You are on page 1of 14

The Effectivity Of Psycoeducation Module On The Level Of

Knowledge About Schizophrenia For Community Health


Worker
Efektivitas Modul Psikoedukasi terhadap Tingkat
Pengetahuan Kader Kesehatan tentang Skizofrenia
Dwi Fajarwati Paryitno1, Warih Andan Puspitosari2
1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2Bagian IKJ FK UMY

ABSTRACT
Community health worker is male or female whom selected by the community and trained
for about the individuals and communities health problems and they work in a very close relation
from of health services range. Community health workers must have knowledge and skills to
explain information when counseling .
The purpose of this research was to analyze the the effectivity of psychoeducation module
on the level of knowledge about schizophrenia community health worker in the Mojohuro
Sriharjo, Bantul using quasy experiment with one group pretest-posttest design for 21 health
workers. Sample are taking by purposive sampling technique .
Data are collected by questionnaire and analyzed with the Wilcoxon signed ranks test
with p < 0.05 . The results showed that 76.2 % had less level of knowledge about schizophrenia
before psychoeducation module intervention of schizophrenia are given, 23.8 % is sufficient and 0
% is good . Meanwhile, after intervention of psychoeducation module are given, showed 61.9 %
had a level of knowledge of good schizophrenia , 9.5 % have sufficient knowledge level and 28.6
% had levels less knowledge about schizophrenia . Having analyzed using the Wilcoxon signed
ranks test was obtained p = 0.001 which means psychoeducation module is very effective with the
level of knowledge for community health worker of schizophrenia in the Mojohuro Sriharjo,
Bantul .
Keywords : psychoeducation module , level of knowledge community health workers,
schizophrenia
ABSTRAK
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat
dan dilatih untuk mengenai masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta
untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kader kesehatan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyampaikan informasi
saat penyuluhan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas modul psikoedukasi terhadap
tingkat pengetahuan kader kesehatan tentang skizofrenia di Desa Mojohuro Sriharjo Kabupaten
Bantul dengan menggunakan Quasy Experiment dengan rancangan pretest-posttest with one
group design dengan jumlah responden 21 orang.Pengambilan sample menggunakan teknik
purposive sampling.
Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan
uji Wilcoxon signed ranks test dengan p <0,05. Hasil penelitian didapatkan 76,2 % memiliki
tingkat pengetahuan tentang skizofrenia yang kurang sebelum diberikan intervensi modul
psikoedukasi tentang skizofrenia, 23,8 % adalah cukup dan 0 % adalah baik. Sedangkan setelah
diberikan intervensi modul psikoedukasi didapatkan hasil 61,9 % memiliki tingkat pengetahuan
tentang skizofrenia yang baik, 9,5% memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 28,6 % memiliki

tingkat pengetahuan tentang skizofrenia yang kurang. Setelah dianalisis dengan menggunakan
Wilcoxon signed ranks test didapatkan p = 0,001 yang berarti modul psikoedukasi efektif terhadap
tingkat pengetahuan kader kesehatan tentang skizofrenia di Desa Mojohuro Sriharjo Kabupaten
Bantul.
Kata kunci : modul psikoedukasi, tingkat pengetahuan kader kesehatan, skizofrenia

Pendahuluan

setidaknya satu bulan gejala aktif

Gangguan
skizofrenia

jiwa

berat

merupakan

untuk menegakkan diagnosis9.

atau

gangguan

Prevalensi

skizofrenia

di

yang kronis dan berlangsung seumur

seluruh dunia adalah sekitar 1,1%

hidup dan

lebih dari 50% pasien

dari populasi di atas usia 8 tahun,

digambarkan memiliki hasil akhir

atau sekitar 51 juta orang di seluruh

yang buruk, dengan

dunia

rawat inap

menderita

skizofrenia5.

berulang, eksaserbasi gejala, episode

Skizofrenia memiliki insidensi pada

gangguan

dan

usia 15-25 tahun (pria) dan 25-35

percobaan bunuh diri. Hanya sekitar

tahun (wanita)3. Pendataan terakhir

10 sampai 20 persen saja yang dapat

yang dilakukan oleh Riskesdas pada

dideskripsikan memiliki hasil akhir

294.959 orang, terdapat 1.728 orang

yang baik8. Gangguan jiwa berat

menderita skizofrenia di Indonesia.

ditandai dengan delusi, halusinasi,

Prevalensi

bicara tidak teratur dan perilaku, dan

paling tinggi terjadi di Provinsi

gejala

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

mood

lain

disfungsi

enam

yang

sosial

Gejala harus
bulan

mayor

menyebabkan

atau

pekerjaan.

Hasil

telah hadir selama


dan

gangguan

Riskesdas

jiwa

tahun

berat

2013

menunjukkan, sekitar 3 dari setiap

mencakup

1.000

orang

penduduk

DIY

mengembangkan dan meningkatkan

mengalami gangguan jiwa berat6.


Berbagai

upaya

penerimaan pasien terhadap penyakit

penyuluhan

ataupun gangguan yang ia alami,

dan sosialisasi mengenai gangguan

serta meningkatkan pertisipasi pasien

jiwa Skizofrenia perlu diberikan

dalam terapi yang berkaitan dengan

untuk menghilangkan stigma pada

penyakit tersebut1.

masyarakat terhadap gangguan jiwa


Skizofrenia
pengetahuan

ini2.

Kami akan membuat suatu

Tingkat

seseorang

modul

akan

psikoedukasi

meningkatkan

pengetahuan

guna
kader

menentukan sikap seseorang karena

kesehatan mengenai gangguan jiwa

semakin banyak aspek positif dan

berat ini sehingga kader mampu

objek yang diketahui, maka akan

memberikan dukungan sosial kepada

menimbulkan sikap makin positif

penderita

tertentu11.

tantangan

terhadap
Pengetahuan

objek
kader

tentang

dalam

mengembangkan

menghadapi

tersebut,

dan

keterampilan

skizofrenia dapat ditingkatkan salah

coping untuk menghadapi tantangan

satunya melalu psikoedukasi.

tersebut10.

Psikoedukasi

adalah

suatu
Metode

bentuk pendidikan ataupun pelatihan


Jenis penelitian menggunakan
terhadap seseorang dengan gangguan
desain penelitian Quasy Experiment
psikiatri yang bertujuan untuk proses
dengan rancangan pretest-posttest
terapi dan rehabilitasi. Sasaran dari
with one group design, tujuannya
psikoedukasi

adalah

untuk
untuk : 1) mengidentifikasi tingkat
3

pengetauan kader kesehatan tentang

Skizofrenia

kuesioner

skizofrenia sebelum dan sesudah

digunakan untuk mengukur skor

intervensi modul psikoedukasi ; 2)

tingkat pengetahuan kader kesehatan

menganalisis

efektifitas

modul

tentang skizofrenia baik sebelum

psikoedukasi

terhadap

tingkat

diberikan

intervensi

pengetahuan kader kesehatan tentang

psikoedukasi

skizofrenia.

diberikan

Sample
ditentukan
tehnik

dalam

dengan

purposive

penelitian

diperoleh

sebanyak

kesehatan

dengan

21

modul

maupun

intervensi.

setelah

Sedangkan

untuk pelaksanaan intervensi yang

menggunakan
sampling

yang

dan
kader

dilakukan

pada

dilakukan

dengan

kader

kesehatan

sistem

modul

tentang materi Skizofrenia.

karakteristik

Penelitian

dilaksanakan

sample meliputi: kader kesehatan

dalam 4 tahap. Tahap pertama,

yang ada di wilayah Puskesmas

peneliti

Imogiri II Desa Mojohuro Sriharjo

pengetahuan kader kesehatan tentang

Kabupaten

skizofrenia

Bantul

dan

bersedia

menjadi responden.

intervensi

mengukur

skor

sebelum
modul

tingkat

diberikan

psikoedukasi,

Penelitian ini dilakukan di

caranya kader kesehatan diminta

wilayah Puskesmas Imogiri II dan

untuk mengisi lembar kuesioner

dilaksanakan pada bulan November

tentang pengetahuan sebanyak 20

2014 hingga bulan Desember 2014.

soal.

Berdasarkan

pada

metode

Instrumen yang digunakan

Guttman, skor 1 diberikan jika

adalah modul psikoedukasi tentang

jawaban benar dan skor 0 untuk

jawaban salah. Kemudian peneliti

setelah

menjumlahkan skor yang didapat

psikoedukasi

oleh masing-masing responden dan

keempat,

dianalisis. Dengan kriteria sebagai

statistik menggunakan uji wilcoxon

berikut: kriteria

baik (skor 16-20

signed ranks test dengan p < 0,05

atau 76-100%), cukup (skor 11-15

dengan bantuan sistem komputerisasi

atau 56-75 %) dan kurang ( < 11

untuk mengetahui efektivitas modul

atau < 56%).

spikoedukasi

Tahap

kedua,

peneliti

intervensi
diberikan

peneliti

kesehatan dengan sistem modul,

Hasil Penelitian

penjelasan

melakukan

uji

tingkat

Berikut ini adalah karakteristik

sesuai dengan yang tertera pada

responden

modul

berdasarkan

psikoedukasi

Tahap

pengetahuan kader kesehatan tentang


skizofrenia.

memberikan

terhadap

memberikan intervensi kepada kader

Peneliti

modul

tentang

kader
jenis

kesehatan
kelamin,

usia,

skizofrenia. Tahap ketiga, peneliti

pendidikan dan pekerjaan sebelum

mengulangi lagi tahap pertama. Ini

perlakuan

dilakukan pada pertemuan ke 4

menggunakan Uji Saphiro-Wilk.

(pretest)

dianalisa

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Desa Mojohuro Sriharjo


(n=21) Imogiri, Bantul, Yogyakarta (Januari, 2015)
Karakteristik
1. Umur
< 35 tahun
35-35 tahun
>45 tahun

Kelompok Perlakuan
%

9
7
5

42,9
33,3
23,8

2. Jenis Kelamin
5

Perempuan
3. Pendidikan
SD
SMP
SMA
4. Pekerjaan
IRT
Wiraswasta
Tani
Buruh

21

100,0

4
8
9

19,0
38,1
42,9

14
4
1
2

66,7
19,0
4,8
9,5

Berdasarkan tabel diatas dapat

pendidikan,

kelompok responden

diketahui bahwa responden pada

mayoritas

memiliki

kelompok perlakuan sebagian besar

pendidikan terakhir SMA dengan

berusia kurang dari 35 tahun yaitu 9

persentase sebanyak 42,9%.

orang (42,9 %).

tingkat

Untuk karakteristik pekerjaan,

Karakteristik

jenis

kelamin

responden

kelompok

perlakuan

didominasi oleh kader kesehatan

sebagian besar tidak bekerja. Mereka

perempuan,

rata-rata

pada

kelompok

berprofesi

sebagai

Ibu

perlakuan adalah 21 orang (100%).

Rumah Tangga dengan persentase

Sedangkan

sebanyak 66,7%.

untuk

karakteristik

Tabel 2. Hasil Skor Tingkat Pengetahuan Pre-test dan Post-test pada Responden
Kader Kesehatan (n=21, Januari, 2015)
Kategori

Pre - test

Post - test

Baik

N
-

%
-

N
13

%
61,9

Cukup
Kurang
Total

5
16
21

23,8
76,2
100,0

2
6
21

9,5
28,6
100,0

Tabel 2 menunjukkan bahwa

dilakukan pengukuran awal sebelum

responden kelompok perlakuan saat

intervensi
6

didapatkan

jumlah

terbanyak

pada

skor

tingkat

peningkatan jumlah responden pada

pengetahuan kurang yaitu 16 kader

skor

kesehatan (76,2%), kemudian cukup

menjadi 13 kader kesehatan (61,9%),

sebanyak 5 kader kesehatan (23,8%)

dengan

dan baik (0 %). Setelah dilakukan

pengetahuan cukup dan kurang yang

intervensi

dialami

Modul

Psikoedukasi

tingkat

pengetahuan

demikian

skor

kader

selama 1 bulan dengan 4 kali

menunjukkan

pertemuan

dan

dilakukan

9,5% dan 28,6%.

pengukuran

kembali

didapatkan

baik

tingkat

kesehatan

penurunan

menjadi

Tabel 3. Tabel perubahan tingkat pengetahuan kader kesehatan tentang


skizofrenia berdasarkan pretest dan posttest kuesioner tingkat pengetahuan
Tingkat Pengetahuan postestpretest
Negative ranks
Positive ranks
Ties
Total
Uji

beda

skor

Asymp. Sig. (2tailed)

0
14
7
21

0.001

tingkat

minggunya. Dari hasil uji beda

pengetahuan pre-test dan post-test

Wilcoxon

pada kelompok perlakuan dilakukan

didapatkan nilai signifikansi 0,001

untuk melihat perubahan skor tingkat

(p<0,05).

pengetahuan sebagai dampak dari

menunjukkan perbedaan pada skor

pemberian

perlakuan

Modul

tingkat pengetahuan sebelum dan

Psikoedukasi

tentang

Skizofrenia

sesudah dilakukan intervensi pada

selama 1 bulan dengan 4 kali

kelompok perlakuan. Sehingga dapat

pertemuan

disimpulkan

berturut-turut

setiap
7

Signed

Rank

Nilai

bahwa

Test

tersebut

terjadi

peningkatan

skor

tingkat

rumah sebagai ibu rumah tangga

pengetahuan sebelum dan sesudah

saja.
Walaupun

diberikan

intervensi

mayoritas

Modul
responden responden memiliki skor

Psikoedukasi

pada

kelompok
tingkat

pengetahuan

tentang

perlakuan.
skizofrenia kurang, namun ada juga
Pembahasan
sebagian
Hasil

penelitian

kader

kesehatan

dari

dari
kelompok responden yang memiliki

responden Desa Mojohuro Sriharjo


skor tingkat pengetahuan tentang
sebagai responden untuk mengetahui
skizofrenia cukup dengan skor 11
skor tingkat pengetahuan tentang
hingga 15. Tingkat pengetahuan
skizofrenia saat pre-test atau sebelum
kader kesehatan tentang skizofrenia
diberikan

intervensi

psikoedukasi

tentang

modul
dapat dipengaruhi oleh
faktor diantaranya

diperoleh

hasil

beberapa

skizofrenia

bahwa

adalah faktor

pada
internal

berupa

umur.

Hurlock

semakin

Menurut

responden skor tingkat pengetahuan


tentang

skizofrenia

yang

cukup

umur,

paling
tingkat kematangan dan kekuatan

banyak adalah kurang.


Mayoritas skor tingkat
pengetahuan
yang

tentang

skizofrenia

dari

kelompok

kurang

seseorang akan lebih matang dalam


dalam berfikir dan bekerja11.
Karena skor tingkat
pengetahuan tentang skizofrenia saat

responden

dapat

dipengaruhi
pre-test pada kelompok responden

berbagai faktor diantaranya sebagian


mayoritas adalah kurang maka dapat
kader

kesehatan

dengan

tingkat
disimpulkan

pendidikan SMA hanya bekerja di


8

bahwa

tingkat

pengetahuan kader kesehatan tentang

Skor

post-test

skizofrenia tersebut belum cukup

responden

baik. Maka dari itu yang peneliti

adalah baik berbeda seperti saat pre-

ingin

test

lakukan

responden

pada

adalah

responden

responden

pada

sehingga

setelah

mayoritas

dilakukan

memberikan

intervensi modul psikoedukasi (post-

berupa

modul

test) persentase untuk skor tingkat

psikoedukasi

tentang

skizofrenia

pengetahuan baik pada responden

yang

meningkatkan

intervensi

dapat

tingkat

pengetahuan

skor

mencapai 61,9% dengan kisaran skor

tentang

(16 - 20), dibandingkan dengan saat

skizofrenia sehingga didapatkan skor

pre-test yaitu 0%.


Psikoeduakasi

adalah

treatment

secara

tingkat pengetahuan yang paling


yang

diberikan

baik.
Hasil penelitian post-

professional

dimana

test dari responden Desa Mojohuro

mengintegrasikan

Sriharjo sebagai responden untuk

psikoterapeutik dan edukasi seperti

mengetahui skor tingkat pengetahuan

yang

tentang skizofrenia setelah diberikan

meningkatkan

intervensi

kesehatan mengenai skizofrenia4.


Hasil uji beda Wilcoxon

psikoedukasi

berupa

modul

tentangs

skizofrenia
Signed

diharapkan

Rank

intervensi

peneliti

untuk

pengetahuan

kader

Test

tabel

selama 1 bulan berturut-turut dengan


menunjukkan nilai signifikansi dari
4x pertemuan diperoleh hasil bahwa
skor pre-test dan post-test responden
pada responden terdapat peningkatan
adalah 0,001. Dari hasil tersebut
pada skor tingkat pengetahuan baik.
dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan

yang

signifikan

atau

dalam

menghadapi

bermakna antara skor pre-test dan

tersebut,

post-test responden setelah diberikan

keterampilan

intervensi

psikoedukasi

menghadapi tantangan tersebut10.


Psikoedukasi

yang

telah

dihipotesiskan dapat menjadi salah

dibahas pada sub bab sebelumnya

satu terapi nonfarmako Skizofrenia

bahwa

karena

modul

tentang skizofrenia.
Seperti

peningkatan

skor

tingkat

dan

tantangan

dihasilkan

test

untuk

manfaat

dari

yang

psikoedukasi.

post-test

responden

Diantaranya adalah bertujuan untuk

bahwa

intervensi

proses treatment dan rehabilitasi.

menunjukkan
modul

coping

berbagai

pengetahuan tentang skizofrenia predan

mengembangkan

psikoedukasi

yang

telah

Sasaran dari psikoedukasi adalah

diberikan memberikan efek sesuai

untuk

yang diharapkan oleh peneliti pada

mengenai tantangan signifikan dalam

hipotesis. Psikoedukasi adalah suatu

hidup,

intervensi yang dapat dilakukan pada

mengembangkan

individu, keluarga, dan kelompok

dukungan

yang meiliki gangguan kejiwaan

dalam

dengan tujuan untuk terapi dan

tersebut,dan pengembangan coping

rehabilitasi serta fokus mendidik

mechanism

partisipannya mengenai tantangan

menghadapi masalah yang berkaitan

hidup,

dengan penyakit tersebut10.


Psikoedukasi

membantu

mengembangkan

partisipan

mendidik

partisipannya

membantu

dan

partisipan
sumber-sumber

dukungan

menghadapi

ketika

sosial

tantangan

partisipan

tidak

sumber-sumber
sama dengan psikoterapi walaupun

dukungan

dan

dukungan

sosial
10

kadang terjadi tumpang tindih antara

peneliti

kedua

tersebut.

bahasa yang mudah dipahami oleh

Psikoedukasi kadang ikut menjadi

kader kesehatan dan materi yang

bagian

disampaikan

intervensi

dari

sebuah

psikoterapi.

berikan

menggunakan

berisi

tentang

Walsh (2010) menjelaskan bahwa

pengertian dan gejala skizofrenia,

psikoterapi dapat dipahami sebagai

penyebab, terapi dan peran kader

proses

kesehatan

interaksi

antara

seorang

profesional dan kliennya (individu,

terhadap

penderita

skizofrenia.
Peningkatan

keluarga,

atau

kelompok)

skor

yang
tingkat pengetahuan kader kesehatan

bertujuan untuk mengurangi distres,


tentang skizofrenia yang signifikan
disabiliti, malfungsi dari sistem klien
pada responden ini tidak hanya
pada fungsi kognisi, afeksi, dan
semata-mata

dihasilkan

dari

perilaku. Psikoterapi juga lebih fokus


intervensi modul psikoedukasi yang
pada diri individu yang mendapatkan
diberikan. Program Kesehatan Jiwa
intervensi, sedangkan psikoedukasi
yang

dikenal

dengan

GEMA

fokus pada sistem yang lebih besar


PUSWARA (Gerakan Masyarakat
dan

mencoba

untuk

tidak
Peduli Sehat Jiwa Sehat Raga) yang

mempatologikan pasien.
Untuk
mendapatkan

diadakan,

hasil

diperlukan

warga sekitar, dan keluarga yang

dari responden untuk

baik di Desa Mojohuro Sriharjo ini

hadir pada saat intervensi modul

juga memberikan kontribusi terhadap

psikoedukasi

peningkatan

yang

kepatuhan

optimal,

ini

diberikan.

Intervensi modul psikoedukasi yang


11

dukungan

skor

sosial

dari

tingkat

pengetahuan kader kesehatan tentang

responden

skizofrenia.

intervensi
Kepatuhan

setelah

diberikan

Modul

Psikoedukasi

responden
tentang Skizofrenia.

kader kesehatan juga menjadi faktor


3.
pendukung

bagi

Terdapat

peningkatan

atau

keberhasilan
perbedaan yang bermakna antara

intervensi

modul

psikoedukasi
skor tingkat pengetahuan sebelum

tersebut. Hampir semua responden


dan sesudah diberikan intervensi
kader kesehatan responden memiliki
Modul
kepatuhan

yang

baik

menghadiri

intervensi

Psikoedukasi

tentang

untuk
Skizofrenia

ini

pada

responden

sesuai
responden, dengan nilai signifikansi

dengan jadwal yang diberikan oleh


0,001 (p<0,05).
peneliti.
4.
Kesimpulan

Memberikan intervensi Modul

Psikoedukasi

Berdasarkan

pada

hasil

dengan

tentang

pertemuan

Skizofrenia

sekali

dalam

penelitian dan pembahasan maka

seminggu selama 1 bulan berturut-

dapat disimpulkan bahwa;

turut dengan durasi 30 menit dapat

1.

Modul

Psikoedukasi

tentang

Skizofrenia

efektif

terhadap

peningkatan

skor

tingkat

meningkatkan

skor

tingkat

pengetahuan kader kesehatan di Desa


Mojohuro

pengetahuan kader kesehatan tentang

Sriharjo,

Kabupaten

Bantul, Yogyakarta.

skizofrenia.
2.

Terjadi peningkatan skor tingkat

Saran

pengetahuan kader kesehatan pada

1. Bagi Ilmu Kedokteran Jiwa

12

Penelitian ini dapat dijadikan bahan

4. Bagi Kader Kesehatan Desa

acuan sebagai salah satu alternatif

Mojohuro Sriharjo

terapi

Modul

non

farmakologi

yang

Psikoedukasi

tentang

informatif dan edukatif bagi ODS

Skizofrenia ini selain dapat menjadi

maupun

yang

terapi non farmakologi terhadap

membantu mendampingi ODS pada

gangguan jiwa berat juga dapat

proses penyembuhannya.

dijadikan instrumen edukasi yang

2. Bagi Orang Dengan Skizofrenia

mudah

(ODS)

dipahami oleh keluarga atau perawat

kader

Memberikan

kesehatan

masukan

dalam

untuk

disampaikan

utama ODS.

pemberian terapi non farmakologi

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

yang

Diharapkan

mudah

menangani

dipahami

gejala

dalam

positif

dan

dan

mengaplikasikan

mampu

untuk

dan

bahkan

negative yang dialaminya.

mengembangkan

3. Bagi Puskesmas Imogiri II

hanya pada kader kesehatan dan

Modul

Psikoedukasi

tentang

keluarga

tetapi

penelitian

juga

tidak

anggota

Skizofrenia ini dapat dijadikan acuan

masyarakat yang lainnya agar angka

untuk

yang

kekambuhan penderita skizofrenia

gangguan jiwa berat

menurun dikarenakan terapi ini tidak

penanganan

mengalami
terutama

Skizofrenia

orang

di wilayah

memerlukan biaya yang besar dan

kerja puskesmas tersebut dengan

sangat mudah dilakukan dimana saja

menggerakkan para kader kesehatan

dan kapan saja.

yang telah ada.

13

Daftar Pustaka

9. The American Psychiatric .


(2013). Diagnostic and
Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM-5) .
Arlington: American
Psychiatric Association.
10. Walsh, Joseph. (2010).
Psycheducation In Mental
Health. Chicago: Lyceum
Books, Inc.
11. Wawan, A., & Dewi, M.
(2010). Teori dan Pengukuran
Pengetahuan , Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta:
Nuha Medika.

1. Bordbar,
Mohammad.
Faridhosseini, Farhad. (2010).
Psychoeducation for Bipolar
Mood. Clinical, Research,
Treatment Approaches to
Affective Disorders.
2. Hawari, Dadang. (2007).
Dalam Pendekatan Holistik
pada Gangguan Jiwa
Skizofrenia (hal. 122). Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
3. Kaplan, H.I., Sadock, B.J.,
and Grebb, J.A. (2010).
Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Psikiatri Klinis
JIlid satu. Jakarta: Bina Rupa
Aksara.
4. Lukens, Ellen P. McFarlane,
William R. . (2004).
Psychoeducation as EvidenceBased Practice: Consideration
forPractice, Research, and
Policy. Journal Brief
Treatment and Crisis
Intervention Volume 4.
5. NIMH. (2012). Schizophrenia.
http : //www.nimh.nih.gov.
[Accessed: 2012 April 15].
6. Riskesdas. (2013). Pedoman
Pewawancara Petugas
Pengumpul Data. Jakarta:
Badan Litbangkes, Depkes RI.
7. Sadock, B. J. (2007). Kaplan
& Sadock's Synopsis of
Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry
(10th edition) . Philadelphia:
Lippincott Williams &
Wilkins.
8. Sadock, B. J., & Sadock, V. A.
(2004). Kaplan& Sadock
Buku Ajar Psikiatri (2 ed.).
Jakarta: EGC.
14

You might also like