You are on page 1of 3

DAMPAK KEBAKARAN HUTAN RIAU TERHADAP UDARA SEBAGAI

BARANG PUBLIK DAN PENGARUHNYA TERHADAP BARANG


PUBLIK LAIN
Ahmad Baihaqi
Akuntansi, STAN, Tangerang Selatan
a.bhq15@gmail.com
Abstrak Kebakaran hutan yang terjadi di riau menyebabkan polusi udara yang sangat parah. Tingkat
pencemaran udara yang terjadi mencapai level berbahaya. Pencemaran udara yang terjadi tentunya menjadi
penghalang akses masyarakat terhadap udara bersih. Selain itu, pencemaran udara ini juga berdampak
terhadap hal-hal lain yang memilik status sebagai barang publik.
Kata Kunci: Barang Publik, Kebakaran Hutan, Riau
1
PENDAHULUAAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Riau
dan sekitarnya pada awal tahun 2014, memiliki
dampak yang sangat buruk. Salah satu dampak
yang terasa secara langsung adalah polusi udara
yang diakibatkan oleh asap Kebakaran hutan
tersebut. Sehingga banyak mempengaruhi aktifitas
masyarakat.
1.2
Maksud dan Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
seberapa besar pengaruh kebakaran hutan yang
terjadi, terhadap udara sebagai barang publik juga
terhadap beberapa barang lain yang dikategorikan
sebagai barang publik.
1.3
Perumusan Masalah
Penelitaian ini akan melihat dampak dan
pengaruh kebakaran hutan terhadap udara sebagai
barang publik murni dan dampak lanjutannya
terhadap barang publik lainnya.
2
LANDASAN TEORI
2.1
Barang Publik
Barang Publik adalah barang yang mempunyai
ciri nonlirivalry in consumption dan nonexcludable. nonlirivalry in consumption adalah
konsumsi atas barang publik oleh seseorang tidak
mempengaruhi orang lain untuk mengkonsumsi
barang tersebut. Atau suatu barang dapat
dikonsumsi oleh beberapa orang secara bersamasama dalam jumlah yang sama tanpa mengurangi
kenikmatan orang lain yang mengkonsumsi barang
tersebut.
Sedangkan non-excludable adalah bahwa tidak
mungkin untuk mencegah/mengecualikan seorang

anggota masyarakat untuk mengkonsumsi suuatu


barang publik.[1]
2.1.1
Barang Publik Murni
Barang publik murni adalah barang yang
sepenuhnya nonrival dan nonexcludable. Sifat
nonrival menyebabkan tiada biaya tambahan untuk
menambah satu pengguna tambahan. Contoh
barang publik murni adalah pertahanan nasional
dan udara.
2.1.2
Barang Publik Tak Murni
Barang publik tak murni tidak memenuhi secara
sempurna kriteria barang publik murni yang harus
bersifat nonrival dan nonexcludable. Jenis barang
publik tak murni mencakup barang publik
excludable, barang publik congestible, dan barang
publik campuran.
a. Barang Publik Excludable
Barang publik excludable adalah barang publik
yang dapat dibuat menjadi excludable. Contohnya
adalah sinyal siaran televisi yang merupakan barang
publik lokal setidaknya bagi televisi yang berada
dalam radius 50 mil dari transmiter. Tetapi siaran
tersebut dapat dibuat excludable dengan
meletakkannya dalam jaringan TV kabel.
b. Barang Publik Congestible
Barang publik congestible berhubungan dengan
sifat konsumsi barang publik yang nonrival. Barang
publik congestible adalah barang publik yang
bersifat nonrival jika penggunaannya wajar tetapi
menjadi tidak lancar dalam penggunaan yang
berlebihan. Contohnya adalah jalan raya, dalam
kondisi normal pengunaan jalan raya adalah
nonrival, namun dalam kondisi macet rivalitas akan
meningkat.
Meskipun
masih
dianggap
nonexcludable namun tingkat rivalitas mencegah

seseorang untuk berbagi posisi yang sama, karena


tidak mungkin ada 2 mobil di tempat yang sama.
c. Barang Publik Campuran
Barang publik campuran adalah barang publik
yang bercampur dengan jenis barang lainnya,
sehingga menghasilkan barang yang tidak murni.
Contoh yang umum adalah campuran program
radio dan iklan radio dalam suatu siaran radio. Dari
perspektif pendengar, program radio bersifat
nonrival,
karena
setiap
orang
dapat
mendengarkannya tanpa mengganggu pendengar
lainnya. Selain itu, program radio bersifat
nonexcludable, karena setaiap orang yang memiliki
radio dapat mendengarkannya dengan gratis.
Di sisi lain, iklan radio bersifat rival dan
excludable. Iklan radio rival dilihat dari perspektif
pengiklan, karena tidak dapat menempati slot
tayangan yang sama. Iklan radio juga excludable,
karena stasiun radio hanya menyarkan iklan jika
pengiklan membayar sejumlah tertentu.
2.2
Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau
lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer
dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu
estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.[2]
Tingkat pencemaran udara dinyatakan dengan
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). ISPU
adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat
untuk menerangkan seberapa bersih atau
tercemarnya kualitas udara kita dan bagaimana
dampaknya terhadap kesehatan kita setelah
menghirup udara tersebut selama beberapa jam atau
hari. Penetapan ISPU ini mempertimbangkan
tingkat mutu udara terhadap kesehatan manusia,
hewan, tumbuhan, bangunan, dan nilai estetika.
ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemar
utama, yaitu: karbon monoksida (CO), sulfur
dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), Ozon
permukaan (O3), dan partikel debu (PM10). Di
Indonesia ISPU diatur berdasarkan Keputusan
Badan
Pengendalian
Dampak
Lingkungan
(Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997.

0-50

Pencemaran Udara
Level
Baik

51-100

Sedang

ISPU

Dampak kesehatan
Tidak memberikan
dampak bagi
kesehatan manusia
atau hewan.
tidak berpengaruh
pada kesehatan
manusia ataupun

101-199

Tidak Sehat

200-299

Sangat Tidak
Sehat

300-500

Berbahaya

hewan tetapi
berpengaruh pada
tumbuhan yang peka.
bersifat merugikan
pada manusia
ataupun kelompok
hewan yang peka
atau dapat
menimbulkan
kerusakan pada
tumbuhan ataupun
nilai estetika.
kualitas udara yang
dapat
merugikan
kesehatan
pada
sejumlah
segmen
populasi
yang
terpapar.
kualitas
udara
berbahaya
yang
secara umum dapat
merugikan kesehatan
yang serius pada
populasi (misalnya
iritasi mata, batuk,
dahak
dan
sakit
tenggorokan).

Tabel 1. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)

3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Dampak Kebakaran Hutan Terhadap
Kualitas Udara

Gambar 1. Rekapitulasi Data Kualitas Udara (Ispu)


Di Kabupaten/Kota Di Provinsi Riau

Berdasarkan data pengukuran udara ISPU oleh


Kemnterian Lingkungan Hidup yang dilakukan di 7
Kabupaten/Kota (13 lokasi) di wilayah Provinsi
Riau mulai dari tanggal 26 Februari sampai dengan
24 Maret 2014, dapat dilihat data-data sebagai
berikut:
a. Kualitas Udara terburuk terjadi pada tanggal 9,
13, dan 14 Maret 2014. Pada tanggal-tanggal
tersebut, seluruh titik pantau yang ada

menunjukan kualitas udara berada pada level


berbahaya.
b. Lokasi titik pantau yang menunjukan kualitas
udara yg terparah adalah Perawang di
Kabupaten Siak dengan total 17 dari 20 hari
pemantauan berada pada level berbahaya.
c. Kualitas udara mulai membaik mulai tanggal 16
Maret 2014, dimana kualitas udara berbahaya
dan sangat tidak sehat pada titik pantau mulai
menurun jumlahnya.
Dari data-data diatas dapat dilihat bahwa
kebakaran hutan berdampak secara langsung
terhadap udara sebagai barang publik. Dengan
adanya kebakaran hutan dan menurunya kualitas
udara, akses masyarakat terhadap udara bersih
sebagai barang publik menjadi terbatasi.
Asap yang dihasilkan dari kebakaran hutan ini
merupakan sebuah Eksternalitas Negatif.
3.2
Dampak Terhadap Barang Publik lainnya
Pencemaran udara yang diakibatkan oleh
kebakaran hutan ini juga berpengaruh kepada akses
masyarakat terhadap barang publik lainnya,
diantaranya adalah:
a. Jalan Raya
Pencemaran udara yang terjadi menyebabkan
jarak pandang menjadi sangat minim. Sehingga
sangat menyulitkan untuk pengendara yang
menggunakan jalan raya.
b. Bandara
Pada tanggal 11 Maret 2014 sekitar 42
penerbangan di Bandar Udara Internasional Sultan
Syarif Kasim II, Pekanbaru dibatalkan karena jarak
pandang di landasan pacu yang cukup rendah akibat
diselimuti oleh kabut asap. Dan pada tanggal 13
15 Maret 2014 Enam belas maskapai penerbangan
yang beroperasi di Bandar Udara Sultan Syarif
Kasim II menghentikan seluruh penerbangannya.
c. Pendidikan
Tingkat Pencemaran udara akibat kebakaran
hutan di Riau yang semakin parah, membuat
pemerintah kota Pekanbaru terpaksa untuk

meliburkan seluruh pelajar di Kota Pekanbaru pada


tanggal 27 Februari 2014 hingga tanggal 1 Maret
2014. Kemudian karena bertambah parahnya
kondisi udara di Pekanbaru, pemerintah kota
Pekanbaru kembali meliburkan para pelajar dari
tanggal 10 Maret 2014 hingga tanggal 12 Maret
2014. Pemerintah Kota Pekanbaru kembali
memperpanjang masa libur bagi para pelajar hingga
hari sabtu tanggal 15 Maret 2014 karena kondisi
kabut asap yang bertambah parah.
4
KESIMPULAN
Dari data dan pembahasan yang ada dapat
ditarik kesimpulan:
a. Kebakaran hutan menyebabkan pencemaran
udara yang sangat parah, sehingga membatasi
akses masyarakat terhadap udara bersih yang
merupakan barang pubilik.
b. Pencamaran udara yang diakibatan kebakaran
hutan ini juga berdampak terhadap barang
publik lainnya yaitu diantaranya jalan raya,
bandara, dan pendidikan.
DAFTAR REFERENSI
[1] Prawoto. Agus, Pengantar Keuangan Publik,
BPFE Yogyakarta, 2011
[2] Kartika Mega. Ayoe, Public Goods (Barang
Publik),
http://kartikamega.blogspot.com/2012/03/public
-goods-barang-publik.html
[3] Indeks Satndar pencemar Udara,
http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Standar_Pen
cemar_Udara
[4] Pencemaran udara,
http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_udara
[5] Pengukuran Kualitas Udara ISPU KLH Di
Wilayah Provinsi Riau,
http://www.menlh.go.id/pengukuran-kualitasudara-ispu-klh-di-wilayah-provinsi-riau/

You might also like