Professional Documents
Culture Documents
Anggota Kelompok :
Made Ayu Ratih Aryanita
1402405031
1402405032
1402405033
1402405034
1402405035
1402405036
Ramanda Kusumaningrat A. V.
1402405037
1402405038
1402405039
1402405040
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Dewasa ini, terdapat berbagai macam penyakit baru yang bermunculan dan dalam
keseharian kita, tanpa disadari kita dikelilingi oleh virus, bakteri, jamur, dan
mikroorganisme lain yang bisa masuk ke dalam tubuh kita kapan saja, dimana saja, dan
melalui media mana saja. Mikroorganisme inilah yang bisa menyebabkan penyakit dalam
tubuh kita, karena mikroorganisme tidak selalu bersifat komensal dalam tubuh tetapi dalam
keadaan tertentu bisa juga menjadi patogen (Bloom & Fawcet, 1994). Meskipun demikian,
di dalam tubuh kita pun dilengkapi dengan sistem kekebalan yang mujarab dalam melawan
segala bentuk mikroorganisme patogen penyebab penyakit, yang disebut dengan sistem
imun. Apabila sistem imun dalam tubuh kita dianalogikan sebagai pasukan perang, maka
sistem imun merupakan pasukan elite baris depan yang bertugas untuk menyerang dan
menghancurkan musuh, serta memberikan pertahanan bagi pasukan dibelakangnya. Seperti
itulah fungsi sistem imun yang ada pada tubuh kita, yaitu sebagai sistem pertahanan bagi
tubuh dari berbagai mikroorganisme patogen atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Tubuh kita memiliki sistem imun hampir disetiap bagian tubuh, salah satunya ada
pada rongga mulut. Rongga mulut merupakan bagian pertama saluran pencernaan tempat
masuknya makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang kita konsumsi tidak selalu
bersih dan higienis, tapi juga bisa terkontaminasi mikroorganisme patogen yang berasal dari
lingkungan sekitar. Padahal, makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok untuk
menunjang kelangsungan hidup manusia yang dikonsumsi melalui mulut. Oleh karena itu,
mulut sangat rentan terhadap serangan mikroorganisme patogen karena mulut merupakan
pintu utama masuknya benda asing ke dalam tubuh.
Adanya tonsil di dalam rongga mulut menjadi salah satu solusi terhadap serangan
mikroorganisme patogen yang bisa kapan saja menyerang tubuh kita. Ada 4 macam tonsil
yang terdapat dalam rongga mulut yaitu palatine tonsil yang terletak pada bagian kanan dan
kiri pangkal tenggorokan, lingual tonsil yang terletak pada pangkal lidah, pharyngica tonsil
yang terletak di dinding belakang kerongkongan, dan tuba tonsil yang terletak di muara
faring faring (Wibowo, 2008). Karena letaknya tersebut, banyak benda asing yang
melaluinya dan bisa menimbulkan infeksi. Disini tonsil berperan sebagai sistem pertahanan
karena mengandung sel limfosit yang bisa menahan setiap serangan mikroorganisme
patogen yang masuk melalui rongga mulut kita. Karena itu tonsil akan membesar sebagai
reaksi pertahanan bila ada infeksi (Arie, 2007). Tonsil yang membesar biasa disebut dengan
amandel yang menunjukan adanya proses peradangan atau infeksi yang berlangsung kronis
(Wibowo, 2008)
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa itu tonsil ?
1.2.2 Bagaimana struktur histologis tonsil ?
1.2.3 Bagaimana peranan tonsil hingga menjadi sistem pertahanan dalam rongga mulut ?
1.2.4 Bagaimana mekanisme kerja tonsil sebagai sistem pertahanan dalam rongga mulut?
1.3
TUJUAN
1.3.1 Mengetahui informasi tentang tonsil
1.3.2 Mengetahui struktur histolgis tonsil
1.3.3 Mengetahui peranan tonsil hingga menjadi sistem pertahanan dalam rongga mulut
1.3.4 Mengetahui mekanisme kerja tonsil sebagai sistem pertahanan dalam rongga mulut
1.4
MANFAAT
1.4.1 Mendapatkan pengetahuan tentang tonsil
1.4.2 Mendapatkan pengetahuan tentang struktur histolgis tonsil
1.4.3 Mendapatkan pengetahuan tentang peranan tonsil hingga menjadi sistem
1.4.4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN TONSIL
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan
proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Secara mikroskopis tonsil memiliki tiga
komponen yaitu jaringan ikat, jaringan interfolikuler jaringan germinativum. Jaringan ikat
berupa trabekula yang berfungsi sebagai penyokong tonsil. Trabekula merupakan perluasan
kapsul tonsil ke parenkim tonsil. Jaringan ini mengandung pembuluh darah, syaraf, saluran
limfatik efferent. Permukaan bebas tonsil ditutupi oleh epitel statified squamous. Jaringan
germinativum terletak dibagian tengah jaringan tonsil, merupakan sel induk pembentukan
sel-sel limfoid. Jaringan interfolikel terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai tingkat
pertumbuhan.
Secara umum tonsil memiliki fungsi sebagai :
1. Menangkap dan mengumpulkan benda asing dengan efektif
2. Tempat produksi antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma yang bersal dari diferensiasi
limfosit B.
Tonsila mempunyai 4 kelompok yaitu: tonsila palatina, tonsila lingua, tonsila
faringea dan tonsila tuba. 4 jenis kelompok tonsila ini memiliki pengertian yaitu Tonsila
palatina merupakan massa jaringan limfoid yang menemoati daerah antara lengkung glosopalatina dan faringo-palatina. Tonsila palatina terdapat dalam jaringan ikat mukosa dan
permukaan bebasnya dilapisi epitel berlapis gepeng yang menyatu dengan epitel yang
melapisi mulut dan faring. Tonsila Lingua merupakan tonsila yang terdapat pada pangkal
lidah di belakang papila sirkumvalata. Tonsila lingua terdiri dari kumpulan sumur-sumur
epiteliral yang bermuara lebar dan masing-masing dikelilingi jaringan limfoid. Tonsila
faringea yaitu kumpulan jaringan kimfoid di dinding belakang medial nasofaring. Sama hal
nya dengan tonsila palatina, tonsila ini mempunyai jaringan limfoid yang sama dengan yang
dimiliki tonsila palatina. Tonsil tuba kadang-kadang dianggap sebagai kelompok tonsila
yang tersendiri. Setiap tonsila tuba terletak di sekeliling muara faringeal tuba faringotimpani (auditiva) dan membentuk perluasan tonsila faringeal ke lateral. Tonsila tuba
dilapisi epitel silindris berambut getar. (Leeson 1996) Tonsila palatina merupakan massa
jaringan limfoid yang menemoati daerah antara lengkung gloso-palatina dan faringopalatina. Dari keempat kelompok tonsil tersebut, tiga diantaranya yaitu: tonsila palatina,
tonsila lingua, dan tonsila faringea, membentuk sebuah cincin jaringan limfoid mengelilingi
faring, tempat menyatunya rongga hidung dan mulut. Sedangkan Tonsila tuba, kelompok
tonsila keempat, terletak di sekitar muara tuba anditiva pada faring. Ciri khas tonsila adalah
permukaan epitel nya yang tertekan dan dikelilingi kelompok-kelompok limfonodulus.
(Leeson, 1996).
2.2
2.3
Tonsil adalah satu struktur yang sangat penting dalam sistem pertahanan atau sistem
imun. Tonsil dapat berfungsi sebagai sistem imun dikarenakan adanya limfosit yang di
diferensiasi sehingga dapat menghasilkan atau memproduksi antibodi dari sel plasma yang
dihasilkan oleh diferensiasi limfosit b,yang berguna untuk membunuh protein asing yang
masuk secara oral maupun secara inhalasi.limfosit terbanyak yang ditemukan dalam tonsil
adalah limfosit b.Bersama-sama dengan adenoid limfosit B berkisar 50-65% dari seluruh
limfosit pada kedua organ tersebut. Limfosit T berkisar 40% dari seluruh limfosit tonsil dan
adenoid. Tonsil berfungsi mematangkan sel limfosit B dan kemudian menyebarkan sel
limfosit terstimulus menuju mukosa dan kelenjar sekretori di seluruh tubuh. Antigen dari
luar, kontak dengan permukaan tonsil akan diikat dan dibawa sel mukosa ( sel M ), antigen
presenting cells dendrit yang terdapat pada tonsil ke sel Th di sentrum germinativum.
Kemudian sel Th ini akan melepaskan mediator yang akan merangsang sel B. Sel B
membentuk imunoglobulin (Ig)M pentamer diikuti oleh pembentukan IgG dan IgA.
Sebagian sel B menjadi sel memori. Imunoglobulin (Ig)G dan IgA secara fasif akan
berdifusi ke lumen. Bila rangsangan antigen rendah akan dihancurkan oleh makrofag. Bila
konsentrasi antigen tinggi akan menimbulkan respon proliferasi sel B pada sentrum
germinativum sehingga tersensititasi terhadap antigen, mengakibatkan terjadinya hiperplasia
struktur seluler. Regulasi respon imun merupakan fungsi limfosit T yang akan mengontrol
proliferasi sel dan pembentukan Imunoglobulin.limfosit b dan limfosit T yang terdapat pada
tonsil lah yang akan menjadi cikal bakal nya tonsil menjadi sistem imun pada rongga mulut
2.4
jaringan lokal dan melawan mikroorganisme patogen pada setiap titik masuk potensial
ke dalam tubuh. Immunoglobulin E terikat pada reseptor sel mast dan basofil dan dapat
melepaskan histamin. Pelepasan histamin terjadi jika ada alergen yang bereaksi dengan
immunoglobulin E dan merangsang immunoglobulin E untuk melakukan proses
degranulasi yaitu proses pelepasan histamin dan mediator kimia lainnya sehingga timbul
reaksi hipersensitifitas tipe I, yaitu atopi, anafilaksis, urtikaria, dan angioedema.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA