi napas :
Mungkin tidak terdengar, dengan krakles basilar dan mengi. Fungsi mental :Mungkin
menurun, letargi, kegelisahan. Warna kulit: pucat atau sianosis.

j. Keamanan
Gejala :Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus otot. dan kulit
lecet.
k. Interaksi sosial
Gejala :Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
l. Pembelajaran dan pengajaran
Gejala :Menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misal, penyekat
saluran kalsium.
Tanda :Bukti tentang ketidakberhasilan untuk meningkatkan.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dari pasien
yang dapat diatasi secara bertanggung jawab dengan tindakan keperawatan yang
mandiri. Diagnosa keperawatan yang dinyatakan dalam istilah yang ringkas tentang
masalah spesifik pasien akan menuntut perawat dalam menyusun rencana asuhan
keperawatan (Smeltzer & Bare, 2002. hal 37) .

Diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi lima kategori (carpenito,


2000) yaitu :
a. Aktual : Menjelaskan masalah yang sedang terjadi saat ini dan harus
sesuai dengan data-data klinik yang diperoleh.
b. Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan yang akan terjadi jika tidak
dilakukan intervensi keperawatan.
c. Potensial : Data tambahan diperlukan untuk memastikan masalah
keperawatan yang potensial. Pada keadaan ini data penunjang dan
masalah belum ditemukan tetapi sudah ada faktor yang dapat
menimbulkan masalah.
d. Sejahtera : Diagnosis keperawatan sejahtera (wellness) merupakan
keputusan klinik tentang status kesehatan klien, keluarga,
dan/masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat
sejahtera yang lebih tinggi.
e. Sindrom : Diagnosis keperawatan sindrom adalah diagnosis yang
terdiri atas beberapa diagnosis aktual dan risiko tinggi yang diperkirakan
akan muncul karena suatu kejadian/situasi tertentu.
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien yang
mengalami Gagal Jantung Kongestif, menurut Doenges (2000),
yaitu :
1. Menurunnya curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi listrik,
perubahan struktural (misal, kelainan katup, aneurisme ventrikuler).
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen/kebutuhan, kelemahan umum dan tirah baring lama/imobilisasi.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi
glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium/air.
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran kapiler/alveolus, contoh pengumpulan/ perpindahan cairan
kedalam area interstisial/alveoli.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama edema dan penurunan perfusi jaringan.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi, program
pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang

hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.


4. Intervensi keperawatan
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan
yang meliputi tujuan perawatan, penetapkan pemecahan masalah, dan menentukan
tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah pasien. Perawat dapat menggunakan
strategi pemecahan masalah untuk mengatsi masalah pasien melalui intervensi dan
manajemen yang baik (Hidayat, A. Azis Alimul, 2001. hal 30)
Menurut Doenges (2000), rencana keperawatan pada pasien yang mengalami
Gagal Jantung Kongestif berdasarkan diagnosa keperawatan terdiri dari :
a. Diagnosa keperawatan I
Menurunnya curah jantung
mungkin berhubungan dengan : perubahan kontraktilitas miokardial/ perubahan
inotropik, Perubahan frekuensi, irama, konduksi listrik, perubahan struktural (mis,
kelainan katup, aneurisme ventrikuler).
Kemungkinan dibuktikan oleh : Peningkatan frekuensi jantung (takikardi), disritmia,
perubahan gambaran pola EKG, perubahan tekanan darah (TD)
(hipotensi/hipertensi), Bunyi jantung ekstra (S3,S4), penurunan haluaran urine, nadi
perifer tidak teraba, kulit dingin kusam, diaforesis, ortopnea, krakles, JVD,
perbesaran hepar, edema, dan nyeri dada.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi
Klien akan : Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima
(disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung, melaporkan
penurunan episode dispnea, angina, ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi
beban kerja jantung.
Intervensi dan rasional

You might also like