You are on page 1of 2

MANIFESTASI ORAL GOLONGAN OBAT ANTIHIPERTENSI

(AA. Jelantik, Try Dewi, Muhammad Ainun Najib)


Dikenal lima kelompok obat lini pertama (first line drug) yang digunakan untuk
pengobatan awal hipertensi yaitu : diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (-blocker),
penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor), penghambat reseptor angiotensin
(Angiotensin-receptor blocker, ARB), dan antagonis kalsium. Diuretik Mekanisme kerja :
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menghancurkan garam yang tersimpan di alam
tubuh. Pengaruhnya ada dua tahap yaitu : (1) Pengurangan dari volume darah total dan curah
jantung; yang menyebabkan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer; (2) Ketika curah
jantung kembali ke ambang normal, resistensi pembuluh darah perifer juga berkurang. Contoh
antihipertensi dari golongan ini adalah Bumetanide, Furosemide, Hydrochlorothiazide,
Triamterene, Amiloride, Chlorothiazide, Chlorthaldion.
Antihipertensi dari golongan diuretik, ACE-inhibitor dan beberapa -Blocker dapat
menyebabkan reaksi likenoid. ACE-inhibitor juga diasosiasikan dengan kehilangan sensasi pada
lidah dan rasa terbakar pada mulut. ACEinhibitor dan penghambat reseptor angiotensin II
pernah diimpliksikan bahwa keduanya menyebabkan angioedema pada rongga mulut pada
sekelompok 1% dari pasien yang mengonsumsinya. Meskipun oedema pada lidah, uvula, dan
palatum lunak yang paling sering terjadi, tetapi oedema larynx adalah yang paling serius karena
berpotensi menghambat jalan nafas. Efek samping obat obatan antihipertensi pada rongga
mulut adalah xerostomia, reaksi likenoid, pertumbuhan gingiva yang berlebih, pendarahan yang
parah, penyembuhan luka yang tertunda. Sedangkan efek samping yang sistemik yang paling
sering dilaporkan adalah konstipasi, batuk, pusing, mengantuk, letih, frekuensi berkemih yang
meningkat, berkuranya konsentrasi, disfungsi seksual dan rasa tidak enak pada perut.
Penyekat Reseptor Beta Adrenergik (-Blocker) Berbagai mekanisme penurunan tekanan
darah akibat pemberian -blocker dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor 1, antara lain : (1)
penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah
jantung; (2) hambatan sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan
Angiotensin II; (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada
sensitivitas baroresptor, perubahan neuron adrenergik perifer dan peningkatan biosentesis
prostasiklin.19 Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Propanolol, Metoprolol, Atenolol,

Betaxolol, Bisoprolol, Pindolol, Acebutolol, Penbutolol, Labetalol. Penghambat Angiotensin


Converting Enzyme (ACE-Inhibitor) Kaptopril merupakan ACE-inhibitor yang pertama banyak
digunakan di klinik untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung.19 Mekanisme kerja : secara
langsung menghambat pembentukan Angiotensin II dan pada saat yang bersamaan meningkatkan
jumlah bradikinin. Hasilnya berupa vasokonstriksi yang berkurang, berkurangnya natrium dan
retensi air, dan meningkatkan vasodilatasi (melalui bradikinin). Contoh antihipertensi dari
golongan ini adalah Kaptopril, Enalapril, Benazepril, Fosinopril, Moexipril, Quianapril,
Lisinopril
Banyak sekali obat yang mempengaruhi sekresi saliva. Prinsip dasar dari obat obatan
yang menyebabkan xerostomia adalah antikolinergik dan aksi simpatomimetik, adapun obat
obatan yang paling sering menyebabkan xerostomia adalah antidepresan, antipsikotopik,
benzodiazepine, atropinik, -blocker, dan antihistamin. Obat-obat tersebut mempengaruhi aliran
saliva dengan meniru aksi sistem syaraf autonom atau dengan secara langsung beraksi pada
proses seluler yang diperlukan untuk salivasi. Obat-obatan juga dapat secara tidak langsung
mempengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan
mempengaruhi aliran darah ke kelenjar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Shetty KS. Essentials in Medicine for Dental Students. New Delhi : Jaypee, 2003: 36-9. 19.
2. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Farmakologi dan Terapi . Edisi 5. Jakarta : Gaya Baru, 2007: 343

You might also like