You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan
jarak anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka
dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah maupun
menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga (Sulistyawati,
2012).
Metode kontrasepsi digolongkan berdasarkan cara kerjanya
yaitu

metode

barrier

(penghalang),

contohnya

kondom

yang

menghalangi sperma; metode hormonal seperti konsumsi pil; dan


metode kontrasepsi alami yang tidak menggunakan alat-alat bantu
maupun hormonal, namun berdasarkan fisiologis seorang wanita
dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan) (Sulistyawati,
2012).
Kontrasepsi steroid oral merupakan metode kontrol kehamilan
yang paling banyak digunakan di Amerika. Hasil sebuah survey tahun
1992 memperlihatkan bahwa pada sekitar 15 juta pasangan, salah
satunya telah disterilisasi, sekitar 18 juta perempuan menggunakan
kontrasepsi oral, dan 12 juta pasangan mengandalkan kondom untuk
mengontrol kehamilan. Kontrasepsi oral yang saat ini paling sering
digunakan terdiri atas kombinasi estrogen dan zat progestin oral yang

diminum selama 3 minggu serta dihentikan selama 1 minggu (Gant,


2010 : 231).
Untuk jenis alat KB yang digunakan secara nasional, didominasi
dengan cara suntik (32,3%), selanjutnya pil (12,8%). Berdasarkan
tempat tinggal, suntik lebih banyak digunakan pada kelompok,
perempuan di perdesaan (36%) dibanding perkotaan (28,9%).
Sebaliknya pil lebih banyak digunakan pada kelompok perempuan di
perkotaan (13,4%) dibanding perdesaan (12,1%) (Riskesdas, 2010).
Data dari BKKBN Provinsi NTB sampai bulan November 2013
menyebutkan bahwa pengguna pil KB tertinggi yakni Kabupaten
Lombok Tengah (67,76%), kemudian disusul Kabupaten Lombok Timur
(67,60%), dan terendah Kota Mataram (27,22%). Data dari BPPKB
Lombok Timur sampai bulan November 2013 menyebutkan persentase
pengguna pil KB tertinggi di daerah Lombok Timur yaitu Kecamatan
Terara (33,60%) dan terendah Kecamatan Sembalun (2,73%).
Berdasarkan data dari Puskemas Terara, pengguna kontrasepsi oral
terbanyak yaitu desa Sukadana (315 orang) dan terendah yaitu desa
Rarang (0 orang).
Selain berguna untuk mencegah dan menunda kehamilan, pil
KB juga mempunyai efek samping yang berupa mual, muntah,
gangguan

lambung-usus,

perdarahan,

perubahan

payudara,

perubahan berat badan dan lain-lain (Anggraeni & Martini, 2012).


Menurut SDKI, 2012, keluhan

yang paling umum yang sering

dilaporkan oleh pemakai pil adalah sakit kepala (2%), mual (1,2%),
berat badan naik (0,7%), perdarahan (0,3%), hipertensi (0,2%), tidak
haid (0,2%). Bukan hanya itu, 14,9% responden menghentikan

pemakaian pil kontrasepsi tersebut karena efek samping/masalah


kesehatan yang dirasakan setelah menggunakan pil KB.
Peningkatan tekanan darah (>140/90 mmHg) dijumpai pada 24%

wanita

pemakai

kontrasepsi,

terutama

yang

mengandung

etinilestradiol. Keadaan ini erat kaitannya dengan usia wanita dan lama
penggunaan. Kejadian hipertensi meningkat sampai 2-3 kali lipat
setelah 4 tahun penggunaan pil kontrasepsi yang mengandung
estrogen (Baziad, 2008).
Berdasarkan hasil penelitan dari Indah Putri Lestari, dkk, 2012
di Kelurahan Ngaliyan Semarang dengan menggunakan pendekatan
cross sectional, dari 100 orang responden yang menggunakan pil KB,
26 orang diantaranya mengalami peningkatan tekanan darah (26%).
Hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi oral dengan kejadian
hipertensi didapatkan hasil bahwa ibu yang lama menggunakan
metode kontrasepsi oral hormonal memiliki resiko terkena hipertensi
2,954 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak lama menggunakan
kontrasepsi oral hormonal.
Studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Sukadana wilayah
kerja Puskesmas Terara, dari 8 orang pengguna kontrasepsi oral
ditemukan 2 orang responden mengalami peningkatan tekanan darah
yaitu masing-masing 160/100 mmHg yang telah menggunakan
kontrasepsi oral selama 2,5 tahun; dan 140/90 mmHg yang telah
menggunakan

kontrasepsi

oral

selama

1,9

tahun.

Pengguna

kontrasepsi oral mengatakan bahwa tidak pernah memeriksakan


tekanan darahnya sebelumnya dan tidak mengetahui dirinya menderita
hipertensi setelah menggunakan kontrasepsi oral.

Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,


dan gagal ginjal (Smeltzer, 2001). Selama penggunaan pil kontrasepsi
hanya sedikit ditemukan perdarahan subarakhoidal, tetapi thrombosis
serebral meningkat sampai 2-3 kali lipat. Sakit kepala mendadak,
migren, mual, dan amnesia merupakan gejala awal terjadinya stroke.
Risiko relatif terjadinya stroke hemoragik hanya meningkat pada
wanita yang menggunakan pil kontrasepsi usia >35 tahun. Bukan
hanya

itu,

wanita

yang

menggunakan

pil

kontrasepsi

dapat

meningkatkan risiko infark sampai 20 kali. Pada penggunaan pil


kontrasepsi dengan dosis estrogen tinggi juga kadang-kadang dijumpai
pyelitis maupun sistitis. Pernah diberitakan terjadi sindroma hemolysisuremis selama penggunaan kontrasepsi hormonal (Baziad, 2008).
Jika tekanan darah > 160/95 mmHg sebaiknya jangan diberikan
pil kontrasepsi yang mengandung estrogen, dan bila tekanan darah >
200/120 mmHg, semua jenis kontrasepsi hormonal merupakan
kontraindikasi. Bukan hanya itu, apabila terdapat gejala awal seperti
sakit kepala mendadak, migren, mual dan amnesia, pil kontrasepsi
harus segera dihentikan (Baziad, 2008).
Beberapa dokter menganjurkan dalam satu tahun perlu istirahat
dua sampai tiga bulan dalam penggunaan kontrasepsi hormonal.
Dasarnya agar tidak terlalu lama membebani tubuh dengan steroid
seks dan untuk mengetahui apakah ovulasi dapat segera terjadi
setelah penggunaannya dihentikan (Baziad, 2008).
Berdasarkan dari fakta dan pertimbangan diatas, peneliti tertarik
untuk mengambil judul Tekanan Darah Pada Pengguna Kontrasepsi
Oral Di Desa Sukadana Wilayah Kerja Puskesmas Terara.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Bagaimanakah Tekanan Darah Pengguna
Kontrasepsi Oral di Desa Sukadana Wilayah Kerja Puskesmas
Terara?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tekanan darah pada pengguna kontrasepsi oral di
Desa Sukadana wilayah kerja Puskesmas Terara.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Selain merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan DIII Keperawatan di Politeknik Kemenkes Mataram,
peneliti ini juga merupakan kesempatan yang sangat berharga
guna mengapresiasikan ilmu yang didapat dari pendidikan dan
mendapatkan pengalaman dalam hal penelitian
2. Bagi Instansi Pelayanan
Menjadi salah satu dasar pemahaman mengenai tekanan darah
pada pengguna kontrasepsi oral sehingga mampu memberikan
tindakan pencegahan untuk menangani dampak yang lebih lanjut.
3. Bagi Profesi
Memberikan informasi sehingga bisa memberikan asuhan
keperawatan yang optimal pada pasien khususnya bagi wanita
yang menggunakan kontrasepsi oral.
4. Bagi Instansi Pendidikan.
Membantu melengkapi refrensi keilmuan mengenai tekanan darah
pada pengguna kontrasepsi oral di Desa Sukadana wilayah kerja
Puskesmas Terara.
5. Bagi Peneliti Lain
Dapat digunakan sebagai salah satu data awal untuk penelitian
lebih lanjut.

You might also like