Professional Documents
Culture Documents
C-Change (Communication for Change), sebuah proyek yang dikelola oleh Academy for
Educational Development (AED) dan didanai oleh U.S. Agency for International
Development (USAID).
Pendapat yang tertuang dalam publikasi ini tidak mereeksikan pendapat USAID atau
pemerintah Amerika Serikat.
PANDUAN SOSIALISASI
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Kata Pengantar
Pendahuluan
Struktur Sosialisasi
11
Tatalaksana Diare
13
1. Diare
15
2. Tatalaksana Diare
17
b.
17
17
17
18
20
21
22
23
24
25
27
a. Teknik/Keterampilan Komunikasi
28
29
31
Daftar Referensi
36
KATA PENGANTAR
Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena mordibilitasnya
cenderung meningkat, dari hasil survey mordibilitas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI
tahun 2000 diketahui bahwa kasus diare di masyarakat sebesar 301 per 1000 penduduk, tahun
2003 sebesar 374 per 1000 penduduk, tahun 2006 sebesar 423 per 1000 penduduk. Kejadian Luar
Biasa (KLB) masih sering terjadi, tahun 2008 terjadi 49 KLB dengan dengan jumlah penderita 8133
meninggal 239 (CFR 2,94%), tahun 2009 terjadi 23 KLB dengan jumlah penderita 5734, kematian
98 (CFR 1,71%) dari hasil Riskesdas tahun 2007diare masih sebagai penyebab kematian nomor satu
pada Balita.
Sesuai rekomendasi WHO/UNICEF dan IDAI, sejak tahun 2008 Departemen Kesehatan Republik
Indonesia memperbaharui tatalaksana diare yang dikenal dengan istilah LINTAS DIARE (Lima Langkah
Tuntaskan Diare) sebagai salah satu strategi pengendalian penyakit diare di Indonesia. Lintas Diare
meliputi pemberian oralit, Zinc selama 10 hari, pemberian ASI dan makanan sesuai umur, antibiotika
selektif dan nasihat bagi penggunaan Zinc untuk penderita diare dapat mengurangi lama dan
keparahan diare, mengurangi frekuensi dan volume buang air besar, serta mencegah kekambuhan
kejadian diare sampai 3 bulan berikutnya.
Salah satu langkah dalam pencapaian MDGs goal ke-4 adalah penurunan kematian anak sehingga
perlu diterapkannya tatalaksana Diare yang benar di Sarana Kesehatan. Sehubungan dengan hal
tersebut, perlu adanya sosialisasi LINTAS Diare yang berkesinambungan, untuk itu harus disusun
Panduan Tatalaksana Diare bagi petugas kesehatan.
Terima kasih, kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku panduan
ini dan sewaktu-waktu perlu ditinjau kembali untuk disempurnakan sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP (K), MARS, DTM&H, DTCE
NIP 195509031980121001
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia
karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei mordibitas yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan RI tahun 2006 angka kesakitan diare semua umur sebesar 423 per 1000 penduduk, angka
kesakitan ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun 2000 sebesar 301
per 1000 penduduk dan tahun 2003 sebesar 374 penduduk. Jumlah Kejadian Luar Biasa (KLB) pada tahun
2008 terjadi 49 KLB, dengan jumlah penderita 8133 orang, meninggal 239 (CFR 2,94%) sedang tahun
2009 terjadi 24 KLB, dengan jumlah penderita meninggal 5756 orang meninggal 100 (CFR 1,74 %).
Kematian balita karena penyakit diare juga masih sangat tinggi di Indonesia, bahkan sejak tahun 2001
terlihat terjadi peningkatan angka kematian balita karena penyakit diare, dari data SKRT 2001 (13%),
studi mortalitas 2005 (15,3%) dan Riskesdas 2007 (25,2%). Sama halnya dengan kematian bayi karena
diare juga meningkat, SKRT 2001 (9%), Studi mortalitas 2005 (9,1%) dan Riskesdas 2007 (42%). Hal ini
tentunya sangat disayangkan mengingat bahwa pengobatan diare sebenarnya tidak terlalu sulit.
Penggunaan ORALIT di beberapa negara sangat menurun termasuk di Indonesia. Berdasarkan hasil survey
IDHS 2007 (Indonesia Demographic Health Survey), hanya 35% dari balita diare yang diberikan ORALIT/
ORS (Oral Rehydration Solution) dan 61% balita diare diberikan ORT (Oral Rehydration Therapy dan Cairan
Rumah Tangga).
Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam KEPMENKES RI No: 1216/MENKES/
SK/XI/2001 Edisi ke-5 tahun 2007 memperbaharui tatalaksana diare sesuai rekomendasi Joint Statement
WHO/UNICEF tahun 2004 dan meluncurkan LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) sebagai salah
satu strategi pengendalian penyakit diare di Indonesia dengan mencantumkan penggunaan/pemberian
ZINC dan ORALIT sebagai paduan obat diare. Studi WHO membuktikan bahwa pemberian ZINC kepada
penderita diare dapat mengurangi prevalensi diare sebesar 34%, mengurangi jangka waktu diare akut
sebesar 20%, mengurangi jangka waktu diare persisten sebesar 24% dan dapat mencegah kegagalan
terapi atau kematian akibat terapi diare persisten sebesar 42%.
Selama ini masyarakat telah mengenal ORALIT sebagai obat diare yang sudah diperkenalkan di Indonesia
sejak tahun 1970-an dan dengan diperbaharuinya tatalaksana diare dengan menggunakan ZINC tentunya
perlu mensosialisasikan ZINC kepada masyarakat agar mereka menggunakan ZINC dan ORALIT sebagai
obat diare.
Berdasarkan laporan SUSENAS 2007, sebanyak 58,9% keluarga membawa balita sakitnya untuk rawat
jalan; sebagian besarnya dibawa ke Puskesmas (45%) dan 31,7 % dibawa ke praktek tenaga kesehatan.
Sedangkan berdasarkan studi awal yang dilakukan oleh POUZN (Point of Use Water Disinfection ZINC
Treatment) Project yang dilaksanakan oleh AC Nielsen, Mei 2009 di Bandung; dalam perilaku mendapatkan
saran kesehatan (care seeking behavior) maka ibu yang anaknya diare akan mencari nasehat dari tetangga
(69%), dari bidan (31%), Puskesmas (16%), Posyandu (6%) dan Dokter (6%). Oleh karena itu penting untuk
mensosialisasikan tatalaksana diare yang diperbaharui ini kepada bidan dan petugas kesehatan lainnya
dan panduan ini dikembangkan sebagai alat bantu bagi petugas kesehatan untuk mensosialisasikan
tatalaksana diare balita kepada rekan sesama profesi.
Tujuan Khusus
1. Petugas kesehatan mengetahui prosedur tatalaksana diare balita
2. Petugas kesehatan memiliki keterampilan konseling tatalaksana diare balita
IV. WAKTU
Pelaksanaan sosialisasi tatalaksana diare dilakukan selama satu hari
STRUKTUR SOSIALISASI
TABEL 1: STRUKTUR SOSIALISASI TATALAKSANA DIARE UNTUK PETUGAS KESEHATAN
JUDUL
MATERI
TUJUAN
1. Diare
Definisi diare
Jenis diare
Derajat dehidrasi
diare
Epidemiologi diare
POKOK
BAHASAN
METODE
WAKTU
Tatalaksana Diare
Konseling: Pentingnya
Konseling Dalam
Tatalaksana Diare
1. Prinsip-prinsip
konseling
2. Simulasi konseling
Tatalaksana Diare
2. Tatalaksana Diare:
2.1 Prinsip Tatalaksana Diare
Mencegah Terjadi
Dehidrasi
Mengobati Dehidrasi
(ORALIT)
Mempercepat
Kesembuhan (OBAT
ZINC)
Memberi Makanan
Mengobati Masalah
Lain
2.2 Prosedur Tatalaksana
Diare
Rencana Terapi A
Untuk Terapi Diare
Tanpa Dehidrasi
Rencana Terapi B
Untuk Terapi Diare
Dehidrasi Ringan/
Sedang
Rencana Terapi C
Untuk Terapi Diare
Dehidrasi Berat
1. Presentasi
2. Tanya Jawab
1. Presentasi
2. Peragaan
3. Tanya Jawab
1.
2.
3.
4.
Curah pendapat
Presentasi
Peragaan
Simulasi
20 menit
120 menit
110 menit
Kebijakan Pemerintah
Tentang Pengendalian
Penyakit Diare
di Indonesia
1. Fakta Permasalahan Diare pada Balita di
Indonesia
2. Kebijakan Pemerintah tentang Pengendalian
Penyakit Diare di Indonesia
Cara Memfasilitasi
POKOK BAHASAN:
Fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia
WAKTU: 10 menit
METODE:
1. Presentasi
2. Tanya Jawab
MEDIA:
1. Bahan presentasi
1. LCD Projector
Langkah-langkah:
1.
2.
3.
4.
Materi
Kelainan Saraf
3%
Tetanus
3%
5,5%
Infeksi saluran
napas
28%
Diare: 42%
0,6%
22.3%
6,4%
4,9%
Diare
9%
1,1%
2%
1,9%
0.3%
Kelainan
saluran cerna
4%
Lain-lain
17%
9,1%
14,1%
1,3%
0,8%
0,8%
1,4%
Diare: 9 %
5,1%
Gangguan
perinatal
36%
10,6%
9%
1,7% 1,2%
Diare: 9,1 %
Peny. Saluran
cerna
6%
23.6%
15,3%
1,6%
2,9%
Peny. Saluran
napas
23%
0,05%
2,7%
2,9%
2,2%
0,2%
0,4%
0,7%
Diare
13%
4,9%
3,8%
2,4%
1,1%
0,4%
Tifus
11%
Diare: 13 %
Peny. Syaraf
12%
15,1%
3,6%
3,8%
Diare: 15,3 %
Pneumonia
24%
Diare
42%
Malnutrisi, TB,
Campak
5%
Tetanus
3%
Sepsis
4%
Kel. Jantung kongenital
& hidrosefalus
5%
Kelainan saluran
pencernaan
5%
Meningitis /
enselfalitis
9%
Diare: 25,2%
0,2%
Lainnya
35%
Pneumonia
Pertusis
Diare
Muntah-dehidrasi
Malaria
Campak-komplikasi
DBD
Infeksi Berat
Tifoid
Gizi Buruk & BGM
Prematur
BBLR
Asfiksia/Distress Pernapasan
Infeksi Berat (Sepsis/Meningitis)
Tetanus Neonatorum
Ikterus
Trauma Lahir
Kelainan Kongenital
Masalah lain (termasuk Kecelakaan)
Tidak ada
Pneumonia
Pertusis
Diare
Muntah-dehidrasi
Malaria
Campak-komplikasi
DBD
Infeksi Berat
Tifoid
Gizi Buruk & BGM
Prematur
BBLR
Asfiksia/Distress Pernapasan
Infeksi Berat (Sepsis/Meningitis)
Tetanus Neonatorum
Ikterus
Trauma Lahir
Kelainan Kongenital
Masalah lain (termasuk Kecelakaan)
Tidak ada
Diare
25,2%
Pneumonia
15,5%
NEC
10,7%
Lain-lain
(TB, Malaria,
Leukimia)
9,7%
Tenggelam
4,9%
Campak
5,8%
Meningitis /
enselfalitis
8,8%
DBD
6,8%
Materi
10
Kejadian diare pada balita berdasarkan kategori umur dari hasil survei IDHS 2007 (Indonesian
Demographic Health Survey) bahwa selama 2 minggu terakhir sebelum survey diketahui bahwa ada 20,7%
yang terkena diare dari 3094 anak berumur 12-23 bulan yang disurvey dan merupakan yang paling sering
terkena diare (lihat tabel 1). Praktek keluarga dalam hal pengobatan diare juga masih rendah terlihat dari
data IDHS 2007 pada tabel 2 seperti penderita diare yang dibawa ke sarana kesehatan, pemberian cairan
selama diare, pemberian makanan selama diare, pemberian ORALIT bahkan masih banyak penderita diare
yang tidak diobati yaitu bayi dibawah 6 bulan (50,1%). Demikian halnya pada grafik 7 bahwa masih ada
sekitar 15%-24% balita penderita diare yang memberi cairan lebih sedikit/tidak diberikan dan pemberian
makan yang lebih sedikit/tidak diberi bahkan lebih banyak lagi (44%-48%). Data-data tersebut di atas
menunjukkan perilaku keluarga tentang perawatan balita diare masih sangat rendah di Indonesia. Oleh
karena itu sangat penting, agar petugas kesehatan yang memberikan perawatan balita diare perlu
menginformasikan dan melibatkan keluarga dalam tatalaksana diare dan memberitahukan kepada ibu/
pengasuh balita cara melakukan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga.
Tabel 1: Kejadian Diare Pada Balita (dalam 2 minggu terakhir) Berdasarkan Kategori Umur
(IDHS 2007)
Kategori umur
< 6 bulan
11.7
1686
6 - 11 bulan
17.6
1719
12 - 23 bulan
20.7
3094
24 - 35 bulan
15.3
3162
36 - 47 bulan
9.9
3098
46 - 59 bulan
8.3
3166
Tabel 2: Praktek Keluarga Dalam hal Pengobatan Diare Pada Saat Balitanya Terkena Diare
(IDHS 2007)
Umur
(bulan)
<6
6-11
12-23
24-35
36-47
48-59
%
penderita
diare
yang
dibawa
ke
petugas
kesehatan
31.3
59.1
57.1
52.0
39.7
52.3
%
diberi
oralit
6.6
28
40.2
37.7
35.1
42.7
% diberi Cairan
Rumah Tangga
(CRT) yang
direkomendasikan
7.3
15.4
25.2
25.1
29.3
21.4
ORS
atau
CRT
11.8
37.2
52.7
50.8
50.2
51.5
Mengingkatan
pemberian
cairan
22.8
23.0
33.8
33.9
26.0
34.3
Oralit,CRT atau
meningkatkan
pemberian cairan
33.4
51.7
67.9
65.1
59.7
68.0
Pil/
sirup
27.9
45.5
49.8
50.8
44.3
58.1
Injeksi
0.0
0.6
0.7
0.1
0.6
0.9
Intrave
nous
0.0
0.0
0.3
0.0
0.1
0.1
Obat
tradisional
10.1
14.0
17.3
10.8
16.6
11.7
Tidak
diobati
50.1
23.0
9.2
14.0
16.3
11.3
Jumlah
anak
dengan
diare
187
302
640
482
306
261
Grafik 7: Praktek Pemberian Makan dan Minum/Cairan Pada Balita Selama Diare Oleh
Keluarga (IDHS 2007)
57
60
47 45
50
44
46
43
44
48
40
30
28
26
30
20
24
30
2002-2003
30
2007
22
15
10
10
0
Sama seperti
biasa
Ditingkatkan
Lebih sedikit/
tidak diberi
1997
Sama seperti
biasa
Ditingkatkan
Pemberian Makan
Lebih sedikit/
tidak diberi
Cara Memfasilitasi
11
Pokok Bahasan:
1. Tujuan Umum Pengendalian Diare
2. Kebijakan Pengendalian Diare
3. Strategi Pengendalian Diare
Waktu: 10 menit
METODE:
1. Presentasi
2. Tanya Jawab
MEDIA:
1. Bahan presentasi
1. LCD Projector
Langkah-langkah:
1. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi
2. Fasilitator menjelaskan tentang:
a. Tujuan Umum Pengendalian Diare
b. Kebijakan Pengendalian Diare
c. Strategi Pengendalian Diare
3. Tanya Jawab
4. Sesi ditutup
Materi
12
TUJUAN
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena diare bersama lintas program dan lintas sektor
terkait.
KEBIJAKAN
Kebijakan yang ditetapkan pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian (mortalitas) karena diare adalah:
Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di sarana kesehatan maupun
masyarakat/rumah tangga
Melaksanakan Surveilens epidemiologi & Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan program yang meliputi
aspek managerial dan teknis medis
Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor
Apa saja LINTAS DIARE?
Pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan
pengendalian penyakit diare
ORALIT
Untuk mencegah dehidrasi
Melaksanakan evaluasi sebagai dasar perencanaan
ZINC
Mengurangi parahnya.
selanjutnya.
diare, mengurangi durasi
dan mencegah berulangnya
STRATEGI
diare 2 sampai 3 bulan ke
depan
Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan
pemerintah adalah:
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di
sarana kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare
(LINTAS DIARE)
2. Meningkatkan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga
yang tepat dan benar
3. Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif
5. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi.
Makan
13
Tatalaksana Diare
1. Diare
Definisi diare
Jenis diare
Derajat dehidrasi diare
Epidemiologi diare
2. Tatalaksana Diare
2.1 Prinsip Tatalaksana Diare
Cara Memfasilitasi
14
Tatalaksana Diare
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Peserta mengenal diare dan tatalaksana diare balita
Pokok Bahasan:
1. Diare
Definisi diare, jenis diare, derajat dehidrasi diare, epidemiologi diare
2. Tatalaksana Diare
2.2 Prosedur Tatalaksana Diare
2.1 Prinsip Tatalaksana Diare
Mencegah Terjadi Dehidrasi
Rencana Terapi A Untuk Terapi Diare Tanpa
Mengobati Dehidrasi (ORALIT)
Dehidrasi
Mempercepat Kesembuhan (Obat ZINC)
Rencana Terapi B Untuk Terapi Diare Dehidrasi
Memberi Makanan
Ringan/Sedang
Mengobati Masalah Lain
Rencana Terapi C Untuk Terapi Diare Dehidrasi
Berat
Media:
1. Bahan presentasi
Metode:
2. Lembar balik
1. Curah pendapat
2. Presentasi
3. Peragaan
4. Simulasi
3. Contoh kasus
4. Panduan sosialisasi tatalaksana diare balita
5. Buku saku Petugas Kesehatan
Kertas Plano
Spidol besar
Gelas
Air
Sendok
ORALIT
Obat ZINC
Boneka
Langkah-langkah:
1. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi
2. Fasilitator menjelaskan tentang diare: definisi diare, jenis diare, derajat dehidrasi diare, dan epidemiologi
diare
3. Fasilitator menjelaskan tentang gambaran umum tatalaksana diare:
Prinsip Tatalaksana Diare dan Prosedur Tatalaksana Diare
4. Fasilitator menjelaskan tentang ORALIT dan fungsinya dalam mengobati dehidrasi serta memeragakan
cara membuat larutan ORALIT dan cara pemberiannya
5. Fasilitator menjelaskan tentang ZINC dan fungsinya dalam pengobatan diare serta memeragakan cara
memberikan ZINC
6. Fasilitator menjelaskan tentang prinsip-prinsip pemberian makan balita sakit
7. Fasilitator menjelaskan sekaligus memeragakan cara melakukan prosedur tatalaksana diare: Rencana
Terapi A, Rencana Terapi B dan Rencana Terapi C
8. Fasilitator meminta salah satu peserta mengulang cara melakukan prosedur tatalaksana diare dengan
studi kasus yang diberikan oleh fasilitator
9. Tanya Jawab
10. Sesi ditutup.
Materi
Diare
15
Materi
16
Epidemiologi Diare
Secara umum epidemiologi penyakit diare disebabkan oleh:
A. Infeksi (kuman-kuman penyakit) seperti; bakteri, virus, parasit
B. Penurunan daya tahan tubuh
C. Faktor lingkungan dan perilaku
Dibawah ini penjelasan tentang epidemiologi penyebab penyakit diare:
A. Infeksi (kuman-kuman penyakit)
Kuman-kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui makanan/minuman yang tercemar atau
kontak langsung dengan tinja penderita (feces oral)
Di dalam istilah bahasa Inggris disebutkan 5 F (Feces, Flies, Food, Finger, Fomites) siklus penyebaran
penyakit diare bisa digambarkan sebagai berikut melalui:
Feces atau tinja
Flies atau lalat
Food atau makanan
Fomites atau peralatan makanan
Finger atau tangan (jari tangan)
Dibawah ini beberapa contoh perilaku terjadinya penyebaran kuman yang menyebabkan penyakit diare:
Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara esklusif (ASI eksklusif) sampai 6 bulan kepada bayi atau
memberikan MP ASI terlalu dini. Memberi MP ASI terlalu dini mempercepat bayi kontak terhadap kuman
Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit
membersihkan botol dan juga kualitas air dibeberapa wilayah Indonesia juga sudah terkontaminasi
kuman-kuman penyakit seperti bakteri E. Coli
Menyimpan makanan pada suhu kamar dan tidak ditutup dengan baik
Minum air/menggunakan air yang tercemar
Tidak mencuci tangan setelah BAB, membersihkan BAB anak
Membuang tinja (termasuk tinja bayi) sembarangan.
B. Penurunan Daya Tahan Tubuh
Tidak memberikan ASI kepada bayi sampai usia 2 tahun (atau lebih). Di dalam ASI terdapat antibodi
yang dapat melindungi bayi dari kuman penyakit
Kurang gizi/malnutrisi terutama anak yang kurang gizi buruk akan mudah terkena diare
Imunodefisiensi/Imunosupresi, terinfeksi oleh virus (seperti campak, AIDS)
Segera proporsional, balita lebih sering terkena diare (55%).
C. Faktor Lingkungan dan Perilaku
Penyakit diare adalah penyakit yang berbasis lingkungan yang faktor utama dari kontaminasi air atau
tinja berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat.
Materi
Tatalaksana Diare
Prinsip Tatalaksana Diare adalah:
Kematian karena diare dapat dihindari jika diberikan:
cairan rumah tangga, ORALIT, ZINC, Makanan sesuai
umur (saat diare dan selama masa penyembuhan) dan
mengobati penyakit penyerta.
17
B. MENGOBATI DEHIDRASI
Bila terjadi diare, segera bawa ke petugas kesehatan atau ke sarana
kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat
sesuai dengan tatalaksana diare.
ORALIT
ORALIT adalah campuran garam elektrolit seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.
MANFAAT ORALIT
ORALIT diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun
air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan
ORALIT. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam ORALIT dapat diserap dengan baik oleh
usus penderita diare.
Materi
18
C. MEMPERCEPAT KESEMBUHAN
Bagi seorang ibu/keluarga tentunya akan sangat khawatir
jika balitanya mengalami diare dan tidak kunjung sembuh
(diare terus menerus). Semakin panjang durasi diare maka
semakin tinggi risiko balita mengalami dehidrasi dan
terutama bagi balita malnutrisi, jika mengalami dehidrasi
karena diare, bisa menyebabkan kematian pada balita.
Selama bertahun-tahun WHO membuat penelitianpenelitian yang dapat menurunkan parahnya diare dan
mempercepat kesembuhan.
Materi
ZINC
Bukti ZINC baik dan aman untuk pengobatan diare
berdasarkan hasil penelitian Departement of Child and
Adolescent Health and Development, World Health
Organization yaitu:
19
Tablet
Bubuk
dalam sachet
Sirup
dalam botol
Materi
20
D. MEMBERI MAKANAN
Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke
atas) penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh
serta mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali balita
Umur lebih dari 6 bulan : 1 tablet /hari
yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan yang
sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila
anak kurang gizi akan meningkatkan risiko anak terkena diare kembali.
Oleh karena perlu diperhatikan:
1. Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui bahkan meningkatkan pemberian ASI
selama diare dan selama masa penyembuhan (bayi 0 24 bulan atau lebih).
2. Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia 0-6 bulan, jika bayinya sudah diberikan
makanan lain atau susu formula berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui eksklusif.
Dengan menyusu lebih sering maka produksi ASI akan meningkat dan diberikan kepada bayi untuk
mempercepat kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk meningkatkan kekebalan
tubuh bayi.
3. Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan:
Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 24 bulan dan sejak balita berusia 1
tahun sudah dapat diberikan makanan keluarga secara bertahap.
4. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihan berat badan anak.
Pemberian makan sesuai umur sangat penting saat sakit maupun sehat
1. Bayi berusia 0 6 bulan
Saat usia ini, bayi HANYA diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali
sehari; pagi, siang maupun malam hari. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI.
Jika ibu memberikan susu formula atau makanan lain:
Bangkitkan rasa percaya diri ibu untuk HANYA memberikan ASI saja, jelaskan keuntungan ASI dan
dengan memberi ASI saja mencukupi kebutuhan bayi meskipun bayi sedang diare
Susui bayi lebih sering, lebih lama; pagi, siang maupun malam
Secara bertahap mengurangi pemberian susu formula atau makanan lain
Materi
21
Materi
22
Gelisah, rewel
Cekung
Haus, ingin minum banyak
2.PERIKSA:
Turgor Kulit
Kembali cepat
Kembali lambat
3.DERAJAT
DEHIDRASI
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan/sedang
(dehidrasi tidak berat)
Dehidrasi berat
4.RENCANA
PENGOBATAN
Rencana Terapi A
Rencana Terapi B
Rencana Terapi C
23
A
Diare tanpa dehidrasi
Bila terdapat dua tanda atau lebih
Keadaan Umum baik, sadar
Mata tidak cekung
Minum biasa, tidak haus
Cubitan kulit perut/turgor kembali segera
RENCANA TERAPI A
UNTUK TERAPI DIARE TANPA DEHIDRASI
MENERANGKAN 5 LANGKAH TERAPI DIARE DI RUMAH
1.
Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri ORALIT atau air matang sebagai tambahan
Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan ORALIT atau cairan rumah tangga
sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb)
Beri ORALIT sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit
- Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak
- Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak
2.
3.
4.
Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat
Beri makanan kaya Kalium seperti buah segar, pisang, air kelapa hijau.
Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam)
Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu
5.
NASIHATI IBU/PENGASUH
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila:
Muntah berulang
Sangat haus
Timbul demam
Berak berdarah
24
B
Diare dehidrasi Ringan/Sedang
Bila terdapat dua tanda atau lebih
Gelisah, rewel
Mata cekung
Ingin minum terus, ada rasa haus
Cubitan kulit pertu/turgor kembali lambat
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
< 4 bulan
4-12 bulan
12-24 bulan
2-5 tahun
Berat Badan
< 6 kg
6-10 kg
10-12 kg
12-19 kg
Jumlah cairan
200-400
400-700
700-900
900-1400
Untuk bayi < 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan ORALIT
Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian ORALIT dan berikan air masak atau ASI
SETELAH 3-4 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN PENILAIAN, KEMUDIAN PILIH RENCANA TERAPI
A, B ATAU C UNTUK MELANJUTKAN TERAPI
Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian
mengantuk dan tidur
Tunjukkan jumlah ORALIT yang harus dihabiskan dalam Terapi 3 jam di rumah
25
C
Diare dehidrasi Berat
Bila terdapat dua tanda atau lebih
Lesu, lunglai/tidak sadar
Mata cekung
Malas minum
Cubitan kulit perut/turgor kembali sangat lambat > 2 dtk
RENCANA TERAPI C
UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI BERAT DI SARANA KESEHATAN
YA
Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat.
Juga beri ORALIT (5 ml/kg/jam) bila penderita bias minum; biasanya setelah 3-4
Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi.
Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B atau C) untuk melanjutkan terapi.
YA
Bila penderita bisa minum, sediakan ORALIT dan tunjukkan cara memberikannya
selama di perjalanan.
YA
TIDAK
Kemudian
70ml/kg BB
5 jam
2 jam
TIDAK
Pemberian I
30ml/kg BB
1 jam*
30 menit*
* Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba
TIDAK
Dapatkan Saudara
memberikan cairan
intervena?
UMUR
Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai (A, B atau C)
Mulai rehidrasi dengan ORALIT melalui mulut. Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/
kg BB/jam selama 6 jam.
YA
TIDAK
Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai.
Catatan:
Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan
bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi
ORALIT.
YA
Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah Saudara,
pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotika yang tepat secara oral begitu anak
sadar.
26
Konseling:
Pentingnya Konseling
Dalam Tatalaksaksana Diare
a.
Teknik/Keterampilan Komunikasi
b.
Cara Memfasilitasi
27
Pokok Bahasan:
1. Prinsip-Prinsip Konseling
2. Simulasi konseling Tatalaksana Diare
Media:
1.
2.
3.
4.
5.
1. Boneka
2. Sendok
3. Gelas
4. Air minum
5. ORALIT
6. Obat ZINC
Bahan presentasi
Lembar balik
Contoh kasus
Formulir pengamatan praktek tatalaksana diare
Panduan sosialisasi tatalaksana diare balita
Langkah-langkah:
Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi.
Fasilitator menanyakan kepada peserta pengertian konseling yang mereka ketahui.
Fasilitator menjelaskan tentang pengertian konseling dan prinsip-prinsip konseling di pelayanan
kesehatan dan aplikasi prinsip-prinsip konseling pada tatalaksana diare.
Fasilitator meminta pendapat peserta tentang:
- Hal-hal yang perlu di TANYA, LIHAT, dan PERIKSA pada pasien penderita diare
- Fasilitator menyimpulkan tentang hal-hal yang perlu di TANYA, LIHAT, dan PERIKSA pada pasien
penderita diare sesuai dengan Tatalaksana Diare
Fasilitator meminta peserta membagi kelompok dan kelompok diminta untuk melakukan simulasi
tentang tata laksana diare di pelayanan kesehatan.
Berikan kesempatan kepada kelompok mendiskusi peran masing-masing
- Peran sebagai bidan/petugas kesehatan
- Peran sebagai ibu/pengasuh dari balita yang sedang diare
- Peran sebagai pasien yang sedang antri di pelayan kesehatan (sekaligus sebagai pengamat)
Topik Simulasi, contoh kasus (terlampir):
1. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare tanpa dehidrasi
2. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare dehidrasi sedang/ringan
3. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare tanpa dehidrasi dan mempunyai masalah pemberian
makan
Fasilitator memandu kelompok melakukan simulasi.
Fasilitator meminta kelompok untuk mensimulasikan kasus yang diberikan kepada kelompoknya
dan kelompok lainnya mengamati berlangsungnya simulasi dan membuat catatan tentang: teknik
komunikasi/konseling (TANYA, DENGAR, PUJIAN, SARAN dan PERIKSA PEMAHAMAN) yang digunakan
oleh petugas kesehatan ketika memberikan konseling kepada ibu.
Fasilitator dan kelompok mendiskusikan hasil simulasi tentang hal-hal yang sudah dilakukan dengan
baik dan yang perlu ditingkatkan dalam melaksanakan konseling Tatalaksana Diare.
Fasilitator menjelaskan tentang tips melakukan konseling Tatalaksana Diare.
Sesi ditutup.
Materi
28
BERI PUJIAN
Berikan pujian kepada
pengasuh/ibu balita akan
hal-hal baik yang sudah
dilakukan ibu dalam
merawat anaknya.
SARAN
Berikan saran kepada
pengasuh/ibu balita
cara merawat balita
sakit di rumah.
PERIKSA
Periksa sampai
dimana
pemahaman ibu
tentang cara merawat
balita sakit.
BERI PUJIAN
Petugas kesehatan memberikan pujian kepada ibu
balita/pengasuh jika melakukan tindakan yang baik
dalam mengatasi penyakit/tanda-tanda bahaya sakit
yang dialami balita.
BERI SARAN
Gunakan kalimat yang dimengerti oleh ibu/pengasuh
balita.
Gunakan alat bantu yang ibu/pengasuh balita kenali.
Berikan pujian jika ibu/pengasuh melakukan/
mempraktekkan dengan benar dan bantu ibu/
pengasuh jika ibu/pengasuh belum mempraktekkan
dengan benar.
Berikan kesempatan untuk melakukan praktek lebih
dari satu kali jika dibutuhkan.
Materi
29
Dorong ibu/pengasuh untuk aktif bertanya jika ada hal-hal yang ingin dia tanyakan dan jawab semua
pertanyaannya
Berikan saran yang relevan saat ini
PERIKSA PEMAHAMAN
Berikan beberapa pertanyaan kepada ibu/pengasuh untuk mengetahui pemahaman ibu dan berikan
penjelasan ulang jika ibu/pengasuh balita belum paham. Hindari pertanyaan tertutup (pertanyaan
yang mengarahkan). Sebagai petugas kesehatan, anda mengharapkan ibu/pengasuh balita mengerti
cara merawat balita sakitnya setelah anda mengajarkannya. Dengan bertanya, anda akan tahu tingkat
pemahaman ibu/pengasuh balita.
TIGA LANGKAH DASAR CARA MENGAJARKAN IBU TENTANG TATALAKSANA DIARE BALITA DI RUMAH:
1. Berikan informasi kepada ibu, contoh bagaimana cara memberikan ZINC kepada bayinya.
2. Peragakan kepada ibu, contoh cara memberikan ZINC kepadanya bayinya.
3. Ibu diminta untuk mempraktekkan cara memberikan ZINC kepada bayinya. Setelah mengajarkan ibu
tentang tatalaksana diare, selanjutnya petugas kesehatan memeriksa pemahaman ibu, caranya:
1. Gunakan pertanyaan seperti; mengapa, bagaimana, kapana ibu harus melakukan tatalaksana
diare di rumah
2. Hindari pertanyaan yang mengarahkan
3. Berikan waktu kepada ibu untuk berfikir lalu menjawab pertanyaan
4. Berikan pujian kepada ibu jika ibu menjawab dengan benar
5. Jika dibutuhkan, beri informasi tambahan, contoh atau praktekkan kembali
Ajarkan kepada ibu tentang tatalaksana diare di rumah:
1. Jelaskan apa tatalaksana diare dan mengapa harus melakukannya
2. Jelaskan langkah-langkah melakukan tatalaksana diare di rumah
3. Jika obat yang diberikan lebih dari satu jenis, perhatikan ketika ibu melakukannya.
4. Jelaskan kepada ibu berapa lama harus melakukan tatalaksana diare tersebut di rumah
5. Periksa pemahaman ibu sebelum ibu meninggalkan sarana kesehatan
Ajarkan ibu tentang cara pemberian obat oral di rumah:
1. Berikan obat yang sesuai dan jelaskan dosis yang harus diberikan sesuai umur atau Berat Badan
2. Jelaskan alasan mengapa memberi obat tersebut dan penyakit yang diobati
3. Peragakan cara mengukur dosis yang diberikan
4. Minta ibu untuk memberikan dosis yang pertama kepada balita
Ajarkan ibu tentang cara memberikan obat oral di rumah:
1. Minta ibu untuk memberikan dosis yang pertama kepada balita
2. Jelaskan dengan perlahan bagaimana memberikan obat, jelaskan label yang ada di obat dan paket
obat yang diberikan
3. Jika obat yang diberikan lebih dari, hitung jumlah obat yang diberikan dan pisahkan obat berdasarkan
jenis dan pisahkan di kantong yang berbeda
4. Jelaskan kepada ibu untuk menghabiskan semua obat yang diberikan meskipun balita sudah membaik
dari sakitnya
5. Periksa pemahaman ibu sebelum ibu meninggalkan sarana kesehatan
Materi
30
A. KUNJUNGAN SEGERA
Nasihati ibu untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila:
Berak cair lebih sering
Muntah berulang
Sangat haus
Makan dan minum sangat sedikit
Timbul demam
Berak berdarah
Tidak membaik dalam 3 hari
B. KUNJUNGAN LANJUTAN
Beritahukan kepada ibu melakukan kunjungan
lanjutan ke sarana kesehatan meski balita
Kunjuangan
Jenis Diare
lanjutan
kelihatan membaik.
- Jika balita tidak mempunyai masalah/penyakit
Disentri
2 hari
baru, gunakan instruksi MTBS kunjungan
Diare persisten
5 hari
lanjutan untuk masalah yang spesifik:
Diare dehidrasi ringan/sedang
3 hari
Periksa balita sesuai instruksi
Diare tanpa dehidrasi
3 hari
Gunakan informasi untuk mengenali
tanda-tanda bahaya yang dialami balita
untuk memberikan perawatan yang
sesuai
- Lihat jika ada kemajuan anak (semakin membaik atau tidak) atau berikan pengobatan lain jika balita
tidak membaik
- Mungkin perlu mencoba obat jenis lain (second-line drug)
- Untuk kunjungan lanjutan berikutnya jika:
Balita mengalami disentri, sarankan untuk melakukan kunjungan lanjutan 2 hari berikutnya
Balita dengan diare persisten, sarankan untuk melakukan kunjungan 5 hari berikutnya
31
KASUS 2:
Heryawan, anak umur 5 bulan, keluhan ibu walau Heryawan tetap bermain seperti biasa, minum seperti
biasa tetapi Heryawan sudah mengalami diare selama 5 hari dengan batuk dan pilek dan Heryawan terlihat
kurus. Sejak 1 bulan yang lalu, ibu memberi bubur encer 1x sehari dan susu sapi segar 2 kali setengah
botol sehari.
Tugas Kelompok:
1. Apa jenis diare yang dialami oleh Heryawan?
2. Apa perilaku yang salah dari ibu dalam merawat Heryawan?
3. Pengobatan yang dianjurkan?
4. Praktek konseling
32
KASUS 3:
Ibu membawa Rina anak perempuan, umur 11 bulan ke klinik karena menderita diare dan sudah diberikan
teh manis selama diare yang sudah berlangsung 3 hari ini. Rina biasanya makan bubur beras, daging,
sayuran dan buah. Ibu meneruskan pemberian makan tersebut dan tetap memberi ASI. Ibu mengatakan
rumahnya jauh dari klinik sehingga ia tidak mungkin kembali ke klinik, walaupun keadaan anak
memburuk.
Pertanyaan:
1. Apa perilaku yang salah dari ibu tersebut?
2. Pengobatan apa yang dianjurkan
3. Praktek konseling
PERAN IBU:
Ibu mendengarkan keterangan petugas kesehatan dan berusaha mengerjakan hal-hal yang disampaikan
petugas kesehatan. Setelah memberi ORALIT beberapa menit, sampaikan pada petugas kesehatan bahwa
Yayuk memuntahkan cairan yang diberikan.
PERAN PENGAMAT:
Lihat Rencana Terapi B dan amati permainan peran ini. Perhatikan apakah petugas kesehatan memberi
keterangan dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik.
33
34
PERAN IBU:
Ibu mendengarkan keterangan petugas kesehatan dan mengikuti saran petugas kesehatan untuk
melakukan tatalaksana diare di rumah.
PERAN PENGAMAT:
Lihat Rencana Terapi A dan anjuran makan yang baik amati pemain peran ini. Perhatikan apakah petugas
kesehatan memberi keterangan dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik.
PERAN IBU:
Ibu memberikan keluhan yang dialami Rina dan situasi rumahnya yang jauh dari klinik.
PERAN PENGAMAT:
Lihat Rencana Terapi A. Perhatikan apakah petugas kesehatan memberi keterangan
dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik.
35
Ya
Tidak
Catatan
36
Daftar Referensi
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Buku Saku
Petugas Kesehatan: LINTAS DIARE-Lima Langkah Tuntaskan Diare, 2009.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman
Kader Untuk Memberantas Diare, 2007.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman
Pemberantasan Penyakit Diare, Edisi ke-5, 2007.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pengendalian
Penyakit Diare, 2009.
Departemen Kesehatan RI, Buku Modul-4 Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008.
Departemen Kesehatan RI, Buku Bagan Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008.
Departemen Kesehatan RI, Buku Panduan Fasilitator Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008.
Departemen Kesehatan RI, WHO, IDAI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit-Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota, cetakan 1, 2009.
Fontaine, Oliver. 2008. Konika XIV-Ikatan Dokter Anak Indonesia, Sari Pediatri, Edisi Khusus, Suplemen, Vol. 10,
No. 1.
IMCI-Session 9 Counseling and Follow Up Care. http://www.scribd.com/doc/10508418/IMCI-Session-9Counseling-and-Followup-Care.
Juffrie, M. Dr., PhD, SpA(K), 2008. Zinc: Tatalaksana Baru Diare. Makalah disajikan dalam Kongres XIV Ikatan
Bidan Indonesia, Padang, Sumatera Barat, 2-6 November.
Juffrie, M. Dr., PhD, SpAK, dan Mulyani, N.S., Dr., SpAK. Modul Pelatihan Diare, UKK Gastro-hepatologi IDAI, edisi
pertama, 2009.
Keamanan dan Efektivitas Pengobatan Zink Pada Managemen Diare. Medika, Desember 2008., No. 12 Tahun
ke XXXIV, Desember 2008.
LINKAGES. Facts for Feeding: Feeding Infants and Young Children During and After Illness., November 2006.
Sulani, Fatni, dr. Hj. DTM&H, MSi. Analisa Situasi Balita Di Indonesia: SDKI 2007, Riskesdas 2007, Susenas
2007, Presentasi Direktorat Bina Kesehatan Anak, Departemen Kesehatan RI.
WHO/UNICEF. Joint Statement Clinical Management of Acute Diarrhea. The United Nation Childrens Fund/
World Health Organization, 2004.
Zinc Dalam Penatalaksanaan Diare .Ethical Digest, Agustus 2008., hlm. 44.
Zinc sebagai Pengobatan Baru Untuk Semua Kasus Diare. Medika, Agustus 2008., No. 8 Tahun ke XXXIV.
Zink sebagai Terapi Baru Tatalaksana Diare. Medika, Oktober 2008., No. 10 Tahun ke XXXIV.
Zink Sangat Poten Untuk Pengobatan Diare. Medika, November 2008., No. 11, Tahun Ke XXXIV.