You are on page 1of 8

[Home]

TATA CARA DAN PERSYARATAN PENIMBUNAN HASIL


PENGOLAHAN,
PERSYARATAN LOKASI BAHAN PENGOLAHAN DAN LOKASI BEKAS
PENIMBUNAN LIMBAH B3

1.

PENDAHULUAN

Penimbunan limbah B3 harus dilakukan secara tepat,


baik tempat serta mengenai persyaratannya, karena
limbah B3 yang akan ditimbun masih berpotensi
mencemari lingkungan dari timbulan lindinya (kacheate),
walaupun limbah B3 tersebut telah diolah.
Penimbunan hasil pengolahan limbah B3 merupakan
tahap akhir dari pengelolaan limbah B3 ditempat yang
diperuntukkan khusus sebagai tempat penimbunan
limbah B3 dengan desain tertentu yang mempunyai
sistem pengumpulan dan pemindahan timbulan lindi dan
mengolahnya memenuhi kriteria limbah cair yang
diterapkan sebelum dibuang ke lingkungan

2.

TUJUAN PENIMBUNAN

Tujuan penimbunan limbah B3 ditempat penimbunan


(landfill) adalah untuk menampung dan mengisolasi
limbah B3 yang tidak dimanfaatkan lagi dan menjamin
perlindungan
terhadap
kesehatan
manusia
dan
lingkungan dalam jangka panjang.

3.

PEMILIHAN LOKASI LANDFILL

3.1.
Penimbunan limbah B3 harus dilakukan pada lokasi tepat dan benar
serta memenuhi persyaratan lingkungan, syarat-syarat yang harus
dipenuhi adalah :

a. Daerah bebas banjir seratus tahunan.


b. Daerah dengan litologi bantuan sedimen dengan
butir sangat halus misalnya batu
lempung dengan permeabilitas 10-9 meter/detik.
c. Tidak berpotensi daerah bencana alam.
d. Bukan daerah resapan bagi air tanah, apabila
dibawah lokasi tersebut, terdapat lapisan air
tanah (aquifier) maka jarak terdekat lapisan
tersebut dengan bagian dasar landfill adalah 4
meter.
e. Curah hujan kecil/ daerah kering.
f. Arah angin dominan ke daerah tidak
berpotensial/ berpenduduk jarang.
g. Daerah tidak tubus dan tanah kosong.
3.2. Persyaratan Rancang Bangun/ Desain Landfill Limbah B3.
A. Berdasarkan jenis dan karakter.

a. Untuk limbah B3 dari sumber spesifik dalam tabel 2


lampiran PP. 19/ 1994 yang tercantum pada tabel 1 Kep.
0-4/ Bapedal/ 09/1995, tempat penimbunannya harus di
landfill kategori 1.
b. Untuk limbah B3 dari sumber spesifik dalam tabel 2 lampiran
PP. 19/ 1994 tidak termasuk dan termasuk pada tabel 1 Kep.
04/ Bapedal/ 09/ 1994 tempat penimbunannya (landfill)
mengacu pada tabel 2 Kep. 04/ Bapedal/ 09/ 1994.
c. Untuk limbah B3 dalam tabel 1 dan tabel 3 lampiran PP.19/
1994, tempat penimbunannya (landfill) mengacu pada tabel
2 Kep. 04/ Bapedal/ 09/ 1994.
d. Tempat penimbunan yang dimaksud dalam butir (b
dan c) yaitu untuk limbah B3 yang belum terolah dan yang
total kadar maksimum bahan pencemarnya m nilainya pada
kolom A tabel 2 Keputusan 04/ Bapedal/ 09/ 1994, maka
limbah B3 tersebut tempat penimbunannya harus di landfill
kategori I.
e. Tempat penimbunan yang dimaksud dalam butir (b
dan c) yaitu : untuk limbah B3 yang belum terolah dan total
kadar maksimummya bahan pencemarannya < nilainya pada
kolom A tabel 2 Kep. 04/ Bapedal/ 09/ 1995 maka limbah B3
tersebut tempat penimbunannya harus di landfill kategori II.
f. Untuk limbah B3 yang belum terolah dan yang total kadar
maksimum bahan pencemarannya [ nilai pada kolom B tabel
Keputusan 04/ Bapedal/ 09/ 1995, maka limbah B3 tersebut
tempat penimbunannya di landfill kategori II.
g. Apabila ada satu atau lebihnilai parameter yang total kadar
maksimum bahan pencemarannya > nilai pada kolom A tabel
2 Kep. 04/ Bapedal/ 09/ 1995, tempat penimbunannya di
landfill kategori I.
h. Apabila ada satu atau lebih nilai parameter yang total kadar
maksimum bahan pencemarnya > nilai pada kolom B tabel
Kep. 09/ Bapedal/ 09/ 1995, tempat penimbunannya di
landfill kategori I.
B. Desain Bagi masing-masing kategori landfill.

1. Kategori I (secure landfill double liner).


o Lapisan Dasar (subbase) : Lapisan dasar
memiliki permeabelitas 1 x 10-9 m/dt dan

tebal lapisan dasar 1 meter berupa tanah


lempung yang dipadatkan.
2. Lapisan Geomembran Kedua (secondary
geomembran).
o

Lapisan dasar kedua berupa lapisan


geomembran yang terbuat dari bahan
HDPE dengan ketebalan minimum 1,5 - 2,0
mm dan pemasangannya sesuai dengan
ASTM D 306 - 786 atau yang setara.

3. Lapisan untuk sistem deteksi kebocoran.


o Sistem ini dipasang diatas lapisan
geomembran kedua dan terdiri dari geonet
HDPE permeabilitas 1 x 10-4 m/dt lapisan
teratas dari pendeteksi kebocoran ini
berupa "non woven geotextile" yang
dilekatkan pada geonet. Sistem pendeteksi
kebocoran harus dirancang dengan
kemiringan tertentu yang mampu bak
pengumpul sehingga timbulan lindi dapat
mengalir.
4. Lapisan tanah penghalang
o

Berupa tanah liat yang dipadatkan dengan


permeabilitas 10-9 m/dt dan tebal minimum
30 cm atau dengan "geosythentic clay
liner" (GCC) dengan tebal minimum 6 mm
yang berupa betonit berlapis geotekstil.

5. Lapisan geomembran pertama.


o

Terbuat dari HDDE dengan tebal 1,5 - 2,0


mm.

6. Sistem pengumpulan dan pemindahan lindi


(SPPL).
o

SPPL pada dasar landfill dengan tebal


sekurang-kurangnya 30 cm bahan/ tanah
batuan yang memiliki permeabilitas 10-4
m
/dt. Pada dinding landfill digunakan geonet

sebagai SPPLnya dengan permeabilitas 10-4


m
/dt untuk meminimumkan penyumbatan
pada SPPL, harus dipasang geotekstil pada
bagian atas SPPL dan SPPL harus dipasang
dengan kemiringan tertentu sehingga
timbulan lindi akan terkumpul dan mudah
dipindahkan ke bak pengumpul.
7. Lapisan pelindung.
o

C.

Sistem pengumpulan lindi dilapisan tanah


dengan ketebalan minimum 30 cm dan
diletakkan/ dipasang pada dasar landfill
selama konstruksi awal.

Landfill kategori II (secure landfill single liner), terdiri dari :

1. Lapisan Dasar
2. Lapisan untuk sistem pendeteksi
kebocoran.
3. Lapisan geomembran sama dengan
lapisan geomembran ke dua pada
landfill kategori I.
4. Lapisan tanah penghalang.
5. SPPL
6. Lapisan pelindung.
D. Kategori III (landfill clay liner).

Rancang bangunnya/ desainnya adalah sebagai berikut :


1. Lapisan Dasar
2. Lapisan untuk sistem pendeteksi kebocoran.
3. Lapisan tanah penghalang.
4. Sistem pengumpulan dan pemindahan lindi
(SPPL).
5. Lapisan pelindung.
3.3 Pelapis Penutup Akhir untuk landfill kategori I, II dan III.

Setelah landfill terisi penuh dengan limbah, maka landfill tersebut


harus ditutup.
Penutup tersebut harus memenuhi syarat :
1. Pemeliharaan yang minimum.
2. Inflitrasi air permukaan kedalam landfill minimum.
3. Mencegah lepasnya unsur-unsur limbah dari land fill.
Adapun pelapis penutup akhir landfill terdiri dari :

1. Tanah penutup perantara didapatkan diatas limbah


tahap terakhir dengan ketebalan minimum 15 cm
dan bersifat stabil.
2. Tanah tudung penghalang. Berupa tanah
lempung yang dipadatkan dengan permeabilitas
10-9 meter/detik dengan ketebalan 60 cm.
3. Tudung Geomembran. Berupa HDPE dengan
ketebalan 1mm dan permeabilitas 10-9 meter/detik.
4. Pelapis untuk tudung drainase (PTD) harus
dirancang mampu menampung air permukaan yang
meresap kedalam lapisan tumbukan diatasnya
kemudian menyalurkannya ketepian landfill. PTD ini
berupa bahan tanah butiran atau geonet HDPE,
dengan ketebalan tanah butiran ! 30 cm dan
permeabilitas 10-4 meter/detik, serta dipasang geotekstil
diatas PTD.
5. Pelapis tanah untuk tumbukan berupa tanah
setempat dengan ketebalan 60 cm dan mampu
mendukung tumbukan diatasnya.
6. Tumbuh-tumbuhan. Pelapis tanah untuk tumbukan
harus segera ditanami setelah konstruksi sesuai
untuk mengurangi tumbuhnya erosi pada sistem
penutup.

You might also like