You are on page 1of 15

Bahan Ajar Mata Kuliah KDK II

PERAWATAN BEDAH KEBIDANAN


A. Kompetensi Dasar dan Indikator
No.
1.

Kompetensi Dasar
Melaksanakan
perawatan bedah
kebidanan

Indikator
Persiapan dan perawatan :
1. Pre Operasi
2. Intra dan Post operasi

B. Deskripsi Singkat
Mata
kuliah
ini
memberikan
kemampuan
kepada
mahasiswa untuk melakukan ketrampilan dasar lanjutan dalam
praktik kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan
didasari konsep-konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil
evidence based dengan pokok bahasan perawatan bedah
kebidanan.
U R A I A N M AT E R I
PERAWATAN BEDAH KEBIDANAN
A. Persiapan dan Perawatan Pasien Pre-Operasi
1. Pengertian dan hal-hal yang berkaitan dengan perawatan
pasien Pre-Operasi :
a. Persiapan dan perawatan pasien pre-operasi merupakan
suatu tindakan untuk menyiapkan pasien yang akan
dilakukan operasi pada waktu yang sudah ditentukan.
b. Persiapan dan perawatan pasien pre-operasi sangat
menentukan, sebab hal ini berhubungan dengan morbiditas
(angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pasien.
c. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan
sangat tergantung pada tahap pre-operasi ini.
2. Tujuan Persiapan dan Perawatan Pasien Pre-Operasi
Persiapan dan perawatan pasien Pre-Operasi bertujuan untuk
mempersiapkan fisik dan mental pasien, agar pasien siap untuk
dilakukan pembedahan dan dapat bekerja sama selama
persiapan pembedahan serta mencegah komplikasi/kesulitan
dan pembedahan.
3. Faktor Resiko terhadap operasi/pembedahan
Dalam mempersiapakan pasien yang akan dilakukan
operasi, petugas kesehatan termasuk bidan seharusnya
mengetahui faktor resiko apa saja yang perlu diperhatikan.
Faktor resiko tersebut, antara lain :
a. Usia
1) Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi dan anakanak) dan usia lanjut mempunyai resiko yang lebih besar.
2) Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua
sudah sangat menurun. Sedangkan pada bayi dan anakSiskana Dewi Rosita, SST, M. Kes (Akademi Kebidanan Mitra Husada
Karanganyar)

Bahan Ajar Mata Kuliah KDK II

anak disebabkan oleh karena belum maturnya semua


fungsi organ.

b. Nutrisi
1) Kondisi malnutrisi dan obesitas/kegemukan lebih resiko
terhadap pemebedahan dibandingkan dengan orang
normal dengan gizi yang baik terutama pada fase
penyembuhan.
2) Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori,
air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, vitamin K,
zat besi seng (diperlukan untuk sintesis protein).
3) Pada pasien yang mengalami obesitas :
a) Selama pembedahan jaringan lemak, terutama sekali
sangat rentan terhadap infeksi.
b) Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan
teknik dan mekanik
c) Pasien obesitas sering sulit dirawat karena tambahan
berat badan ; pasien bernafas tidak optimal saat
berbaring miring dan karenanya mudah mengalami
hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pasca operatif.
c. Penyakit Kronis
1) Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler,
diabetes, PPOM, dan insufisiensi ginjal menjadil lebih
sukar terkait dengan pemakaian energi kalori untuk
penyembuhan primer.
2) Dan juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik
yang mengganggu sehingga komplikasi pembedahan
maupun pasca pembedahan sangat tinggi.
d. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin
1) Pada pasienyang mengalami gangguan fungsi endokrin,
seperti diabetes militus yang tidak terkontrol, bahaya
utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan
pembedahan adalah terjadinya hipoglikemia yang
mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen anestesi.
2) Atau juga masukan karbohidrat yang tidak adekuat pasca
operasi atau pemberian insulin.
e. Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami
gangguan vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis
pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah
sistemiknya.
f. Alkohol dan obat-obatan
1) Individu dengan riwayat alkohol kronik seringkali
menderita malnutrisi dan masalah-masalah sistemik,
seperti gangguan ginjal dan hepar yang akan
meningkatkan resiko pembedahan.
2) Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami
oleh pemabuk. Maka sebelum dilakukan operasi darurat
perlu
dilakukan
pengosongan
lambung
untuk
menghindari aspirasi dengan pemasangan NGT.
4. Persiapan Pasien yang dilakukan di Ruang Perawatan
a. Konsultasi dengan dokter obstetri dan dokter anestesi

Siskana Dewi Rosita, SST, M. Kes (Akademi Kebidanan Mitra Husada


Karanganyar)

Bahan Ajar Mata Kuliah KDK II

b.

c.

d.

e.

1) Semua ibu yang akan dioperasi harus diperiksa dokter


obstetri dan dokter anestesi sebelum operasi dilakukan.
2) Anggota multidisiplin lainnya juga dapat terlibat,
misalnya fisioterapi.
Pre-medikasi
1) Premedikasi adalah obat yang diberikan sebelum operasi
dilakukan. Sebagian persiapan atau bagian dari anestesi.
2) Pramedikasi dapat diresepkan dalam berbagai bentuk
sesuai kebutuhan, misalnya relaksan, antiemetik,
analgesik, dll.
Persiapan Kandung Kemih dan Usus
1) Konstipasi dapat terjadi sebagai masalah pasca bedah
setelah puasa dan imobilisasi oleh karena itu lebih baik
bila dilakukan pengosongan usus sebelum operasi.
2) Kateter residu atau indweling dapat tetap dipasang untuk
mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih
selama operasi.
Identifikasi dan Lepas Prostesa
1) Semua protesis seperti lensa kontak, gigi palsu,
perhiasan, dll harus dilepas sebelum pembedahan.
2) Selubung gigi juga harus dilepas sebelumnya akan
diberikan anestesi umum, karena adanya resiko terlepas
dan tertelan.
3) Pakai gelang identitas, terutama pada ibu yang
diperkirakan akan tidak sadar dan disiapkan gelang
identitas untuk bayi.
Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi
dalam 2 tahapan, yaitu persiapan diunit perawatan dan
persiapan diruang operasi berbagai persiapan fisik harus
dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain :
1) Status kesehatan fisik secara umum
a) Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan
pemeriksaan status kesehatan secara umum.
b) Pemeriksaan kesehatan fisik secara umum tersebut,
meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga,
pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
hemodinamika,
status
kardiovaskuler,
status
pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin,
fungsi imunologi dan lain-lain.
c) Pasien harus istirahat cukup, karena dengan istirahat
cukup pasien tidak akan mengalami stress fisik, tubuh
rileks, sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat
hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi
pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih
awal.
2) Status Nutrisi
a) Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur TB,
BB, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin
dan globulin) dan keseimbangan nitrogen.
b) Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di
RS.

Siskana Dewi Rosita, SST, M. Kes (Akademi Kebidanan Mitra Husada


Karanganyar)

Bahan Ajar Mata Kuliah KDK II

c) Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi


pasca
operasi,
dehisiensi
(terlepasnya
jahitan
sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan
penyembuhan luka yang lama.
3) Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
a) Balance cairan perlu diperhatikan (input dan output)
b) Kadar elektrolit, biasanya dilakukan pemeriksaan
antaranya kadar natrium serum (normal : 135-145
mmoll), kadar kalium serum (normal : 3,5-5 mmol)
dan kadar kreatinin serum (0,70-1,50 mgdl)
c) Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan
fungsi ginjal.
d) Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan
dengan baik.
e) Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti
oligurianuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka
operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi
ginjal. Kecuali pada kasus yang mengancam jiwa.
4) Kebersihan lambung dan kolon
a) Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu
b) Tindakan yang bisa diberikan antaranya adalah pasien
dipuasakan dan dilakukan tidakan pengosongan
lambung dan kolon dengan tidakan enema/lavement
c) Lama puasa berkisar antara 7 8 jam (biasanya puasa
dilakukan mulai pukul 24 WIB).
d) Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah
untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung
ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke
area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya
infeksi pasca pembedahan.
e) Khusus pada pasien yang membutuhkan operasi CITO
(segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas.
Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan
cara pemasangan NGT
5) Pencukuran Daerah operasi
a) Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk
menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang
dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak
dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman
dan juga menghambat proses penyembuhan dan
perawatan luka.
b) Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada
jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi.
Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan
pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah
sekitar perut dan paha.
c) Tindakan pencukuran (scheren)
Pengertian:
Pencukuran rambut dilakukan untuk menghilangkan
rambut tubuh yang menjadi tempat mikroorganisme
yang menghambat pandangan pada pembedahan.
Tujuan:
(1)Mencegah infeksi
(2)Menurunkan angka terjadinya injuri saat operasi
Persiapan alat :
Siskana Dewi Rosita, SST, M. Kes (Akademi Kebidanan Mitra Husada
Karanganyar)

Bahan Ajar Mata Kuliah KDK II

(1)Alat cukur
(2)Gunting
(3)Handuk
(4)Bengkok
(5)Tirai pasien
(6)Lampu
(7)Kapas
(8)Larutan antiseptik
6) Personal Hygine
Pada pasien dengan kondisi fisik yang kuat dianjurkan
untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi
dengan lebih seksama.
7) Pengosongan Kandung Kemih
a) Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan
melakukan pemasangan kateter.
b) Selain
untuk
pengosongan
bladder
tindakan
kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi
balance cairan.
8) Latihan Pre-Operasi
a) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pasien dalam
latihan Pre-operasi adalah berbagai latihan sangat
diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat
penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi
kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi,
batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
b) Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi
antara lain latihan nafas dalam, latihan batuk efektif
dan latihan gerakan sendi.
Latihan Nafas dalam dan Batuk efektif :
Tujuannya :
(1)Mencegah terjadinya komplikasi paru-paru akibat
pembedahan
(2)Membantu paru-paru berkembang dan mencegah
terjadinya akumulasi sekresi yang terjadi setelah
anestesi
Tindakan :
(1)Tidur dengan posisi semi fowler atau fowler penuh
dengan lutut fleksi, adboden releks dan dada
ekspansi penuh.
(2)Letakkan tangan diatas perut
(3)Bernafas pelan melalui hidung dengan membiarkan
dada ekspansi dengan rasakan perut mengempis
dan tangan yang ada diatasnya.
(4)Tahan nafas selama 3 detik
(5)Keluarkan nafas melalui bibir yang terbuka sedikit
secara pelan-pelan
(6)Tarik dan keluarkan nafas 3 kali, kemudian setelah
inspirasi diikuti dengan batuk yang kuat dan keras
untuk mengeluarkan sekret.
(7)Istirahat
(8)Ulang kembali dari atas
Latihan Kaki
Tujuan :
(1)Memperlancar peredaran darah
(2)Mempertahankan vena statis
Siskana Dewi Rosita, SST, M. Kes (Akademi Kebidanan Mitra Husada
Karanganyar)

Bahan Ajar Mata Kuliah KDK II

(3)Mempertahankan tonus otot


Tindakan :
Naikkan dan turunkan kaki dari permukaan bed.
Ekstensikan lutut untuk menggerakkan kaki. Latihan
ini menimbulkan kontraksi dan relaksasi otot
quadriceps. Awasi pasien dalam melakukan latihan
kurang lebih satu jam setiap bangun tidur, dengan
catatan frekuensi latihan tergantung kondisi pasien.
Jelaskan pada pasien bahwa dengan kontraksi otot
akan memperlancar peredaran darah.
Latihan Sendi
Tujuan : Memperlancar sirkulasi untuk mencegah
stasis vena dan mempercepat proses penyembuhan
luka.
9) Persiapan Penunjang
a) Pemeriksaan Radiologi dan Diagnostik
(1)Foto thoraks dan abdomen
(2)USG
(3)CT scan
(4)MRI
(5)EKG
(6)Mammografi, dll
b) Pemeriksaan Laboratorium
(1)Hemoglobin
(2)Angka leukosit
(3)LED
(4)Ureum, kreatinin
c) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa
pengambilan bahan jaringan tubuh untuk memastikan
penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya
dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas
jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
d) Pemeriksaan status anestesi
10) Informed Consent / Izin Persetujuan Operasi
5. Penatalaksanaan Pasien Pre-Operasi
Penatalaksanaan pasien Pre-Operasi terdiri dari 2 macam,
yaitu pasien yang dilakukan pembedahan/operasi akut (cyto)
dan pasien yang pembedahan berencana (elektif). Berikut
tindakan diuraikan dalam rangka mempersiapkan pasien yang
akan dilakukan operasi cito maupun berencana :
a. Mempersiapkan pasien untuk operasi Cyto (mendadak) (1)
1) Persiapan operasi Cyto / mendadak secara umum
Operasi harus dilakukan untuk menolong jiwa pasien
(ibu/anak) sehingga tindakan yang harus dilakukan
adalah :
(a) Pakaian pasien segera ganti
(b)Infus dipasang, sekaligus ambil contoh darah untuk
keperluan transfusi darah bila dibutuhkan
(c) Daerah lapangan operasi dan sekitarnya dibersihkan
(d)Pasang Folly cateter
(e) Darah dimintakan dibagian bank darah
(f) Surat-surat izin operasi, disiapkan baik dari pasien dan
keluarga.
(g)Memberikan obat sesuai instruksi dokter, mencatat di
lembar status pasien.
Siskana Dewi Rosita, SST, M. Kes (Akademi Kebidanan Mitra Husada
Karanganyar)

Bahan Ajar Mata Kuliah KDK II

(h)Pasien segara bawa ke kamar operasi dengan


mengikutsertakan status/file pasien.
(i) Menyerahterimakan pasien serta obat-obatan dan
status/file pasien kepada petugas kamar operasi.
2) Persiapan operasi Cyto Kebidanan (2)
(a) Pengertian : suatu tindakan untuk mempersiapkan
pasien yang akan dilakukan operasi segera
(b)Tujuan :
(1)Mempersiapkan pasien secara fisik dan mental
(2)Mencegah infeksi
(c) Persiapan mental :
(1)Memanggil suami/keluarga untuk mendapatkan
penjelasan dari tim medis
(2)Memberikan formulir ijin operasi yang harus di
tanda tangani oleh suami
(3)Memberikan waktu pada suami/orang tua untuk
bertemu dengan pasien / berdoa bersama.
(4)Persiapan alat :
(a) Sarung tangan steril dalam tempatnya
(b) Baki berisi alat cukur
(c) Urin bag
(d) Folley kateter dewasa
(e) Kapas savlon
(f)
Spuit 10 cc steril
(g) Aquabidest
(h) Bengkok
(i)
Tiang infus
(j)
Cairan infus
(k) Blood set
(l)
Abocath
(m) Plaster
(n) Kassa
(o) Kapas alkohol
(p) Spuit 3 cc (untuk pengambilan darah)
(q) Gurita dan kain pasien
(5)Tindakan
(a) Pasien diberitahu bahwa akan dilakukan operasi
(b)Ukur tanda-tanda vital, suhu, nadi, tensi,
pernafasan
(c) Lepas pakaian dan perhiasan
(d)Hapus make up dan cat kuku pasien
(e) Pakai sarung tangan
(f) Cukur daerah perut dan vagina (hati-hati)
(g)Bersihkan dengan kapas savlon
(h)Kompres daerah operasi dengan kasaa alkohol
(i) Pasang dower kateter
(j) Pasang infus
(k) Ambil contoh darah
(l) Pasang alat CTG untuk memonitor kesejahteraan
pasien
(m) Beritahu operator
(n)Beritahu petugas kamar operasi
(o) Beritahu petugas bayi
(p)Buat laporan pada status pasien dan buku
register
Siskana Dewi Rosita, SST, M. Kes (Akademi Kebidanan Mitra Husada
Karanganyar)

Bahan Ajar Mata Kuliah KDK II

(q)Beritahu keluraga pasien bahwa pasien akan


dibawa ke kamar operasi dan menyarankan
untuk menunggu diruang tunggu
(r) Kirimi pasien ke kamar operasi
(s) Serah trima dengan petugas kamar operasi
b. Mempersiapkan Pasien untuk operasi berencana
1) Persiapan Operasi Berencana
Dilakukan di poliklinik atau ruang perawatan sebelum
pasien dilakukan tindakan pembedahan :
a) Hal-hal yang harus diperhatikan :
(1)Memperbaiki keadaan umum pasien
(a) Gizi pasien, harus baik dan cukup
(b)Kesadaran
pasien
harus
baik,
yaitu
composmentis
(c) Tekanan darah pasien harus normal, yaitu
sekitar 120/80 atau menetap dan dinyatakan
oleh bagian anestesi/kardiologi tidak menjadi
kontraindikasi dilakukan operasi.
(d)Pernafasan pasien harus normal, yaitu sekitar
18-20 x/menit
(e) Suhu tubuh pasien tidak panas/subfebril
(f) Perhatikan keluhan-keluhan pasien.
Bila ada yang menyimpang dari normal, maka
bidan perlu memberitakukan kepada dokter.
b) Keadaan daerah operasi (dibersihkan)
c) Pemeriksaan Penunjang
No. PEMERIKSAAN PENUNJANG
NILAI NORMAL
1. Pemeriksaan Darah
- Kadar Haemoglobin (Hb)
10 11 gr %
- Jumlah leokosit
5000- LED
7000/mm3
- Masa perdarahan
0-20
4 menit
2. Pemeriksaan Faal Hati :
- Protein Total
6-8 gr/100 ml
- Albumin
3,5-5,5/100 ml
- Globulin
1,5

3/100
- Bilirubin total
Meq/L
- Bilirubin indirek
0,2 0,9 Meq/L
0,1-0,15 Meq/L
3. Ureum darah
20-40
mg/100
Creatinin
ml
Gula darah Nuchter
0,6-1,3 /100 ml
Gula darah postprandiol
70 120
< 140
4. Urine Lengkap
- Sedimen
*Leukosit
2-3
*Eritrosit
0-1
- Protein
Negatif (-)
- Reduksi
Negatif (-)
- Bilirubins
Negatif (-)
5. Thoraks foto
Normal
6. EKG (Elektrokardiografi) untuk Normal
pasien yang berumur < 35
Siskana Dewi Rosita, SST, M. Kes (Akademi Kebidanan Mitra Husada
Karanganyar)

Bahan Ajar Mata Kuliah KDK II

tahun
7. IVP (Intravenous Pyelografi) Normal
untuk tumor-tumor abdomen
yang besar atau padat
d) Tindakan
(1) Mengetahui diagnosis dan rencana operasi yang
akan dilakukan
(2) Buat surat pengajuan operasi dan kirim ke kamar
operasi
(3) Observasi tanda-tanda vital dan tingkat
kecemasan
(4) Timbang berat badan pasien
(5) Cek atau ajukan pemeriksaan spirometri dan EKG
serta pemeriksaan lab sesuai dengan program
dokter.
(6) Anjurkan pasien untuk puasa 6-8 jam sebelum
operasi
(7) Bersihkan kulit dan cukur daerah yang akan
dioperasi 2 jam sebelum operasi.
(8) Lakukan klisma dan memberikan kesempatan
kepada pasien untuk BAB
(9) Anjurkan pasien untuk memakai pakaian rumah
sakit.
(10) Pasang infus
(11) Lepaskan semua perhiasaan, lensa kontak dan
giigi palsu kemudian serahkan kepada keluarga,
jika tidak ada keluarga, buat surat serah terima
dan barang-barang berharga tersebut dipegang
oleh penanggung jawab ruangan.
(12) Sampaikan kepada pasien untuk tidak
memakai/membersihkan make up dan cat kuku
(13) Melakukan skin tes antibiotic dan menanyakan
riwayat alergi obat
(14) Memberikan obat premedikasi sesuai dengan
program
(15) Mengantar klien dan keluarga kekamar operasi
(16) Serah terima dengan perawat dikamar operasi
meliputi : DJJ, TTV, dsb
(17) Mendokumentasikan tindakan
B. Persiapan dan Perawatan Pasien Intra-Operasi
1. Persiapan operasi dilakukan terhadap pasien dimulai sejak
pasien masuk ke ruang perawatan sampai saat pasien berada
dikamar operasi sebelum tindakan bedah dilakukan, persiapan
yang dilakukan adalah :
a) Didalam kamar operasi persiapan yang harus dilakukan
terhadap pasien yaitu berupa tindakan drapping yaitu
penutupan pasien dengan menggunakan peralatan alat
tenun (disebut : duk) steril dan hanya bagian yang akan di
insisi saja yang dibiarkan terbuka dengan memberikan zat
desinfektan seperti povide iodine 10 % dan alkohol 70%.
b) Untuk persiapan dan perawatan intra operatif tidak hanya
berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien
selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah
psikologi yang dihadapi pasien.
Siskana Dewi Rosita, SST, M. Kes (Akademi Kebidanan Mitra Husada
Karanganyar)

Bahan Ajar Mata Kuliah KDK II

c) Perawat atau bidan intra operatif bertanggung jawab


terhadap keselamatan dan kesejahteraan (well being)
pasien.
2. Perawatan Pasien Intra-Operasi
a) Kesejajaran fungsional (memberikan posisi yang tepat
selama operasi)
b) Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
c) Memonitoring fisiologis
(1)Melakukan balance cairan (dengan cara menghitung
jumlah cairan yang masuk dan keluar (cek pada kantong
kateter urin) kemudian melakukan koreksi terhadap
balance imbalance cairang yang terjadi, misalnya dengan
pemberian cairan infus.
(2)Memantau
kondisi
kardiopulmonal
(pemantauan
dilakukan meliputi fungsi pernafasan, nadi, tekanan
darah, saturasi oksigen, perdarahan, dll)
(3)Pemantauan TTV
d) Memonitoring psikologis (dukungan psikologis ke pasien)
e) Pengaturan dan koordinasi (memanage keamanan fisik
pasien dan mempertahankan prinsip dan teknik asepsis)
f) Mengobservasi adanya komplikasi Intraoperasi
Komplikasi selama operasi bisa muncul sewaktu-waktu
selama tindakan pembedahan. Komplikasi yang sering
muncul adalah Hipotensi, hipotermi, dan hipertermi
malignan :
Hipotensi :
Hipotensi yang terjadi selama pembedahan, biasanya
dilakukan
dengan
pemberian
obat-obatan
tertentu
(hipotensi di induksi). Maka dari itu perlu kewaspadaan
perawat atau bidan untuk memantau kondisi fisiologis
pasien.
Hipotermi :
(1)Hipotermi adalah keadaan suhu tubuh dibawah 36,6 C
(normatermi : 36,6 37,5 C)
(2)Hipotermi yang tidak diinginkan mungkin saja dialami
pasien sebagai akibat suhu rendah dikamar operasi (2526,6C), infus dengan cairan yang dingin, inhalasi gas-gas
dingin, kavitas atau luka luka terbuka pada tubuh,
aktivitas otot menurun, usia lanjut atau obat-obatan yang
digunakan (vasodilator, anastetik umum, dll)
(3)Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari
hipotermi yang tidak diinginkan adalah atur suhu ruangan
kamar operasi pada suhu ideal (25-26,6C) jalan lebih
rendah dari suhu tersebut, cairan intravena dan irgasi
dibuat pada suhu 37 C, gaun operasi pasien dan selimut
yang basah segera diganti dengan gaun dan selimut yang
kering, menggunakan topi operasi.
Hipertermi Malignan :
(1) Hipertermi malignan sering kali terjadi pada pasien yang
operasi (angka mortilitas lebih dari 50 %) sehingga
diperlukan penatalaksanaan yang adekuat.
(2) Hipertermi malignan terjadi akibat gangguan otot yang
disebabkan oleh agen anastetik

Siskana Dewi Rosita, SST, M. Kes (Akademi Kebidanan Mitra Husada


Karanganyar)

10

Bahan Ajar Mata Kuliah KDK II

(3) Untuk menghindari mortalitas, maka segera diberikan


oksigen 100%, natrium dan trolen, natrium bikarbonat
dan agen relaksan otot.
(4) Monitoring TTV, EKG, elektrolit, dll
C. Persiapan dan Perawatan Pasien Post-Operasi ( PascaOperasi)
1. Pengertian
Persiapan dan perawatan pasien Post-Operasi adalah persiapan
dan penanganan yang diberikan kepada pasien secara fisik dan
psikis pasca bedah sejak pasien diangkat dari meja operasi.
2. Tujuan
a) Memulihkan pasien ke kondisi yang baik
b) Mencegah komplikasi
c) Membantu, melindung dan membantu pasien dan keluarga.
3. Asuhan Post-Operasi, meliputi :
a) Meningkatkan proses penyembuhan luka
b) Mengurangi rasa nyeri
c) Pengkajian frekuensi jantung
d) Mempertahankan respirasi yang sempurna
e) Mempertahankan sirkulasi
f) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
dengan cara memonitoring input serta outputnya
g) Mempertahankan eliminasi, dengan cara mempertahankan
asupan dan output serta mencegah terjadinya retensi urine.
h) Pengkajian kesadaran
i) Pemberian posisi yang tepat pada ibu
j) Ambulasi
k) Mengurangi kecemasan dengan cara komunikasi terapeutik.
4. Sistem organ vital tubuh yang paling penting diperhatikan pada
masa krisis pasien pasca operasi :
Masa krisis pasien pasca operasi adalah 72 jam pertama
sesudah operasi, untuk itu perlu diperhatikan 3 sistem :
a. Sistem jantung dan peredaran darah
b. Sistem pernafasan
c. Sistem saluran kencing
5. Penatalaksanaan pasien post-operasi (1)
Sesudah operasi timbul perubahan-perubahan pada badan.
Segera nilai tanda-tanda vital atau keadaan umum pasien,
seperti :
a. Pernafasan pasien lancar atau tidak
b. Sirkulasi : tanda-tanda hidup, warna, suhu, kulit, nadi dan
tekanan darah
c. Syaraf : tingkat kesadaran
d. Luka operasi : ada perdarahan atau tidak, ada drain atau
tidak.
e. Tube/selang
1) Macam-macam cairan intravena/infus
2) Jumlah pemberian cairan
3) Adanya NGT dan kateter
4) Jumlah cairan yang keluar, kateter dan sistemnya.
f. Posisi pasien :
1) Posisi pasien harus baik
2) Ventilasi cukup
3) Menyenangkan, tidak membahayakan pasien
4) Adanya rasa sakit, enek dan muntah
Siskana Dewi Rosita, SST, M. Kes (Akademi Kebidanan Mitra Husada
Karanganyar)

11

Bahan Ajar Mata Kuliah KDK II

g. Keamanan
6. Penatalaksanaan Pasien Post-Operasi
Dalam waktu 72 jam perlu diperhatikan :
a. Pernafasan
1) Bila pasien sampai diruangan perawatan, apakah
pernafasan pasien baik atau tidak, apakah ada
slym/lendir/riak atau tidak.
2) Jalan nafas harus bebas
3) Berikan oksigen dan beritahukan dokter segera.
b. Tekanan darah dan nadi
Bila tekanan darah yang rendah dan nadi yang cepat,
kemungkinan penyebabnya :
1) Anestesi
2) Cairan kurang cukup diberikan
3) Ada perdarahan
4) Obat-obatan yang diberikan (syok anafilaktik)
Bila ada tanda-tanda tekanan darah rendah dan nadi yang
cepat sebagai kemungkinan penyebab hal diatas, maka
beritahukan pada dokter operatornya.
c. Urine
1) Kateter harus terpasang dan disambungkan dengan urne
bag
2) Jumlah urine harus diukur, dan perhatikan urine setiap
jam
3) Jumlah urine yang normal seharusnya keluar tiap jam
adalah sekitar > 40 cc
Bila kurang dari jumlah tersebut, mungkin karena :
kateter tersumbat, cairan yang diberikan kurang, ureter
terpotong saat operasi, kegagalan ginjal
d. Temperatur/suhu
1) Temperatur harus diukur, dimana temperatur yang
normal adalah 36-37 C
2) Apabila dalam 24 jam post-operasi temparaturnya sekitar
37-38 C, nilai masih dianggap normal. Karena
kemungkinan disebabkan oleh pengaruh pemberian
cairan atau absorbsi darah yang terdapat dalam rongga
perut.
3) Namun apabila setelah 24 jam, temperatur mencapai 3738C, maka harus diperhatikan adanya infeksi.
e. Infus
1) Infus harus diperhatikan sampai pasien flatus / sesuai
intruksi dokter
2) Cairan intravena dalam 24 jam normalnya adalah dapat
diberikan 2 liter (misalnya 4 x 500 cc, yang terdiri dari 2
NaCl dan 2 Dextrose 5 %) atau sesuai intruksi dokter
f. Setelah infus dilepas dan kateter dilepas maka pasien dicoba
untuk miksi/buang air kecil sendiri ditempat tidur.
g. Mobilisasi :
1) 8 jam post operasi dianjurkan untuk menggerakkan
kakinya dan menarik nafas dalam
2) Hari ke-2, biasanya keadaan umum pasien baik, pasien
dapat dilatih duduk ditempat tidur
3) Apabila infus dan kateter telah dilepaskan (untuk ibu
yang operasi SC) dan infus telah dilepas, maka pasien
dapat dilatih untuk berdiri dan turun dari tempat tidur.
Siskana Dewi Rosita, SST, M. Kes (Akademi Kebidanan Mitra Husada
Karanganyar)

12

Bahan Ajar Mata Kuliah KDK II

4) Untuk selanjutnya secara bertahap pasien berlatih


berjalan
5) Hari ke 4, 4, 6 apabila sudah baik dan luka baik, pasien
dapat dipulangkan.
h. Diet atau makan
1) Hari pertama pasca operasi sesuai dengan jenis
anestesinya, apabila pasien hanya dilakukan anestesi
lokal dan pasien sudah sadar betul bisa diberikan minum
1-2 sendok untuk membasahi bibirnya
2) Perhatikan keadaan perut pasien, bila kembung
sebaiknya minum ditunda.
3) Pasien sudah boleh makan-makanan secara bertahap
apabila pasien sudah flatus.
i. Perawatan Luka :
Perawatan luka yang biasanya perlu diperhatikan/dilakukan
pada pasien pasca operasi, antara lain :
1) Harus diperhatikan kebersihan daerah luka dan tubuh
seluruhnya.
2) Jaga luka jangan sampai basah
3) Hari ke 3 sebaiknya verban penutup luka diangkat dan
dilihat apakah ada tanda-tanda radang, dan verban
penutup diganti.
4) Hari ke-5 verban luka diganti lagi.
5) Kalau tidak ada jahitan yang akan diangkat, luka
tenang/baik, pasien dapat dipulangkan dengan perjanjian
untuk kontrol ulang.
7. Tindakan pada pasien sesudah operasi SC
a) Tujuan
1) Memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien
2) Memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien
3) Mencegah infeksi luka operasi
b) Tindakan
Setelah di ruang perawatan :
1) Gantung cairan infus ke tiang infus dan atur tetesan infus
sesuai program
2) Obeservasi urine dalam urine bag
3) Observasi TTV tiap 30 menit selama 2 jam pertama
4) Catat semua hasil observasi
5) Siapkan dan kirim formulir pemeriksaan darah lengkap
sesuai program laboratorium
6) Setelah pasien sadar betul, jelaskanke pasien agar
mobilisasi miring kanan dan kiri untuk merangsang
peristaltik usus.
7) Sarankan menarik nafas panjang 5-6 kali saat merasakan
nyeri luka
8) Monitoring bising usus atau flatus
9) Jelaskan pada pasien bahwa puasa sampai bising usus
baik (pasien sudah flatus), tapi pasien diperbolehkan
minum 2-4 sendok per jam untuk membasahi mulut
pasien.
10) Laksanakan program diit pasien
11) Bimbing ibu untuk menyusui bayi setiap 3 jam (bila
sudah rawat gabung)
12) Rawat luka operasi

Siskana Dewi Rosita, SST, M. Kes (Akademi Kebidanan Mitra Husada


Karanganyar)

13

Bahan Ajar Mata Kuliah KDK II

13) Lepas infus dan kateter pada hari ke 2, kemudian


bimbing pasien untuk mobilisasi.
8. Komplikasi yang bisa terjadi pada masa pasca operasi dan
penanganan
No.
KOMPLIKASI
TANDA-TANDA
PENANGANAN
1. Sesak Nafas,
Pada 24-48 jam
1. Jaga jalan
bronkhitis
pasca bedah :
nafas : O2,
1. Nadi,
isap lendir
pernafasan
2. Posisi tidur
cepat dan suhu
diubah
naik
3. Menarik nafas
2. Sianosis
dalam dan
3. Gelisah, takut
batuk
2. Syok (insufisiensi 1. Nadi,
cepat, 1. Persiapkan
akut dari sistem
lemah
mental
dan
sirkulasi
2. TD
fisik
(kekurangan
rendah/turun
2. Sediakan
oksigen)
dan 3. Pernafasan
cairan, darah
dapat
cepat
dan plasma
mengakibatkan
4. Gelisah
dan 3. Rendahkan
kematian
pucat
kepala
5. Ekstremitas
4. Beri O2
dan
muka
dingn
6. Oliguri/urin
sedikit
7. Warna
kulit
kebau-abuan
3. Perdarahan luka 1. Perdarahan
1. Mengawasi
operasi
2. Luka
Basah
balutan
atau terbuka
dengan teratur
3. Ganti kassa
2. Bila
ada
4. Nadi cepat
perdarahan
5. Tensi turun
beri tanda
6. Pucat, gelisah
3. Beritahu
7. Sakit
daerah
dokter
perut
4. Bila
perdarahan
hebat, siapkan
infus dan ada
kemungkinan
untuk dikirim
ke
kamar
operasi lagi.
4. Gangguan saluran kemih
1. Berikan cairan
yang cukup
2. Kompres
hangat
pada
daerah
perineum
3. Bila
tidak
berhasil,
pasang kateter
5. Thromboplebitis
1. Suhu naik
Latihan anggota
Siskana Dewi Rosita, SST, M. Kes (Akademi Kebidanan Mitra Husada
Karanganyar)

14

Bahan Ajar Mata Kuliah KDK II

6.

2. Nadi cepat
3. Nyeri spontan
pada vena
4. Edema
Gangguan
1. Urin kurang
keseimbangan
2. Muntah/diare
cairan
dan 3. Tekanan darah
elektrolit
menurun
4. Kembung
5. Gas
6. Gangguan
elektrolit
7. Obstruksi usus

gerak
sedini
mungkin setelah
pasien sadar.
1. Kaji
bising
usus
2. Kaji
pengeluaran
urine
3. Ukur TTV
4. Persiapan
cairan
5. Lapor dokter

Siskana Dewi Rosita, SST, M. Kes (Akademi Kebidanan Mitra Husada


Karanganyar)

15

You might also like