You are on page 1of 66

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118

http://kangzusi.com /

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

HIJAUNYA LEMBAH
HIJAUNYA
LERENG PEGUNUNGAN

Jilid 118
Cetakan Pertama

PENERBIT:

MURIA
YOGYAKARTA

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Kolaborasi 2 Website :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan Pelangi
Di Singosari http://pelangisingosari.wordpress.com/
Pembuat Ebook :
Sumber Buku Karya SH MINTARDJA
Scan DJVU : Ismoyo, Arema
Converter & Editor Ebook : Dewi KZ
--ooo0dw0oooNaskah ini untuk keperluan kalangan sendiri,
penggem ar karya S.H. Mintardja dimana saja berada y ang
berkumpul di W eb Pelangi Singosari dan Tiraikasih

Jilid 118
"T ERIMA KASIH NGGER. Aku m engerti m aksud angger.
Agaknya angger m encemaskan kemungkinan ada orang-orang
yang langsung m em buru anak Ki Buy ut Sendang Apit itu sam pai
kemari.
"Ya, Ki Bekel." jaw ab Mahisa Murti, sem entara Kiai Wijang
m enyambungnya "Kam i m em baca naluri kedua pengawal yang
tajam itu, sehingga m ereka m erasa perlu m em indahkan
m om ongannya."
Ki Bekel m engangguk-angguk. Dengan nada rendah ia
bergumam "Jika dem ikian, maka kami haru s bersiap -siap
sepenuhnya. "

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Dengan sungguh-sungguh Mahisa Murtipun m enjawab "Ya.


Pa dukuhan ini harus benar-benar bersiap. Yang akan dihadapi
mungkin bukan sekedar perampok betapapun kuatnya. Tetapi
mungkin satu kelom pok khusus yang dikirim untuk m em buru
anak ki Buy ut Sendang Apit itu." Demikianlah, maka Mahisa
Murti dan Kiai Wijangpun m ohon diri. Sem entara itu, Ki
Bekelpun langsung m em erintahkan anak -anak m uda padukuhan
itu bersiap -siap. Bahkan bukan hanya anak-anak muda, t etapi
semua laki-laki yang berani dan masih m em iliki tenaga dan
kemampuan untuk ikut m engamankan padukuhan m ereka dari
pihak manapun juga.
Ki Bekel sendiri tidak hanya sekedar m em beri perintah. Tetapi
ia sudah berniat untuk m em im pin langsung kekuatan padukuhan
itu jika terjadi sesuatu. Dengan dem ikian, maka setiap
bebahupun telah ikut bersiap-siap pula m enghadapi setiap
kemungkinan y ang dapat terjadi.
Menj elang senja, m aka seperti y ang dikatakan oleh Mahisa
Murti, m aka Putut Lembana dan Mahisa Semu telah berada di
padukuhan itu berserta am pat orang cantrik pilihan. Pada waktu
yang sama, dua orang Putut yang lain serta am pat orang cantrik
pula telah berada di padukuhan induk Kabuyutan Talang Alun.
Kehadiran anak Ki Buy ut Sendang Apit agaknya telah m em buat
padukuhan induk Kabuyutan Talang Alun juga bersiap -siap
m enghadapi segala kemungkinan atas perm intaan kedua orang
pengawal anak Ki Buy ut Sendang Apit itu.
Berbeda dengan kehadiran Putut Lem bana dan Mahisa Semu
di Logandeng y ang langsung berhubungan dengan Ki Bekel, m aka
Putut Manyar dan Putut Param a serta para cantrik y ang datang
bersam anya, justru langsung berada di banjar bersam a anakanak muda y ang sudah m ereka kenal dengan baik.
Namun ternyata tidak seorangpun diantara anak-anak muda
yang m engetahui, bahwa anak Ki Buyut Sendang Apit ada di
padukuhan induk itu. Tidak seorangpun y ang m eny ebutnya.
Bahkan seorang bebahu y ang ada diantara m erekapun tidak
m enyinggung bahwa diantara para pengungsi itu terdapat anak
Ki Buyut Sendang Apit.
4

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Namun ju stru karena itu , maka kedua Putut dan para cantrik
dari Padepokan Bajra Seta juga tidak m eny ebut sam a sekali
tentang pengungsi yang khusus itu.
Ketika m alam turun, m aka baik di padukuhan induk, m aupun
di padukuhan Logandeng, gardu-gardupun telah berisi. Demikian
pula banjar padukuhan. Ki Bekel dan para bebahu juga sudah
berada di banjar pula.
Ki Bekel y ang duduk dipendapa banjar bersama Putut
Lem bana dan Mahisa Semu serta para bebahu telah
m em bicarakan banyak kem ungkinan yang dapat terjadi di
padukuhan itu.
Dalam pada itu, maka Putut Lembanapun berkata "Ki Bekel.
Keadaan ini m ungkin akan berlangsung untuk waktu yang agak
panjang. Ki Bekel harus berusaha untuk selanjutnya, m engatur
tugas-tugas anak-anak muda. Karena tugas-tugas m ereka
m em erlukan waktu, m aka sebaikny a sem ua tenaga jangan
dihentakkan habis-habisan. Jika malam ini sem ua anak muda
dan laki-laki keluar dari rumah, dapat dim engerti, justru pada
hari yang pertama. Nam un m ulai besok, sebaikny a Ki Bekel mulai
m enghemat tenaga. Anak-anak muda dan laki-laki di padukuhan
ini dapat diatur bergantian. Dengan dem ikian maka tenaga
m ereka tidak terham bur sia -sia.
Ki Bekel m engangguk-angguk. Katanya "Aku sependapat
ngger. Tetapi hari ini aku tidak sempat m elakukannya. T etapi
malam nanti, m enjelang dini, aku akan m em anggil para bebahu
untuk m engatur kegiatan di m alam-m alam berikutnya. "
Tetapi pem bicaraan m ereka terputus ketika dua orang anak
muda naik ke pendapa banjar dengan tergesa -gesa.
"Ada apa ?" bertanya Ki Bekel.
"Ki Bekel" jaw ab salah seorang dari anak muda itu "aku
m elihat sekelom pok orang yang tidak dikenal m endekati
padukuhan ini. "
"Mungkin m ereka sekelom pok pengungsi y ang baru datang"
desis Ki Bekel.
5

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

"T idak. Mereka semuanya laki-laki bersenjata. "


Ki Bekel term angu -m angu sejenak. Namun
katanya " aku akan ke pintu gerbang padukuhan."

kem udian

"Mereka sudah semakin dekat. Kam i y ang berada di bulak


berlari lewat pem atang dan tanggul parit m endahului m ereka."
berkata salah seorang dari keduanya.
Ki Bekelpun dengan tergesa -gesa telah bersiap m enuju ke
regol padukuhan. Putut Lem bana, Mahisa Semu dan para
bebahupun ikut pula bersam anya. Sementara anak-anak muda
dan laki -laki yang ada di banjar dim inta m em persiapkan diri.
"Hubungi gardu-gardu peronda. Kalian datang kepada
m ereka. Jangan buny ikan isyarat lebih dahulu sebelum semuanya
jelas. Mungkin kita memang tidak perlu m em buny ikannya. Anakanak muda yang ada di gardu dibelakang regol akan dapat
m enjadi penghubung jika baik sekali."
Dem ikianlah, maka Ki Bekel serta beberapa orangpun telah
m enuju ke regol padukuhan. Beberapa saat m ereka m enunggu.
Sementara itu kepada beberapa orang anak muda yang ada di
gardu dibelakang regol, Ki Bekel m inta m ereka m engamati
keadaan. Mungkin m ereka m em ang tidak m elewati regol
padukuhan.
"Buat hubungan dari gardu ke gardu untuk m engam ati seluruh
jalan m asuk ke padukuhan ini." berkata Ki Bekel k epada anakanak muda y ang sedang m eronda.
Anak-anaK muda y ang sedang m eronda itupun sea -era
m enjalankan tugas sebagaimana diperintahkan oleh Ki Bekel.
Mereka segera m em encar untuk m enghubungi gardu -gardu yang
tersebar. Beranting perintah Ki Bekel itupun dalam w aktu yang
singkat telah sam pai kepada para peronda di gardu-gardu
terutam a yang dekat dengan jalur jalan m emasuki padukuhan itu.
Untuk beberapa saat Ki Bekel m enunggu. Dem ikian pula anakanak muda yang m engawasi setiap pintu regol. Namun m ereka
tidak m elihat seorangpun. Bahkan para peronda itu tidak saja
m engawasi jalan-jalan m asuk, tetapi juga dinding padukuhan
6

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

yang seakan-akan setiap jengkal m endapat pengawasan yang


sungguh-sungguh.
Putut Lembana yang berada di regol induk bersama Ki Bekel
itu dengan kepekaan panggraitannya m erasakan satu
kejanggalan. S ekelom pok orang itu tentu sudah berada disekitar
padukuhan itu. Mungkin m ereka sengaja m enunggu. Tetapi
mungkin tidak.
Karena itu, seakan-akan dem ikian tiba -tiba ia berkata "Ki
Bekel, aku akan pergi ke banjar. Aku ingin melihat rumah tem pat
anak Ki Buyut Sendang Apit itu kemarin tinggal, sebelum
dipindahkan kerumah Ki Buyut Talang Alun. "
"Untuk apa ?" bertanya Ki Bekel.
"Aku akan m elihatnya " jawab Putut Lem bana. Lalu katanya
kepada Mahisa Semu " Marilah. Kita lihat rumah itu.
Dengan tergesa -gesa Putut Lem bana dan Mahisa S em u telah
pergi ke banjar. Nam un sebelum m ereka sam pai, ternyata m ereka
telah m elihat keributan y ang terjadi.
Dem ikian Putut Lembana sam pai ke banjar, m aka iapun
segera bertanya "Apa yang terjadi ?"
"Beb erapa orang telah m endatangi rumah sebelah" jaw ab anak
muda itu.
"Dimana para cantrik sekarang ?" bertanya Mahisa Sem u
"Mereka telah pergi k erumah sebelah," jawab anak muda itu .
Lalu katanya pula "Kaw an-kawan juga sudah pergi kerumah
sebelah."
Putut Lembana dan Mahisa Semupun segera berlari Putut
Lem bana itu sempat berdesis "Aku sudah m engira Mereka tentu
bukan orang k ebanyakan. Mereka m am pu m em asuki padukuhan
ini tanpa diketahui oleh para peronda dan anak-anak muda yang
bertugas."
"Kenapa m ereka m endatangi rumah itu ?" bertanya Mahisa
Semu.

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

"Mereka m engira bahwa anak Ki Buyut Sendang Apit m asih


berada ditem pat itu. "
Mahisa Sem u tidak sempat bertanya lagi. Mereka telah
m emasuki halam an rumah sau dara Ki Bekel y ang sebelumnya
m enjadi tempat tinggal ai.ak Ki Buyut Sendang Apit y ang telah
m engungsi dari Kabuyutannya y ang sedang kalut.
Pertem puran mem ang telah terjadi di halaman rumah itu Para
cantrik telah terlibat pula didalamnya selain beberapa orang anak
muda. Bebahu Sendang Apit y ang m engungsi dirumah itupun
telah ikut bertem pur pula bersam a anak-anak muda Logandeng.
Namun sebenarnyalah bahwa orang-orang y ang datang
m enyerang itu m em iliki beberapa kelebihan dari anak-anak
muda Logandeng. Untunglah para cantrik sudah ada diantara
m ereka, sehingga m eskipun hanya am pat orang, namun para
cantrik itu dapat m em berikan kekuatan dan lebih dari itu,
keem pat cantrik y ang bertempur dengan garangnya itu m enjadi
pendor ong jiwani bagi keberanian anak-anak m uda Logandeng
sebagaimana saat m ereka bertem pur dengan sekel om pok
perampok yang dipim pin oleh Jaran Abang.
Kedatangan Putut Lem bana dan Mahisa Semu ternyata telah
m em bangkitkan keberanian y ang semakin tinggi. Beberapa orang
anak muda diluar sadarnya tiba -tiba saja sudah bersorak,
sehingga sekelom pok orang yang m enyerang padukuhan
Logandeng itu terkejut. Merekapun segera sadar, bahwa yang
datang itu tentu orang-orang y ang dianggap penting oleh anakanak muda Logandeng itu.
Sebenarnyalah ketika Putut Lembana dan Mahisa Semu mulai
turun kegelanggang, m aka orang-orang y ang datang m eny erang
itu m engetahui dengan pasti, bahwa dua orang anak muda itu
m em iliki banyak kelebihan dari anak-anak muda yang lain.
Pem im pin sekelom pok orang y ang m eny erang padukuhan
itupun telah berusaha untuk dapat langsung m enghadapi Putut
Lem bana.
Sementara
itu,
Putut
Lem banapun
tidak
m enghindarinya.

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

"Kau tentu bukan bagian dari anak-anak m uda Logandeng"


geram lawannya itu.
"Kenapa ? Aku adalah bagian dari m ereka. Aku kemanakan Ki
Bekel Logandeng " jawab Putut Lembana.
"Om ong kosong" geram orang itu sam bil m enyerang.
Dengan tangkas Putut Lem bana m enghindari serangan itu.
Bahkan iapun telah mulai m eny erang pula dengan cepatnya.
Sementara itu, lawannya itu bertanya pula "Dim ana kau
sem bunyikan anak itu he ?"
"Anak yang mana ?" jawab Putut Lembana.
"Jangan berpura-pura. Jika kam i tidak m enemukan anak itu ,
maka padukuhan ini akan kam i hancurkan. " geram orang itu.
"Kau salah m enilai kemam puan anak-anak muda Logandeng"
jawab Putut Lembana " tetapi semuanya sudah terlanjur. Kau
sudah terlanjur m enginjak bumi Logandeng. Kau telah
m em basahi bumi kami dengan darah. Karena itu, maka kalian
tidak akan dapat keluar lagi dari padukuhan ini. Kem ungkinan
terbaik bagi kalian hanyalah m eny erahkan diri. Karena kami
tidak terbiasa m em bunuh orang y ang sudah m eny erah.
Orang itu benar-benar m enjadi marah. Ia m erasa terhina oleh
kata-kata Putut Lembana. Karena itu, maka iapun kem udian
m enyerang dengan garangnya.
Tetapi Putut Lem bana dengan tangkasny a m enghindari
serangan itu dengan loncatan panjang. Lawannya m engira bahwa
Putut Lem bana itu terdesak. Tetapi Putut Lem bana justru tertawa
sam bil berkata "Apakah kau benar-benar orang Pudaklamatan?
Atau kau datang dari Padepokan Kencana Pura y ang lebih dikenal
dengan Padepokan Renapati?"
"Setan kau. Darim ana kau dapat meny ebut semuanya
Putut Lembana m eloncat m enghindari serangan lawannya.
Namun ia sem pat bertanya pula "Siapa namamu he? Kau kira aku
tidak dapat m elihat bahwa ada beberapa orang diantara kalian

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

yang m em iliki unsur gerak y ang senafas. Tentu kemam puan itu
kajian terim a dari sebuah perguruan
"Tutup m ulutmu. Aku akan m em bunuhmu " geram orang itu.
Putut Lem bana tidak bertanya lagi. Pertem puran diantara
keduanya m enjadi semakin sengit. Tetapi justru Putut Lembana
m engenali kesam aan unsur gerak dari beberapa orang kawannya,
maka seakan-akan tanpa m enyadarinya, iapun mulai
m em perhatikan beberapa orang y ang m engaku anak-anak muda
Pa dukuhan Logandeng. Pada setiap k esem patan ia m encoba
m engenali unsur gerak anak-anak muda yang bertem pur
dihalaman. Ternyata orang itupun mampu mengenali ke samaan
antara beberapa orang y ang ternyata adalah para cantrik dari
Pa depokan Bajra Seta.
Ham pir diluar sadarnya pula orang itu berteriak "He, siapa
sebenarnya kau dan beberapa orang y ang ada disini, he? Jika kau
dapat m eny ebut aku dari sebuah perguruan, bukankah kau dan
beberapa orang kawanmu juga datang dari sebuah perguruan? "
"Ya " jaw ab Putut Lem bana "seorang y ang berilmu telah datang
ham pir setiap pekan dua kali untuk m elatih kami, anak-anak
muda Logandeng dalam olah kanuragan. Memang tidak semua,
tetapi sebagian dari kami."
Orang itu m enggeram m arah. Dengan serta m erta ia
m eningkatkan kem am puannya m eny erang Putut Lembana
bagaikan arus banjir bandang.
Tetapi Putut Lembana t ernyata cukup tangkas. Seranganserangan law annya dapat dihindarinya. Bahkan sekali-sekali
iapun telah m em balas m enyerang pula. Bahkan seranganserangan Putut Lembana cukup m engejutkan lawannya.
Sementara itu, Mahisa Semupun bertem pur dengan sengitnya
pula. Ia m enghadapi seorang y ang bertubuh sedang. Namun
wajahnya nam pak garang. Seleret bekas luka terdapat
dikeningnya, Kepalanya yang botak m em buat kesan tersendiri.
Namun Mahisa Semu dengan tangkasny a m elawan orang
berkepala botak itu. Dengan cepat ia berloncatan m enghindari
10

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

serangan-serangan y ang keras. Namun tiba -tiba saja Mahisa


Semulah yang meloncat m eny erang.
Law annya m em ang m em iliki pengalaman yang lebih luas.
Tetapi bahwa Mahisa Semu y ang telah ditem pa di Padepokan
Bajra Seta, telah m em buat lawannya kadang-kadang m enjadi
bingung. Mahisa S emu yang bagi lawannya m asih terlalu muda
itu, ternyata sulit untuk dapat dikuasainya.
Mahisa Sem u yang telah m endalami latihan -latihan untuk
m em bangunkan tenaga dalamnya itu, benar-benar telah
m engejutkan lawannya ketika sekali-sekali terjadi benturan Anak
yang m asih sangat muda itu ternyata t elah m em iliki kekuatan
yang sangat besar, serta kem am puan ilmu y ang m endebarkan.
Bahkan ketika pertem puran itu m enjadi semakin sengit.
Mahisa Sem u justru mulai berhasil m enyusupkan seranganserangannya disela -sela pertahanan lawannya.
Law annya y ang berkepala botak itu terkejut ketika kaki
Mahisa Semu ternyata mampu m enggapai lam bungnya sehingga
orang berkepala botak itu terdorong selangkah surut.
Orang itu m eny eringai kesakitan. Nam un m ulutnya telah
m engumpat kasar.
Mahisa Sem u yang m elihat lawannya m engam bil jarak, justru
tidak m em burunya. Ia berusaha m enahan diri untuk m elihat
akibat dari serangannya.
"Anak iblis" geram orang berkepala botak itu "kau benar-benar
tidak tahu diri. Kau kira bahwa seranganmu itu benar-benar
dapat m engenai tubuhku. Jika sekali kau berhasil itu karena aku
ingin m encoba, seberapa jauh kekuatan serta ketram pilanmu."
"Apakah kau sudah dapat menilai hasilny a? " b ertanya Mahisa
Semu.
"Gila kau. Aku koyakkan mulutmu" g eram orang itu. Mahisa
Semu m emang tidak berbicara lebih banyak lagi.
Namun serangan-serangannya y ang k em udian datang seperti
badai yang menghantam dan m engguncang pepohonan

11

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Orang berkepala botak itu harus m elihat kenyataan. Anak yang


masih sangat muda itu ternyata benar-benar telah m enggetarkan
jantungnya. Beberapa kali orang berkepala botak itu haru s
berloncatan m undur.
Orang berkepala botak itu tidak m enunggu lebih lama lagi.
Sementara itu anak-anak m uda m enjadi semakin banyak
berdatangan. Bahkan kemudian Ki Bekel dan beberapa bebahu
yang m endapat laporan segera datang pula.
Karena itulah, m aka orang -orang y ang datang m eny erang itu
haru s mem perhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat
terjadi.
Namun ternyata bahwa orang-orang yang datang itu cukup
licik. Dua orang diantara m ereka telah m eny elinap masuk m elalui
pintu butulan. Karena pintu itu diselarak dari dalam , m aka pintu
itu telah diru sak dan dipecahkan dari luar.
Dua orang itu sempat m enerobos m asuk ke dalam dan
m encari anak Ki Buyut Sendang Apit y ang m ereka cari.
Kedua orang itu telah m enggem parkan orang-orang y ang ada
didalam rumah itu. Beberapa orang perem puan telah b erteriak.
Sementara semua laki-laki telah keluar ikut bertem pur di
halaman rumah itu. Term asuk bebahu y ang m engungsi ketempat
itu serta adik Ki Bekel itu sendiri.
Tetapi kedua orang itu tidak m enemukan y ang m ereka cari.
Didalam rumah itu tidak ada seorang anak laki -laki remaja. Juga
pengawal-pengawalnya tidak kelihatan berada di rumah itu.
Sementara itu jerit perem puan didalam rumah itu telah
m engundang perhatian anak-anak muda yang ada didalam
halaman. Karena itu, maka beberapa orang diantara mereka telah
m eloncat berlari kepintu pringgitan.
Seorang cantrik y ang m elihat m erekapun telah m enyusul pula
sam bil berkata "Tunggu
"Aku dengar jerit didalam rumah." berkata seorang anak
muda.

12

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Cantrik itu tidak m enjawab. Tetapi dengan pedang ditangan ia


berdiri di depan pintu pringgitan y ang terbuka sedikit.
"Kenapa kau justru berhenti disitu?" bertanya seorang anak
muda.
Cantrik
itu
m asih
tidak
m enjawab. Namun perlahan-lahan
ia berkisar. Dengan hati-hati ia
m em perhatikan keadaan diru ang
dalam . Beberapa orang perem puan
berdiri ketakutan. Nam un cantrik
itu
sempat
m em baca
arah
pandangan mata perem puan2 itu
lewat pintu yang sedikit terbuka itu.
Karena itu, m aka dengan serta
m erta cantrik itu t elah m enendang
pintu y ang sedikit t erbuka itu.
Sekaligus m eloncat dengan pedang
terjulur.
Seperti yang diperhitungkan, m aka seorang diantara kedua
orang yang ada didalam rumah itu telah m engayunkan
senjatanya m enebas kearah leher cantrik itu. Tetapi cantrik itu
telah bersiap sepenu hnya. Karena itu, dengan tangkasnya ia
m erendah dan sekaligus meloncat m enjauhi pintu. Sementara itu
ujung t om bak dari seorangyangsatu lagi telah terjulur pula.
Tetapi sekali lagi cantrik itu m eloncat menjauh.
Pa da saat itu, dua orang anak muda telah m enerobos masuk
pula, sem entara cantrik itu berteriak "Hati-hati."
Tetapi seorang diantara kedua orang y ang telah berada
didalam, y ang siap m eny erang anak-anak muda itu justru haru s
m eloncat m enghindari serangan cantrik y ang sudah lebih dahulu
masuk. Sedangkan kedua orang anak muda yang m enyusul
kemudian itupun segera bersiap m enghadapi orang yang satu
lagi.

13

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Ketika dua orang anak muda y ang lain masuk pula kedalam,
maka cantrik itupun berkata "jaga perem puan dan anak-anak
itu.
Namun nam paknya kedua orang y ang m enyelinap m asuk itu
tidak ingin bertem pur diru ang dalam y ang sem pit. Tetapi m ereka
juga tidak m au keluar lewat pintu depan, karena dengan
dem ikian m aka m ereka akan sam pai di pringgitan.
Karena itu, m aka terdengar isyarat dari salah seorang diantara
m ereka. Sebuah suitan ny aring telah m enggetarkan seisi rumah
itu. Bahkan getarannya terdengar sam pai ke halaman.
Kedua orang yang sudah ada didalam itupun dengan serta
m erta telah m eloncat m eninggalkan ru ang dalam m enem bus
pintu sam ping m asuk ke serambi dan berlari keluar pintu
butulan. Pintu y ang telah m ereka pecahkan ketika m ereka
m emasuki bagian dalam rumah itu dengan tidak m elalui pintu
depan.
Ternyata isyarat itu bukan sekedar isyarat untuk berlari keluar
dari ruang dalam . T etapi juga isy arat, y ang m em beritahukan
bahwa didalam rumah itu tidak terdapat orang yang m ereka cari.
Didalam rumah itu tidak diketem ukan anak Ki Buy ut Sendang
Apit. Tidak pula para pengawalnya.
Isy arat itu terdengar sahut m enyahut. Yang seorang
m em berikan i sy arat y ang didengar oleh y ang lain. Yang lainpun
telah m em perdengarkan isy arat pula.
Namun dalam pada itu, Putut Lembana y ang bertem pur
dengan pem im pin kelom pok dari orang-orang y ang m eny erang
itu m endengar pula isyarat itu. Karena itu, m aka seranganserangan justru m enjadi semakin sengit. Ia sama sekali tidak
berniat untuk m em beri kesempatan orang itu m elarikan diri dari
arena.
Pertem puran itu m em ang m enjadi semakin sengit. Orangorang y ang datang m eny erang itu m erasa t elah terjebak dalam
satu pertem puran y ang rapat, sehingga sulit bagi m ereka untuk
m elarikan diri dari arena. Satu dua orang diantara m ereka
m emang telah m enjadi korban dalam pertem puran itu.
14

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Sementara itu, cantrik yang bertem pur didalam rumah, serta


anak-anak muda y ang bersamanya, ternyata m engalam i kesulitan
untuk m engejar kedua orang y ang m elarikan diri itu. Keduanya
dengan cepat berpencar dan masuk kedalam gelap.
Cantrik dan anak-anak muda yang mengejarnya ternyata telah
kehilangan jejak. Ketika m ereka m enyusul buruan m ereka
m eloncati dinding halaman, maka orang yang m ereka kejar itu
telah hilang.
Cantrik itupun bersam a dengan anak-anak muda yang ikut
m engejar buruan m ereka akhirnya harus kem bali ke halaman,
m enyatukan diri dengan kawan-kawan m ereka y ang telah
m engepung halam an itu.
Tetapi beberapa orang diantara m ereka ternyata tidak
m enunggu lebih lam a lagi, Ketika m ereka mendengar isy arat itu,
maka m erekapun dengan serta m erta telah berusaha untuk
m encari jalan keluar dari halam an rumah itu.
Pem im pin kelom pok m ereka ternyata tidak m am pu berbuat
sesuatu. Dem ikian pula orang yang sedang bertem pur m elawan
Mahisa Sem u. Mereka tidak m endapat kesem patan untuk
m eninggalkan arena. Putut Lembana dan Mahisa Semu tanggap
akan isy arat y ang terdengar, sehingga justru karena itu, m aka
m ereka m enjadi seakan-akan sem akin lekat dengan lawan -lawan
m ereka.
Tetapi beberapa orang m emang sempat m elarikan diri, sedang
yang lain lagi harus m eny erah karena m ereka t idak m em punyai
pilihan lain.
Namun lawan Putut Lembana itu seakan-akan tidak
m enghiraukan apa yang telah terjadi. Dengan m engerahkan
segenap kemampuannya, ia berusaha untuk m enguasai Putut
Lem bana. Namun ternyata usahanya sia -sia. Putut Lem bana yang
sudah ditem pa di Padepokan Bajra Seta itu ternyata mampu
m engim banginya, bahkan k em udian semakin jelas, bahwa Putut
Lem bana mem iliki kelebihan dari lawannya.
Sedangkan y ang bertem pur m elawan Mahisa Semu m enjadi
seperti orang y ang sedang mabuk. Lawannya y ang m asih muda
15

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

itu sama sekali tidak m em beri kesempatan kepada lawannya


untuk m engam bil jarak. Setiap kali lawannya m eloncat surut,
maka dengan cepat Mahisa Semu telah m em burunya.
Bahkan kemudian sekali-sekali serangan Mahisa Semu yang
masih terlalu m uda itu justru mulai m enyusup m enem bus
pertahanan lawannya.
Law annya y ang sem ula m enganggap bahwa Mahisa Semu
tidak lebih dari seorang anak kecil, m enjadi gugup ketika
keningnya ternyata mulai tersentuh tangan Mahisa Semu terayun
m enebas dengan kerasnya, sementara orang itu m enghindari
dengan m enundukkan kepalanya, Mahisa Semu telah
m emanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya. Dem ikian orang
itu m enunduk, m aka dengan pukulan y ang keras, Mahisa Semu
m enyerang kepala yang botak itu dengan sisi telapak tangannya
pula.
Orang itu m engaduh tertahan. Nam un kepalanya y ang tunduk
itu m enjadi semakin menunduk. Ham pir bersam aan dengan itu,
maka Mahisa Sem u telah m engangkat lututnya, sehingga lutut itu
telah m em bentur hidung orang y ang berkepala botak itu.
Sekali lagi orang itu m engaduh. Wajahnyapun segera
terangkat. Namun Mahisa Semu y ang belum berpengalaman itu,
justru m enghentikan serangannya ketika ia m elihat darah
dihidung lawannya yang telah m em bentur lututnya.
Kesempatan itu dipergunakan oleh lawannya untuk m eloncat
m engam bil jarak. Ketika Mahisa Semu m eloncat m em burunya,
langkahnya tertegun.
Law annya itu m engacukan parangnya sam bil berkata "Semula
aku segan m em pergunakan senjata, karena aku m engira bahwa
lawanku tidak lebih dari anak-anak y ang baru lepas m enyusu.
Ternyata lawanku tidak ku rang dari anak serigala y ang l iar dan
buas
Mahisa Sem u termangu-mangu sejenak. Namun kem udian
iapun telah m enarik luwuknya yang mem iliki nilai ter sendiri bagi
anak muda itu.

16

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

"Bagus" berkata lawannya y ang hidungnya berdarah


"Apaboleh buat. Kau akan m ati karena senjataku. Meskipun aku
tidak berhasil m em utar lehermu sam pai patah dan terpaksa
m em pergunakan senjata, namun kematianmu akan m em berikan
kesadaran kepada kawan-kawanmu bahwa anak-anak muda
padukuhan Logandeng tidak m em punyai kelebihan apa -apa dari
anak-anak m uda yang lain. "
Mahisa Sem u sam a sekali tidak m enjawab. Tetapi dengan
loncatan panjang anak itu m ulai menyerang.
Pertem puran berikutnya m eru pakan pertem puran yang sengit.
Kedua senjata itu berputaran dengan cepat. Sekali-sekali senjata
itu beradu. Nam un ternyata bahwa tenaga Mahisa Semu sem akin
lam a justru m enjadi semakin m apan. Sementara tenaga lawannya
m enjadi sem akin m enyusut.
Tetapi law an Mahisa Semu m emang m em iliki pengalam an
yang lebih banyak. Karena itu, maka dengan pengalamannya
yang panjang itu, orang berkepala botak itu sekali dua kali
mampu m enipu Mahisa Sem u dengan gerakan-gerakan yang
cepat dan m engejutkan.
Mahisa Semu terkejut ketika perasaan pedih m eny engat
lam bungnya. Sehingga karena itu, m aka Mahisa Semulah yang
m eloncat m engam bil jarak.
Terasa bahwa cairan yang hangat m engalir dari lam bungnya
itu. Ujung senjata lawannya telah m eny entuh ku litnya, sehingga
seleret luka telah m enganga.
Kemarahan anak muda itu telah m em bakar jantungnya.
Karena itu, maka ia tidak lagi m engekang diri. Lawannya ternyata
telah m elukainya.
Dengan garangnya Mahisa Semupun telah m engerahkan
segenap kem am puannya. Justru sebelum tenaganya m enjadi jauh
su sut, jika darahnya tidak segera m enjawab pam pat.
Karena itulah, maka pertempuranpun m enjadi semakin sengit.
Keduanya saling m eny erang dan bertahan.

17

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Tetapi Mahisa Semu y ang telah ditem pa dengan sungguhsungguh itu ternyata m em punyai peluang y ang lebih banyak.
Meskipun ia telah terluka, namun serangan-serangannya justru
m enjadi semakin berbahaya. Lukanya m erupakan cam buk
baginya untuk m enyelesaikan lawannya.
Law annya benar-benar m engalam i kesulitan. Seranganserangan Mahisa Semu b enar-benar tidak dapat dibendung lagi.
Meskipun lam bungnya telah t ergores ujung senjata, tetapi tenaga
dan kemam puannya sam a sekali tidak m enyusut. Itulah
sebabnya, m aka lawannya benar-benar m enjadi cemas. Beberapa
kali luwuk Mahisa Sem u berdesing ditelinganya. Bahkan sem akin
lam a rasa -rasanya ujung senjata Mahisa Semu itu semakin dekat
diwajah kulitnya.
Law an Mahisa Sem u yang berkepala botak itu benar-benar
m engalam i kesulitan. Rasa -rasanya ia sudah tidak akan
m endapat kesem patan lagi untuk dapat m eny entuh kulit anak
muda itu dengan senjatanya.
Bahkan orang itu terkejut ketika tiba -tiba saja ujung luwuk
Mahisa Sem u itu sem pat m enggapai pundaknya.
Orang itu m eloncat jauh kebelakang. Memang ada niatnya
untuk m elarikan diri. Tetapi rasa-rasanya sulit baginya untuk
m endapatkan kesempatan karena Mahisa Semu selalu m elekat
dengan senjata berputaran. Jika ia m encoba untuk m elarikan
diri, maka punggungnya akan dapat dilubangi dengan luwu k oleh
anak itu. Nam un untuk bertem pur terus rasa-rasanya m emang
sia -sia saja.
Sementara itu, law an Putut Lembana m engalam i kesulitan
pula. Pem im pin kelom pok itu benar-benar tidak akan mampu
m engalahkan Putut Lembana. Tetapi justru karena ia diserahi
untuk bertanggung jawab atas tugas kelom poknya, maka rasarasanya ia tidak akan dapat b egitu saja m eninggalkan arena itu .
Kegagalan itu akan dapat m enghancurkan nam anya. Ia akan
m enjadi tidak berharga lagi bagi pem im pinnya dan bahkan
perguruannya, justru pada saat ia m ulai m erayap untuk
m enggapai satu kedudukan yang terhorm at.

18

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Karena itu, maka orang itu harus m em buat satu pilihan


diantara beberapa kemungkinan. Melarikan diri tanpa
m enghiraukan kawannya y ang masih bertem pur. T etapi
kemudian nam anya akan dicam pakkan di lubang sam pah dan
bahkan mungkin akan ditim bun dengan sam pah pula atau
bahkan akan dibakar sam a sekali. Atau ia haru s mem ilih untuk
mati di pertem puran itu. Meskipun ia tidak begitu jela s untuk apa
sebenarnya ia m ati. Sedangkan kemungkinan y ang lain adalah
m enyerah saja. Nam anya t entujuga akan terlempar dari deretan
nama-nam a laki-laki jantan di perguruannya. Tetapi ia tidak akan
m engalam i siksaan penghinaan diantara sau dara-saudara
seperguruannya.
Karena itu, m aka orang itu telah m em ilih kemu ngkinan yang
terakhir.
Ketika ia semakin terdesak dan m engalam i k esulitan untuk
m elepaskan diri dari putaran serangan Putut Lem bana, maka ia
tidak m em punyai pilihan lain. Ketika punggungnya sudah
m elekat dinding halaman, m aka orang itu benar -benar telah
berputus a sa. Ia tidak akan sem pat m eloncat keatas dinding,
karena justru jika ia m elakukannya, maka lawannyaakan dapat
m enyerangnya dan bahkan m enghancurkan tulang punggungnya.
Karena itu, maka pem im pin kelom pok orang-orang yang
m enyerang padukuhan itupun berteriak sam bil m engacukan
tangannya k edepan, seakan-akan ingin m enahan agar lawannya
tidak bergeser lebih dekat lagi "Aku m eny erah. Aku m eny erah."
Putut Lembana m enahan dirinya. Sebenarnya ia sudah siap
m eloncat m eny erang lawannya yang sudah tidak m em punyai
banyak kesem patan itu. Ia berharap dengan dem ikian, m aka
pertem puran itu akan segera berakhir.
Tetapi ternyata
m enyerahkan diri.

lawannya

telah

m enyatakan

untuk

Namun dalam pada itu , lawan Mahisa Semu terlam bat untuk
m elem parkan senjatanya dan m enyatakan diri m eny erah. S esaat
sebelum pem im pin kelom poknya itu m eny erah, Mahisa Semu
telah m eloncat dengan garangnya. Senjata terjulur lurus
19

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

m engarah kedada law annya. Namun dengan sekuat tenaganya


berusaha m enangkis serangan itu dengan m enebas senjata
Mahisa Sem u kesam ping. T etapi Mahisa Sem u m engurungkan
serangannya. Senjata itu tiba-tiba m enggeliat. Luwuk Mahisa
Semu tidak m enusuk kearah jantung, tetapi kemudian terayun
m endatar.
Law annya terkejut. Tetapi ia m asih sempat m enghindar.
Tetapi serangan berikutnya, senjata itu telah m em atuk lurus
kembali.
Law annya yang berkepala botak itu hanya sempat
m em iringkan tubuhnya. Karena itu, m aka ia tidak mampu
m elepaskan diri sepenuhnya dari garis serangan lawannya yang
masih sangat m uda itu.
Terdengar orang itu m engaduh ketika luwu k Mahisa Semu itu
m enem bus sela-sela tulang iganya.
Mahisa Semu ju stru terkejut ketika ia m erasa bahwa
tusukannya itu m engenai tubuh law annya. Dengan serta m erta ia
m enarik luwuknya, bahkan seakan-akan diluar kehendaknya
sendiri.
Namun dengan dem ikian, m aka darah seakan-akan telah
m emancar dari luka itu. Beberapa saat orang itu terhuyunghuyung. Nam un kemudian orang berkepala botak itupun telah
jatuh terjerem bab.
Dua orang kawannya yang telah m eny erah l ebih dahulu tibatiba bangkit berdiri. Tetapi beberapa ujung senjata dengan cepat
telah teracu dan bahkan ada yang m elekat ditubuh m ereka.
Namun seorang cantrik yang ada diantara m ereka berkata
"Biarlah m ereka m elihat keadaan kawannya."
Anak-anak muda y ang ham pir saja m enekan ujung-ujung
senjata m ereka pada kulit orang itu, telah bergeser surut.
Sementara cantrik itu berkata "Lihat keadaan kawanmu itu.
Kedua orang itupun segera m engham piri kawannya yang
terbaring sam bil m eny eringai m enahan sakit. Darah mas:h saja
dengan derasnya m engalir dari lukanya yang parah.
20

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Cantrik itupun kem udian m endekati pula. Katanya "Tahan


dengan kain agar darah itu tidak terlalu banyak keluar.
Kemudian katanya kepada seorang anak m uda "T olong, cari air."
Sementara m enunggu, anak m uda yang m encari air, Putut
Lem bana y ang telah m em aksa lawannya untuk m eny erah itupun
kemudian m em anggil salah seorang cantrik dan m eny erahkan
lawannya itu dalam pengawasannya, sedang Putut Lembana
sendiri telah m endekati orang yang terluka parah itu pula.
Ketika anak muda y ang m encari air itu datang dengan
m em bawa air ditem payan maka cantrik itupun berusaha untuk
m engurangi arus darah itu dengan m enaburkan obat pada luka
itu. Namun kemudian juga melarutkan obat yang lain kedalam air
dan dituangkannya perlahan-lahan kedalam mulut orang yang
berkepala botak itu .
"Nam paknya sebagaimana orang yang bertem pur m elawanku,
orang ini t ermasuk orang penting diantara m ereka yang
m enyerang padukuhan ini " desis Putut Lem bana ditelinga cantrik
itu "karena itu, usahakan agar ia dapat bertahan. Mungkin ia
akan dapat m em berikan keterangan atau setidak-tidaknya
m elengkapi keterangan kawannya y ang m eny erah itu."
Dem ikianlah, maka pertempuran dirumah sau dara Ki Bekel
itu sudah selesai. Beberapa orang m eny erah, yang lain luka-luka.
Bahkan m ereka terpaksa m eny erahkan dua orang k orban yang
tidak dapat diselam atkan. Sementara ada pula diantara m ereka
yang sem pat m elarikan diri.
Namun ada pula diantara anak-anak m uda Logandeng yang
m enjadi k orban. T etapi dengan jum lah y ang lebih banyak, serta
hadirnya Putut Lembana dan para cantrik, nam paknya telah
mampu m em perkecil korban. Meskipun dem ikian ada enam
orang anak m uda y ang terluka. Dua diantaranya cukup berat.
Sementara itu lebih dari lim a orang yang lain telah tergores
senjata pula. Meskipun m ereka hanya terluka ringan, t etapi
m ereka tetap m em erlukan peng obatan y ang baik.
Atas ijin Ki Bekel, m aka pemim pin kelompok y ang bertem pur
m elawan Putut Lembana itu akan m enjadi sumber keterangan
21

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

tentang keadaan diseberang hutan. Karena itu, maka orang


itupun akan ditem patkan terpisah dari kawan-kawannya. Bahkan
Ki Bekel itupun berkata "Biar orang itu berada di rumahku."
Ternyata Putut Lem bana tidak m em buang banyak waktu.
Segala sesuatunya diserahkannya kepada para cantrik, sementara
Putut Lembana t elah m engajak Mahisa Semu untuk pergi ke
rumah Ki Bekel.
"Kita tidak perlu m enunggu sam pai esok pagi " b erkata Putut
Lem bana sam bil m engobati luka Mahisa Semu "malam ini kita
m inta untuk dapat langsung berbicara dengan orang itu."
"Apakah Ki Bekel mengijinkan?" bertanya Mahisa Semu.
"Ki Bekel tidak berkeberatan" jawab Putut Lem bana "aku
sudah m enghubunginya."
Dem ikianlah, seperti y ang dikatakan, Putut Lembana dan
Mahisa Sem upun telah berada dirumah Ki Bekel. Tawanan
itupun telah dibawa kerumah itu pula dengan pengawalan yang
kuat. Seorang cantrik dan l im a orang anak m uda telah m enjaga
orang y ang dianggap sangat berbahaya itu.
Dirumah Ki Bekel, orang itu telah ditempatkan disebuah bilik
digandok kanan. Diserambi duduk m ereka y ang mengawal orang
itu serta dua orang bebahu y ang datang pula k erumah itu.
Sementara beberapa orang anak m uda yang lain yang m engawal
rumah dan keluarga Ki Bekel m asih tetap berada di pendapa.
Putut Lembana, Mahisa Semu dan Ki Bekel k em udian juga
berada didalam bilik t em pat pem im pin k elom pok y ang datang
m enyerang padukuhan Logandeng itu ditahan.
"Ki Sanak" berkata Putut Lembana "sebenarnyalah bahwa
kami ingin mengetahui, apa y ang telah terjadi di seberang hutan
itu, sehingga banyak sekali orang y ang haru s pergi m engungsi.
Dipadukuhan ini saja terdapat beberapa keluarga sehingga m au
tidak mau akan berpengaruh pada tatanan kehidupan dan
kesejahteraan orang-orang Logandeng sendiri. Apalagi jika hal
seperti ini akan berlangsung lama."

22

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

"Aku letih sekali" berkata orang itu "aku m inta waktu untuk
beristirahat. Yang letih bukan saja tubuhku, t etapi juga
penalaranku dan bahkan juga ingatanku."
"Aku juga letih Ki Sanak" jaw ab Putut Lembana. Lalu ia
bertanya "Bukankah kita baru saja bertem pur? Apa y ang kau
lakukan, juga aku lakukan."
"T idak " jawab orang itu "aku sudah berjalan m elintasi hutan
yang lebat itu."
"Aku yakin kau tidak l etih. Kau seorang yang berilmu tinggi,
sehingga kaupun tentu pernah ditem pa sehingga kau tentu
m em punyai daya tahan y ang sangat kuat.
"T idak. Aku tidak mem punyai daya tahan yang kuat. Sekarang
aku ingin beristirahat." jawab orang itu.
"Kau harus m enjawab pertanyaan-pertanyaanku Ki Sanak"
berkata Putut Lem bana.
"Aku tidak mau." jawab orang itu.
Namun tiba -tiba saja Putut Lem bana
yang m uda itu dengan tangkasnya
m enangkap pergelangan tangan orang
itu dan m em ilihnya." Aku ingin
m enantangmu
untuk
berperang
tanding. Jika kau m enolak berbicara
dan m enolak berperang tanding, m aka
aku akan m em bunuhmu dengan caraku.
Kau m emang sangat pantas untuk
diperlakukan seperti itu."
Orang itu m eny eringai m enahan
sakit. Tetapi Putut Lembana justru
semakin m enekan tangan itu.
"Jangan, sakit" desis orang itu.
"Aku m inta kau berbicara malam ini. Jika kau m engaku
m erasa letih, m aka aku akan m em buatmu semakin letih dan
tidak berdaya. " geram Putut Lembana.

23

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Pem im pin kelompok itu benar-benar tidak dapat berbuat apaapa. Anak muda itu m em iliki kelebihan daripadanya. Sementara
anak yang masih lebih muda lagi itu telah m am pu m engalahkan
kawannya y ang berkepala botak itu. Bahkan m elukainya cukup
parah.
"Perbuatanmu telah m enim bulkan korban di padukuhan ini.
Karena itu, m aka kemarahan orang-orang padukuhan ini telah
m enjalar sam pai kesetiap ubun-ubun. Kau tentu tahu m aksudku.
Ju stru karena kau adalah orang yang bertanggung jaw ab."
Wajah orang itu m enjadi pucat. Ia m emang m enyadari bahwa
kedudukannya m enjadi sangat lemah. Apapun y ang diperlakukan
atas dirinya, tentu dapat dianggap sah oleh orang-orang
Logandeng. Bahkan dihadapan Ki Bekel sekalipun.
Karena itu, maka ia tidak m em punyai pilihan lain. Ia harus
berbicara jika ia tidak ingin nasibnya m enjadi sangat buruk.
Sementara itu, Putut Lembanapun bertanya "Bagaim ana Ki
Sanak ? Apakah kau tetap pada pendirianmu."
"Lepaskan. Aku akan berbicara" desis orang itu.
Putut Lem bana telah m elepa skan tangan orang itu. Sam bil
beringsut sedikit iapun kem udian berkata "Aku kira kau cukup
bijaksana m enilai keadaan. Kau berada di rumah Ki Bekel
Logandeng, sehingga kau tidak m em punyai kesempatan lain
kecuali m enjawab pertanyaan-pertanyaan kami dengan benar."
Orang itu mengangguk kecil.
"Nah, beritahukan kepada kami, apakah kalian orang-orang
padepokan Renapati ?"
Orang itu termangu-m angu sejenak. Namun kemudian ia
m engangguk kecil sam bil m enjawab. "Ya. Aku orang dari
Pa depokan Renapati. Beberapa orang yang datang bersamaku
m emang para cantrik dari Padepokan Renapati."
"Katakan, apa sebabnya, bahwa Ki Buyut Pudaklamatan
berniat mengam bil alih kepem im pinan Kabuyutan Sendang Apit,

24

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

m eskipun pem isahan itu sudah berjalan lam a sekali. Kenapa pula
baru sekarang dan begitu tiba-tiba ?"
"Aku tidak tahu, Ki Sanak. Aku hanya m enjalankan perintah
untuk m engam bil anak Ki Buyut Sendang Apit yang diketahui ada
di padukuhan ini. "
"Anak Ki Buyut Sendang Apit m emang pernah berada di
padukuhan ini. Tetapi sekarang sudah tidak berada disim lagi ?"
"Dimana ?" bertanya orang itu.
A pakah aku haru s m em beritahukan kepadam u ? Kem udian
m elepaskanmu pergi ?" bertanya Putut Lem bana.
Orang itu tidak menjawab. T etapi kepalanya justru m enunduk
dalam -dalam .
Dalam pada itu, Putut Lem banapun berkata "Nah, sekarang
beritahukan kepada kamt, kenapa tiba -tiba saja Ki Buy ut
Pudaklamatan m enyerang Kabuyutan Sendang Apit ?
"Aku tidak tahu Ki Sanak. Aku hanya m enjalankan perintah."
jawab orang itu.
"T olong Ki Sanak. Jaw ab pertanyaan kami. Jika kau tidak m au
m enjawab, maka kau akan m engalam i kesulitan." berkata Putut
Lem bana.
Keringat dingin telah m engalir diseluruh tubuh pem im pin
sekelom pok orang y ang m eny erang padukuhan Logandeng itu.
Sementara Putut Lem bana bertanya pula "Kenapa Ki Buy ut
Pudaklamatan tiba-tiba saja m enyerang Kabuyutan Sendang Apit,
justru setelah untuk waktu y ang lama k edua Kabuyutan itu
sem pat hidup tenteram dan saling m enghorm ati. Bahkan kedua
orang Buyut y ang masih sepupu itu dapat hidup ru kun, tidak saja
sebagai saudara sepupu, tetapi juga sebagai dua orang Buyut yang
bertetangga."
"Ya, Ki Sanak. Kam i tahu bahwa kedua Kabuyutan itu pernah
hidup ru kun." jaw ab orang itu "tetapi tiba -tiba saja terjadi gejolak
itu. Kemudian, kami sekel om pok orang diperintahkan untuk

25

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

m engam bil anak Ki Buyut Sendang Apit yang m enurut


keterangan ada di padukuhan ini."
"Itu sudah kau katakan. Yang belum kau katakan, apakah
sebabnya, kekalutan itu tiba -tiba saja terjadi." pot ong Putut
Lem bana.
Ketika orang itu sempat m emandang wajah Putut Lem bana
sekila s, m aka jantungnya m enjadi berdebar-debar. Wajah anak
muda itu bagaikan m enjadi bara.
Orang itu m engetahui, bahwa batas kesabaran anak muda itu
sudah sam pai kepuncaknya. Karena itu, maka ia tidak dapat
bertahan lebih lam a lagi jika ia tidak ingin tulang-tulangnya
dipatahkan, bahkan barangkali juga lehernya.
Karena itu, ketika sekali lagi anak muda itu bertanya, bahkan
dengan m em bentaknya, m aka orang itu tidak dapat ingkar lagi.
"Aku tidak akan m engulangi lagi pertanyaanku" geram Putut
Lem bana.
Orang itu m enarik nafas dalam -dalam untuk m enenangkan
gejolak jantungnya. Kemudian katanya "Baiklah, anak m uda.
Tetapi sudah tentu aku tidak akan dapat b erbicara lebih banyak
dari y ang aku ketahui. Bahkan seandainya aku diperas sam pai
matipun, aku tidak akan dapat berbicara lebih banyak lagi."
Putut Lembana menarik nafas dalam -dalam , seolah-olah ingin
m engendapkan perasaannya y ang bergejolak. Dengan suara yang
bergetar ia m enggeram "Katakan apa yang kau k etahui itu.
Apakah aku akan m em erasmu sam pai m ati, itu ter serah
kepadaku."
Wajah orang itu menjadi tegang. Namun ia tidak menjawab.
"Nah, sekarang katakan, apa sebabnya kekalutan itu terjadi."
Putut Lem bana benar-benar kehilangan kesabaran.
Orang itu term angu-m angu sejenak. Nam un k em udian iapun
m enjawab "Mem ang telah terjadi cam pur tangan m Pu Renapati."
"Apa yang dilakukan oleh m Pu Renapati itu ?" bertanya Putut
Lem bana.
26

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

"m Pu Renapati mem ang m enghendaki agar kedua Kabuyutan


itu disatukan kem bali sebagaim ana semula. Kedua Kabuyutan itu
haru s m enjadi satu dibawah kekuasaan Ki Buyut Pudaklam atan,
karena sebenarnya ayahnyalah yang berhak untuk m ewarisi
kedudukan itu. Hanya karena ay ahnya telah m eninggal lebih
dahulu, maka pewaris jabatan itu berpindah kepada adiknya,
ay ah Ki Buyut Sendang Apit. Karena itulah, maka segala-galanya
haru s dikembalikan seperti semula."
"Apa pam rih m Pu Renapati dengan keinginannya itu ? Jika
Kabuyutan Pudaklamatan dan Sendang Apit sudah m enjadi satu,
apa keuntungan m Pu Renapati ? Jika ia m endorong kepada Ki
Buyut Pudaklamatan m elakukan hal itu, maka m Pu Renapati
tentu akan m endapat keuntungan. "
Orang itu m enarik nafas dalam -dalam. Sementara Putut
Lem bana yang sudah kehabisan kesabaran itu m em bentak
"Jawab. Aku tahu bahwa yang aku tanyakan tidak lebih dari yang
kau ketahui. Karena itu, jika kau m ati, m aka itu adalah salahmu
sendiri, karena seharusnya kau dapat m enghindarinya."
Orang itu m emang tidak dapat m enghindar lagi. Putut
Lem bana y ang marah itu m emang dapat m elem parkannya
kepada orang-orang padukuhan Logandeng y ang m arah itu pula.
Ternyata orang itu tidak dapat berbuat lain. Putut Lem bana
yang sudah kehilangan kesabaran itu m em bentak "Jaw ab. Kau
tidak dapat m em permainkan kam i. Kau ada ditangan kami dan
jiwamu tidak berharga bagi kam i."
"Baik. Baik. " orang itu m enjadi gagap. Lalu katanya "Alasan
yang sebenarnya adalah sederhana sekali. Anak Ki Buy ut
Pudaklamatan akan m enjadi m enantu m Pu Renapati.
"He ?" Putut Lembana dan m ereka yang m endengar jawaban
itu terkejut. Dengan nada tinggi Putut Lembana m endesak "Kau
jangan asal m em buka mulutmu. Kau tahu akibatnya jika kau
tidak berkata dengan jujur."
"Aku berkata sebenarnya. Anak laki-laki Ki Buyut
Pudaklamatan diharapkan akan m ewarisi dua Kabuyutan

27

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

sekaligus;, sehingga dengan demikian, m aka anak m Pu Renapati


akan m enjadi isteri seorang Buyut y ang daerahnya sangat luas."
"Satu m im pi y ang gila " geram Ki Bekel Logandeng "hanya
karena m im pi itu, maka m Pu Renapati telah m engorbankan
orang-orangnya. Cantrik-cantriknya, orang-orang Pudaklam atan
dan t entu juga orang-orang Sendang Apit yang ingin
m em pertahankan daerahnya, kampung halamannya. "
"T etapi bukankah dahulu kedua Kabuyutan itu m em ang satu?"
bertanya tawanan itu.
"Itu dahulu. Tetapi peru bahan-perubahan telah terjadi.
Bahkan ada dua Kabuyutan Pudaklamatan dan Sendang Apit
telah dianggap sah." jawab Ki Bekel Logandeng. Lalu katanya
pula "Dahulu Tum apel adalah sebuah Pakuwon, Sekarang
Tumapel telah m enjadi Singasari y ang besar."
"Peru bahan-peru bahan itu m asih berlangsung sam pai
sekarang. Apa y ang pernah pecah itu akan bersatu kem bali. "
berkata tawanan itu.
"Peru bahan yang dipaksakan dengan kekerasan, akibatnya
akan berkepanjangan. Dendam dan kebencian" berkata Ki Bekel.
"Yang ingin digapai oleh m Pu Renapati tentu bukan sekedar
m im pi yang sederhana itu. Bukan sekedar bersatunya k em bali
dua Kabuyutan. Tetapi dengan sebuah Kabuyutan yang besar,
maka m Pu Renapati akan m em iliki landasan kekuatan yang
besar." berkata Putut Lembana.
"Landasan apa ?" bertanya Ki Bekel.
"Aku belum pernah m elihat kedua Kabuyutan itu. Nam un
agaknya jika k edua Kabuyutan itu m enjadi satu, akan tergalang
kekuatan yang besar. Ditam bah lagi dengan sejum lah orangorang terlatih dari padepokan Renapati. Maka m im pi m Pu
Renapatipun akan berkem bang. Mungkin kekuatan itu akan
dapat m enguasai sebuah Pakuwon atau bahkan lebih luas lagi
dari sebuah Pakuwon. Atau bahwa m Pu Renapati telah berpaling
kepada kekuasaan Kediri. " berkata Putut Lembana.

28

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Ki Bekel m enarik nafas dalam -dalam . Katanya "Ya Mungkin


kau benar-benar ngger. Mimpi m Pu Renapati bukan m im pi yang
sederhana. Yang dilakukannya sekarang adalah sekedar
pancadan saja."
"Dengan dem ikian, m aka per soalan y ang tim bul karena
tingkah m Pu Renapati bukan persoalan y ang sederhana, yang
terbatas dalam lingkungan kedua Kabuyutan itu saja. Tetapi akan
m enebar sam pai kedaerah y ang lebih luas."
"Ya, ngger. Hal ini harus kita bicarakan dengan Ki Buyut
Talang Alun. Juga dengan angger Mahisa Murti. Persoalannya
m emang bukan per soalan yang sederhana sebagaimana angger
katakan."
Putut Lembanapun kemudian berkata "Baiklah Ki Bekel. Aku
akan m engatakannya kepada pim pinan padepokan kami.
Sementara itu, biarlah orang ini disini. Kita m asih
m em erlukannya. "
Ki Bekel m engangguk sam bil m enjawab "Ya. Silahkan angger
berbicara dengan angger Mahisa Murti. Aku akan berbicara
dengan Ki Buyut. Orang ini akan aku sim pan disini.
"Orang ini haru s dijaga sebaik-baiknya. Jika ia tidak kem bali
pada waktunya, m ungkin pim pinannya akan m engirim kan orang
lebih banyak lagi untuk m encari m ereka kem ari. Mungkin orangorang Pudaklamatan, tetapi juga mungkin orang-orang
padepokan Renapati.
"Baik lah ngger. Anak-anak akan m enjaganya sebaik-baiknya.jawab Ki Bekel.
Sementara itu langitpun m enjadi semakin t erang. Malam
berangsur-angsur m enjadi larut.
Putut Lem banapun telah m inta diri untuk m elaporkan apa
yang telah terjadi di padukuhan Logandeng. Namun Putut
Lem bana itupun berkata "Biarlah keem pat orang cantrik itu tetap
berada di sini. Mungkin m ereka diperlukan, karena nam paknya
perkem bangan keadaan tidak dapat diperhitungkan sebelumnya."

29

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

"T erim a kasih ngger. Biarlah m ereka berada di banjar. Mereka


dapat beristirahat, karena m ereka tentu letih. "
Dem ikianlah, m aka
Putut
Lembana
itupun
telah
m eninggalkan Logandeng. Ketika ia sam pai di padepokan, m aka
Putut Manyar dan Putut Parama m asih belum kem bali.
Dengan singkat Putut Lem bana telah m em berikan laporan
tentang kedatangan sekelom pok orang dari padepokan Renapati
dan orang-orang dari Kabuyutan. Pudaklamatan.
"Kam i berhasil m enangkap pem im pin m ereka" berkata Putut
Lem bana. Ia pun kem udian m elaporkan keterangan y ang dapat
m ereka sadap dari pem im pin kelom pok orang-orang yang
m enyerang padukuhan Logandeng untuk m encari anak Ki Buy ut
Sendang Apit.
Mahisa Murti m endengarkan laporan itu dengan sungguhsungguh.KepadaKiaiWijang, Mahisa Murti itupun
berkata
"Nam paknya persoalannya akan berkem bang. Kegagalan itu
tentu m em buat m ereka sem akin bernafsu."
"Ya " Kiai Wijang m engangguk-angguk. Katanya k em udian
"Nam paknya Pad epokan B#a Seta akan terlibat lebih banyak lagi
dalam pertikaian yang terjadi diseberang hutan. "
Mahisa Murti m engangguk-angguk. Katanya "Jika hal itu
haru s kami lakukan bagi ke pentingan sesam a, maka kam i akan
m elakukannya Kiai. Tentu saja dalam batas-batas kewajaran."
"Yang agaknya haru s segera dilakukan adalah m em bantu
Kabuyutan Talang Alun. Bagi Ki Renapati m enangkap anak Ki
Buyut Sendang Apit, tentu termasuk salah satu keharusan jika
m ereka benar-benar ingin m em ot ong masa depan Kabuyutan
Sendang Apit." berkata Putut Lembana.
Mahisa Murti m engangguk-angguk. Tetapi pengawal anak Ki
Buyut Sendang Apit itu nam paknya terlalu curiga k epada setiap
orang, termasuk kepada Mahisa Murti m eskipun Ki Bekel sendiri
sudah m engatakan tentang dirinya, bahkan m em pertanggungjawabkannya. Sehingga Ki Bekel itu t elah m erasa tersinggung
pula.
30

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Tetapi sikap itu tidak seharusnya m enghalangi niat Padepokan


Bajra Seta untuk m em bantu ke sulitan y ang sedang dialami oleh
Kabuyutan Sendang Apit. Meskipun dem ikian, langkah-langkah
yang diam bil harus diperhitungkan dengan sebaik-baiknya.
Karena itu, m aka y ang dapat segera dilakukan oleh Mahisa
Murti adalah m em bantu Ki Bekel Logandeng m engamankan
padukuhannya. Jika hal itu m emang dikehendaki oleh Ki Buy ut
Talang Alun, m aka Mahisa Murtipun akan m elakukannya pula.
Dalam pada itu, hari itu juga Ki Bekel telah m enemui Ki Buyut
di Talang Alun untuk m em berikan laporan tentang serangan yang
telah terjadi di padukuhan Logandeng.
"T ernyata m ereka m encari anak Ki Buyut Sendang Apit. "
berkata Ki Bekel.
"Untunglah, anak itu telah kami pindahkan" berkata salah
seorang pengawalnya.
Namun Ki Bekel y ang masih belum dapat m elupakan sakit
hatinya yang pernah tersinggung oleh sikap pengawal itu
m enjawab "Seandainya anak itu m asih berada di Logandengpun,
anak itu akan tetap terlindung. Ny atanya, kami justru dapat
m enangkap pem im pin kelom pok orang-orang yang datang ke
padukuhan itu, y ang terdiri dari orang-orang padepokan
Renapati dan orang-orang Kabuyutan Pudaklamatan."
Pengawal itu m engerutkan dahinya. Dengan nada berat ia
berkata "Tetapi kam i bertanggung jawab atas keselamatannya."
"Apa y ang dapat kalian lakukan berdua?" bertanya Ki Bekel
"Kalian datang ke padukuhan Logandeng tanpa kepercayaan.
Kam i sudah m enanggung akibat kedatangan kalian. T etapi kalian
masih saja m em perkecil arti pengorbanan kam i."
"Sudahlah " berkata Ki Buy ut "kedua pengawal itu t entu
berusaha untuk berbuat sebaik -baiknya. Jika orang-orang
Renapati dan orang-orang Pudaklam atan telah datang ke
padukuhan Logandeng dan t ernyata mengalam i kegagalan, m aka
kita harus bersiap-siap untuk m enghadapi k em ungkinan yang
lebih buruk lagi. Jika orang-orang dari Padepokan Renapati dan
31

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Kabuyutan Pudaklamatan itu m engetahui bahwa anak Ki Buy ut


Sendang Apit ada di sini, maka m ungkin sekali m ereka akan
datang kemari."
"Ya. Itu mungkin sekali " jawab Ki Bekel "bagi m Pu Renapati,
anak itu m erupakan duri bagi m asa depan kedua Kabuyutan yang
ingin dipersatukan itu."
"Darimana kau tahu hal itu Ki Bekel?" bertanya salah seorang
pengawal anak Ki Buy ut Sendang Apit itu?
"Bukankah sebagian sudah kau katakan?" jawab Ki Bekel.
Kedua pengawal itu m enarik nafas dalam -dalam . Seorang
diantara m ereka berkata "Aku m erasa bertanggung jawab atas
keselamatan anak Ki Buy ut Sendang Apit. "
"Meskipun dem ikian, kalian seharusnya dapat m em bedakan,
siapa yang pantas kalian curigai dan siapa y ang tidak. Jika kalian
tidak percaya kepada seseorang y ang telah m eny elam atkan
tem pat kalian m engungsi, maka kalian justru akan dapat berada
dalam kesulitan. Tegasnya, jika angger Mahisa Murti dari
Pa depokan Bajra Seta itu m enarik diri karena m erasa
tersinggung, maka kita benar -benar berada dalam kesulitan.
Apalagi jika Ki Bekel Pudaklamatan dan m Pu Renapati
m engirim kan orang-orang terbaiknya ke Kabuyutan ini. Mungkin
kita dapat m engim bangi kekuatan Kabuyutan Pudaklam atan.
Tetapi orang-orang berilmu tinggi dari Pad epokan Renapati akan
dapat m engacau kan pertahanan kam i."
Kedua orang itu m engangguk-angguk. Tetapi diwajah m ereka
masih nampak sesuatu y ang m em buat m ereka ragu-ragu.
Karena itu, maka Ki Buy utpun berkata "Sebaiknya kalian
percaya kepadaku sepenuhnya. Karena itu, maka kalian juga
haru s m em percayai orang-orang yang aku percaya. Jika tidak,
maka akupun akan dapat tersinggung seperti Ki Bekel Logandeng
itu."
Kedua orang itu m asih saja m engangguk-angguk. Seorang
diantara m erekapun berkata "Baiklah Ki Buyut. Segala
sesuatunya terserah kepada Ki Buyut."
32

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

"Nah, baiklah. Jika dem ikian maka aku akan m erasa


m endapat kepercayaan sepenuhnya, sehingga aku tidak raguragu m engam bil keputusan, karena aku tidak m erasa bimbang
bahwa keputusanku akan kalian tentang."
Kedua orang itu, maka atas kepercayaan kedua orang
pengawal anak Ki Buyut Sendang Apit itu, maka Ki Buy ut
m enjadi lebih leluasan untuk bertindak. Iapun telah bertemu dan
berbicara langsung dengan Mahisa Murti dan Kiai Wijang.
Bahkan Ki Buyut itupun telah m engatakan pula k epada Mahisa
Murti, bahwa Ki Buyut Sendang Apit m asih berada di sekitar
Kabuyutannya bersam a orang-orang y ang setia kepadanya untuk
m engadakan perlawanan. Namun kekuatan Kabuyutan
Pudaklamatan yang dibantu oleh Padepokan Renapati m emang
tidak dapat dilawannya.
Meskipun dem ikian, Ki Buyut Sendang Apit tidak segera
berputus asa. Dengan m eny elamatkan anaknya, m aka Ki Buy ut
masih mem punyai harapan untuk m em iliki m asa depan.
Namun dalam pada itu, Mahisa Murti dan Kiai Wijangpun
telah bersepakat untuk langsung m elihat k eadaan di Kabuyutan
Sendang Apit. Mereka ingin menguak bebahu y ang m engungsi di
padukuhan Logandeng untuk m emastikan keadaan yang
sebenarnya terjadi di Kabuyutan Sendang Apit itu.
Ternyata bebahu itu tidak berkeberatan. Bahkan ia m erasa
bangga jika ia dapat berbuat sesuatu bagi Kebuyutannya.
Ketika Mahisa Murti siap untuk berangkat ke Kabuyutan
Sendang Apit, maka Mahisa Murti telah m em bicarakan
penem patan para Putut serta cantriknya di padukuhan induk dan
padukuhan Logandeng y ang nam paknya tetap m enjadi sasaran
orang-orang Pudaklamatan dan orang-orang Padepokan
Renapati justru karena seorang dari kepercayaan m Pu Renapati
telah tertangkap dan disim pan di padukuhan Logandeng.
Bahkan Mahisa Murti telah berpesan kepada Wantilan dan
Sam bega bahwa m ereka dapat m elepaskan Mahisa Semu untuk
bersam a-sama dengan Putut Lembana berada di padukuhan
Logandeng.
33

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

"T etapi Mahisa Amping masih belum waktunya untuk


langsung ikut m elibatkan diri dalam hal ini" berkata Mahisa
Murti.
"Baik lah " jaw ab Wantilan "aku akan
m enjaga agar Mahisa Amping tetap
berada di padepokan."
"Kam i m enyerahkan kebijaksanaan
kepada paman berdua. Pam an dapat
m enentukan
m enambah..
atau
m engurangi kegiatan dan jum lah para
cantrik di Kabuyutan Talang Alun
term asuk padukuhan Logandeng dan
padukuhan-padukuhan yang lain. Nam un
haru s diperhitungkan bahwa Kabuyutan
Talang Alun bukan saja m enjadi sasaran
serangan orang -orang Kabuyutan Pudaklamatan, tetapi juga
orang-orang dari Padepokan Renapati
"Kam i akan berusaha untuk berbuat sebaik -baiknya, ngger.
Mudah-mudahan kam i tidak m enemui kesulitan untuk m engatasi
kehadiran orang-orang Pudaklamatan dan orang-orang
Pa depokan Renapati. Kam i percaya bahwa Kabuyutan Talang
Alun sendiri sudah m em persiapkan diri sebaik -baiknya: jawab
Wantilan.
"Ya. Namun yang harus banyak m endapat perhatian adalah
orang-orang Renapati." sahut Mahisa Murti.
Wantilan dan Sam bega m engangguk-angguk. Dengan nada
dalam Wantilan berkata "Kam i akan selalu berhubungan dengan
Ki Buyut dan para Bekel di Kabuyutan Talang Alun."
Dem ikianlah, m aka setelah m inta diri kepada Ki Bekel
Logandeng dan Ki Buy ut Talang Alun m aka Mahisa Murti dan
Kiai Wijang pun telah berangkat keseberang hutan yang terhitung
lebat untuk m elihat sendiri keadaan k edua Kabuyutan yang
sedang bertikai bersam a seorang bebahu
Kabuyutan Sendang
padukuhan Logandeng.

Apit y ang

34

sedang m engungsi

di

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Dengan demikian maka m ereka tidak akan kesulitan m encari


jalan. Meskipun m ereka m enem bus hutan y ang. sangat lebat,
tetapi m ereka sama sekali tidak m engalam i gangguan y ang dapat
m engham bat perjalanan m ereka.
Karena itu, m aka m ereka tidak berlama -lama berada di hutan.
Dihari berikutnya, m ereka telah berada diseberang.
Pengawal itu term angu-m angu sejenak. Sementara itu Ki
Bekel berkata selanjutnya "Sebenarnya kau tidak perlu terlalu
m encurigai kami. Yang penting bagi kalian adalah
m enyelamatkan anak Ki Buyut itu. Bukan m eny em bunyikan
keny ataan y angterjadi di Kabuyutan Sendang Apit dan
Pudaklamatan. Jika kami berkesempatan m engetahui keadaan
yang sebenarnya, m aka kami akan dapat m engam bil langkahlangkah yang tepat untuk m enanggapinya. "
Kedua pengawal anak Ki Buyut Sendang Apit itu term angumangu sejenak. Namun ia tidak menjawab sam a sekali.
"Ki Buy ut" berkata Ki Bekel kem udian "agaknya bantuan
Pa depokan Bajra Seta m em ang kita perlukan. Jika orang-orang
padepokan Renapati itu m encari anak Ki Buyut Sendang Apit
sam pai ke padukuhan induk ini, maka nam paknya benturan
kekerasan tidak dapat dihindarkan lagi. m Pu Renapati tentu tidak
ingin terjadi kegagalan lagi, sebagaim ana sekelom pok orang yang
dikirim kannya ke padukuhan Logandeng. Bahkan mungkin mPu
Renapati tidak hanya sekedar m encari anak Ki Buy ut. T etapi
mungkin ia juga m endendam padukuhan Logandeng."
"Ya " Ki Buyut m engangguk-angguk "kita m emang harus
bersiap m enghadapi segala kemungkinan. Anak-anak muda dan
setiap laki-laki yang masih sanggup dan mam pu ikut bertem pur
diwajibkan ikut m em pertahankan kampung halamannya."
"Nah, kau dengar Ki Sanak" berkata Ki Bekel Logandeng
kepada kedua orang pengawal anak Ki Buyut Sendang Apit
"bukankah kami tidak sekedar main-main. Malam nanti aku akan
m inta pada pim pinan Padep okan Bajra Seta untuk m engirimkan
pa sukan ke padukuhan Logandeng dan k e padukuhan induk.
Pa sukan yang terdiri dari para cantrik yang terlatih. Meskipun
35

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

jum lahnya terhitung kecil, tetapi kem am puan m ereka tinggi.


Sementara itu kehadiran m ereka juga m endorong keberanian
anak-anak m uda kami.
Kedua orang pengawal anak Ki Buyut itu masih berdiam diri.
Mereka m em ang m elihat keny ataan itu. Kabuyutan Talang Alun
ikut m engalami g oncangan karena persoalan y ang terjadi di
Kabuyutan Sendang Apit dan Kabuyutan Pudaklamatan.
Dalam pada itu, m aka Ki Buyutpun berkata "Ki Bekel. Aku
akan sangat berterimakasih jika angger Mahisa Murti bersedia
m engirim kan beberapa orang cantrik untuk m em bantu kesulitan
kami jika orang-orang dari padepokan Renapati datang m encari
anak Ki Buy ut Sendang Apit. Meskipun anak-anak kami siap
m enghadapi ancaman yang betapapun juga, namun kelebihan
dari para cantrik di Padepokan Bajra Seta akan sangat berarti
bagi kita."
Dari rumah Ki Buyut Talang Alun, Ki Bekel langsung m enuju
ke padepokan
Bajra Seta m enemui
Mahisa Murti.
Diceriterakannya hasil pem bicaraannya dengan Ki Buy ut. Bahkan
Ki Buyut justru m em erlukan bantuan dari Pad epokan B^jra Seta.
Mahisa Murti m engangguk-angguk. Dengan nada rendah
Mahisa Murti m enjawab "Baiklah Ki Bekel. Kam i akan
m engirim kan beberapa orang cantrik. Sebenarnya sejak sem alam
beberapa orang cantrik kam i juga sudah ada di Kabuyutan. Tetapi
m ereka tidak m elapor langsung kepada Ki Buyut. Tetapi m ereka
langsung berbaur dengan anak-anak m udanya. Putut Manyar dan
Putut Param a juga ada disana malam tadi. Bahkan m ereka
pulang ham pir tengah hari."
Ki Bekel m enarik nafas dalam -dalam. Katanya "Sokurlah.
Kam i hanya dapat mengucapkan terim a kasih."
"Jika Ki Buyut sudah setuju, m aka biarlah ke dua orang Putut
padepokan ini nanti m enghadap Ki Buy ut untuk m enyatakan
kehadiran mereka bersam a beberapa orang cantrik di Kabuyutan.
Sementara itu Putut Lem bana dan beberapa orang cantrik pula,
akan tetap berada di Logandeng. Mungkin m Pu Renapati
berusaha m enemukan orang-orangnya y ang dianggapnya hilang.
36

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Ki Bekel m engangguk-angguk. Katanya "T erim a kasih. Kam i


hanya dapat mengucapkan terima kasih."
Dem ikianlah, seperti y ang dijanjikan oleh Mahisa Murti, m aka
padepokan Bajra Seta telah m engirim kan Putut Manyar dan
Putut Parama ke padukuhan induk. Selain m ereka berdua,
beberapa orang cantrik juga diperintahkan untuk m enyertai
m ereka. Nam un untuk beberapa kepentingan, maka m ereka
m emang tidak datang bersam a-sam a.
Sedangkan Putut Lembana dan b eberapa orang cantrik t etap
diperintahkan untuk berada di Logandeng.
Sementara itu, Mahisa Murti telah m em erintahkan pula
beberapa orang cantrik untuk m engamati jalur jalan dari hutan
yang m em anjang m eny ekat daerah Kabuyutan Talang Alun dan
Kabuyutan Sendang Apit. Mereka m endapat tugas untuk
m engamati jika ada sekelom pok orang yang menem bus hutan itu
dari seberang serta dianggap m encurigakan. Apalagi jika yang
datang itu sekelom pok laki -laki bersenjata.
Mereka dibekali dengan dua ekor burung merpati yang sudah
terbiasa terbang di m alam hari. Jika m ereka m elihat sekelom pok
orang yang pantas dicurigai, m aka m ereka haru s m elepaskan
burung m erpati itu. Burung itu akan langsung terbang ke
padepokan dan hinggap di gupon m ereka. Cantrik y ang bertugas
di padepokan haru s selalu m engawasi jika burung itu datang
kembali dan m em asuki guponnya.
Tetapi di malam y ang kem udian turun, tidak terjadi hal-hal
yang dapat m engganggu ketenangan Kabuyutan Talang Alun
term asuk padukuhan Logandeng.
Ketika malam itu kedua pengawal anak Ki Buyut menyatakan
kegelisahannya kepada Ki Buyut, maka Ki Buyutpun m enjawab
"Aku kira benar apa y ang dikatakan oleh Ki Bekel. Kalian terlalu
curiga kepada orang lain. "
Mahisa Murti dan Kiai Wijang berniat untuk dapat bertemu
dan berbicara dengan Ki Buyut Sendang Apit. Tetapi m ereka
tidak tahu dim ana Ki Buyut Sendang Apit itu berada.

37

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Namun karena m ereka datang ber sama bebahu Sendang Apit,


maka m ereka berharap untuk dapat m enem ukan tem pat
persembunyian Ki Buyut Sendang Apit.
Ketika ketiga orang itu kemu dian berada di Kabuyutan yang
sedang bergolak itu, m aka m ereka segera m elihat, betapa tata
kehidupan ham pir tidak terkendali lagi.
Tetapi ketiga orang itu masih belum m em asuki lingkungan
yang lebih dalam lagi. Mereka baru m elihat keadaan itu dari
kejauhan. Bagaimanapun juga m ereka harus tetap berhati-hati
m enghadapi kemungkinan buruk y ang dapat terjadi atas m ereka.
Ketika m ereka bertiga berhasil m eny elinap sam pai k e sebuah
padukuhan di Kabuyutan Sendang Apit, m aka orang-orang di
padukuhan itu m em ang terkejut.
"Keadaan sangat berbahaya bagimu." berkata seorang sahabat
bebahu itu "sebaiknya kau m eninggalkan padukuhan ini. "
"Apakah kau sendiri tidak berada dalam bahaya? " bertanya
bebahu itu.
"Aku orang kebanyakan. Meskipun aku m engalam i perlakuan
buruk, tetapi keselam atanku masih dapat diharapkan. T etapi kau
lain. Kau bebahu Kabuyutan ini. Dengan dem ikian m aka
keselamatanmu terancam " berkata sahabatnya itu.
"Aku m emang hanya singgah. Aku akan segera m eninggalkan
tem pat ini." b erkata bebahu itu. Beberapa saat ia terdiam . Baru
kemudian ia berkata "Aku m encari hubungan dengan Ki Buy ut
untuk m elaporkan tentang keadaan anaknya. "
Sahabatnya itu termangu -m angu. Katanya kem udian "Hanya
orang-orang tertentu y ang tahu, dim ana Ki Buyut berada. Tetapi
m enurut pendengaranku, keadaannya m em ang sangat buruk.
Meskipun dem ikian, Ki Buyut tetap bertahan. Sekali-sekali ia
m emang datang ke Kabuyutan. Tetapi segera m enghilang lagi.
Dua m alam yang lalu, tiba-tiba saja Ki Buyut dengan beberapa
orang telah m uncul di banjar. Ki Buyut sem pat berada di Banjar
ham pir semalam suntuk. Namun m enjelang dini Ki Buyut segera
pergi. Untunglah bahwa sekelom pok pengawal dari Kabuyutan
38

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Pudaklamatan serta beberapa orang cantrik dari Padepokan


Kencana Pura telah datang ke banjar untuk m eny ergap Ki Buy ut.
Tetapi banjar itu telah kosong."
"Ki Buyut harus lebih berhati-hati." desis bebahu itu.
"T etapi kehadiran Ki Buy ut di banjar telah m em bangkitkan
kesetiaan orang-orang Sendang Apit yang telah ham pir berputus
asa. Namun dengan demikian m aka para cantrik m Pu Renapati
m enjadi sem akin garang pula. " berkata sahabat bebahu itu.
Bebahu itu m enarik nafas dalam -dalam. Katanya k em udian
"Baik lah. Kam i m inta diri. Dua orang kawanku ini adalah orang
dari Talang Alun. Mereka ingin tahu apa y ang terjadi di sini."
"Kalian berkunjung ke Kabuyutan kami pada saat y ang kurang
baik, Ki Sanak." berkata orang itu.
Mahisa Murti dan Kiai Wijang terseny um saja. Sementara
bebahu itu berkata "Justru karena keadaan y ang kurang baik
itulah y ang telah m emanggilnya kemari. Ki Talang Alun terdapat
banyak pengungsi dari Kabuyutan kita."
"T etangga sebelah juga telah m engungsi ke Talang Alun.
Tetapi aku masih mencoba bertahan di sini."
Bebahu itupun kemudian m inta diri. Tetapi ia masih bertanya
"Apakah aku dapat m em asuki padukuhan induk?"
"Jangan lakukan itu. Berbahaya sekali. Apalagi bagi seorang
bebahu seperti kau."
Bebahu itu m engangguk-angguk kecil. Katanya kem udian
"Aku ingin bertem u dengan Ki Buy ut. Aku m erasa m alu, bahwa
aku telah m engungsi lebih dahulu, sem entara Ki Buyut dan
beberapa orang kawan-kawan masih tetap berada di sini."
"T etapi diperlukan cadangan kekuatan diluar Kabuyutan kita
yang telah diduduki ini. Diperlukan juga hubungan dengan
Kabuyutan-kabuyutan lain yang akan bersedia m em bantu
m enegakkan kebenaran di Kabuyutan Sendang Apit ini."
"Ya " bebahu itu m engangguk "salah satu diantara Kabuyutan
yang siap mem bantu adalah Kabuyutan Talang Alun."
39

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Dem ikianlah, maka bebahu itupun t elah m eninggalkan


padukuhan itu. Mereka berusaha untuk m enyusup dari
padukuhan ke padukuhan. Namun sulit bagi m ereka untuk
m endapat sedikit petunjuk dim ana Ki Buyut ber sembunyi.
Dalam pada itu, selagi m ereka masih haru s m encari Ki Buyut,
maka bertiga m ereka selalu bergerak dari satu tem pat ke tem pat
yang lain. Ketika kem udian malam turun, maka m ereka tidur
dim ana saja y ang m ereka anggap tidak akan terganggu oleh para
peronda darim anapun datangnya.
Namun dihari berikutnya, Mahisa Murti itupun berkata
"Bagaim ana pendapat kalian jika kita langsung m enemui Ki
Buyut Pudaklamatan. "
Bebahu itu nam pak tegang. Katanya "Sangat berbahaya
bagiku, justru karena aku bebahu Kabuyutan Sendang Apit.
"Kam i m engerti" sahut Mahisa Murti "karena itu sebaiknya
kau bersem buny i saja lebih dahulu. Biarlah kami berdua saja
pergi ke Kabuyutan Pudaklamatan."
Bebahu itu term angu-m angu. Bahkan iapun bertanya "Dimana
aku harus bersem buny i? Dipategalan atau di lereng bukit?"
"Kau bersembuny i saja dirumah salah seorang sahabatmu
yang dapat kau percaya" sahut Mahisa Murti.
Bebahu itu m engangguk-angguk. Katanya "Baiklah. Aku akan
berusaha untuk bersembuny i saja. T etapi dim ana kita akan
bertemu setelah kau pergi ke padukuhan induk Kabuyutan
Pudaklamatan ?
"Kita bertemu ditempat kita semalam bermalam besok jawab
Mahisa Murti.
Baiklah " berkata Bebahu itu "mudah-m udahan kau dapat
m em pengaruhi pendapat Ki Buyut Pudaklamatan agar niatnya
diurungkan. Ki Buyut Pudaklam atan jangan terseret oleh niat
buruk m Pu Renapati dari Padepokan Kencana Pura.
Dem ikianlah, m aka m erekapun segera berpisah. Mahisa Murti
dan Kiai Wijang pergi ke Pudaklamatan, sem entara bebahu itu

40

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

telah pergi ke tem pat seorang sahabatnya y ang lain, yang akan
bersedia m enerim anya untuk bersembuny i beberapa saat.
Namun dem ikian, m ereka harus berusaha untuk lepas dari
penglihatan para peronda dari Pudaklamatan serta dari
Pa depokan Renapati yang selalu berkeliling dari padukuhan ke
padukuhan.
Mahisa Murti dan Kiai Wijang y ang tidak ingin m engalam i
kesulitan diperjalanan, telah m enem puh jalan-jalan bulak dan
m enghindari padukuhan -padukuhan. Mereka berusaha untuk
tidak bertem u dengan siapapun juga. Kecuali dengan orangorang y ang bekerja d i sawah m ereka.
Ketika
keduanya m emasuki
lingkungan
Kabuyutan
Pudaklamatan, m aka barulah m ereka m erasa sedikit tenang,
karena di Kabuyutan itu tidak terasa langpung ada satu gejolak
yang m engaduk tatanan kehidupan sehari-hari.
Meskipun dem ikian, Mahisa Murti dan Kiai Wijang
nam paknya telah m enarik perhatian beberapa orang. Ada juga
diantara orang-orang Kabuyutan Pudaklam atan yang m erasakan
sesuatu yang lain pada kedua orang itu.
Tetapi akhirnya, Mahisa Murti dan Kiai Wijang sam pai juga
dirumah Ki Buyut Pudaklamatan. Namun ternyata bahwa rumah
itu telah dijaga dengan rapat oleh sekelom pok anak -anak m uda.
Tetapi keduanya sudah berniat untuk bertemu dan b erbicara
dengan Ki Buy ut, karena itu maka Mahisa Murti itupun telah
m enemui anak-anak muda y ang sedang berjaga-jaga direg ol itu.
Kam i akan m enghadap Ki Buyut Pudaklamatan" berkata
Mahisa Murti.
Siapakah kalian? bertanya salah seorang diantara m ereka,
yang nam paknya pem im pin sekelom pok dari anak-anak muda
yang sedang bertugas itu.
Kam i datang dari seberang hutan. Kam i adalah orang dari
Kabuyutan Talang Alun. jawab Mahisa Murti.

41

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Talang Alun? anak muda itu term angu-m angu sejenak.


Namun kemudian katanya "Mak sudm u Kabuyutan yang
m enerim a banyak pengungsi dari Sendang Apit?
Ya jawab Mahisa Murti "justru itu aku ingin berbicara
dengan Ki Buyut Pudaklamatan.
Anak muda itu kemudian berbicara dengan beberapa orang
kawannya. Baru kemu dian ia m enjawab "Aku per silahkan kalian
m enunggu. Aku ingin m enanyakannya lebih dahulu, apakah kau
dapat diterim a atau tidak.
Ki Sanak " berkata Mahisa Murti kemudian "kam i datang dari
jauh. Kam i hanya sekedar ingin m endapat keterangan langsung
dari Ki Buyut Pudaklamatan, apakah yang sebenarnya terjadi.
Kenapa kau tidak bertanya kepada Ki Buy ut Sendang Apit?
Kam i tidak berhasil m enemui Ki Buyut Sendang Apit.
Seorang anak muda y ang lainpun m enyahut "Kabuyutan
Sendang Apit sudah tidak ada lagi.
Mahisa Murti m enarik nafas dalam -dalam . Namun kem udian
ia berkata "T olong Ki Sanak. Bagaimanapun sikap Ki Buyut, aku
ingin m endengarnya.
Tunggullah"
berkata
anak
m enyampaikannya kepada Ki Buy ut.

muda

yang

akan

Mahisa Murti dan Kiai Wijangpun kemudian telah


dipersilahkan duduk di gardu yang agaknya baru dibuat setelah
terjadi kekalutan antara Kabuyutan Pudaklamatan dengan
Kabuyutan Sendang Apit.
Ketikaniat Mahisa Murti untuk bertem u dengan Ki Buyut itu
disam paikan oleh anak m uda yang sedang bertugas itu, maka Ki
Buyutpun m enjadi ragu-ragu. Seorang yang sedang duduk
bersam anya berkata "Apakah ada gunanya?
A ku kira akan ada gunanya jaw ab Ki Buyut Kabuyutan
Talang Alun y ang tiba-tiba didatangi banyak pengungsi itu tentu
ingin m engetahui, apa y ang telah terjadi. Ketika m ereka datang

42

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

ke Kabuyutan Sendang Apit, maka Ki Buyut Sendang Apit tidak


dapat ditem uinya.
Tidak perlu Ki Buyut. Perintahkan saja para pengawal
m engusirnya. Bahkan jika dijalan pulang m ereka bertemu dengan
para peronda dan para cantrik dari Padepokan Renapati, biarlah
m ereka ditangkap.
A pa salahnya jika kita m endengarkan pertanyaanpertanyaannya, pendapatnya atau barangkali petunjukpetunjuknya.
Kita tidak m em erlukan petunjuk dan pendapat dan siapapun.
Kita sudah cukup m atang untuk m enentukan sikap sendiri"
berkata orang itu.
Tetapi aku tidak berkeberatan m enerim a m ereka" berkata Ki
Buyut.
Ki Buy ut hanya m em buang-buang waktu saja. berkata orang
itu "tetapi terserah kepada Ki Buyut jika Ki Buy ut akan m enerima
m ereka.
A ku ingin m endapat orang lain sebanyak-banyaknya jawab
Ki Buyut kemudian.
Orang itu tidak berusaha m encegah lagi. Karena itu, m aka Ki
Buyutpun telah m engisyaratkan agar orang dari Talang Alun itu
diijinkan m enemuinya.
"Biarlah ia duduk dipendapa " berkata Ki Buy ut.
Sejenak kemudian, m aka Ki Buy utpun telah m enerima Mahisa
Murti dan Kiai Wijang dipendapa rumahnya. Sementara orang
yang bersamanya itupun telah ikut pula m enemui kedua orang
tamu itu.
Mahisa Murti dan Kiai Wijangpun kemudian telah
m em perkenalkan diri dan m enyatakan bahwa keduanya adalah
orang-orang Talang Alun y ang diperintahkan oleh Ki Buyut untuk
m endapatkan keterangan t entang kem elut y ang t erjadi
diseberang hutan.

43

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

"Kabuyutan kami telah dibanjiri oleh para pengungsi" berkata


Mahisa Murti kemudian. "Nam un kam i tidak berhasil m enemui
Ki Buyut Sendang Apit."
Ki Buyut Sendang Apit sudah tidak dalam kedudukannya lagi"
berkata orang yang meny ertai Ki Buy ut Pudaklamatan itu.
Ki Buyut Pudaklamatan itu sendiri m enarik nafas dalam dalam . Katanya "Apa yang ingin Ki Sanak ketahui ? Barangkali
aku akan dapat m em berikan keterangan."
"Kam i ingin tahu, apa yang sebenarnya terjadi di Kabuyutan
Sendang Apit. Menurut para pengungsi, para pengawal dari
Kabuyutan Pudaklamatan telah m enduduki Kabuyutan Sendang
Apit, sehingga orang-orang Sendang Apit telah m engungsi
m eninggalkan kam pung halamannya.
Orang yang m enyertai Ki Buyut itulah yang m enjawab
"Sebenarnya tidak terjadi sesuatu. Seperti dua orang ber saudara
dalam satu keluarga. Sekali-sekali t erjadi perselisihan. T etapi
nanti atau besok, m ereka akan m enjadi baik kem bali. Karena itu,
maka sebaiknya Ki Sanak berdua dan bahkan Kabuyutan Talang
Alun tidak u sah m encam puri per soalan kam i disini. "
"Bagaim anapun juga agaknya kami sudah t erlibat. Kam i
m engalam i sedikit kesulitan dengan ppra pengungsi."
"Apakah m ereka berbuat buruk d i Kabuyutan Talang Alun ?"
bertanya Ki Buyut.
"T idak. Sam a sekali tidak. Tetapi m ereka m em erlukan makan,
tem pat tinggal dan kebutuhan-kebutuhan lain selam a m ereka
berada di Talang Alun. " jawab Mahisa Murti.
"Seharusnya m ereka tidak perlu m eninggalkan kampung
halaman m ereka " berkata orang y ang m eny ertai Ki Buyut itu.
"Aku justru m em bayangkan bahwa keadaan telah m enjadi
dem ikian buruknya sehingga m ereka harus mengungsi, berkata
Mahisa Murti kemudian.

44

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

"Gam baran dari orang-orang luar y ang tidak langsung


m enyaksikan sendiri keadaan Kabuyutan kami" berkata orang
itu.
"Bukan sekedar gam baran, karena kami sudah m elihat
keadaan itu. Aku telah m enyaksikan sendiri dengan Kabuyutan
Sendang Apit. Yang berkeliaran disana adalah para pengawal dari
Kabuyutan Pudaklam atan. "
"Sudahlah Ki Sanak " berkata orang yang m eny ertai Ki Buyut
Pudaklamatan itu "sebaikny a kalian tidak usah ikut m em ikirkan
keadaan kami disini dan di Kabuyutan Sendang Apit. Itu
persoalan kam i. Persoalan keluarga kam i."
"Kam i m em ang tidak akan m em persoalkan apa yang terjadi
diantara keluarga. Tetapi karena per soalannya m enyangkut
kehidupan orang banyak, dan bahkan kehidupan di Kabuyutan
kami, maka kami m em erlukan m endapat keterangan. "
"In ilah y ang terjadi di Kabuyutan kami" berkata orang itu
"t idak akan terjadi peru bahan apa -apa. Sebaiknya kalian tidak
usah m encampuri persoalan kam i."
"Ki Sanak " berkata Mahisa Murti "kami tidak akan
m encam puri per soalan kalian. Tetapi karena di Kabuyutan kami
terdapat banyak pengungsi, m aka kam i ingin sekedar m endapat
keterangan. Lebih dari itu, kalian t elah m elanggar kem andirian
kami. Sekelom pok orang telah dikirim dari Kabuyutan
Pudaklamatan m emasuki Kabuyutan kami."
Ki Buyut Pudaklamatan justru terkejut. Karena itu, maka ia
bertanya "Apakah kau berkata sebenarnya ?"
"Ya, Ki Buyut" jawab Mahisa Murti "sekelom pok orang yang
ternyata m emburu anak laki -laki Ki Buy ut Sendang Apit yang
dikira m engungsi ke Talang Alun. Tetapi m ereka tidak
m enemukan y ang m ereka cari. Justru karena itu, m aka
Kabuyutan kami telah disentuh pula oleh pertentangan yang
terjadi di sebelah hutan ini."
"Jika kalian tidak m encam puri per soalan kami, m aka kami
tentu tidak akan m eny entuh Kabuyutan Talang Alun. Tetapi
45

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

bahwa Talang Alun telah m encampuri persoalan kami, m aka


kami m emang tidak m em punyai pilihan lain."
"Aku tidak pernah m em erintahkan para pengawal dari
Pudaklamatan m em asuki Kabuyutan Talang Alun" berkata Ki
Buyut.
"Siapapun yang mem erintahkan, namun hal itu sudah terjadi."
jawab Mahisa Murti. Lalu katanya "Hal itulah y ang m endorong
kami untuk datang m enemui Ki Buyut Pudaklamatan. Karena jika
hal seperti itu terulang kem bali, m aka Pudaklam atan telah
m enyeret Talang Alun untuk m elibatkan diri. "
Orang y ang m eny ertai Ki Buy ut itulah yang m enyahut "Bahwa
Talang Alun telah m eny em buny ikan anak Ki Buyut Sendang Apit
itu berarti bahwa Talang Alun telah m elibatkan diri kedalam
persoalan kam i, persoalan antara keluarga sendiri. "
"Kam i m enerima para pengungsi itu atas dasar
perikem anu siaan semata-m ata. Namun karena kem udian
m erupakan beban bagi kami, m aka kami ingin m engetahui
apakah y ang sebenarnya telah terjadi."
Orang y ang m eny ertai Ki Buyut itulah yang m enjawab lagi
"Sudah aku katakan. Sekedar per selisihan diantara keluarga.
Nanti, pada suatu saat tentu akan m enjadi baik lagi."
"Lalu bagaim ana dengan korban perselisihan itu ? Jika
keadaan m enjadi baik, apakah korban per selisihan itu akan pulih
kembali ?" bertanya Mahisa Murti.
"Sudahlah " berkata orang itu "jangan terlalu banyak
m encam puri persoalan orang lain. Jika kau m erasa berkeberatan
dengan para pengungsi itu, usir saja m ereka dari Talang Alun. "
"Itukah gam baran sikap
bertanya Mahisa Murti.

orang-orang

Pudaklam atan ?"

"T idak " tiba-tiba Ki Buy ut m em otong "aku tidak pernah


m enginginkan per selisihan ini."

46

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

"Ki Buyut " berkata Kiai Wijang kemudian "kenapa Ki Buyut


tidak berusaha untuk m eny elesaikan persoalan antara
Pudaklamatan dan Sendang Apit dengan baik ?"
"Sebenarnya tidak ada per selisihan y ang m endasar " jawab Ki
Buyut.
"Jadi bagaimana kekalutan itu dapat terjadi ? Bukankah
sebaiknya Ki Buyut Pudaklam atan bertemu dan berbincangbincang dengan Ki Buy ut Sendang Apit untuk m em ecahkan
persoalan yang tim bul. Dengan dem ikian m aka per selisihan ini
tidak akan berlanjut terus. Bukankah Ki Buyut Sendang Apit itu
adik sepupu Ki Buyut sendiri ?"
"Cukup. Cukup. Kalian sudah terlalu banyak berbicara disini "
berkata orang yang meny ertai Ki Buy ut Pudaklamatan.
Namun Kiai Wijang seakan -akan tidak m endengar. Bahkan
iapun berkata "Ki Buyut. Jika Ki Buyut m enghendaki, maka Ki
Buyut Talang Alun akan bersedia m enjadi penengah pem bicaraan
diantara kalian. "
"Sudah cukup. Sekali lagi aku
peringatkan,
jangan
m encam puri
persoalan kam i."
Tetapi Ki Buyut Pudaklamatan itu
berkata "Jika adi Buyut Sendang Apit
bersedia ditemui, aku sam a sekali tidak
berkeberatan untuk berbicara."
Namun
sebelum
pem bicaraan
berkepanjangan, m aka seorang anak
muda telah muncul dari ruang dalam.
Dem ikian ia m em buka pintu pringgitan
maka iapun bertanya dengan lantang
"Untuk apa kalian berdua datang kemari ? Aku m endengar
sebagian dari pem bicaraan kalian.. Rasa -rasanya kalian adalah
orang y ang terpandai dibumi ini sehingga kalian m encoba untuk
m enguari ay ahku ?"

47

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Mahisa Murti dan Kiai Wijang m emandang anak muda itu


dengan saksama. Dengan segera m ereka m engetahui, bahwa anak
muda itulah anak Ki Buy ut Pudaklamatan y ang akan m enjadi
m enantu m Pu Renapati dari padepokan Kencana Pura.
Sebelum Mahisa Murti dan Kiai Wijang menjawab, maka anak
muda itupun berkata lantang "Sebaiknya kalian m eninggalkan
tem pat ini. Semakin lam a kalian disini, m aka t elingaku akan
m enjadi sem akin panas."
"Duduklah" b erkata Ki Buyut "keduanya adalah tamuku. Kau
tidak berhak berkata sepert itu."
"Sudahlah ayah" berkata anak muda itu "ayah jangan
m em biarkan dua ekor ular tidur dibaw ah selimut yang sedang
ay ah pergunakan. Bagaimanapun juga, ke dua ekor ular itu akan
dapat m enggigit. Karena itu, biarlah keduanya pergi."
"Aku tidak mem persilahkan m ereka pergi," jawab ayahnya.
Wajah anak muda itu m enjadi m erah. Nam un k em udian ia
berkata "Aku sudah m em beri kalian berdua peringatan. Karena
itu, jika terjadi sesuatu atas kalian berdua, itu adalah salah kalian
sendiri. "
Ki Buyutlah yang m enjadi m arah. Tetapi orang yang
m enyertainya duduk m enem ui kedua tamunya itu berkata
"Sebaiknya Ki Buyut m endengarkan pendapat anak Ki Buy ut itu.
Ternyata panggraitanya lebih tajam dari Ki Buy ut sendiri.
Mahisa Murti dan Kiai Wijangpun saling berpandangan.
Mereka sadar, bahwa m ereka tidak akan dapat berbicara dengan
sebaik -baiknya. Meskipun dem ikian m ereka m enangkap k esan,
bahwa sebenarnya Ki Buyut sendiri bukan seorang y ang tamak.
Ki Buy ut sendiri tidak ingin terjadi perselisihan antara kedua
Kabuyutan itu. Namun anaknya yang sudah dipengaruhi oleh
m Pu Renapati menghendaki lain. Anak muda itu m em bayangkan
satu masa depan y ang gem ilang dalam pem erintahannya,
sehingga ia lupa pada sangkan paraning dumadi. Anak m uda itu
terbius oleh hembusan l idah m Pu Renapati tentang m im pi bagi
masa depan y ang besar.

48

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Karena itu, m aka Mahisa Murti dan Kiai Wijang m enganggap


bahwa kehadiran mereka di rumah itu tidak akan berarti apa -apa
lagi. Merekapun yakin, bahwa orang y ang selalu m eny ertai Ki
Buyut itu tentu salah seorang dari padepokan Renapati yang
ditem patkan di Kabuyutan Pudaklamatan.
Karena itu, maka sesaat kemudian, maka Mahisa Murtipun
berkata "Baiklah Ki Buy ut. Jika dem ikian, m aka kami m ohon diri.
Kam i akan kem bali ke Kabuyutan Talang Alun. Nam un kami
serba sedikit telah m elihat satu gam baran, apa yang telah t erjadi
disini. Mak sudku di Kabuyutan Sendang Apit dan Kabuyutan
Pudaklamatan."
"T erim a kasih atas kunjungan kalian Ki Sanak. Salam buat Ki
Buyut di Talang Alun. Kam i hargai niatnya untuk m em bantu
m em ecahkan kekalutan yang terjadi di Kabuyutan kami."
"T idak ada kekalutan disini ayah." berkata anak m uda itu
"hanya orang -orang lain y ang iri hati sajalah y ang m enganggap
bahwa di Kabuyutan Pudaklamatan ada kekalutan.
Tetapi jawab ayahnya m engejutkannya. Bagaim ana kau dapat
m enyem buny ikan kenyataan y ang digelar di ke dua Kabuyutan ?
Apakah kau kira orang-orang yang pernah lewat Kabuyutan ini
buta dan tuli ?"
Wajah anak muda itu m enjadi marah. Nam un orang yang
selalu m enyertai Ki Buyut itu berkata "Kekalutan m em ang ada
dim ana-mana diseluruh m uka bumi. Tetapi k ekalutan yang
terjadi disini terlalu dibesar-besarkan orang. Tetapi apapun yang
terjadi, biarlah orang lain tidak ikut mencam purinya. "
Mahisa Murti dan Kiai Wijangpun kem udian telah m inta diri.
Ki Buyut yang mengantarnya sam pai ke tangga pendapa berpesan
"Hati-hatilah Ki Sanak. Semoga kalian selamat sam pai di
Kabuyutan Talang Alun."
"Doa Ki Buy ut m enyertai kam i berdua" jawab Mahisa Murti.
Dem ikianlah keduanyapun segera m elangkah m eninggalkan
Kabuyutan itu, sementara Ki Buyutpun segera naik pula
kependapa dan selanjutnya m asuk keruang dalam .
49

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Yang ada di pendapa kem udian adalah orang yang selalu


m enyertai Ki Buyut itu serta anaknya laki -laki. Dengan geram
anak Ki Buyut Pudaklamatan itu m enggeram "Bereskan saja
orang-orang itu. "
"Jangan ngger. Jika keduanya tidak sam pai k e Kabuyutan
Talang Alun, maka akan dapat menjadi alasan bagi Kabuyutan itu
untuk langsung m encam puri persoalannya. Hilangnya kedua
orang itu akan dapat m enjadi alasan bagi Kabuyutan Talang Alun
untuk m eny erang Kabuyutan Pudaklamatan."
"Apakah kita takut m enghadapi Kabuyutan Talang Alun
Bukankah padepokan Renapati cukup kuat untuk m enghadapi
tiga atau am pat Kabuyutan sekaligus ? Apalagi bersam a-sama
dengan Kabuyutan Pudaklamatan."
Orang itu m enarik nafas dalam -dalam . Katanya "Tetapi
sebaiknya kita untuk sementara m em batasi diri. Mungkin pada
kesempatan lain kita justru akan m em ancing pertengkaran
dengan Kabuyutan Talang Alun. "
Tetapi anak muda itu berkata "Kita selesaikan mereka justru di
Kabuyutan Talang Alun sendiri. Kita k irim beberapa orang
pilihan untuk m engikutinya dan m em bunuhnya diseberang
hutan, sehingga akan dapat diketem ukan oleh orang-orang
Talang Alun. Jika m ereka m ati di daerah m ereka sendiri, m aka
m ereka tidak akan dapat m enuduh kita sehingga m ereka tidak
m em punyai alasan untuk m engirim kan pa sukan m enyeberangi
hutan."
Orang itu m enarik nafas dalam -dalam . Katanya "Satu kerja
yang berat."
"Kita kirim lim a atau enam orang y ang berilmu tinggi.
Diantara m ereka dari padepokan Renapati. Mereka haru s
berusaha m endahului keduanya dan m enunggunya diseberang
hutan, justru dibulak-bulak panjang di tlatah Kabuyutan Talang
Alun itu sendiri. Usahakan agar m ayatnya dapat diketemukan
oleh orang-orang Talang Alun, apakah mereka yang akan pergi ke
saw ah atau m ereka y ang akan pergi ke pa sar."

50

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

"T idak hanya ada satu jalan m enuju ke Talang Alun" jawab
orang itu.
"T etapi jalan keluar dari hutan itu tentu dapat diperhitungkan.
Agaknya jalur jalan para pengungsi itulah yang akan m ereka
lewati."
"Jika kedua orang itu m em baurkan diri dengan para
pengungsi y ang m enuju ke Kabuyutan Talang Alun ?"
"Itu lebih baik. Orang-orang kita akan dapat m encari prekara
sehingga terjadi per selisihan dan perkelahian. Orang-orang
kitapun harus m enyatukan diri dengan para pengungsi itu."
Orang y ang m eny ertai Ki Buyut itu m engangguk-angguk.
Katanya "Aku akan m encobanya. Mudah-mudahan m Pu Renapati
setuju."
"Kita tidak m em punyai banyak w aktu. Orang itu tidak b oleh
lolos. Biarlah orang-orang kita m endahuluinya dengan berkuda.
Satu dua orang akan m enyertai m ereka dan akan m em bawa
kembali kuda-kuda itu, setelah orang-orang kita m emasuki
hutan."
Dem ikianlah, maka orang itupun dengan tergesa -gesa
m eninggalkan rumah Ki Buyut m enuju ke Padepokan Renapati.
Dengan tergesa-gesa pula ia m enemu i m Pu Renapati dan
m elaporkan rencana calon m enantunya itu.
m Pu Renapati berpikir sejenak. Lalu katanya "Lakukan
perintahnya. Ternyata penalarannya cukup tajam . Kedua orang
itu tidak boleh m em berikan kesan sikap Ki Buyut kepada orangorang Talang Alun."
Orang itupun kemudian telah m elakukan p erintah itu dengan
tergesa -gesa. m Pu Renapati telah m enunjuk Kebo Wanter dan
Lem bu Pangam bah untuk m elakukan tugas itu bersam a am pat
orang kawan mereka.
"Aku percaya bahwa Kebo Wanter dan Lembu Pangam bah
akan dapat m elakukannya. Apalagi disertai oleh am pat orang
yang lain. Jika m ereka bergabung dengan para pengungsi,

51

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

sebaiknya m ereka tidak berkelom pok. Tetapi m ereka harus saling


m em isahkan diri. "
Sesaat kemudian, Kebo Wanter dan Lembu Pangam bah telah
dipanggil. Ketika perintah itu diberikan, m aka Kebo Wanter
bertanya "Bukankah hanya ada dua orang dari Kabuyutan Talang
Alun y ang harus kam i selesaikan ?"
"Ya. Hanya dua orang."
"Kenapa kami berdua harus m em bawa am pat orang lagi ?
Seorang saja diantara kami akan dapat m enyelesaikan m ereka.
Apalagi dua orang. Karena itu, am pat orang itu t idak perlu sama
sekali.
"Kalian tidak usah m em bantah. Pergilah bersama am pat
orang. Kalian dengar ?"
Kebo Wanter dan Lembu Pangam bah m engangguk-angguk.
Sementara itu orang y ang m endapat perintah dari m Pu Renapati
itu berkata "Kita tidak ingin rencana ini gagal, sehingga akibatnya
akan m enjadi semakin buruk. Karena itu, maka kedua orang itu
tidak boleh m elarikan diri. Meskipun kalian berdua saja y akin
akan dapat m engalahkan m ereka, bahkan seorang saja diantara
kalian,
tetapi
kemungkinan
m elarikan
diri
haru s
diperhitungkan. "
Kebo Wanter dan Lembu Pangam bah m asih m enganggukangguk. Sementara orang itu m em beritahukan ciri-ciri dari orang
yang harus mereka cari itu.
"Pergunakan jalur para pengungsi. Mungkin kedua orang itu
ada diantara m ereka."
Dem ikianlah, maka sejenak kem udian enam orang telah
berpacu m enuju ke hutan yang m eny ekat Kabuyutan Sendang
Apit dengan Kabuyutan Talang Alun. Bersam a m ereka ikut pula
tiga orang y ang akan m em bawa kuda -kuda itu kem bali ke
padepokan Renapati.
Sebenarnyalah bahwa Mahisa Murti dan Kiai Wijangyang
kemudian telah bertem u kem bali dengan bebahu Sendang Apit
itu telah m emutuskan untuk kembali ke Talang Alun. Nam paknya
52

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

tidak mungkin dapat berbicara terbuka dengan Ki Buy ut


Pudaklamatan yang selalu dibayangi oleh seseorang y ang agaknya
sengaja ditem patkan di rum ah Ki Buy ut oleh m Pu Renapati.
Sementara itu, anak Ki Buyut sendiri agaknya telah m enjadi
mabok oleh m im pi tentang m asa depan y ang besar.
Tetapi bebahu itu sendiri telah m enyatakan diri untuk tinggal.
Ia m erasa akan m endapat kesem patan bertemu dengan Ki Buy ut
Sendang Apit y ang m asih berada di Kabuyutannya"Aku tentu dapat bertemu, dengan Ki Buy ut m eskipun tidak
segera. Aku akan m engajak Ki Buyut m enem ui Ki Buyut Talang
Alun dan m em bawanya ke Padepokan Bajra Seta.
"Kam i m enunggu " berkata Mahisa Murti.
"Mudah-mudahan
Ki
Buyut bersedia m eninggalkan
Kabuyutan Sendang Apit barang dua tiga hari untuk keperluan
itu." berkata bebahu itu.
"Berhati-hatilah" pesan Kiai Wijang.
"T erim a kasih. Kiai berduapun haru s berhati-hati dijalan."
berkata bebahu itu.
"Jika kau gagal m enemui Ki Buyut, kau haru s segera,
m enghubungi kam i" berkata Mahisa Murti kemudian.
"Baik. T etapi nam paknya aku sudah m endapatkan jalur untuk
sam pai kepadanya. Ternyata aku m asih dipercaya m eskipun aku
sudah pernah lari dari m edan." berkata bebahu itu.
Dengan demikian, m aka Mahisa Murti dan Kiai Wijang telah
m eninggalkan bebahu itu di Kabuyutannya. Mereka m emang
telah m enem puh perjalanan m elalui jalur para pengungsi yang
masih saja mengalir dari Kabuyutan Sendang Apit m enyeberangi
hutan. Mereka berharap bahwa diseberang hutan, m ereka akan
m endapatkan ketenangan setidak-tidaknya untuk sementara
sam bil m enunggu perkembangan keadaan di Kabuyutan 'm ereka.
Sekelom pok pengungsi yang m eny eberangi hutan itu m emang
tertarik m elihat kehadiran dua orang yang sebelumnya belum
m ereka kenal. Orang-orang Kabuyutan Sendang Apit m emang

53

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

m elihat kelainan pada Mahisa Murti dan Kiai Wijang dari


kebiasaan orang-orang Kabuyutan itu.
Namun sekelom pok pengungsi itupun m erasa bahwa m ereka
m emang tidak dapat m engenali sem ua penghuni Kabuyutan
Sendang Apit y ang term asuk luas itu. Apalagi k em ungkinan
hadirnya orang-orang baru yang datang dari Kabuyutan lain
untuk m enetap di Kabuyutan Sendang Apit. Apalagi nam paknya
kedua orang itu bukan orang y ang jahat y ang akan dapat
m engganggu mereka diperjalanan.
Meskipun dem ikian, seorang laki-laki diantara para pengungsi
itu telah bertanya kepada Mahisa Murti dan Kiai Wijang "Apakah
kalian juga pengungsi seperti kam i?"
Ternyata Mahisa Murti m enjawab apa adanya "Tidak Ki
Sanak. Kam i adalah orang-orang dari Kabuyutan Talang Alun
diseberang hutan. Di Kabuyutan kami terdapat banyak sekali
pengungsi yang m engalir dari Kabuyutan S endang Apit. Karena
itu, kami sengajaa pergi ke Sendang Apit untuk m elihat keadaan."
Laki-laki itu m engangguk-angguk. Katanya "Jadi kalian adalah
orang-oranga Talang Alun."
"Ya " jawab Mahisa Murti.
Laki-laki itu m engangguk-angguk. Namun kemudian iapun
bertanya "Bagaim ana keadaan sau dara -sau dara kam i y ang telah
berada di Talang Alun?"
"Kam i di Talang Alun telah m encoba berbuat sebaik-baiknya.
Tetapi sudah tentu sesuai dengan kemampuan yang ada pada
kami."
Orang itu m engangguk-angguk. Tetapi ia tidak bertanya lebih
lanjut.
Perjalanan di hutan y ang lebat itu m em ang bukan p erjalanan
yang mudah. Apalagi diantara m ereka terdapat perem puan dan
anak-anak. Karena itu, maka perjalananpun m enjadi lambat dan
sekali -sekali harus beri stirahat.

54

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Beberapa orang laki-laki yang ada diantara m ereka telah


m eram bah jalan y ang akan dilalui. Nam un m erekapun bersiap
pula jika tiba-tiba m ereka bertemu dengan binatang buas yang
akan m engganggu. .
Tetapi binatang buas di hutan itu justru m eny ingkir jika
m ereka m elihat sekelom pok orang y ang lewat. Apalagi jika
m ereka m em bawa obor dim alam hari.
Namun ditengah hutan m ereka telah bertemu dengan tiga
orang y ang nam paknya sedang beri stirahat.
Tetapi ketiga orang itu sam a sekali tidak m enegur sekelom pok
orang yang sedang m engungsi itu. Mereka hanya m em perhatikan
seorang dem i seorang. Namun kemudian sekelom pok pengungsi
itupun kemudian telah lewat.
"Apakah kita akan m enggabungkan diri dengan m ereka? "
bertanya lem bu Pangambah.
"T idak perlu." jawab Kebo Wanter "hanya akan m engganggu
sa ja. Mungkin satu orang diantara m ereka akan bertanya kepada
kita. Bahkan mungkin kedua orang y ang harus kita selesaikan itu.
Kita harus berpikir bagaim anakita m enjawab pertanyaanpertanyaan m ereka itu.
"Dua orang y ang dim aksud m Pu Renapati tentu dua orang
yang ada diantara para pengungsi itu " berkata Lembu
Pangam bah.
"Ya. Aku sudah pasti." jawab Kebo Wanter.
"Jika dem ikian, kenapa tidak kita selesaikan sekarang saja
disini?" bertanya seorang yang ikut bersam a Kebo Wanter dan
Lem bu Pangam bah.
"T iga orang kawan kita yang lain ada di ujung hutan" jawab
Kebo Wanter "selebihnya, perintah itu m engatakan bahwa kita
haru s m em bunuh m ereka di daerah Kabuyutan Talang Alun
sendiri. "
"Kenapa? Bukankah lebih baik kita bunuh di hutan ini?"

55

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

"Jika m ereka mati di Talang Alun, maka itu adalah persoalan


Talang Alun sendiri. Tetapi jika di hutan ini atau di Sendang Apit,
maka per soalannya akan dapat m enjadi lain. Orang-orang Talang
Alun akan dapat m enyangkutkan Kabuyutan Sendang Apit atas
kematian orang-orangnya itu.
Orang itu tidak bertanya lagi, sementara itu kelom pok
pengungsi itu sudah m enjadi semakin jauh.
Baru beberapa saat kemudian maka ketiga orang itupun
bangkit dan m elangkah m engikuti arah para pengungsi itu.
Ketika kemu dian para pengungsi itu m elihat tiga orang yang
lam duduk-duduk diatas sebatang pohon y ang rebah dihutan itu,
maka m ereka mulai m erasa curiga. Mungkin enam orang itu
berniat buruk terhadap para pengungsi itu. Mungkin m ereka
perampok yang m engira bahwa para pengungsi itu m em bawa
barang-barang m ereka yang paling berharga.
Tetapi ketiga orang yang ditemuinya kemudian itu juga tidak
m engganggu mereka. Ketiganya hanya m em perhatikan saja iringiringan sekelom pok pengungsi yang lewat.
Namun dalam pada itu, setiap laki -laki diantara para
pengungsi itu sudah bersiap-siap m enghadapi segala
kemungkinan. Mereka telah m em persiapkan senjata m ereka
untuk m elindungi keluarga m ereka serta m ilik m ereka yang
sem pat mereka bawa.
Ketika para pengungsi itu kemudian keluar dari hutan yang
lebat, y ang m eny ekat Kabuyutan Sendang Apit dengan
Kabuyutan Talang Alun, m aka rasa-rasanya m ereka mulai dapat
bernafas lega. Beberapa saat kem udian, m ereka akan
m eninggalkan padang perdu dan turun ke daerah per sawahan.
Kemudian m erekapun akan segera sam pai ke padukuhanpadukuhan terdekat dari Kabuyutan Talang Alun, yang akan
m enjadi t em pat m ereka untuk m enetap sementara.
"Kam i sudah sam pai ke Talang Alun, Ki Sanak" berkata laki laki y ang sejak semula berbincang dengan Mahisa Murti dan Kiai
Wijang.

56

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

"Ya. Kalian telah berada di Talang Alun" jaw ab Mahisa Murti.


"Dimana kam i dapat tinggal?" bertanya laki-laki itu.
"Datang saja ke padukuhan y ang m ana saja. Di banjar telah
ditugaskan orang-orang yang akan m engatur dim ana kalian akan
ditem patkan," jawab Mahisa Murti.
Laki-laki itu m engangguk-angguk. Katanya "Terima ka sih.
Kam i tidak akan m elupakan jasa orang-orang Talang Alun.
Dem ikianlah iring-iringan itu berjalan dengan wajah yang
m emancarkan harapan untuk m endapatkan tem pat y ang lebih
tenang. Mereka seakan -akan t elah m elupakan perjalanan yang
panjang m enelu suri hutan dan padang perdu.
Sementara itu, malam y ang turunpun semakin lama m enjadi
semakin gelap. Perem puan dan anak-anak yang m erasa sangat
letih, terpaksa haru s berhenti lagi untuk beristirahat
sebagaimana m ereka lakukan beberapa kali sepanjang
perjalanan.
Namun rasa -rasanya m ereka sudah tidak diburu oleh
kecem asan, bahwa m ereka akan m engalam i perlakuan kasar.
Seakan-akan m ereka sudah berada d iam bang pintu regol rumah
m ereka sendiri.
Namun ketenangan m ereka ternyata telah terusik. Enam
orang y ang m ereka temui di hutan itupun telah m enyusul
m ereka. Dua orang y ang berjalan dipaling depan langsung berdiri
dekat ditempat para pengungsi itu beristirahat.
"Kam i tidak akan m engganggu kalian " b erkata salah seorang
dari m ereka.
Para pengungsi itu term angu-mangu sejenak. Tetapi setiap
laki -laki y ang ada diantara m ereka memang sudah bersiap. Meski
pun m elihat ujudnya, keenam orang itu tentu orang yang
m em iliki kelebihan, t etapi para pengungsi itu tidak akan
m em biarkan m ereka diram pok atau m engalam i perlakuan buruk.
Mereka sudah bersusah pay ah m enem puh perjalanan yang
panjang dan sulit. Sehingga karena itu, m aka m erekapun rasarasanya tidak akan mau berkorban lebih banyak lagi.
57

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Tetapi salah seorang dari keenam orang itu berkata "Aku


justru sedang m encari sau daraku sendiri dari Talang Alun.
Diluar sadarnya orang-orang itu berpaling kepada Mahisa
Murti dan Kiai Wijang.
Ternyata orang-orang itupun telah m emandang kearah
keduanya pula.
Sebelum Mahisa Murti dan Kiai Wijang berkata sesuatti, m aka
orang yang m engaku m encari sau daranya itu b erkata "Ternyata
kau b enar-benar ada di sana. Ketika kam i m elihat iring-iringan
pengungsi ini lewat, kau berusaha untuk m eny em bunyikan
dirimu diantara m ereka. Tetapi ada diantara kami yang berhasil
m elihat kalian berdua. "
Mahisa Murti dan Kiai Wijang segera tanggap apa yang sedang
m ereka hadapi. Karena itu, maka Kiai Wijangpun segera
m enyahut "Ki Sanak. Kalian tidak usah berputar-putar lagi.
Katakan saja apa m aksud kalian. Kam i m em ang orang-orang
Talang Alun. Tetapi kalian bukan."
"Jangan m emutar balikkan per soalan. Beberapa hari kau telah
m enghilang dari Talang Alun. Sekarang kau kem bali k e Talang
Alun b ersam a para pengungsi. Ki Buy ut yang m enugaskan kam i
m encarimu, ham pir berputus-a sa. Untunglah kami m elihat kau
yang m encoba menyusup diantara para pengungsi itu."
"Sudahlah, katakan apa yang kau maui?" berkata Mahisa
Murti.
Salah seorang diantara m ereka y ang m encegat Mahisa Murti
dan Kiai Wijang itupun berkata kepada para pengungsi "Nah Ki
Sanak. Aku persilahkan kalian m elanjutkan perjalanan. Di Talang
Alun telah disediakan tem pat bagi kalian. Biarlah aku
m enyelesaikan kedua orang y ang telah banyak m elakukan
kejahatan di Kabuyutan kam i. Untunglah m ereka berdua belum
m elakukan kejahatan atas kalian, karena agaknya kalian tidak
m enjadi ketakutan karenanya. Bahkan nampaknya setiap lakilaki dalam iring-iringan pengungsi ini sudah siap untuk
m elawan."

58

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Para pengungsi itu m emang m enjadi bingung. Namun orang


itu berkata selanjutnya "Silahkan m eninggalkan tem pat ini. Kam i
akan m enangkap m ereka dan m em bawanya kepada Ki Buy ut.
Jika kedua orang ini m elawan, maka kami terpaksa
m engakhirinya. "
Para pengungsi itu m emang m enjadi cemas. Karena itu, m aka
m ereka m em ang m erasa lebih baik tidak ikut cam pur. Apalagi
orang itu m engatakan bahwa ia dan kawan -kawannya m endapat
tugas dari Ki Buy ut Talang Alun.
Ketika para pengungsi itu bersiap untuk m elanjutkan
perjalanan, m aka Mahisa Murti justru berkata "Silahkan Ki
Sanak. Jangan ragu-ragu. Tinggalkan tem pat ini dan sam paikan
kepada Ki Buyut apa y ang telah terjadi disini. "
Para pengungsi yang masih baru saja m encoba untuk
beristirahat itu telah bersiap untuk m elanjutkan perjalanan.
Sementara Mahisa Murti berkata "Padukuhan yang pertama
sudah tidak jauh lagi. Lam pu -lam punya telah nam pak dari
tem pat ini. Yang nampak terang itu tentu obor diregol
padukuhan.Para pengungsi itupun segera m elanjutkan perjalanan. Mereka
m emang m enjadi berdebar-debar dan bahkan m erasa cemas
m elihat gelagat yang tidak baik antara keenam orang yang
m engikuti m ereka dari dalam hutan dengan dua orang yang
bersam a-sama m ereka sejak dari seberang hutan.
Tetapi para pengungsi itu m emang tidak ingin ikut cam pur
jika per soalannya adalah per soalan orang-orang Talang Alun
sendiri. Mereka m emang m erasa tidak b erhak untuk m elibatkan
diri kedalamnya.
Namun yang m enggelisahkan m ereka, bahwa Talang Alun
yang dikiranya tenang dan damai itu masih juga diguncang oleh
peristiwa-peri stiwa kekerasan yang mencem askan.
Sementara itu, ketika para pengungsi itu sudah m enjadi
semakin jauh, maka Kebo Wengker itupun berkata "Ki Sanak.
Kam i m emang mendapat perintah untuk m enyelesaikan Ki Sanak
berdua, karena kalian akan dapat m em buat suasana m enjadi
59

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

semakin Kalut. Kabuyutan Talang Alun tidak ingin terlibat dalam


pertikaian yang terjadi di Pudaklamatan dan Sendang Apit.
Karena itu, m aka bahwa kalian telah m encoba m encam puri
persoalan m ereka m aka kalian harus dilenyapkan dari bumi
Talang Alun. "
Tetapi Mahisa Murti itu ju stru bertanya "Bukankah tidak ada
pertikaian apa-apa di Pudaklamatan? Bukankah y ang terjadi itu
satu hal y ang sangat wajar, bahwa Ki Buy ut Pudaklam atan
m engam bil kem bali m iliknya dari tangan adik sepupunya? Kelak
anak Ki Buyut itu akan m enjadi seorang pem im pin yang besar
yang m em im pin sebuah Kabuyutan besar y ang terdiri dari
gabungan dua Kabuyutan. He, apakah kau tidak setuju? Jika
sikapm u itu diketahui oleh Ki Buyut Pudaklamatan, anak lakilakinya atau bahkan m Pu Renapati, maka kalian akan m eny esal.
Apalagi karena kalian sudah m enganggap bahwa y ang terjadi di
Kabuyutan Pudaklam atan adalah satu pertikaian. "
Wajah Kebo Wanter m enjadi
m erah.
Sementara
Lem bu
Pangam bah m em bentak "Gila kau.
Apapun yang kau katakan, kami akan
m em bunuh kalian."
"Nah, bukankah sudah aku
katakan, sebaiknya kalian katakan
langsung, apa m aksud kalian. Kalian
m emang tidak usah berbelit -belit dan
berputar -putar. "
"Baik " geram Lembu Pangam bah
"tundukkan kepalamu. Aku akan
m emanggalnya.
Kematian
y ang
dem ikian adalah kematian yang paling terhorm at bagi kalian
daripada kalian akan m ati seperti seek or tikus didalam
genggaman sekor kucing. "
Mahisa Murti sam a sekali tidak m enjadi k etakutan. Anak
muda itu justru tertawa "Satu tantangan y ang sudah terlalu
sering diucapkan orang. Sudahlah. Kita tidak usah banyak
berbicara. Marilah, kita akan bertem pur. Tetapi maaf, bahwa
60

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

kami m em ang tidak m em bawa senjata, karena senjata akan


m enyulitkan perjalanan kami di Kabuyutan Pudaklam atan.
Kebo Wanter m enggeram. Sam bil m elangkah surut
m engam bil jarak ia berkata "Kau m em ang terlalu som bong.
Tetapi jangan takut bahwa aku akan m em bunuhmu dengan
senjata. Jari-jariku cukup kuat untuk m em atahkan lehermu,
sem entara itu kawanku itu akan m encekik kakek tua itu dengan
jari-jarinya pula.
"Lalu, apa yang akan dilakukan oleh keem pat kaw anmu itu ?"
bertanya Kiai Wijang tiba-tiba. "
Telinga Kebo Wanter m enjadi panas bagaikan disentuh api.
Dengan geram ia m enjawab "Mereka akan m enjaga kalian, agar
kalian tidak sempat melarikan diri."
"Apakah kalian m enduga bahwa kami akan m elarikan diri ?"
bertanya Kiai Wijang pula.
"Ya." jawab Kebo Wanter "aku m elihat kelicikan disorot m ata
kalian. Kalian tidak akan m erasa m alu untuk m elarikan diri
karena kalian m em ang tidak mem punyai harga diri sama sekali."
Kiai Wijang tertawa. Katanya "Satu dugaan yang tepat. Karena
ketika aku muda, m aka aku adalah pelari tercepat di
padukuhanku. Setiap ada l om ba m em buru itik, m aka aku tentu
m enjadi pemenangnya."
"Cukup" bentak Kebo Wanter y ang tidak dapat m enahan
marahnya. Kepada keem pat kawannya ia berkata "Jaga agar
m ereka tidak sem pat m elarikan diri. "
Keempat kawannya itupun segera m em encar diseputar
keem pat orang yang nampaknya sudah siap untuk bertem pur itu.
Kebo Wanter y ang m arah itu segera m enghadapi Mahisa
Murti, sem entara Lembu Pangam bah m elangkah m endekati
Kiai Wijang y ang telah m engam bil jarak dari Mahisa Murti.
"Pandanglah Kabuyutan Talang Alun untuk y ang terakhir. Kau
akan segera m ati, sebelum kawan para pengawal padukuhan
terdekat itu datang kem ari. Para pengungsi itu tentu
61

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

m enceriterakan apa y ang m ereka lihat. Para pengawal tentu ingin


m engetahui apa y ang sebenarnya terjadi disini. " geram Kebo
Wanter.
"Ya. Sebentar lagi m ereka tentu akan datang " sahut Mahisa
Murti.
"T etapi kau tidak akan m em iliki waktu y ang sebentar itu."
geram Kebo Wanter pula.
Mahisa Murti m emang tidak m enjawab lagi. Kebo Wanter
telah mulai bergerak. Bahkan Lembu Pangam bahlah y ang justru
telah m eloncat m eny erang Kiai Wijang. Lembu Pangam bah ingin
dalam waktu yang singkat, orang tua itu sudah dapat
dibunuhnya.
Tetapi Kiai Wijang cukup berhati-hati. Dengan tangkasnya ia
bergeser kesam ping. Tidak sebagaim ana seorang tua yang
bergerak dengan lam ban. Tetapi orang tua itu m elenting dengan
kecepatan y ang justru m endahului serangan lawannya.
Lem bu Pangam bah m em ang agak terkejut m elihat
ketangkasan orang itu itu. Apalagi ketika ia masih m endengar
orang tua itu ju stru tertawa. Bahkan sam bil berkata "Jangan
tergesa -gesa, karena kau tidak dapat m em bidik sasaran dengan
baik. "
Lem bu
Pangam bah
m engum pat
serangannyapun segera m eluncur kembali.
Tetapi seperti y ang t erdahulu,
m enyentuh sasaran.

kasar.

Nam un

serangannya

itu tidak

Lem bu Pangambah y ang geram itupun berteriak "Jangan lari.


Kau tidak akan lepa s dari tanganku.
Tetapi jawaban Kiai W ijang m emang m enyakitkan telinganya.
Katanya "Bukankah aku tidak akan dapat m elarikan diri karena
kawan-kawanmu telah m engepungku ?"
"Per setan kau setan tua. Kau akan m enyesal tingkah lakumu
itu." geram Lem bu Pangam bah.

62

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Kiai Wijang tidak 'm enjawab. Ia m elihat dalam kerem angan


malam , mata Lem bu Pangam bah itu seakan-akan m em bara.
Kemarahannya telah m em bakar ubun-ubunnya.
Dengan garangnya Lem bu Pangam bah itu m eny erang
lawannya. Ia sama sekali tidak berusaha untuk m enjajagi
kemampuan orang tua itu. Lem bu Pangambah ingin pekerjaan
itu segera selesai sehingga bersama kawan-kawannya ia akan
segera m eninggalkan daerah Talang Alun y ang banyak dihuni
oleh para pengungsi dari Sendang Apit.
Tetapi ternyata tidak mudah untuk m enundukkan orang tua
itu. Ketika orang tua itu m ulai b ertem pur, m aka ia sama sekali
tidak menunjukkan ketuaannya lagi.
Sementara itu, Kebo Wanterpun telah m engerahkan
kemampuannya pula. Anak muda y ang som bong itu haru s
dihancurkan dalam waktu y ang pendek. Sebelum m ati anak muda
itu haru s m engakui, bahwa ia bukan apa-apa bagi Kebo Wanter.
Tetapi ternyata bahwa perhitungan Kebo Wanter itu keliru .
Anak m uda itu tidak segera dapat ditundukkannya. Seranganserangannya sama sekali tidak m am pu m enyentuh sasaran.
Bahkan sekali-sekali, anak muda itu justru dengan sengaja m em b
entur serangannya.
Kebo Wanter adalah seorang yang m em iliki pengalaman yang
luas. Sebagai seorang yang ditem pa di sebuah padepokan, m aka
Kebo Wanterpun m em iliki landasan ilm u yang cukup tinggi.
Namun y ang dihadapinya adalah Mahisa Murti, pem im pin
sebuah padepokan yang cukup besar dan bahkan telah m endapat
perhatian khusus dari Singasari.
Karena itu, maka Kebo Wanter mulai m erasa dihadapkan pada
sebuah teka-teki, bahwa anak m uda dari Talang Alun itu tidak
segera dapat ditundukkannya.
Dengan, dem ikian, maka Kebo Wanter, seorang murid dari
perguruan m Pu Renapati y ang terpilih itu, m enjadi sem akin
marah. Tidak seharusnya anak dari Talang Alun itu dapat
bertahan terlalu lam a m enghadapinya.
63

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Tetapi ia tidak dapat m engingkari keny ataan. Anak m uda itu


masih mampu bertahan. Bahkan serangan-serangan Kebo
Wanter itu masih belum berhasil m eny entuh kulitnya.
Karena itu, maka Kebo Wanter tidak lagi m engekang dirinya.
Ia berniat segera m engakhiri pertempuran. Karena itu, m aka
iapun segera m eningkat ketataran ilmunya yang lebih tinggi.
Yang sebelumnya sam a sekali tidak diduganya, bahkan ia akan
sam pai ketataran itu untuk m enghadapi anak muda Talang Alun
itu.
Dengan demikian, maka serangan2 Kebo Wanterpun m enjadi
semakin keras dan cepat. Kakinya berloncatan diseputar Mahisa
Murti y ang berusaha tidak terlalu banyak bergerak. Namun setiap
geraknya seakan-akan telah m enim bulkan getar udara yang
m enerpa kulit lawannya.
Mula-mula Kebo Wanter tidak mau m enghiraukan hal itu.
Namun kemudian ia menyadari, bahwa hal itu m emang terjadi.
"Kau sadap ilmumu itu dari iblis m ana, anak m uda?" bertanya
Kebo Wanter kemudian.
"Aku tidak bersahabat dengan iblis Ki Sanak" jaw ab Mahisa
Murti.
"Per setan dengan kesom bonganmu" geram Kebo Wanter.
Namun Kebo Wanter itupun kemudian harus m engakui,
bahwa lawannya yang masih muda itu m emang berilmu tinggi.
Seperti Kebo Wanter masih belum ingin m em pergunakan
senjata. Ia tahu bahwa law annya y ang m asih muda itu tidak
bersenjata. Iapun telah b erkata bahwa ia akan m em bunuh anak
muda itu tanpa senjata. Karena itu, betapapun ia m enghadapi
keny ataan bahwa law annya itu berilm u tinggi, maka Kebo Wanter
masih belum m em pergunakan senjatanya.
Tetapi
benturan-benturan
y ang
kemudian
terjadi,
m emaksaKebo Wanter berpikir ulang. Ia tidak dapat sekedar
m enjunjung harga dirinya, tetapi semakin m engalam i kesulitan
untuk m em pertahankan diri.

64

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

Apalagi ketika kem udian, Mahisa Murti mulai m enem bus


pertahanan Kebo Wanter dengan serangan-serangannya. Justru
saat Kebo Wanter m enggapai tataran ilmu y ang dikuasainya,
maka Mahisa Murti mulai m enguak pertahanannya. Ketika Kebo
Wanter m eloncat m enyerang dengan garangnya, dengan
m enjulurkan tangannya kearah pelipis Mahisa Murti, m aka
Mahisa Murti justru m erendah. Sam bil m em utar tubuhnya, m aka
Mahisa Murti telah m enjulurkan sebelah kakinya m engarah
kedada Kebo Wanter.
Tetapi Kebo Wanter sempat m enghindar. Dengan cepat Kebo
Wantaer m em iringkan tubuhnya.
Serangan kaki Mahisa Murti itu m em ang tidak m engenai
sa sarannya. Namun Mahisa Murti tidak berhenti. Dengan
loncatan kecil, tubuhnya berputar. Kakinyalah y ang dengan
derasnya terayun m enggapai kening.
Ternyata Kebo Wanter tidak m am pu bergerak secepat Mahisa
Murti. Meskipun ia tanggap akan serangan kaki berikutnya,
namun Kebo Wanter ternyata telah terlam bat m enghindar. Kaki
Mahisa Murti yang terayun m endatar itu m enyambar keningnya.
Dem ikian derasnya, sehingga Kebo Wanterpun telah terdorong
beberapa langkah dan bahkan kem udian telah
kehilangan
keseim bangannya pula.
Kebo Wanter itu jatu h terbanting di tanah. Satu k ejadian yang
tidak pernah diperkirakan sejak ia berangkat dari padepokan
Renapati. Yang diangan-angankan adalah bagaim ana m em bunuh
anak Talang Alun itu dengan tangannya, m em biarkan mayatnya
terbujur di bulak itu.
Jika kemu dian m ayat itu oleh orang-orang Talang Alun m aka
m ereka akan m enjadi bingung. Mungkin mereka dapat m enduga
bahwa anak m uda dan seorang kawannya telah dibunuh oleh
orang seberang hutan, tetapi karena kem atiannya terjadi di
Kabuyutan Talang Alun, m aka orang-orang Talang Alun tidak
dapat m enuduh, bahwa orang-orang seberang hutan itulah yang
telah m em bunuhnya.

65

Hijaunya Lembah, Hi jaunya Lereng Pegunungan Jili d 118


http://kangzusi.com /

=====00000ooooooo^^^^^ooooo00000=====
Para pembaca sekalian, cerita Hijaunya Lembah
Hijaunya Lereng Pegunungan HANYA SA MPAI DISINI
sa ja
Karena Pengarangnya Bpk SH Mintardja tidak
sempat menyelesaikannya sebab beliau dipanggil
menghadap Sang Maha Kuasa..
Terserah para pembaca untuk menafsirkan sendiri
ending dari cerita ini
Trim s
Dewi KZ

0oo0dw0oo0
(TA MAT)
Koleksi buku: Ki Ism oy o
Scanning: Ki Arema
Conv ert, Edit, Ebook by Dewi KZ
http://kangzusi.com /
File djvu diupload di
http://pelangisingosari.wordpress.com
Dan
http://kangzusi.com /SH_Mintardja.htm

66

You might also like