You are on page 1of 2

PENGARUH TINDAKAN BEDAH MULUT DAN MAXILLOFACIAL TERHADAP IBU

HAMIL DAN FETUS: LAPORAN KASUS


A P A Ginari, A Mukarromah, D Pitriani, J A Kurniawan, N S. Manurung, N F Marbun, T Nabilakanesar
Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman
Diambil Dari Australian Dental Journal 2013; 58:117-119 Dengan Judul Acute Fetal Distress Following Tooth
Extraction And Abscess Drainage In A Pregnant Patient With Maxillofacial Infection

Abstract
Background.Pregnancy caused changes in hormonal and physiologic aspects. Incorrect procedures in dental care
treatment may cause fetal distress to occur.Objective.To see the impacts of oral and maxillofacial surgery on a
pregnant woman and her fetus.Case. A 28-year-old woman with 9 months pregnancy came to the Oral and
Maxillofacial Surgery Department of Erciyes University, Kayseri,Turkey, complaining about facial swelling and
dental pain. The given treatment include tooth extraction with extraoral drainage of the abscess under local
anaesthesia and antibiotic coverage. Eight hours after surgical intervention, the patient complained of high fever
and decreased perception of fetal movement. Then the baby was delivered immediately by caesarean
section.Conclusions. Incorrect procedures of dental treatment during pregnancy may cause maxillofacial infection.
Therefore, dental practitioners must consider everything before treating pregnant patients and work in association
with an obstetric and gynaecology service.
Key words: tooth extraction, maxilofacial infection, fetal distress, dental treatment during pregnancy.
Pendahuluan
Kehamilan secara umum terbagi dalam periode
tiga bulanan atau trimester. Dalam tiap trimesternya,
ibu hamil mengalami perubahan yang khas dalam segi
hormonal maupun fisiologis 1. Selama kehamilan,
terjadi penambahan hormon estrogen sebanyak
sembilan kali lipat yang mempengaruhi faktor
pertumbuhan uterus, pertumbuhan payudara, retensi
air dan natrium dan pelepasan hormon hipofise dan
hormon progesteron sebanyak dua puluh lima kali
lipat yang mempengaruhi relaksasi otot polos,
relaksasi jaringan ikat serta kenaikan suhu 2.
Perubahan fisiologis yang dialami oleh ibu hamil
salah satunya adalah peningkatan nafsu makan yang
dapat
menyebabkan
ketidakseimbangan
diet.
Contohnya terlalu banyak mengkonsumsi makanan
yang kandungan gulanya tinggi. Hal ini dapat
memperburuk kondisi gigi geligi ibu hamil. Selain itu
perubahan hormonal dan fisiologis juga menyebabkan
ibu hamil rentan mengalami komplikasi. Komplikasi
yang biasanya terjadi antara lain respon inflamasi,
abnormalitas kadar glukosa, hipertensi dan infeksi 3.
Infeksi yang dapat terjadi pada ibu hamil, salah
satunya adalah infeksi maksilofasial. Bakteri gram
negatif anaerob menjadi sumber endotoksin dan
lipopolisakarida yang kemudian meningkatkan
mediator inflamasi lokal, sehingga mengakibatkan
banyak komplikasi. Ekstraksi gigi yang terinfeksi
dapat menjadi jalan masuknya agen bakterial dan
sitokin, serta menyebabkan respon inflamasi sistemik.
Inflamasi sistemik yang parah dapat membahayakan
keadaan fetal. Fetal distress atau gangguan fetus
berkembang
setelah
penatalaksanaan
infeksi

maksilofasial yang parah yang dilakukan ketika fetus


berusia 28 minggu atau 9 bulan 4.
Riwayat Kasus
Seorang pasien wanita hamil, berusia 28 tahun
dengan usia kehamilan 9 bulan, datang ke departemen
bedah mulut dan maksilofasial Universitas Erciyes,
Kayseri, Turkey dengan keluhan pembengkakan
fasial dan sakit gigi. Pasien mengatakan bahwa
kehamilannya berlangsung dengan baik tanpa adanya
kesulitan. Pemeriksaan klinis menunjukkan adanya
pembengkakan besar pada jaringan lunak di bawah
mandibular, menyebar ke atas hingga kelengkung
zygomatik, dan menyebar ke bawah hingga ke angulus
mandibular, yang disertai infeksi pada perimandibular
dan ruang mastikator, tanda vital normal dan tidak
demam. Pemeriksaan oral menunjukkan komplikasi
dengan trismus, jarak maksimal interinsisal saat
membuka mulut 15 mm, dan terdapat lesi karies yang
dalam pada gigi molar ketiga mandibular sebelah kiri.
Pasien telah diberikan ampicillin sulbaktam (1 g) tiga
kali sehari selama 5 sampai 7 hari sebelumnya oleh
dokter gigi umum. 4
Penatalaksanaan Kasus
Dokter gigi berkonsultasi dengan ahli obstetrik
dan ginekologi. Setelah mendapat persetujuan
akhirnya dokter gigi mulai melakukan tindakan
dengan pemberian anestesi lokal dan antibiotik.
Kemudian, ekstrasi gigi dengan drainase ektra oral
pada abses dilakukan. Meskipun hanya sedikit
discharge yang didapatkan dari insisi, Penrose drain
dibiarkan selama dua hari. 4

Setelah selesai melakukan tindakan ektraksi dan


drainase, dilakukan CT-scan. Hasilnya menunjukkan
bahwa infeksi hanya terbatas pada ruang mastikator
dan tidak membuat obstruksi jalan napas. Pasien
dianjurkan untuk dilakukan dirawar inap, namun
menolak. Akhirnya dokter menyarankan untuk
kembali lagi untuk melanjutkan medikasi dan
menindaklanjuti hasil ekstraksi.4
Delapan jam
kemudian pasien mengalami
demam tinggi dan berkurangnya tanggapan pada fetus.
dilakukan evaluasi tanda vital. tekanan darah
menunjukkan 100/90 mmHg, denyut nadi 90, suhu
tubuh 38,7 derajat Celcius.4
Kemudian
pasien dirujuk ke departemen
obstetrik dan ginekologi untuk dilakukan USG. Hasil
pemeriksaan menunjukkan usia fetus 35 minggu,
dengan pertumbuhan normal, volume cairan amniotik
dan plasenta normal. Karditografi menunjukkan
perlambatan secara terus menerus yang menandakan
adanya gangguan pada fetal. Kemudian pasien dibawa
ke UGD untuk dilakukan operasi cesar. 4
Pembahasan
Infeksi yang sudah parah dan membahayakan
keadaan ibu beserta bayinya perlu segera ditangani.
Penatalaksanaan infeksi oral selama kehamilan
memerlukan pertimbangan khusus karena tindakan
perawatan dental melibatkan beberapa elemen yang
berpotensial membahayakan, termasuk radiasi ionisasi
dan pemberian obat-obatan. Meskipun demikian,
tindakan perawatan dental dapat bermanfaat juga
untuk perkembangan fetus. Oleh karena itu, dokter
gigi harus menimbang aspek yang bermanfaat dan
meminimalisir atau menghindari prosedur yang
membahayakan pasien dan fetus 3.
Tindakan perawatan dental yang dilakukan pada
pasien hamil pada laporan kasus, yaitu ekstraksi gigi
dan drainase abses, memungkinkan bakteri masuk
melalui luka dan menimbulkan bakteremia. Bakteri
dan zat yang dihasilkannya dapat merugikan
kehamilan secara langsung maupun tidak langsung.
Misalnya, bayi lahir prematur, berat badan lahir
rendah, restriksi pertumbuhan fetus, pre-eklamsia, dan
kematian perinatal. Adanya bakteri juga meningkatkan
sitokin pro-inflamator yang dianggap menyebabkan
terjadinya modifikasi plasenta dan memicu
komplikasi4.
Komplikasi berbahaya dapat dicegah dengan
memperhatikan beberapa pertimbangan khusus
sebelum melakukan penatalaksanaan terhadap pasien.
Pertama, mengetahui kesehatan umum dan riwayat
medis pasien. Jika memungkinkan, menghubungi
dokter kandungan pasien akan sangat membantu
untuk membahas status medis pasien, kebutuhan
dental, dan tindakan dental yang dianjurkan. Kedua,
pengamatan tanda vital untuk mengidentifikasi

abnormalitas yang belum diketahui dan kebutuhan


tindakan koreksi. Ketiga, memperhatikan pemilihan
waktu untuk pelaksanaan tindakan. Trimester kedua
merupakan periode paling aman untuk melakukan
tindakan dental. Karena pada trimester pertama fetus
masih sangat rentan sementara pada trimester ketiga
rasa ketidaknyamanan ibu meningkat dan dapat
mengalami komplikasi hipotensi supine. Radiografi
masih menjadi kontroversi dalam menangani pasien
ibu hamil. Namun, radiograf mungkin dibutuhkan
untuk mendiagnosa secara akurat dan menentukan
perawatan yang tepat bagi pasien 3.
Pemberian medikasi yang tepat perlu diperhatikan
karena obat dapat menembus plasenta dan menjadi
toksik atau teratogenik pada fetus 3. Antibiotik
profilaksis yang boleh digunakan pada ibu hamil yaitu
antibiotik golngan B berdasarkan kategori FDA 5.
Simpulan
Pada umumnya sistem imun ibu hamil akan
mengalami penurunan jika sedang mempertahankan
fetus dalam kandungan, sehingga para dokter gigi
harus meminimalisir ataupun menghindari prosedurprosedur yang membahayakan pasien dan juga fetus.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengetahui
kesehatan umum pasien dan riwayat medisnya,
pengamatan tanda vital, memperhatikan medikasi dan
anestesi yang diberikan, serta dianjurkan melakukan
tindakan dental pada trimester kedua.
Referensi
1. Saminem, H., 2008, Kehamilan Normal, EGC,
Jakarta.
2. Astuti, B.A., Santosa, S.W., Utami, M.S., 2000,
Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Penyesuaian Diri Perempuan Pada Kehamilan
Pertama, Jurnal Psikologi 200, NO. 2, 84-95,
Universitas Gajah Mada.
3. Litle., J.W., Falace., D.A., Miller., C.S., Rhodus.,
N.L., 2008, Dental Management Of The
Medically Compromised Patient Ed.7, Elsevier,
Missouri.
4. elebi, N., Ktk, M.S., Ta, M., Soylu, E., Etz
O.A., Alkan, A., 2013, Acute Fetal Distress
Following Tooth Extraction and Abcess Drainage
in A Pregnant Patient with Maxillofacial
Infection, Australian Dental Journal , 58:117119.
5. Achtari,
M.D.,
Georgakopoulou,
E.A.,
Afentoulide, N, 2012, Dental Care Throughout
Pregnancy: What a Dentist Must Know,
OHDM:11(2).

You might also like