Professional Documents
Culture Documents
4. Perbedaan Umur
Bayi dalam kandungan dan bayi
baru lahir jumlah enzim mikrosom
hati yang diperlukan untuk
memetabolisis obat relatif masih
sedikit sehingga sangat peka
terhadap obat. Contoh Tolbutamid,
pada bayi yang baru lahir
mempunyai paruh waktu +/- 40jam
sedang pada orang dewasa +/- 8 jam
7. Faktor lain-lain
faktor lain-lain yang dapat
mempengaruhi metabolisme obat
adalah diet makanan, keadaan
kekurangan gizi, gangguan
keseimbangan hormon, kehamilan,
pengikatan obat oleh protein plasma,
distribusi obat dalam jaringan dan
keadaan patologis hati.
2. Reaksi Reduksi
Proses reduksi mempunyai peran penting
pada metabolisme senyawa yang
mengandung gugus karbonil (aldehida dan
keton), nitro dan azo. Senyawa yang
mengandung gugus karbonil, mengalami
reduksi menjadi turunan alkohol, sedang
gugus nitro dan azo tereduksi menjadi
turunan amin.
Gugus alkohol dan amin hasil reduksi akan
terkonjugasi, menghasilkan senyawa hidrofil
yang mudah diekskresikan sehingga proses
reduksi juga memberikan fasilitas untuk
terjadinya eliminasi obat.
3. Reaksi Hidrolitik
Metabolisme obat yang mengandung gugus ester atau amida dapat
menghasilkan metabolit asam karboksilat, alkohol dan amin yang
bersifat polar dan mudah terkonjugasi. Enzim mikrosom yang dapat
menghidrolisis ester dan amida adalah amidase, esterase dan
deasilase, yang terdapat dalam jaringan-jaringan hati, ginjal, usus
dan plasma. Contoh klasik hidrolisis ester adalah perubahan
metabolik asetosal menjadi asam salisilat dan asam asetat.
Contoh obat yang mengalami hidrolisis ester antara lain adalah :
kokain, metilfenida, klofibrat, kloramfenikol palmitat, klindamisin
palmitat, difenoksilat, indenilkarbenisilin dan prednisolon
hemisuksinat.
Senyawa amida terhidrolisis lebih lambat dibanding senyawa ester.
Contoh : Prokainamid, terhidrolisis lebih lambat dibanding prokain.
Contoh obat yang mengalami hidrolisis amida antara lain : lidokain,
karbamazepin, indometasin, prazosin, heksobarbital, 5fenilhidantoin, dan fensuksimid.
b. Konjugasi Sulfat
Konjugasi dengan sulfat terutama terjadi pada senyawa
yang mengandung gugus fenol dan kadang-kadang juga
terjadi pada senyawa alkohol, amin aromatik dan senyawa
N-hidroksi.
Konjugasi sulfat pada umumnya untuk meningkatkan
kelarutan senyawa dalam air dan membuat senyawa
menjadi tidak toksik. Tidak seperti asam glukuronat,
jumlah sulfat yang tersedia dalam tubuh agak terbatas
dan terutama digunakan untuk konjugasi beberapa
senyawa endogen, seperti steroid, heparin, tiroksin, dan
katekolamin. Proses konjugasi sulfat melaui 2 tahap yaitu:
1. Aktifasi sulfat anorganik menjadi koenzim 3-fosfoadenosin-5-fosfosulfat(PAPS)
2. Pemindahan gugus sulfat dari PAPS ke substrat dikalatalis
oleh enzim sulfotransferase pada hati, ginjal dan usus.
Senyawa yang mengandung gugus fenol, seperti metildopa, salbutamol, terbutali, dan asetaminofen
dengan mudah terkonjugasi dengan sulfat.
Metabolisme asetaminofen pada orang dewasa
menghasilkan konjugat O-glukuronida(mayor) dan
O-sulfat(minor). Pada anak- anak lebih banyak
menghasilkan konjugat O-sulfat, karena kadar enzim
glukuronil transferase pada anak-anak masih rendah
sehingga kemampuan untuk glukuronidasi juga
rendah.
Senyawa yang mengandung gugus alkohol, seperti
metanol, etanol, dan dietilen glikol serta senyawa
amin aromatik seperti anilin dan 2-naftilamin juga
membentuk konjugat sulfat Contoh Fenasetin
dimetabolisis menjadi N-hidroksifenasetin dan
kemudian terkonjugasi dengan sulfat.
Untuk reaksi dengan glutation, senyawa elektrofil dapat melalui salah satu
dari dua mekanisme umum sebagai berikut :
a. Pemindahan nukleofil pada atom C atau heteroatom lain yang kekurangan
elektron atau
b. Adisi nukleofil pada ikatan rangkap yang kekurangan elektron
Banyak senyawa alifatik, arilalkil halida, sulfat, sulfonat, nitrat dan
organofosfat, mempunyai atom C yang kekurangan elektron sehingga
dapat bereaksi dengan glutation melalui pemindahan nukleofil membentuk
konjugat glutation.
Contoh :
metilparation, suatu insektisida organofosfat mengalami detoksifikasi oleh
glutation melalui 2 jalur, yaitu a) jalur a : melibatkan subtitusi nukleofil
alifatik membentuk S-metilglutation. b) jalur b : melibatkan subtitusi
nukleofil aromatik membentuk S-para-nitrofenilglutation.
Reaksi subtitusi nukleofil aromatik dengan glutation lebih mudah terjadi pada
cincin yang mengandung 1 atau lebih gugus penarik elektron kuat, misal
gugus Cl dan NO2. Contoh :
2,4-diklornitrobenzen dengan mudah bersubtitusi nukleofil dengan glutation
sedang klorobenzen kemampuan reaksinya rendah. Azatioprin, mengalami
reaksi subtitusi nukleofil hetero aromatik dengan glutation, menghasilkan
6-merkaptopurin yang aktif sebagai anti kanker.